.

.

.

.

Sakura's Unexpected Love

Chapter 2

Transfer Student

.

.

.

Disclaimer © : Masashi Kishimoto

The character belong to him

But the story originaly mine

.

.

.

Warning!

OOC inside, GaJe, Typo(s)

.

.

Romance, Hurt/Comfort, General

.

.


Summary : Ketika kita mencintai seseorang pasti ada rasa tak ingin kehilangan, maka kita akan berusaha mendapatkan dia agar tidak dimiliki oleh orang lain. Namun tepat harus siap dengan resiko./Aku sudah lama menyukaimu, Sasuke-kun! Jadilah pacarku!/Maaf. Tapi aku tidak mengenalmu./-/Kenalkan, namaku Sakura, Haruno Sakura/Aku Takumi Harada, kamu bisa panggil aku 'Takumi'/ Setelah penolakan itu Sakura menjadi bahan ejekan kakak-kakaknya. Tapi Sakura tak seberuntung itu, ada seorang anak baru dari kelas X-A yang menemaninya menghabiskan waktu selama pelajaran pertama berlangsung di luar kelas karena sama-sama terlambat masuk kelas.


Enjoy!

.

.

.


Flashback On

Sasuke berjalan menyusuri supermarket untuk mencari sake. Ini untuk memperingati keberhasilan kakanya yang sudah memiliki kekasih yang sejak dulu disukainya.

"Si baka aniki itu yang senang, aku yang susah," gerutu Sasuke yang terdengar oleh teman di sampingnya.

"Kau ini. Apa tak bisa lebih menghormati kakakmu barang sedikit saja, Sasuke?" tanya orang yang ada di sampingnya ini.

"Tidak. Dia makhluk paling menyebalkan. Kau juga, Suigetsu-senpai. Sudah, sekarang kamu cari keperluan yang lain. Aku cuman mau cari sake saja," ucap Sasuke dengan nada memerintah.

"Haah.. pada senpai-mu sendiri seperti itu. Baiklah aku cari yang lainnya. Setidaknya perbaiki nada bicaramu itu, Sasuke-chaan~~" goda Suigetsu yang langsung melesat pergi dari hadapan Sasuke sebelum dia kena pukulan Sasuke. Karena tanganya sudah mengepal sedari tadi.

"Lebih baik aku cepat, di mana tempatnya ya? Ah! Itu dia," Sasukepun mempercepat langkahnya untuk mengambil sake yang ditujunya sebelum ada orang lain yang mengambilnya.

Saat sedetik lagi tangan Sasuke sampai, di saat yang bersamaan ada tangan mungil yang berusaha mengmbil sake yang sedari tadi Sasuke incar. Tangan Sasuke tak sengaja menyentuh tangan mungil tersebut dan Sasuke tengok siapa pemilik tangan mungil nan halus itu. Bagaikan terhantam batu dari langit yang mengenai kepala Sasuke, Sasuke terpaku pada objek di bawah yang juga melihat dirinya terkejut, seorang gadis berambut soft pink itu lagi. sang gadis menyadari bahwa pria menatapnya juga langsung tertunduk dan mengambil sake lain kemudian berlari menjauhinya.

Gadis itu. Ya Sasuke mengenalnya, gadis yang tadi sore menyatakan cinta padanya namun belum Sasuke selesai mengucapkan kalimatnya, si gadis langsung pergi begitu saja.

Sedangkan Suigetsu sedang mengobrol dengan seorang perempuan berambut merah yang tiba-tiba diseret oleh gadis soft pink itu. Sasuke tak tahu siapa nama gadis doft pink itu.

.

.

.

"Ada-ada saja. Hei Sasuke kau sudah mengambilnya?" tanya Suigetsu menghampiri Sasuke di tempatnya. Tak ada respon dari Sasuke, Suigetsu menepuk pundak Sasuke untuk mengembalikan Sasuke dari 'ketidaksadaran'nya.

"Hei! Suigetsu-senpai! Aku sudah menemukannya," ucap Sasuke tersadar dari ketepakuannya tadi.

"Baguslah. Cepat, kalau tidak kita akan ketinggalan pestanya," ucap Suigetsu dan pergi dari hadapan Sasuke. "A! Uangnya darimu dulu ya, nanti aku ganti setengahnya," lanjut Suigetsu dengan tawanya yang menyebalkan.

"Hm," jawab Sasuke sekenanya.

"Setengahnya, setengahnya. Nanti juga dia lupa bayar, -_-" gumam Sasuke sambil mengambil beberapa sake. (Catatan : Sakenya tidak mengandung banyak alkohol)

Flashback Off

"Haah.. kenapa aku jadi teringat kejadian di supermarket tadi?" ucap seorang pemuda yang memakai jaket abu yang kita kenal sebagai Sasuke Uchiha.

Tak terasa pesta yang dilaksanakan di markas sang kakak bisa sampai selarut ini. Menurut Sasuke, pesta tadi sungguh menyebalkan. Bagaimana tidak menyebalkan, di pesta tadi hanya dirinya saja yang paling kecil dan yang lainnya teman-teman aniki-nya. Ada anak kelas XI dan XII tapi yang kelas X hanya Sasuke seorang, dia merasa dongkol sendiri belum lagi teman-teman wanita Suigetsu yang terus menggoda Sasuke. Sang kakak bukannya menolong malah asik pacaran dan sesekali menjahilinya juga, jelas-jelas kakaknya tahu kalau Sasuke paling tidak suka diganggu oleh wanita, apalagi wanita yang lebih tua darinya. Tapi, sekesal apapun tetap saja Sasuke menghadiri pesta itu sampai selesai. Ada-ada saja kau, Sasuke.

"Hooam.. aku ngantuk. Daripada memikirkan hal tak penting, lebih baik au tidur saja," akhirnya Sasuke masuk kamarnya, melepaskan jaketnya dan dia gantung. Dia baringkan tubuhnya di atas kasur King Size nya dan tertidur. (Oyasumi, Sasuke-kun (: )

.

.

.

.

.

.

Cip cip cip

Suara burung itu menjadi pertanda bahwa hari sudah pagi. Matahari telah menunjukkan pancaran sinarnya. Orang-orang siap melakukan aktivitas demi menyambung nyawa. Tapi tidak untuk seorang pemuda yang masih berlapiskan selimbut tebal. Si pemuda masih ingin berlama-lama di sana hingga bunyi alarm dari handphone-nya yang sudah kesekian kalinya berbunyi. Terganggu oleh bunyi alarm tersebut, sang pemuda menyerah dan meraih handphone-nya untuk mematikan alarm. Setelah alarm tersebut berhenti mengeluarkan suaranya, si pemuda terduduk menampilkan rambutnya yang mencuat ke belakang bak err.. pantat ayam, mengucek matanya dan menguap. Handphone hitamnya masih dia genggam. Dan dia lihat jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih 10 menit, yang tandanya pelajaran di sekolah sudah dimulai 10 menit lamanya. Mata onyx-nya terbelalak kaget. Si pemuda mengumpat terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar mandi.

"Shit! Aku kesiangan," umpat si pemuda yang kalian tahu siapa namanya. Ya Sasuke Uchiha.

10 menit kemudian Sasuke sudah rapih, lengkap dengan seragam, tas dan kacamata berframe hitam yang bertengger di hidung mancungnya, tak lupa jaket yang terburu-buru dimasukkan lewat kepalanya. Menuruni tangga menuju ruang makan sambil membenarkan jaketnya supaya dia kenakan dengan nyaman, kemudian dia tutupi kepalanya dengan tudung jaketnya dan mengolesi roti dengan selai kacang seadanya dan meminum susu beberapa teguk. Di sana sang ibu terbengong melihat tingkah anaknya yang telihat terburu-buru itu.

"Jangan salahkan Kaa-san karena keterlambatanmu. Kaa-san sudah membangunkanmu dari tadi. Kakakmu juga sudah menggedor-gedor pintu kamarmu tapi tak ada yang menyahut," ucap ibunya menyilangkan tangan di dadanya sebelum Sasuke melayangkan protes pada ibunya karena tidak membangunkannya. Merasa ini salahnya sendiri, dia mengalah dan memasang sepatunya.

"Iya, maaf. Kaa-san, aku berangkat dulu," ucap Sasuke yang langsung berlari ke garasi untuk menaiki motor sport-nya. Dengan kecepatan di atas rata-rata dan kemungkinan akan terkena tilang. Tapi Sasuke tak peduli akan hal itu.

"Haaah.. ini juga Itachi," keluh sang ibu dari Sasuke.

.

.

.

Hanya butuh 4 menit saja Sasuke untuk sampai di sekolah. Dia parkirkan motornya di tempat parkir para guru. Sasuke tahu ini pelanggaran tapi mau bagaimana lagi karena tak ada lahan untuk memarkirkan motor selain di tempat parkir untuk guru. Sasuke melesat menuju lantai 2.

"Kenapa ruang kelas X harus di lantai dua sih! Menyebalkan," keluh Sasuke.

Sekarang Sasuke sudah ada di depan pintu kelasnya yang di bagian belakang, dia buka penutup kepalanya. Menunduk, dia buka perlahan-lahan pintu itu, tapi tiba-tiba pintu itu terbuka lebar dengan sendirinya. Hah? Sasuke bertanya dalam hati. Dia menengadahkan kepalanya dan ternyata Shizune-sensei, guru pelajaran biologi yang terkenal ketat dan galak itu sudah ada di depan pintu belakang mengetahui salah satu muridnya belum hadir dan ternyata adalah Sasuke Uchiha. Sasuke menegakkan badannya dan memasang wajah masam karena tertangkap bahas akan menyelinap ke dalam kelas.

"Jangan masuk sampai pelajaranku selesai. Dan karena kamu telat 30 menit, akan aku hukum nanti sepulang sekolah," perintah Shizune-sensei dengan tegasnya. Sasuke pun memutar badan dan menyender di tembok kelasnya.

'Cih! Kuso,' rutuk Sasuke dalam hati.

BLAM!

Ya.. pintu itu tertutup dengan kasarnya.

"Haah.. kalau saja aku tak datang di pesta bodoh itu, tak akan seperti ini," ucap Sasuke kesal, kembali dia tutup kepalanya denga tudung jaketnya lagi.

Drap drap drap...

Langkah kaki yang dipakasakan berlari terdengar oleh Sasuke. Penasaran dia pun menoleh ke arah datangnya suara lankah kaki tersebut. Rasanya dia tahu siapa itu, terlihat dari rambut yang menjadi ciri khasnya. Rambuk soft pink itu.

"Hah? Dia, kan.. yang kemarin," gumam Sasuke yang masih memperhatikan si gadis berambut merah muda itu yang sedang berlari.

.

.

'Sial. Aku kesiangan. Kenapa Karin-nee tidak membangunkanku? Akan kubuat perhitungan nanti. Kuganggu dia kalau sedang belajar,' ucapan kekesalan yang hanya bisa dia katakan di dalam hati. Percuma buang-buang energi. Sakura terus berlari padahal kakinya masih terasa perih, tapi itu harus diabaikan dari pada harus telat.

'Eh? Itu siapa? Rasanya belum pernah lihat. Pasti anak baru. Tapi kenapa jam segini masih di luar? Hehe dia lucu pakai kacamata,' ucap Sakura lagi dalam pikirannya. Matanya begitu jeli sampai tahu kalau anak yang dia perhatikan memakai kacamata padahal dia sedang berlari. Begitu dia sampai di depan pintu kelasnya, si pemuda seperti memperhatikannya. Sakura hanya tak peduli dan bersiap membuka pintu. Entah takdir atau apa, kejadian yang terjadi pada Sasuke terulang kembali kepada Sakura tetapi yang ada di hadapan Sakura adalah Kakashi-sensei, guru Sejarah yang baik. Tapi tidak untuk murid yang kesiangan walaupun dia sendiri juga sering kesiangan. Kakashi-sensei bisa berubah menjadi Iblis bermuka malaikat kepada murid-murid yang kesiangan pada saat dia yang mengajar.

"Sakura-chan, kamu tahu sekarang pukul berapa?" tanya Kakashi-sensei tersenyum di balik masker hitamnya. Bisa terbukti dengan matanya yang tertutup dan gasir lengkung di maskernya.

"Setengah 8? Hehehe," jawab Sakura terkekeh.

"Sebenarnya aku ingin memasukkanmu ke kelasku mengingat kamu cukup baik di materiku, tapi aku harus berlaku adil. Jadi dengan terpaksa aku tak bisa memasukkanmu ke kelasku. Gomen na.." ucap Kakashi-sensei basa-basi dan menutup pintu kelas perlahan.

"Haaah..." desah Sakura yang sekarang tertunduk malu. Tak lama pintu terbuka lagi dan Sakura mengengadah dengan mata berbinat berharap sang guru berubah pikiran. Tapi semua berbuah setelah ucapan berikut ini.

"Ah satu lagi. Nanti pulang kamu bersihkan kolam renang yang ada di bagian gedung kelas XII sebagai hukumanmu," ucap Kakashi-sensei. Dan pintu tertutup kembali menyisakan wajah Sakura yang terbengong. Pasrah saja dan dia teringat dengan anak laki-laki tadi yang berdiri di depan kelas Sasuke. Ah Sasuke, Sakura teringat kembali Sasuke.

"Kamu kesiangan juga?" tanya Sakura pada anak laki-laki berkacamata hitam itu.

"Hn. Aku telat bangun," jawab si anak laki-laki yang padahal itu adalah Sasuke. 'Oh jadi namanya Sakura. Dia sudah tak seperti kemarin lagi ternyata. Aku kira dia akan menghindariku lagi,' ucap Sasuke dalam hati.

"Kamu anak baru?" tanya Sakura lagi. 'Heh? Apa dia terbentur sesuatu sampai mengira aku anak baru?' hanya itu yang ada di benak Sasuke.

"Kenalkan, namaku Sakura, Haruno Sakura. Atau kamu bisa panggil aku Sakura, hehehe" ucap Sakura memberikan tangannya untuk berjabat tangan dengan Sasuke.

'Sepertinya di tak mengenaliku karena penampilan ini. Hehe aku kerjai saja.. ' ucap Sasuke dalam hati.

"Iya. Aku anak baru, tapi kesiangan dan tak boleh masuk kelas. Aku Takumi Harada, kamu bisa panggil aku 'Takumi'," ucap Sasuke asal dan menyambut tangan Sakura menjabat tangannya.

"Hmm... bagaimana kalau kita ke kantin dulu? Aku belum sarapan, kau tahu lah.. hihi," ajak Sakura. Tanpa persetujuan 'Takumi', Sakura sudah menyeret 'Takumi' menuju kantin. Dan 'Takumi' tak protes.

.

.

.

"Bibi, aku pesan kari dan jus strawberi satu," sahut Sakura pada penjaga kantin.

"Kamu kesiangan lagi Sakura?" tanya bibi penjaga kantin pada Sakura. Dan Sakura hanya tertawa garing. Sudah jadi kebiasaan Sakura kesiangan walau tidak terlalu sering, ah tidak, tidak, tidak, pasti dalam satu minggu Sakura akan kesiangan satu atau dua hari berturut-turut.

"Kamu mau pesan apa Takumi?" tanya Sakura pada Sasuke yang sementara menjadi 'Takumi' itu.

"Kari dan jus tomat saja," jawab 'Takumi'. Ya dia juga merasa masih lapar. Sakura pun memesankan peasanan Sasuke, eh 'Takumi' lalu duduk di dekat tempat yang bisa terjangkau oleh bibi penjaga kantin.

"Jadi.. kamu dari sekolah mana?" tanya Sakura lagi.

'Sial. Aku tidak menyiapkan nama sekolah.. ah! Benar sekolah itu saja,'

"Aku baru pindah dari Amerika dan langsung sekolah di sini," jawaban bagus Sasuke ucap Sasuke dalam hati. Tersenyum.. ya Sasuke terseyum meskipun hanya sedikit.

"Wah.. pasti bahasa Inggrismu fasih ya, kamu juga pasti pintar," puji Sakura.

Sasuke yang tahu alasannya berpura-pura tidak tahu dan, "Pintar? Aku biasa saja, ko. Kenapa kamu mengatakan itu juga?" ya Sasuke merendah sedikit.

"Iya, karena kelas yang kamu masuki itu X-A yang terdiri dari anak-anak genius. Hmmm sepertinya Sasuke-kun akan dapat saingan," Sakura mengemukakan alasannya yang berujung menginat orang yang ingin dia lupakan itu. Sasuke-kun.

"Sasuke? Siapa dia? Apa dia anak yang begitu geniusnya sampai kamu begitu tahu tentang dia?" tanya Sas- 'Takumi'.

"Iya. Dia masuk ke sekolah ini dengan nilai tertinggi. Nyaris sempurna, 499,5 nilai testing yang Sasuke-kun peroleh," jawab Sakura antusias. Mengingat kembali peristiwa yang mempertemukannya dengan Sasuke.

"Tapi aku juga tak buruk-buruk amat sih. Sistem pembagian kelas kita dibagi berdasarkan nilai tes masuk sekolah. Dan aku ada di kelas X-B. Jadi aku juga termasuk anak pintar, hehe," lanjut Sakura membangkan diri. "Oh iya nilaimu berapa masuk ke sini? Hn?" tanya Sakura lagi. Dia menaruh kepalanya dengan ditahan oleh tangan kanannya. Setelah Sakura bertanya pada Sasuke atau 'Takumi', pesanan mereka tiba.

"499,5," jawab Sasuke singkat. Dan jawaban itu membuat Sakura terbelalak kaget. Beda dengan Sasuke yang sedari tadi menahan tawanya dalam hati, namun tetap wajah stoic-nya masih terjaga, seakan menjadi penetralisir dari setiap emosinya.

"HA? Kamu serius? Tuh kan apa aku bilang barusan. Sasuke akan dapat saingan, hmm tapi aku yakin kamu tak bisa mengalahkan Sasuke-kun," ucap Sakura mengangguk-ngangguk sendiri. Kemudian bibi kantin menghampiri mereka berdua dengan pesanan Sasuke dan Sakura.

"Ini pesanan kalian. Selamat menikmati," ucap bibi kantin. Kemudian si bibi mendenkat ke telinga Sakura membisikkan sesuatu.

"Pacarmu, Sakura-chan?" bisik bibi kantin yang sontak membuat Sakura langsung memerah mukanya. Dan dibalas gelengan oleh Sakura.

"Bukan. Dia anak baru, bibi," gumam Sakura pelan. Muka Sakura masih saja merah seperti jus tomat milik 'Takumi'.

"Wajahmu kenapa merah, Sakura? Kamu sakit?" tanya ''Takumi'' yang baru melahap satu huap karinya itu.

"Bibi kantin menjahiliku. Bukan apa-apa ko. Ayo kita makan dulu," kilah Sakura menghindari topik yang akan membuatnya lebih malu lagi. Mereka makan dengan khidmat. Sangat sunyi hingga yang terdengar hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

.

.

.

Acara makan-makan bersama itu akhirnya selesai dengan habisnya minuman mereka masing-masing.

"Hmm... akhirnya, energi terisi penuh," ucap Sakura yang kenyang dan 'Takumi' mengambil uang untuk membayar. Sakura yang melihat 'Takumi' hendak membayar, dia pun sama mengambil uang juga.

"Aku bayar dulu," ucap 'Takumi' yang sudah menghampiri bibi kantin.

"Oh iya aku nanti saja," balas Sakura yang memain-mainkan sedotan di gelasnya.

"Semuanya jadi berapa, bi? Pesananku dan Sakura?" tanya 'Takumi'.

"Semuanya 2,500 yen," jawab bibi kantin. Dan 'Takumi' memberi pas uang itu.

"Hei, nak. Kamu pacarnya Sakura?" pertanyaan bibi yang sama saat menggoda Sakura. Bukan menjawab 'Takumi' menyunggingkan senyumnya tak menjawab dan mengucapkan terima kasih. Si bibi kantin mengangkat satu alisnya karena masih penasaran.

Sekarang 'Takumi' berdiri di sebelah Sakura duduk.

"Em.. Sakura, sepertinya masih banyak waktu sebelum bel pelajaran selanjutnya berbunyi, mau kita gunakan sisa waktunya?"

"Hmm.." Sakura seperti berpikir. "Bagaimana kalau kita keliling sekolah. Kamu kan anak baru pasti belum tahu daerah sekolah ini, aku akan menjadi 'tour guide'-mu untuk hari ini, hm?" ajak Sakura antusias.

"Boleh juga. Kalau begitu ayo pergi sekarang," 'Takumi' menyetujui ide Sakura.

"Eh aku belum bayar pesananku."

"Sudah kubayar. Ayo cepat," 'Takumi' yang sudah tidak sabar menarik tangan Sakura untuk meninggalkan kantin menuju perualangan kecil mereka.

"Oh.. aku ganti lain kali."

"Tak usah. Well sekarang kita mau ke mana dulu?" tanya 'Takumi' sambil menebak-nembak tempat pertama yang akan ditunjukkan oleh Sakura. Rasanya Sasuke yang menjadi 'Takumi' ini menikmati kesalahphaman kecil Sakura. Kapan lagi bisa mengerjai orang lain, apalagi mengerjai orang yang pernah menyatakan cinta padanya. Membayangkan ekspresi Sakura yang mengetahui bahwa dia bohongi pun sepertinya akan meyenangakan. Melihat wajahnya yang memerah karena malu dan mungkin senang.

"Kita ke ruangan yang paling umum saja. Ruang kepala sekolah dan ruang guru. Hehehe..." jawab Sakura. Sudah 'Takumi' duga pasti tempat pertama adalah kedua ruangan itu.

Akhirnya ruang kepala sekolah dan ruang guru bisa ditemukan. Lalu menuju ruang klub-klub di sekolah. Melewati gedung kelas XII yang tepisah dari kelas X dan XI karena sebelumnya mereka sudah dari sana saat hendak menuju ruang kepala sekolah. Yah mereka melewati gedung kelas XII dengan mengendap-ngendap. Melihat kelas kakak perempuan Sakura yang berada di kelas XII-A. Sasuke juga bisa melihat di sana ada kakaknya sedang memperhatikan pelajaran dengan serius dan di samping kanan ada pacarnya, Konan.

"Takumi, ini kelas kakak perempuanku," ucap Sakura yang berada di bawah jendela di mana kakaknya duduk dan 'Takumi' hanya mengangguk mengerti. Ya Karin duduk dekat jendela yang jika kamu buka jendela tersebut menampilkan koridor yang bersih.

"Stt.. aku mau buat perhitungan pada Karin-nee, hihihi," bisik Sakura yang masih menunduk dan menutup mulutnya dengan tangan kanan sedikit.

Tok tok tok

Sakura mengetuk kaca jendela yang tepat di mana Karin, sang kakak duduk. Pertama belum ada respon. Sekali lagi Sakura ketuk lagi kaca tersebut, baru terlihat Karin tersadar. Ini keuntungan untuk Sakura karena sekarang adalah pelajaran Orochimaru-sensei, guru kelas XII yang galaknya minta ampun. Karin melirik ke kanan untuk mencari tahu apa suara tadi. Dan sepertinya dendam Sakura terbayar dengan ditegurnya Karin oleh Orochimaru-sensei karena keadapatan tidak memperhatikan di saat guru itu sedang menerangkan. Sedangkan si pelaku yang membuat Karin dimarahi hanya menahan tawa sampai wajahnya bersemu merah.

"Pffttt... lucu sekali. Rasakan hihihi.. " bisik Sakura pada 'Takumi'. Ya sebenarnya tidak terlalu lucu juga bagi 'Takumi', tapi dia tertawa saja pelan.

'Aku juga bisa saja tertawa kalau aku yang menjahili si baka aniki itu,' ucap Sasuke, oh maaf 'Takumi' dalam hati. Tapi agar Sakura tak tersinggung, 'Takumi' juga ikut tertawa pelan.

Dan bisa terdengar samar-samar Karin terus dimarahi dan akhirnya dihukum merangkum pelajaran biologi dari materi kelas X sampai XII lalu diperbanyak sesuai jumlah siswa XII-A.

"Kamu sudah di kelas 3, sebentar lagi harus menghadapi ujian. Jadi perhatikan apa yang guru kalian jelaskan. Aku tahu kamu selalu mendapat peringkat 10 besar di kelas, tapi jangan anggap remeh pelajaran-pelajaran lain. Merasa bisa dan menghiraukan yang lain. Rasa sombong bisa jadi mala petaka untukmu. Ini juga berlaku pada kalian semua. Renungkan itu baik-baik. Kau Karin, aku menghukummu untuk merangkum materi dari kelas X sampai XII. Aku harap rangkumanmu bagus dan mudah dimengerti. Jika sudah beres serahkan padaku dan perbanyak sesuai jumlah temanmu di kelas ini. Mengerti?!" ucap Orochimaru-sensei panjang lebar. Semua murid manggut-manggut karena takut, sedangkan Karin berdiri dan tertunduk malu. Setelah selesai memarahi Karin, Orochimaru-sensei mempersilahkan Karin duduk kembali dan melanjutkan pelajaran.

Setelah puas mendengarkan Karin dimarahi, akhirnya 'Takumi' mengajak Sakura ke perpustakaan yang tak jauh dari gedung kelas XII itu. Masih ada waktu 40 menit lagi sebelum pelajaran selanjutnya. Setibanya di perpustakaan, keadaannya sangat sepi. Hanya ada penjaga perpustakaan yang sedang membaca novel. Sekilas si penjaga melirik pada dua orang yang baru saja masuk lalu kembali pada bacaannya dan menegur Sakura.

"Lagi-lagi kau kesiangan, Sakura-chan," masih dengan bacaannya.

"Ehehe.. iya Akari-sensei," jawab Sakura malu sambil mengusap-usap kepala bagian belakangnya.

"Dengan pacar pula. Anak jaman sekarang.."

"Dia bukan pacarku. Dia anak baru, namanya Takumi Harada. Sudah aku mau melihat-lihat buku dulu," bantah Sakura dan pergi sambil menarik tangan 'Takumi'.

"Paling tidur lagi," gumam Akari-sensei pelan.

.

.

.

Sakura dan 'Takumi' menyusuri setiap rak-rak buku. Di sini koleksi bukunya sangat banyak, malah bisa dibilang lumayan lengkap. Sakura mencari buku tentang sejarah dan 'Takumi' hanya mengikuti Sakura padahal tadi dia yang mengajak Sakura ke perpustakaan tapi malah seperti tak tertarik untuk membaca.

Saat Sakura menemukan buku yang dicarinya dia segera membawa tangga kayu yang secara kebetulan ada di dekatnya. Buku itu diletakkan di posisi atas. Dan 'Takumi' hanya memperhatikan dari bawah.

"Kamu suka membaca buku tentang sejarah?" kini 'Takumi' bertanya pada Sakura. Di sana, Sakura duduk di atas tangga.

"Hn. Aku suka sekali sejarah. Dan begini-begini aku anak kesayangan Kakashi-sensei," jawab Sakura. "Kamu tidak baca? Aku pikir kamu mengajakku ke sini karena ingin membaca, Takumi," lanjut Sakura.

"Tidak. Aku hanya tak suka kebisingan, jadi aku mengajakmu ke tempat yang sunyi. Dan tempat ini lah yang menurutku tempat yang tepat. Tapi tak ada salahnya juga banyak membaca," sekarang 'Takumi' memilih buku yang terdekat, itu bagian Fisika.

"Kamu mau membacanya dengan posisi seperti itu? Apa tidak pegal nantinya?"

"Hmm iya sih pegal, tapi aku sudah terbiasa membaca seperti ini."

"Tidak baik untuk pertumbuhan tulangmu, lebih baik kita duduk di sana. Lebih nyaman. Ayo aku bantu turun," ucap 'Takumi' menasehati dan memberikan tangannya untuk membantu Sakura turun dari tangga kayu itu. Merasa perkataan 'Takumi' benar, maka Sakura menurut saja dan meraih tangan 'Takumi' untuk menuruni undakan tangga itu. Tapi ketika satu tangga lagi kaki Sakura mendarat di lantai, tangan Sakura yang memegang buku tidak memegang pada tangga kuat dan mengakibatkan tubuh Sakura kehilangan keseimbangan. Tubuh Sakura tersungkur ke depan.

"Kya!"

Dengan sigap 'Takumi' menangkap Sakura yang berakhir dengan berpelukannya kedua orang itu. Cukup lama mereka berada dalam situasi saling berpelukan setelah Sakura sadar dan melepaskan pelukannya dari 'Takumi'. Di sisi lain 'Takumi' juga cukup terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Tapi ada rada kehilangan, ada yang kurang.

"Terima kasih," ucap Sakura sedikit membungkuk. Wajahnya sedikit ada ruam merah di pipi.

"Ah tidak. Kamu tak apa-apa? Kalau begitu kita baca di sana," ucap 'Takumi' yang langsung menuju tempat duduk.

Deg deg deg deg deg deg...

'Kenapa jantungku jadi tak karuan begini?' tanya 'Takumi' dalam hati.

'Debaran apa ini? Rasanya sama saat aku memandangi Sasuke-kun. Ah tidak, tidak, tidak. Rasa ini hanya untuk Sasuke-kun. Tapi ... apa lebih baik aku menyerah saja seperti apa kata nee-san kemarin. Mungkin aku harus mencari yang baru. Apa Takumi bisa menjadi pengganti Sasuke-kun? Tapi kamu baru saja kenal hari ini. Tapi rasa ini sama pada saat aku melihat Sasuke-kun pertama kali. Kami-sama aku galau,' sekarang Sakura yang merasakn hal yang sama pada 'Takumi', sama seperti saat Sakura melihat Sasuke untuk pertama kalinya ketika melihatnya di tempat bimbingan belajar yang sama. Sakura jadi bingung.

Karena kejadian tadi, mereka berdua hanya membaca buku masing-masing. Tak ada percakapan yang terjadi di antara mereka. Sesekali Sakura melirik kepada 'Takumi' yang ada di hadapannya. Akhirnya Sakura tak tahan dengan situasi ini dan mencoba membuka obrolan kecil di antara mereka.

"Takumi, sekarang pukul berapa? Rasanya sudah terlalu lama kita di sini," tanya Sakura. 'Takumi' sedikit terperanjat, dan melihat jam tangannya.

"Astaga! Kita hampir telat masuk kelas lagi, Sakura, lebih baik kita segera ke keluar dari sini daripada mendapat hukuman baru," jawab 'Takumi' yang langsung menutup bukunya begitu juga dengan Sakura yang langsung menyimpan buku itu kembali ke tempatnya semula dan langsung berlari menyusul 'Takumi' yang sudah berlari.

"Masih ada waktu 15 menit lagi," gumam 'Takumi'.

"Kita harus lari dari sini kalau kita tak mau telat lagi, Saku," ucap 'Takumi' pada Sakura yang ada di sampingnya. Sebentar lagi mereka akan melewati koridor kelas XII di depan sana.

"Kau gila?! Kita akan kena marah," sergah Sakura takut.

"Ah masa bodoh. Ayo!" tanpa persetujuan Sakura, kini 'Takumi' sudah menarik tangan Sakura dan berlari melewati koridor kelas XII yang sunyi. Tapi kesunyian itu akan sirna dengan derap langkah kaki dua orang muda-mudi ini.

Dan seperti perkataan Sakura, mereka berdua mendapat teguran dari beberapa guru yang sedang mengajar apalagi dari guru di XII-A. Ucapannya sangat menusuk tapi tak mereka hiraukan, oh mungkin tak 'Takumi' hiraukan malah tertawa. Karena yang paranoid di sini Sakura, ditambah tawa 'Takumi' lagi. Tapi semua sudah terjadi, paling mereka berdua siap-siap menjadi perbincangan di antara anak kelas XII.

Kini mereka berada di gedung kelas X dan XI. Belum sampai ke kelas masing-masing sebenarnya dan mereka ada di tangga menuju lantai dua.

"Haah ... haah.. hah.., tadi itu menyenangkan," ucap Sakura yang membungkuk sambil memegang lututnya untuk menompang tubuhnya supaya tak terjatuh. Tapi sedikit berdeda dengan 'Takumi', dia hanya berdiri terdiam sambil mengatur nafasnya.

"Hn." Jawab 'Takumi' singkat.

'Setelah kami berdua masuk kelas, dan nanti pasti akan istirahat. Aku harap dia tak mencariku nanti di kelas. Bagaimana ya?' batin 'Takumi'.

"Err Sakura. Untuk hari ini menyenangkan, terima kasih.. eu.." ucap 'Takumi'menggantung. "Apa kamu suka permainan?" tanya 'Takumi'.

"Permainan? Ya tentu aku suka," jawab Sakura polos. Dia tak tahu permainan apa yang dimaksud 'Takumi'.

"Oke bagus. Begini aku harap kamu bisa merahasiakan ini dari orang lain. Anggap saja ini rahasia kita berdua. Dan jangan cari aku di kelas, pokoknya jangan. Jangan tanya tentangku pada anak-anak kelas X-A," 'Takumi' mulai menjelaskan permainannya.

"Ini permaiannya? Kenapa kita harus merahasiakannya? Aku pikir kita bisa berteman setelah ini," jawab Sakura heran.

"Ayolah Sakura, kamu tidak seru. Jika kamu bisa melakukannya seharian ini, aku pastikan akan ada sesuatu hal yang baik padamu. Aku jamin," jelas 'Takumi' lagi meyakinkan Sakura untuk masuk dalam permainan yang 'Takumi' maksud.

"Oh ada hadiahnya? Lalu apa hal baik itu?"

"Salah satunya kita akan bertemu lagi, aku janji," ucap 'Takumi'.

"Lalu yang lainnya?" desak Sakura penasaran.

"Kamu akan tahu setelah kita bertemu lagi, aku jamin," jawaban 'Takumi' sepertinya bisa menyakinkan Sakura. Terlihat dia seperti sedang mempertimbangkannya.

"Anggap saja kita tak saling kenal. Oke? Kamu mau, kan?" lanjutnya lagi.

Sakura terlihat berpikir cukup lama.

'Takumi ingin merahasiakan semua ini? Tapi aku baru saja ingin mengenalnya lebih jauh dan melupakan Sasuke-kun. Tapi aku harus menghargainya, apalagi dia bilang akan ada hadiahnya. Mungkin harus aku ikuti permainan darinya,' batin Sakura.

"Oke. Baiklah... jadi setelah bel masuk kita adalah orang asing. Hem? Menarik juga," Sakura menyetujuinya, bibirnya tersungging sebelah.

"Kalau begitu aku duluan," ucap Sakura mendahului menaiki tangga.

"Hn. Oke," sahut 'Takumi' singkat. Meski singkat tapi terukir senyuman di sana. Dan Sakura bisa melihatnya, Sakura pun membalas senyum itu dengan senyuman lebarnya dan terus menaiki tangga.

"Haah... ternyata dia anak yang menyenangkan. Aku harap Shizune-sensei memberiku hukuman membersihkan kolam renang juga," ucap 'Takumi' yang sekarang kembali lagi menjadi Sasuke. Tak ingin terlambat lagi karena sekarang pelajaran Kakashi-sensei, Sasuke pun segera menyusul Sakura yang sedari tadi sudah mendahuluinya, mungkin Sakura sudah masuk kelas.

Benar saja sudah tak terlihat lagi Sakura dan Sasuke intip kelas Sakura. Di sana Sakura sedang duduk memperhatikan Kakashi-sensei yang sedang menrangkan. Mungkin tadi Sakura diizinkan untuk masuk kelas. Sasuke kemudian berdiri di depan pintu kelasnya dan melepas jaket serta kacamatanya. Dia ketuk pintu itu perlahan. Untung saja sepertinya Shizune-sensei sudah selesai mengajar karena sekarng pintu sudah terbuka dan menampilkan senyum pada Sasuke yang ada di hadapannya.

"Jadi hukumanku apa, Sensei?" tanya Sasuke yang masih ada di ambang pintu.

"Masuk dulu. Nanti aku beritahu setelah istirahat pertama, kamu ke kantor guru dan ambil beberapa berkas soal. Kamu bagikan kepada teman-temanmu, di sana aku akan beritahu apa hukumanmu," jelas Shizune yang sudah di luar kelas.

"Aku ingin membersihkan kolam renang yang ada di gedung kelas XII," Shizune mengangkat satu alisnya merasa heran ada yang minta hukuman langsung seperti itu.

"Hm? Ya boleh. Nanti aku tunggu di ruang guru setelah istirahat. Cepat masuk, nanti kena hukum Kakashi-sensei," ucap Shizune dan pergi meninggalkan Sasuke yang mengangguk.

'Yes!' ucap Sasuke dalam hati. 'Kita akan bertemu lagi Sakura,' lanjutnya lagi dalam hati.

"Kau tersenyum, Sasuke-kun," suara itu menginterupsi Sasuke dari lamunannya. Dan ternyata suara itu adalah milik sang guru yang berdiri di belakangnya.

"Aku tak tersenyum," balas Sasuke yang sudah berubah ke mode stoic-nya. Langsung melesat menuju mejanya yang bersebalahan dengan laki-laki berambut hitam dengan ikatan kepala yang menyerupai nanas.

"Setidaknya ada yang bahagia di sini," ucapnya menyindir Sasuke. "Baiklah.. buka halaman 45, bacakan Shikamaru," perintah Kakashi pada laki-laki yang bersebelahan dengan Sasuke.

"Ck. Mendokusai," gumam Shikamasru. Tapi pada akhirnya dia melakukan apa yang diperintahkan oleh sensei-nya.

.

.

.

.

RIIIIIIING

Bel istirahat pertama akhirnya berbunyi dan semua anak-anak menjadi ribut. Terutama di kelas X-B. Tapi kebisingan ini tidak membuat seorang gadis manis yang tengah termenung di tempat duduknya sendiri.

'Hmm.. bagaimana ini? Aku masih belum bisa melupakan Sasuke-kun. Terus ada Takumi yang sepertinya... dia anak baik. Dia membuatku penasaran ditambah dengan permainan tadi yang dia ajukan. Sekarang aku tak bisa bertanya pada temannya siapa dia sebenarnya. Dan karena permainan ini aku tak bisa melihat Sasuke-kun, syukur-syukur aku bisa melihatnya di koridor, dia kan jarang sekali keluar kelas,' ucap Sakura dengan segala kegalauannya.

"Hey Sakura-chan. Kenapa tadi pagi bisa kesiangan?" kini teman Sakura bertanya. Wanita cantik dan pandai bergaul juga pintar terutama olahraga. Yamanaka Ino.

"Hm?" Sakura tersadar dari lamunannya. Dan menoleh ke arah Ino.

"Aku tak dibangunkan oleh Karin-nee," jawab Sakura malas-malasan.

"Ooh.. kalau begitu kamu kemana saat Kakashi-sensei menghukummu di luar? Padahal dia Cuma mengerjaimu, Sakura," ucap Ino. Sakura mengangkat satu alisnya tak mengerti.

"Maksudmu? Dia mengerjaiku saja dan berencana memasukkanku ke kelas? Begitu?"

"Hmm... tidak. Aku bercanda hahaha.." Ino tertawa karena berhasil mengerjai Sakura hari ini. Ya itulah salah satu kesukaanya, mengerjai Sakura dengan candaan atau bahkan leluconnya.

"Sial! Aku kena lagi. Sini kau Ino-pig!" Sakura pun bangkit dari kursinya dan mengejar Ino yang sudah lari ke arah pintu kelas dan keluar kelas.

"Haha... kejar saja kalau kamu bisa, Sakura-forehead," ledek Ino.

Sakura juga berlari mengejar Ino yang entah mengapa larinya cepat kalau melarikan diri. Oh salah. Dia memang atlet. Dia jago dalam bidang olahraga. Ketika Sakura sudah hampir di ambang pintu, dan karena tak memperhatikan sekeliling, saat akan berbelok ke arah kiri...

BUG!

"A.. I-ittaai..." Sakura meringis kesakitan sambil mengusap kepala bagian kepalanya, padahal tidak sakit.

"Agh!" ringis orang yang kemungkinan orang yang Sakura tabrak yang ternyata adalah Uchiha Sasuke.

Orang-orang melihat kejadian itu hendak membantu namun tak jadi karena Sasuke sudah berdiri. Sasuke menghampiri orang yang tadi menabraknya.

Dari sisi pandang Sakura, ada orang yang mengulurkan tangan kepadanya.

"Daijoubu?" suara baritone itu begitu Sakura kenal hingga membuatnya terkejut dan langsung membuat Sakura menengadahkan kepalanya memastikan kalau pendengarannya salah. Tapi apa yang Sakura bayangkan ternyata benar, dia Uchiha Sasuke.

'Wajahku pasti sudah merah seperti kepiting rebus,' batin Sakura.

Sakura pun mau tak mau menyambut tangannya walau kejadian akan penolakan kemarin masih segar di ingatannya.

"Arigatou, Sasuke-kun," ucap Sakura membungkuk, tertunduk dan mulai menepuk-nepuk roknya dari debu.

"Hn," ucap Sasuke dingin. Lalu pergi melewati Sakura begitu saja.

Padahal tadi dia menanyakan keadaan Sakura. Sakura terus saja tertunduk agar wajah merahnya tak terlihat oleh orang lain. Karena malu Sakura pun masuk lagi ke kelas. Sedang tak jauh dari sana Ino menahan tawa karena geli melihat tingkah Sakura yang malu-malu seperti itu di depan orang yang disukainya dan tak sengaja dia juga melihat Sasuke berbalik menolehkan kepalanya.

'Woow... akan ada pasangan baru niih, yuhuu..' batin Ino.

Merasa ini karena ulahnya juga, Ino pun masuk lagi ke kelas dan menemani Sakura, nah di sana lah Sakura membalaskan dendamnya dengan menggelitiki Ino sampai keluar air mata, teman-temannya yang ada di kelas hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dengan tingkah laku duo itu.

.

.

.

.

Sasuke's POV

Oh istirahat ternyata. Aku harus segera ke ruang guru.

"Kau mau kemana, Sasuke?" tanya Shikamaru temanku yang pelamas ini. Tumben sekali dia tidak tertidur saat istirahat.

"Hn. Ruang guru," jawabku singkat. Tak ingin berlama-lama lagi aku langsung saja pergi keluar kelas.

"Haha... kejar saja kalau kamu bisa, Sakura-forehead."

'Sakura? Forehead? Mungkinkah Sakura Haruno yang itu?' ucapku dalam hati yang berjalan melewati X-B kelas Sakura berada. Mendadak aku jadi ingat dia lagi, dan entah kenapa ingin sekali melihat wajahnya yang sedang tersenyum itu. Mengingat dia sedang mengerjai kakak perempuannya jadi terbersit untuk menjahili si baka aniki itu juga. Wajah Sakura yang sedang berseri-seri itu... haaah apa yang kupikirkan? Aku baru mengenalnya. Tapi kenapa aku membuat permainan itu dan berbohong padanya?

Karena aku melamun tak sadar kalau ada orang yang menubrukku sangat keras.

BUG!

"Agh.." aku meringis sakit terhantam oleh orang yang tak punya mata ini. Aku pun melihat orang yang tadi sempat menubrukku ini...

"Ah.. I-ittaai.." ringis orang tadi yang menabrak yang ternyata-

'Eh? Sakura? Ini Sakura yang aku bicarakan tadi readers. Astaga dia pasti kesakitan. Aku harus bantu,' batinku. Aku pun berdiri untuk menolong orang yang tadi menubrukku. Kalau bukan Sakura mungkin sudah aku bentak. Tapi ini Sakura yang sudah menyatakan cinta padaku kemarin. Ehh... kenapa aku terdengar senang dengan kenyataan itu?

"Daijoubu?" tanyaku pada gadis ini mengulurkan tangan.

Lihat. Dia langsung menengadahkan kepalanya. Matanya terbelalak. Lalu... dia memerah seperti kepiting rebus dan menyambut tanganku. Saat dia menyentuh tanganku, tangannya lebut sekali dan mungil. Ini mengingatkanku saat tadi pagi di perpustakaan.

Deg!

Oh dia melepaskan tangannya dari tanganku. Aku ingin menyentuh tangannya lagi. Perasaan apa ini? Hei.. kenapa dengan jantungku?

Sakura sudah berdiri dan membersihkan debu di roknya yang mungkin saja menempel di sana.

"Arigatou, Sasuke-kun," ucapnya padaku yang tertunduk. Kenapa dia harus malu segala? Padahal pada 'Takumi' tak segugup ini.

"Hn." Sial! Kenapa dengan lidah sialan ini? Harusnya aku lebih ramah lagi. Ah sudahlah. Hei.. jantung! Kenapa denganmu? Berhentilah berdetak terlalu cepat. Lebih baik aku pergi saja.

Saat aku melewatinya Sakura semakin tertunduk, mungkin karena malu atau menyembunyikan wajah merah padamnya itu.

'Dia manis,' ucapku dalam hati. Aku menoleh ke belakang untuk melihatnya lagi tapi Sakura sudah tak ada di tempatnya lagi. Aku juga kembali pada urusan yang harus aku selesaikan.

End of Sasuke's POV

Sasuke terus pergi ke ruang guru untuk menemui Shizune-sensei. Di sana banyak guru yang berlalu lalang sibuk. Ada juga seorang murid yang sedang dimarahi oleh gurunya. Sasuke pun menghampiri guru biologinya yang sedikit agak jauh di sudut sana. Anak-anak perempuan di sana sontak langsung berbinar-binar matanya. Berbisik dan sedikit menjerit, beruntung bisa melihat siswa tertampan di sekolah ini.

"Ohayou.. Shizune-sensei. Apa yang harus saya lakukan?" tanya Sasuke to the point kepada senseinya yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Merasa namanya dipanggil sang guru berhenti mengetik dan menoleh ke sumber suara.

"Oh Sasuke. Kamu nemepati janjimu ternyata, aku pikir karena kamu salah satu penyumbang terbanyak di sekolah ini tak akan datang," Sasuke hanya diam meski dikatai seperti itu oleh gurunya sendiri. Sasuke tahu Shizune tidak begitu suka pada Sasuke karena terkadang dia tak mendengarkan saat pelajarannya berlangsung.

"Hn. Walaupun saya seperti itu saat di kelas anda, ayah saya selalu mengajarkan saya untuk bertanggung jawab jika melakukan kesalahan," jawab Sasuke yang masih kalem saja. Tak lupa dengan tampang datarnya.

"Fotokopi soal-soal ini. Jangan lupa untuk dibaca, karena besok aku akan melakuakn pre test. Jadi baca dan kerjakan soal ini. Oh dan hukuman itu, jangan lupa bersihkan kolam renang yang ada di gedung kelas XII," perintah sang guru lalu menyerahkan berkas materi dan soal kepada Sasuke. Serasa tak ada kepentingan lagi Sasuke pun permisi dan pergi menutu tempat fotokopi. Selesai memfotokopi semu materi dan soal dia pun kembali ke kelas. Sasuke juga sempat melirik ke dalam kelas X-B untuk memastikan kalau Sakura baik-baik saja.

'Aku harap kamu tidak melanggar janji kita, Sakura,' ucapnya dalam hati dengan seringainya yang khas.

Hari itu Sakura dan Sasuke menjalani kegiatan di sekolah seperti biasa. Sakura masih bisa menahan rasa penasarannya dan Sasuke sudah tak sabar untuk pertemuan kedua dengan Sakura sebagai 'Takumi'. Memikirkannya saja membuat mereka berdua senang apalagi si perempuan yang sepertinya akan mendapatkan pengganti 'baru'. Andai kamu tahu siapa 'Takumi' sebenarnya, Sakura.

RIIIIING!

Akhirnya saat-saat yang sangat dia tunggu-tunggu. Tapi sebelumnya Sakura harus pergi ke gedung kelas XII untuk menyelesaikan hukumannya dari Kakashi-sensei.

Di kelas sebelah Sakura, X-A seorang pemuda sedang memakai kacamata dan jaketnya. Dia tidak langsung keluar, menunggu si gadis merah muda itu keluar terlebih dahulu dan menunggu untuk beraksi.

つづく


Yaah.. chapter 2 sudah update lagi

Dan masih sedikit dengan alur yang sangat lambat dan tak mudah dimengerti...

Apa yang diinginkan author sangat tak jelas, bener gk?

Saya pemula, maklum..

Saran, kritik, flame saya terima..

Well, mind to review? :)

Regard, Arufi-