Naruto belong to Masashi Kishimoto
Red-volution proudly present
Dearest
Warn : Rate bervariasi (M untuk amanya aja), tema bervariasi, bisa AU/Semi-Canon, OOC, typo(s), grammar error, bersifat open-ended, tidak ada alur pasti dan ketetkaitan antar chapter supaya bisa berhenti kalau mendadak habis ide
NaruSaku
Dont like, dont read!
Enjoy
Setting chapter : Post-canon/Semi-canon
Genre : Romance
.
.
Naruto cukup kepayahan menelan ludahnya. Ia sudah melakukan semampunya untuk tidak terlalu banyak menatap. Kalau saja gadis di sampingnya memergokinya maka pemuda itu tidak tahu harus membuat alasan apa. Tidak mungkin dirinya terang-terangan bilang kalau sejak beberapa saat lalu terus menatap tubuh bersimbah peluh kekasihnya itu kan? Ia bisa mati karena tinju supernya.
Sial! Cuaca hari ini juga sangat panas. Padahal ini bukan kali pertama mereka latihan bersama. Sebelum-sebelum ini mereka sering melakukan sparing beradu taijutsu. Salah satu aktivitas quality time yang sedikit berbeda dari pasangan lain. Sebelum ini ia tak pernah merasa ada masalah. Tapi kembali lagi. Entah karena cuacanya atau apa, hari ini Sakura memutuskan berhadapan denganya hanya dengan sport bra dan celana pendek ketat yang jadi ciri khasnya.
Naruto pria tulen. Ia tidak munafik untuk berpura-pura tidak suka dengan penampilan wanita lain selain kekasihnya. Tapi dirinya cukup berani mengatakan bahwa kebanyakan fantasi nakalnya bersumber dari gadis pink ini.
Selama karir ninjanya, utamanya sejak kembali dari latihan dua tahunya bersama mendiang Jiraiya, pemuda itu sudah cukup sering dimanjakan penampilan Sakura. Identik dengan warna merah, celana pendek, dan baju sleveless. Gadis itu terlalu sering mempertontonkan kulitnya... meski ia cukup yakin bukan itu niatanya saat berpakaian. Yah, cukup disayangkan ada bagian tertentu dari kekasihnya yang tak semenonjol gadis sebayanya. Meski ia tidak peduli dan tetap menyukainya apa adanya. Tapi dengan caranya berpakaian... lekuk tubuhnya... ketiak mulusnya saat ia merentangkan tangan... gosh, ia jijik pada pemikiranya sendiri.
' Sakura-chan bukanlah objek fantasi bejatmu!'
Memang kenyataanya ia sudah pernah melihat tubuh polosnya. Tapi ada pesona lain yang membuat Naruto kerap tertegun dengan pilihan pakaianya. Sport bra merah yang menutup bagian atas dengan mempertontonkan perut langsing dengan otot feminimnya. Lenganya yang mulus tanpa knee-pad atau sarung tanganya. Serta jenjang kaki panjangnya... astaga...
"Kenapa Naruto?"
"Cuacanya benar-benar panas ya, Sakura- chan."
"Kurasa juga begitu." Sakura menenggak botol minumnya lagi.
Naruto menahan napas saat gadis itu mendongak. Jenjang leher mulus berpeluh itu bergerak perlahan saat dirinya menelan minumanya. Sumpah, Sakura harus benar-benar menghentikan ini sebelum dirinya kehilangan kewarasan!
Sakura tidak pernah berpikiran dirinya seksi atau semacamnya. Hanya selama kekasih pirangnya menyukainya apa adanya maka itu sudah lebih dari cukup. Lalu bagaimana pendapatnya tentang pemuda itu? Ya, dirinya tidak pernah menceritakan kriteria macam apa yang ia sukai dari tubuh seorang lelaki. Sejauh yang ia ingat dirinya hanya penasaran dengan tubuh seorang Uchiha Sasuke. Setidaknya begitu sampai pahlawan desa berambut pirang, sahabat dekatnya, mengalihkan semua prioritasnya dari pemuda stoic itu.
Sejujurnya mungkin sebenarnya ia sudah cukup lama hapal postur tubuh Naruto. Utamanya saat kembali dari latihan dua tahunya. Tubuhnya jadi tambah tinggi dan sedikit berisi, bukti latihan fisik kerasnya. Kalau bukan karena jaket jumpsuit bodoh berwarna oranye khasnya mungkin dia bisa mendapat lebih banyak perhatian dari lawan jenis. Utamanya karena kulit eksotisnya... o-oke, dirinya mengakui bagian itu cukup seksi...
Ia ingat saat pemuda itu berlatih di training ground ini. Bertelanjang dada mencoba membelah sebuah air terjun -secara harfiah. Bahu kokoh yang tampak mengeras beserta punggung lebarnya dengan percikan air yang perlahan membasahinya. Sayangnya saat itu dirinya belum sepenuhnya memberi perhatian. Hanya setelah perang berakhir dan mereka mulai menjalani hubungan. Saat itu ia bisa yakin... Naruto punya tubuh yang bagus... tubuh yang sering ia jadikan referensi tentang-
Sakura berjengit kaget. Menggelengkan kepalanya. ' Apa yang kau pikirkan!? Harusnya si bodoh itulah yang mesum dan bukanya kau!' Teriak nuraninya.
Iris hijaunya melirik ke sebelahnya. Seperti biasa. Naruto tak terlalu mengenal batasan denganya. Tidak di momen intim mereka maupun di tempat tak lazim ini. Bertelanjang dada dengan celana panjang oranye tetap membungkus kakinya. Keringat mengucur di tubuh tan itu setelah efek sparing mereka. Mengalir perlahan dari leher turun ke dada bidangnya dan ke perut sixpack-nya. Six-path? Apa yang ia pikirkan sekarang ia sendiri tidak tahu.
Ia melirik penampilanya sendiri, lalu melirik penampilan Naruto. Ada sesuatu yang bergejolak di dalam perutnya. Mendapati bahwa dari tadi mereka berbaku hantam dengan pakaian minim ditengah terik matahari? Ia bisa membayangkan wajah sahabatnya Ino, memasang seringai nakal sambil berkata-
'Kau benar-benar kinky, jidat.'
Wajahnya seketika memerah.
"Sakura- chan?"
Dirinya tak berani menoleh mendengar suara bariton itu. Memeluk kakinya, membenamkan wajahnya di kedua lututnya.
'Dasar Naruto bodoh dan tubuh bodohnya!'
.
.
.
End
