Disclaimer: Anime ini bukan punyaku
Heretic
...
...
...
Monolog Rias Gremory
Aku tidak ingat kapan sahabat sahabatku mulai menjauhiku, bahkan Sona juga mulai menjaga jarak dariku. 12 tahun lalu, aku kehilangan ingatan. Saat itu pula aku kehilangan teman temanku. Hanya Akeno dan Onii-chan yang ada di sisiku.
Suatu saat aku melihat sebuah foto di buku kamarku, aku tidak tahu foto siapa itu lalu ku tanyakan kepada Akeno, tapi ternyata dia sedang keluar. Jadi aku tanyakan saja kepada Onii-chan namun dia malah membakarnya. Saat itu aku merasa ada yang benar benar hilang dari kehidupanku.
Aku tidak ingin merasa kehilangan lagi. Aku memutuskan untuk menjadi kuat. Pertama tama aku mulai berhenti memanggil Nii-chan dengan manja. Dan memintanya untuk berhenti memanjakanku. Tentu saja Nii-sama tidak mendengarkannya dan tetap memanjakanku.
Lalu ketika usiaku mencapai 14 tahun, pada saat aku di sekolah Sihir tingkat SMP di tahun ke tiga aku mengalami hal yang begitu memalukan yang sangat kusesali hingga saat ini. Sungguh, memikirkannya saja sudah membuatku ingin muntah.
Aku merusak hubunganku dengan Sona.
Aku lahir dari keluarga Gremory dan Bael, Keluarga Bael terkenal dengan kemampuan Power of destruction nya yang sangat luar biasa kuat. Walaupun aku tidak menguasainya, walaupun aku tidak berbakat, bisa menggunakan Power of destruction sudah sangat membuatku ditakuti. Bagaimana tidak, power of destruction benar benar bisa menghancurkan apa saja yang dilewatinya.
Seperti kata pepatah, kekuatan yang besar selalu diiringi dengan tanggung jawab yang sama besarnya. Namun aku terlambat menyadarinya. Aku pun tumbuh menjadi gadis sombong, lalu disanalah Sona, satu satunya sahabatku selain Akeno yang masih mau berteman denganku, dia menegurku dan karena aku selalu mengabaikannya, dia menantangku bertarung.
Sona adalah anak pendiam, dia jarang melatih kemampuan tempurnya, dia selalu kutemukan menyendiri di perpustakaan. Tapi dia bukannya pemalu, dia hanya apatis dan tidak terlalu suka keramaian. Kemampuan tempur keluarga sitri juga tidak begitu luar biasa.
Aku menertawakannya atas lelucon yang dia katakan itu.
Dia akan hancur oleh ku jika kami bertarung.
Setidaknya itu yang kupikirkan.
Namun kenyataan berjalan tidak begitu mudah. Kami bertarung begitu lama sampai aku kehabisan demonic power dan tidak bisa bertarung lagi dan kalah. Sona tersenyum kemenangan atasku. Walaupun tubuhnya sudah penuh dengan luka berbanding terbalik dengan ku yang masih belum terluka sedikitpun, dia masih dapat melanjutkan pertarungan. Sedangkan aku yang kehabisan mana sudah tidak bisa melakukan apapun dan akhirnya menyerah.
Sungguh kekalahan yang memalukan. Aku merasa menjadi orang dengan kekuatan mentah yang luar biasa tetapi tolol. Sungguh, aku tidak pernah mengira Sona akan mengalahkanku. Memalukan.
Dari sana aku menyadari betapa naif nya diriku, kekuatan mentah saja tidak cukup untuk menjadi kuat. Faktanya, Sona yang kukira hanya kutu buku mengalahkanku walaupun sihir keluarga sitri dalam hal daya pertempuran tidak begitu kuat, sudah jelas bagiku untuk mengetahui bahwa dia tidak hanya duduk tenang di perpustakaan sambil membaca saja, dia pasti sering berlatih.
Aku mulai melatih diriku untuk menguasai Power of Destruction. Walaupun terlambat, masih lebih baik daripada tidak sama sekali dan menjadi tolol.
Lalu ketika kami lulus. Aku menerima fakta mengejutkan dan sangat menarik. Raiser Phenex, salah satu sahabatku dulu, menjadi lulusan terbaik di angkatanku, bahkan mengalahkan sepupuku, Sairorg Bael. Sungguh aku tidak pernah berfikir dia, yang dulu begitu cengeng bisa menjadi sekuat itu. Aku semakin termotivasi dan terobsesi untuk menjadi yang terkuat. Semua orang dapat berubah bukan? Aku selalu memimpikan diriku menjadi sekuat kak Sirzechs.
Saat aku melanjutkan studi sihirku di Kuoh Gakuen, para keturunan bangsawan iblis seperti para sahabatku dulu, Sona, Sairorg, Raiser, dan lainnya, mulai menghimpun kelompok pelayan mereka.
Akeno adalah pelayan ku dari waktu aku kecil, lalu Gasper Vladi, Vampir yang masih tertidur di peti mati di rumahku. Lalu Shirone, budak yokai yang mengalami stress berat dan masih dalam masa rehabilitasi. Mereka berdua tidak secara resmi mengikuti kelompok karena tidak menempuh pendidikan sihir di Akademi Kuoh.
Sekali lagi, keberuntungan tidak memihakku. Entah karena standar ku yang terlalu tinggi atau memang aku sedang tidak beruntung. Sampai penghujung kelas 1 aku tidak kunjung menemukan pelayan yang cocok lagi.
Kelas 2 aku menemukan 2 siswa kelas 1 yang begitu menarik. Kiba Yuuto dan Issei Hyoudou, seorang Ras dewa dan setengah manusia-naga.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, di tahun keduaku ini aku begitu beruntung. Yuuto dengan sendirinya menjadi pelayanku, sedangkan Issei dengan mudah terbujuk karena dia hanyalah naga mesum. Aku cukup percaya diri dengan parasku, bukan tanpa alasan aku dan Akeno disebut sebagai 2 great onee-sama oleh kelas 1 dan 2
Sebagai bonus, Issei membawa seorang gadis elf biarawati dengan berkah penyembuhan menjadi pelayanku setelah menyelamatkannya dari gereja terkutuk.
Dengan komposisi pelayan yang luar biasa ini, aku cukup percaya diri dengan kekuatan kami.
Buktinya, dia, Issei-kun, dapat mengalahkan Raiser ketika aku dipaksa dijodohkan dengannya.
Namun, sekarang aku dihadapkan dengan situasi yang sama namun aku tidak begitu mengerti.
Aku hanya berharap agar Issei-kun dapat menyelamatkanku kembali.
...
...
...
Semilir angin malam menerpa wajahku. Diterangi cahaya bulan dan ditemani botol anggur di atas meja disampingku, aku duduk di atas kursi goyang menatap rembulan yang sudah hampir menghilang bentuknya. Aku menyeringai lebar melihat cahaya redup itu.
"HAHAAHA! Menarik sekali Sirzechs."
Aku menyesap cairan merah didalam gelas yang ku pegang.
Lalu keluar suara desisan dari mulutku menikmati rasa anggur yang begitu memabukkan itu. Kemudian ku hirup aroma anggur.
"Kau menciptakan situasi yang menguntungkan bagi bocah mesum itu huh."
Sekali lagi aku meminum cairan merah itu.
"Hei Ino."
Aku menyebut nama pelayanku yang setia berdiri di belakangku memandang cahaya redup rembulan.
"Ada apa, Uzumaki-sama."
Balasnya.
"Bagaimana menurutmu, apakah aku dapat mengalahkan si mesum itu?"
Aku bertanya sambil menggoyang goyangkan sisa anggur di gelas yang ku pegang.
Ino menghela napas.
"Aku rasa ada yang salah dengan pertanyaan itu. Seharusnya begini, apakah Hyoudou-san dapat mengalahkan mu? Jika begitu maka..."
Dia berjalan kesisi pinggir balkon memegang pagar yang setinggi perut itu kemudian menatap cahaya redup rembulan dengan senyum tipis. Telinganya yang panjang bergerak gerak lucu.
"...maka akan terasa lebih baik bagiku."
Aku merasa sudut bibir ku terangkat.
"Evaluasi mu terhadapku terlalu tinggi Ino."
Aku menggoyang goyangkan cairan merah di gelas yang ku pegang. menaruh nya di atas meja, kemudian menanggalkan kursi yang ku tempati.
Suara telapak kakiku bergema di gelapnya malam. Aku berjalan kearah Ino yang membelakangiku menatap rembulan.
Aku tepat berada di belakangnya.
Harum mawar langsung tercium di indraku merangsang otak untuk menggerakkan tubuhku dengan berani.
aku merengkuhnya. Tangan kananku menyamankan posisi di perutnya sementara tangan kiriku bergerak liar memegang lehernya kemudian aku menenggelamkan wajahku di leher jenjangnya.
Aku sedikit menggit lalu mulai keluar darah. Benda merah itu bahkan bagiku bau nya lebih memabukkan daripada wine yang baru saja ku minum. Tanpa basa basi aku menjilat jilat leher putih yang mengeluarkan darah itu seperti eskrim yang begitu lezat.
Ino yang tidak selama itu tidak mengeluarkan reaksi yang berati kemudian mulai menengok kearahku. Wajah kami saling tatap, kemudian indraku melihat bibir mungil nya yang basah sedikit terbuka. Tanpa pikir panjang aku langsung melahapnya dan memainkan lidahku didalam mulutnya.
Dia sedikit terguncang, namun tak lama kemudian ikut hanyut dengan ciuman kami.
Puah...
Suara deru nafas kami ketika kami menyelesaikan ciuman kami.
Dia menggapai tangan kanan ku yang setia di perutnya dan mendekatkan telapak tanganku ke mulutnya kemudian menggigitnya.
Perasaan geli dan nyaman di telapak tangan ku mulai terasa ketika dia menyedot darahku.
Mata kami berkilat merah.
Aku kembali menggigit lehernya kemudian menghisap darahnya.
Kami saling menghisap darah di hari yang hampir fajar menyingsing itu. Saling menikmati,s Memuaskan hasrat kami sebagai vampir.
...
...
...
"Baiklah itu adalah materi terakhir hari ini."
Valkyrie jones berucap seperti itu setelah menjelaskan materi tentang sihir api.
"Terima kasih Sensei."
Yuuto Kiba mengucapkan itu kepada Rosseweise. Dia adalah pemimpin di kelas 1A.
"Sama-sama, oiya, aku ingin memberi tahu, besok kalian akan ada latihan tanding dengan perwakian kelas 2A. Jadi persiapkanlah perwakilan kalian. Siapkan 3 orang ok."
Kelas 2A? Bukan kah itu kelas Rias? hm, aku tahu ini pasti adalah ulah Sirzechs.
"Sensei, kenapa tiba-tiba ada latih tanding dengan para senpai? Kenapa mendadak sekali."
Seorang gadis berkacamata bertanya. Dia seingatku kebetulan juga adalah salah satu pelayan Sona. Nama dia Tsubaki Shinra. Evaluasiku terhadapnya adalah bagus. Dia pintar, dia juga termasuk siswi yang pandai menggunakan katana. Tapi yang paling kusuka, dia cantik, dan memiliki body yang perfect. Benar benar wanita idaman bagi orang yang bukan maniak payudara jumbo.
Dari pertanyaan itu aku tahu sepertinya Sona dan para pelayan nya masih belum tahu pertandinganku dengan Issei Hyoudou yang akan dilakukan lusa.
"Latih tanding ini adalah inisiatif dari para guru untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan kalian selama ini, kedua kelas A dipilih sebagai sample dari keempat kelas di tahun yang sama. Dan kau..."
Si Jomblo ngenes menunjukku.
"Harus ikut latih tanding."
Aku sudah tahu perkembangan situasi ini akan memaksa ku untuk ikut serta. Inisiatif guru? Bullshit, sudah pasti ini adalah situasi yang diciptakan oleh Sirzechs.
Kalau memang latih tanding ini dilakukan untuk kami selama setahun ini, tidak mungkin aku akan diikutsertakan sebab aku baru saja masuk sekolah ini dan tidak mengikuti semua kegiatan belajar kelas yang artinya tidak ada perkembangan yang ku dapat dari sekolah ini.
Lalu kalau begitu apa alasan dia melakukan ini?
Sebagai catatan, Sirzechs sudah mengetahui peringkat 4 ku sebagai eksistensi terkuat di dunia. Jadi dia sudah pasti tahu kalau si bocah naga mesum itu sama sekali bukan tandinganku dan tidak akan pernah bisa mengalahkanku. Lalu mengapa dia tetap menciptakan situasi merepotkan untukku?
Meski begitu peringkatku sebagai Vampir adalah ke tiga, Nomor satu adalah paman Alucard Draculea, dan nomor dua adalah Kiss-shot Acerola atau Shinobu Acerola, Ibu dari Ino lalu nomor tiga adalah aku, Naruto Draculea. Namun mereka tidak pernah mencapai 10 eksistensi terkuat di dunia. Jadi sudah jelas bila kemampuan yang menyebabkanku mendapat peringkat 4 bukan kemampuan Vampirku.
"K-kau memikirkan apa, Naruto-san?"
Yuuto bertanya kepadaku karena aku diam terus sejak Rosseweise melenggang pergi. Dia terlihat gugup, sepertinya dia tahu tentang ini.
"Tidak ada, aku akan langsung pulang."
Aku beranjak pergi dari kelas dengan Ino setelah menjawab pertanyaan Yuuto sambil tersenyum tipis.
"Tunggu Naruto-san, kau tidak ikut berunding tentang latih tanding dengan kelas 2A besok?"
Aku berhenti sejenak kemudian menghadapnya.
"Tidak, lagipula keikutsertaanku sudah ditentukan jadi aku tidak ada alasan tidak pulang."
"tapi..."
Aku beranjak pergi.
"Baiklah, semoga harimu menyenangkan Naruto-san."
Ucapnya saat aku keluar dari kelas.
Maafkan aku Yuuto, aku tidak membenci orang baik sepertimu. Tapi maaf saja, aku tidak akan berangkat besok.
Dia berhenti untuk mencoba menghentikanku.
Jadi, jika difikirkan lagi aneh sekali Sirzechs mengusulkan untuk melakukan pertandingan dilakukan lusa. Itu adalah setelah malam bulan mati. Yang artinya kami, Draculea akan melemah setelah menjadi kuat semalam. Ya, itu hanya berlaku untuk Draculea selain aku. Aku mencapai 4 besar bukan karena diriku Vampir. Jika mengikuti perkembangan ini, aku mengerti tujuan Sirzechs untuk melihat kemampuan asli ku.
Latih tanding besok adalah untuk mengonfirmasi kemampuan Vampir ku, lalu duelku dengan Hyoudou untuk melihat kemampuan asli ku. Boleh juga, tapi maaf saja aku tidak akan membiarkan diriku terlibat.
Setidaknya untuk sebelumnya.
Saat aku berjalan di lorong kelas ketika hendak pulang. Seorang wanita cantik bersurai hitam dengan iris mata berwarna lavender berpakaian seperti guru berpapasan denganku. Kelihatannya dia berniat untuk menemui Rosseweisse, kalau memang itu terkait dengan latih tanding besok, berarti dia adalah wali kelas 2A.
Tapi bukan itu yang menjadi pokok pikiran ku sekarang ini.
Aku mengenalnya, sebuah kebetulan yang ajaib kami bisa bertemu disini.
Senyum di wajahku memudar kemudian sudut bibir ku kembali naik.
Jadi kau selama ini ada disini, perempuan lacur.
Aku meliriknya.
"um? Hinata Hyuuga, oof, Hinata Uchiha."
Gumamku pelan namun cukup untuk membuatnya mendengar suaraku.
Dia terguncang berhenti berjalan kemudian dengan gerakan patah patah melihat ke arahku.
Tanpa menghiraukannya aku mengambil sepatu di loker kemudian keluar dari gedung sekolah.
Seringai ku melebar.
Oke, Sirzechs, seperti nya kali ini aku akan mengikuti rencana yang kau buat. Berkat itu aku dapat bertemu dengan wanita yang menghianatiku.
Karena mood ku sedang membaik.
"Kau kenal guru tadi, Uzumaki-sama?"
Tanya Ino yang sedara tadi diam tak bersuara.
"Haha, hanya kenalan lama, tidak penting."
"Tapi dari wajahmu, kau terlihat senang sekali,"
"Itu hanya perasaanmu saja. Sekarang ini mood ku sedang bagus, kau pulang duluan saja. Aku akan mampir ke bar."
Ino menyipitkan matanya kemudian menghela napas.
"Terserah lah, kalau begitu aku pulang dulu."
Ino melenggang pergi dari hadapanku.
"Oke, kalau begitu..."
Aku merogoh kantong celanaku kemudian mengeluarkan Hp dari dalam. Lalu aku menghubungi seseorang yang ingin ku temui.
...
...
...
Taman Lucifer adalah sebuah penghormatan kepada penguasa pertama benua lilith, Kaisar Iblis Lucifer. Taman ini berada di kota kuoh, kota yang awal nya menjadi ibukota kekaisaran iblis yang sekarang sudah perpindah ke ibukota Oda.
Di tengah taman terdapat kolam air mancur yang di tengah tengahnya terdapat patung seseorang bersayap 6 pasang.
Di sisi kolam terdapat bangku tempat duduk.
Disinilah diriku duduk sendiri di sore hari ditaman yang sepi sembari menatap pepohonan taman yang terlihat begitu menarik dalam indra penglihatanku.
Sesaat kemudian aku merasakan bahaya dari titik buta penglihatanku.
Aku langsung melompat ke depan. Membalikkan badanku kemudian aku menghadap keatas.
Swusss
Brak!
Bangku yang baru saja ku tempati hancur berkeping keping.
Dari atas aku melihat seluet 3 orang terbang kearahku.
"Yare-yare, beginikah sambutan mu kepada sahabatmu setelah lama tidak bertemu."
Aku mengacungkan jari tengahku dan mengarahkan kepada satu satunya laki laki dari ketiga orang yang masih terbang itu.
"Tentu saja, ini masih belum cukup, tidak sebelum aku meremukkan semua tulangmu!"
Sairorg, laki laki dengan badan berotot kekar itu melesat kearahku seperti sebuah meriam dengan kepalan tangan yang diarahkan kepadaku.
Tidak mau bonyok tentu saja aku menghindar.
Duarr...
Paving di sekitar kolam berterbangan setelah terhantam bogem mentah dari Sairorg yang secepat kilat itu.
"Kuku, bisa bisanya gorilla bergerak secepat itu."
Aku memprovokasi dia.
Dia menyeringai.
Dalam kemudian melancarkan berbagai pukulan kearahku yang sangan cepat dan kuat, tapi dapat kuhindari dengan santai.
Aku mengalirkan kekuatan vampirku ke kuku tangan kananku.
Dalam satu momen, aku menghempaskan tangan kanan nya dengan kukuku.
Sairorg kehilangan keseimbangan sesaat. Dalam momentum itu, aku memukul perutnya dengan sekuat tenaga dengan tangan kiriku.
Namun...
Duakkkk!
Suara yang memekakkan telinga muncul ketika aku memukulnya karena begitu kuatnya pukulanku.
Wajah Sairorg terguncang, namun tubuhnya tidak bergeming sedikitpun.
Crasak!
Sendi siku kiriku tidak kuat menahan tekanan akibat bertabrakan dengan perut Sairorg sehingga lenganku terpisah dengan tubuhku.
Aku mundur beberarapa langkah kemudian menatap tangan kiriku yang tidak memiliki lengan.
"Wahwah, tidak hanya badanmu saja yang seperti gorilla, tubuhmu juga sekeras batu."
Tap tap!
Dia memukul telapak tangan kirinya dua kali dengan kepalan tangan kanannya.
"Untuk seseorangn yang kehilangan tangan kirinya kau masih bisa berbicara seperti itu huh."
Cahaya kuning di sekitar genggaman tangannya mulai muncul.
Kemudian dalam sekejab dia melesat kearahku dengan genggaman tangan yang disiapkan untuk memukul wajahku.
Aku juga melesat kearahnya dengan kecepatan yang lebih cepat darinya.
Jrasssh!
Tangan kanan ku dengan mudah menembus perutnya.
Cough!
Dia memuntahkan darah.
Srat! Aku menarik tanganku dengan kasar dari perutnya. Darah yang ada di tanganku menguap begitu saja.
"Tapi maaf saja, tubuh kuat dan badan sekeras batu saja masih jauh dari kata cukup untuk menghentikanku."
Sairorg berdiri terdiam, dia terguncang karena betapa mudahnya aku menembus perutnya.
"B-bagaimana, bagaimana bisa..."
Dia mulai kembali akan menyerangku, tapi...
Aku merasakan bahaya dari atasku dan langsung melompat mengambil jarak dari Sairorg sejauh 15 meter. Kemudian muncul diantara diriku dan Sairorg. Aku melipat tangan ku didada sambil menatap 2 orang yang turun ke sisi Sairorg dan sisiku.
"Sudah cukup Sairorg-kun, kau sudah babak belur, jangan memaksakan diri dengan pertarungan yang tidak penting."
Seorang gadis cantik berkacamata mengomeli Sairorg yang hendak melanjutkan pertarungan. Rambut hitam pendeknya bergoyang goyang akibat gelombang angin dari petir yang muncul tadi.
Sairorg mengendurkan sikap tubuhnya dan menghela napas.
"Iya iya aku mengaku kalah, perbedaan kekuatan kami terlampau jauh."
Dia menangkap Phoenix Tear yang dilempar Gadis berkacamata itu kearahnya kemudian meminumnya. Luka perutnya dalam sekejap mata menghilang dan dia terlihat kembali seperti semula, segar bugar.
Dinding diantara kami menghilang menciptakan uap dingin yang menyebar dan perlahan menghilang.
"Ara, Tapi tetap saja, aku tidak mengira Sairorg-sama akan dengan sangat mudah dikalahkan oleh Naruto-san, bukankah begitu, Sona-sama? Ufufufu..."
Akeno yang berada disisiku berucap dan tertawa ala tipe Ara-ara Onee-san.
"Itu benar, aku juga sangat terkejut dengan fakta ini, selama ini aku mengenal Sairorg-kun sebagai yang terkuat di antara angkatan kita. Aku tidak mengira kekalahannya dari Naruto-kun akan se cepat itu. Lalu..."
Dia melihat tangan kiriku yang sudah kembali seperti semula dari tadi.
"Aku baru melihat pertama kali, Rupanya benar, kemampuan regenerasi seorang Draculea sama luar biasanya dengan iblis klan phenex."
Mereka berdua berjalan kearahku bergabung dengan ku dan Akeno.
"Yo, lama tak juma, Sobat lama."
Sairorg mengulurkan tangan nya untuk berjabat tangan dengan ku, aku menyambutnya dengan senang hati. Aku agak tersentak dengan cengkraman tangannya yang kuat, namun aku juga membalasnya dengan sama kuatnya sebagai respek sesama laki laki. Kemudian kami saling berpelukan sambil terus berjabat tangan.
"Ya, lama tidak berjumpa, aku senang kau masih mengingatku, Sairorg."
"Tentu saja aku akan selalu mengingatmu, kita berlima adalah sahabat dari kecil."
"Senang mendengarnya."
Kami menyudahi pelukan kami. Dia tersenyum menampilkan giginya.
Sona menatapku dengan wajah seriusnya, tapi mulutnya memanyun yang tidak cocok dengan wajahnya, tapi menurutku itu sangat Sona sekali, dari dulu dia memang suka mengecutkan bibirnya saat ngambek atau sedang merajuk.
Dia mendekat kepadaku kemudian juga memelukku melingkarkan tangannya di pinggangku. Itu adalah pelukan ringan yang hangat. Dengan singkat dia menyudahi pelukan kami dan mundur memberi ruang untukku dan Akeno.
Sekarang Akeno melihatku dengan lekat. Secepat kilat menutup jarak kemudian mengalungkan lengannya di leherku, memelukku dengan begitu erat. Sensasi empuk di dadaku terasa begitu nyaman.
"Aku tidak dapat melakukan ini sebelumnya karena ada Buchou dan yang lainnya disana."
Aku membalas pelukannya dengan lembut.
Pelukan kami berlangsung sedikit lama. Namun aku harus menyudahinya setelah Sona berdehem.
Sairorg memaling kan wajahnya dengan wajah memerah.
"ehem, jadi... ada apa kau memanggil kami bertiga, Naruto-kun?"
Sona bertanya ketika suasana sudah kembali cair.
"ah, tentang itu, aku hanya ingin mengajak kalian berenam... berlima untuk berkumpul di tempat Raiser."
Mereka bertiga menatapku sendu.
"Maafkan aku, Naruto-san, Buchou menolak tadi saat aku bilang untuk bertemu, kita berenam ditempat Raiser-sama."
Sona menghela napas.
"tentu saja dia akan menolak mentah mentah, Dia sangat membenci Raiser. Andai kau tahu Naruto-kun, semenjak kau pergi dari sini dulu, hubungan kami berlima juga ikut memburuk, terutama Raiser, dia selalu mengagumimu dulu, dia yang paling kehilangan. Mungkin jika Rias masih memiliki ingatannya yang dulu, dia akan depresi."
Ucap sona.
"Raiser mulai berubah, aku tidak bisa bilang perubahan yang dialaminya sebagai perubahan yang buruk atau baik. Dia bertekat untuk menjadi kuat dan tidak cengeng, dia berhasil menjadi kuat, namun seiringan dengan itu kesombongan menguasainya,"
Ucap Sairorg.
"Ufufu, Raiser-sama suka sekali bermain perempuan, kebencian Buchou dimulai ketika dia dipaksa bertunangan dengan Raiser-sama, dan Raiser-sama secara terang terangan mengatakan buchou dan aku akan menjadi budak seksnya."
Akeno mengucapkannya dengan ekspresi bercampur aduk.
Aku menghela napas.
"huh, aku tidak mengira Raiser yang dulu suka bersembunyi dibelakangku menjadi berbeda sekarang, mungkin banyak yang harus diperbaiki, tapi aku senang dia sudah tidak jadi penakut lagi."
"Maafkan aku Naruto-san, aku tidak dapat membujuk Buchou."
"Tidak masalah, aku sudah mengira kalau Rias tidak akan mau. Aku tidak menyangka kalau penyebabnya adalah Raiser, tapi meski tanpa Raiser dia juga tidak akan mau, karena dia membenci ku."
Aku menghela napas kembali.
"Apa kalian tidak rindu ngobrol santai dengan Raiser?"
Ucapku dengan senyum lima jari.
Sairorg mengangguk.
"Sejujurnya aku ingin ngobrol santai dengan dia."
"Yasudah, kalau begitu mari kita bergegas."
Kami berempat berjalan bersama menuju kediaman phenex.
Saat kami baru berjalan Akeno tiba tiba berucap kepadaku.
"Ara, aku tadi menyadari nya loh, Naruto-san. Bendamu tegang kan tadi ufufufu..."
Dia menatap batang ku yang masih di dalam sangkarnya.
Wajah ku memerah, sontak aku menghalangi pandanganannya dengan tanganku.
"Berisik."
"Ufufufu..."
...
...
...
Bersambung...
