Disclaimer: Anime ini bukan punyaku

Heretic

...

...

...

Monolog Raiser Phenex

Bajingan! BAJINGAN! Naga gembel bajingan!

Beraninya dia beraninya dia beraninya dia mempermalukanku. Perempuan itu, Rias Gremory, seharusnya sekarang dia ada disini, di sampingku. Bersamaku menunggu kembalinya 'dia'. Aku berusaha untuk mendapatkannya, mengamankannya agar laki laki seperti naga bajingan itu tidak serta merta mencoba untuk menyentuhnya.

Aku mengerti diri ku ini sekarang adalah orang yang kotor, aku selalu melakukan hal hal bejat kepada pelayan pelayan pribadi ku. Tapi untuk kali ini, walaupun dengan cara kotor sekalipun, aku ingin menyelamatkan Rias dari monopoli Maou. Rias adalah kesayangan Dia, aku tidak berani untuk mengotorinya. Namun aku harus melakukan nya dengan cara kotor agar Maou Lucifer tidak curiga padaku.

Namun, karena naga tolol itu, naga mesum bejat kotor bajingan anjing itu, Issei Hyoudou, semua hal yang ku usahakan pupus.

Ketika aku lahir, ayahku dan ayah Rias pernah membuat janji untuk menjodohkan aku dengan ayah Rias, namun kelihatannya saat itu Zeoticus-sama sedang mabuk, jadi dia tidak ingat dengan janji itu, aku juga tidak terlalu memikirkan nya, namun ayahku selalu mengingat janji itu.

Saat kami kecil, aku bersahabat dengan 5 kawan ku, termasuk Rias. Aku adalah anak yang cengeng, aku sering menangis, dan mereka, 5 teman ku selalu ada untuk ku. Terutama 'Dia', ia yang selalu melindungi kami dari bahaya, ia yang pengetahuannya luas, ia yang tidak pernah menangis, aku sangat kagum padanya, dia adalah idolaku.

Satu hal yang ku sadari, ia dan Rias saling menyayangi, bukan berarti ia tidak menyayangi 4 sahabatnya yang lain, tapi aku cukup sadar, kasih sayang nya kepada rias itu berbeda, aku memikirkan hal rumit ini meskipun aku tidak mengerti sama sekali. Dan aku, sangat mengagumi perasaan mereka. Aku sangat senang bermain dengan mereka berlima, aku berjanji untuk diriku sendiri aku akan melindungi perasaan mereka yang indah itu.

Tapi insiden itu tiba. Ia meninggalkan kami, di usir dari Kuoh karena telah membahayakan Rias. Dalam hati aku kebingungan apa yang harus kulakukan saat ini, orang yang kukagumi telah tidak ada di sini, hubungan kami berlima tanpa ada dia berubah, tidak sama lagi seperti dulu. Aku muak bersama mereka, terutama Rias, dia tidak mengingat apapun tentang nya.

Mulai saat itu aku semakin menguatkan diriku sendiri. Berlatih keras agar perasaan sesal dan kesal ku ini hilang. Setiap pukulan, setiap raungan, setiap kekuatan yang ku lancarkan adalah celaan yang tersirat kepada keluarga Gremory.

Ketika aku menginjak usia Smp, aku kembali melihat Rias Gremory, dia terlihat sombong sekali karena kekuatan bawaan nya. Dia tumbuh menjadi gadis yang sangat menawan dan sexy. Banyak laki laki yang memandang nya dengan pandangan mesum. Aku sendiri adalah salah satunya, tapi aku sadar diri karena dia sama sekali tidak pernah tertarik padaku, dia juga kesayangan dari orang yang ku kagumi.

Suatu hari Rias yang sombong itu dikalah kan oleh Sona, aku tidak bisa menahan tawa ku saat itu, sungguh, mana kekuatan yang kau sombongkan itu. Memalukan sekali.

Tidak dapat dipungkiri, aku selalu tertekan. Aku memaksa diriku terlalu jauh untuk berubah. Ravel selalu menghawatirkan ku karena sikap ku yang dingin. Aku terlalu memikirkan persahabatan kami yang pecah. Aku terlalu memikirkan betapa kurang ajar nya tatapan kepada perempuan yang seharusnya menjadi milik orang yang ku kagumi, sahabat terbaikku.

Saat stress ku sudah tidak terbedung, aku mulai bermain wanita. Itu benar benar sangat menyenangkan. Sungguh, setiap hal nikmat yang kulakukan dengan mereka adalah candu bagiku, aku dapat menghilangkan stress ku. Aku tertawa pada diriku sendiri, Ini dia ini yang ku cari. Aku menjadi kecanduan, bahkan Ravel, adik ku beberapa kali hampir ku perkosa. Tapi akal sehat ku selalu kembali tiba tiba. Aku memukul wajah ku sendiri setiap itu terjadi.

Aku selalu bersikap kasar kepada Ravel agar dia menjauhiku, tapi malah dia semakin menempel padaku. Aku sempat berfikir apakah dia masokis. Aku mulai mendiam kan nya. Apapun yang ku lakukan dia terus menempel padaku, tak peduli apapun itu.

Akhirnya aku lulus, dan aku menjadi lulusan terbaik mengalahkan para para keturunan iblis yang digadang gadang prodigy dari klan mereka. Tidak ada yang memperkirakan itu, karena selama ini aku bertindak biasa biasa saja. Aku dikenal sebagai bangsawan iblis yang suka main perempuan dan hanya omong besar saja. Banyak bangsawan yang tidak terima dan menantang ku duel, yang akhirnya ku kalahkan dengan telak.

Aku kemudian melanjutkannya ke akademi kuoh. Kali ini aku satu kelas dengan Rias, Akeno, dan Sona. Sungguh kebetulan yang menjengkelkan. Dan lebih menjengkelkannya lagi sekolah ini memiliki sistem teman sekelas tidak akan berubah sampai kelulusan.

Karena popularitas ku aku dengan mudah mendapatkan para pelayan wanita. Beberapa dari mereka aku memaksa mereka menjadi pelayanku dan sebagian besar dari mereka tidak sekolah di Akademi kuoh. Dengan itu aku tidak perlu lagi untuk menahan diri hingga menyerang Ravel saat kegilaan ku tiba tiba datang.

Ketika aku kelas dua, muncul banyak murid menarik di kelas 1. Salah satu nya adalah Issei Hyoudou, dia adalah Ras Naga. Dan dia adalah Inang dari naga lain yang bersemayam di dalam tubuhnya. Ddraig, naga legendaris dari daratan Britania, sang kaisar naga merah. Sebulan setelah masuk, dia mulai dikenal sebagai salah satu dari trio mesum. Dan akhirnya menjadi pelayan Rias. bersamaan dengan Kiba Yuuto, laki laki bermuka cantik ras dewa.

Dari sifatnya yang mesum itu aku dapat menebak tujuan dia bergabung menjadi pelayan Rias.

Pada awal nya aku tidak terlalu peduli pada Rias. Aku terlalu malas berurusan dengan nya dan kakaknya yang menyebalkan itu. Tetapi suatu hari aku merasa terbakar setelah melihat dia dan si mesum Issei secara terang terangan saling berciuman ketika si Issei datang ke kelasku. Aku tidak cemburu, aku tidak menyukai Rias, aku hanya marah saat merasa sahabat terbaikku dihianati. Apalagi wajah pas pasan orang mesum yang menggelikan itu, aku benar benar ingin memukul wajahnya.

Hubungan mereka semakin membuat ku terbakar dan aku tidak dapat melupakannya. Saat itu aku teringat janji yang dibuat ayah dengan Zeoticus-sama. Aku langsung mendesak ayahku agar aku ditunangkan dengan Rias.

Aku hanya ingin melindungi dia, tapi dia tidak pernah mau ku ajak bicara empat mata. Itu wajar saja, karena pendekatan ku selalu buruk dan aku dikenal sebagai laki laki brengsek yang suka main wanita. Tapi itu bukan masalah bagiku, selama pertunangan kami di tetapkan aku sudah pasti bisa melindunginya dari siapa pun.

Tapi meski begitu hubungan si budak mesum itu dengan Rias tetap seperti sebelumnya. Aku pun datang ke ruang klub nya dengan izin Maou Lucifer untuk menemui tunanganku. Para budak Rias siaga dan waspada padaku tapi aku tidak memerdulikan kerikil kerikil seperti mereka. Aku sedikit melecehkan Rias dan Akeno, mereka semua marah sekali padaku. Itu adalah pemandangan yang menyenangkan bagiku. Terutama Issei, dia terlihat marah sekali dan menantangku. Aku hendak membakarnya dengan apiku namun dihentikan oleh oleh Grayfia yang mengawasi dan aku terpaksa meningalkan tempat itu.

Dari situ aku tahu satu hal, dengan memberiku pengawasan ketika mengunjungi adiknya, dapat ditebak kalau Lucifer-sama tidak rela adiknya menjadi milikku, walau dari luar dia merestui kami.

Singkatnya kami bertunangan di aula milik klan Phenex, ayah dan ibuku ada di sana. Ravel dan para pelayanku juga ada.

Rias muncul dengan gaun menawan tapi wajahnya tidak terlihat marah atau benci padaku. Aku tidak mengharapkan itu. Dalam hati aku merasa ada yang tidak beres. Dengan arogan dan sifat antagonis ku aku mengenalkan kami berdua sebagai tunangan.

Lalu si gembel Issei datang mengacau, aku ditantang melakukan pertarungan 1 lawan 1 dengan dia untuk mendapatkan Rias. Lucifer-sama menyetujuinya, dia juga ingin mengetes seperti apa kemampuan calon adik iparnya. Bullshit, sudah pasti ini adalah rencananya, sejak awal dia tidak ingin Rias berakhir dengan orang sepertiku.

Aku sendiri juga merasa begitu, bagaimanapun dia adalah sahabatku, dulu. Jika dia berakhir dengan ku maka itu sangat menyedihkan. Tapi jika dia berakhir dengan si gembel Issei tidak ada bedanya dengan berakhir denganku, aku tidak menginginkan itu.

Aku dengan percaya diri dan sombong tentu saja memakan umpan itu, akhirnya kami bertarung. Pada awalnya aku berada di atas angin, tapi lama kelamaan aku terpojok karena kehabisan energi sihir. Aku tidak terluka sama sekali karena kemampuan regenerasi super klan phenex sungguh luar biasa. Tapi energi sihirku akan terkuras sedikit demi sedikit untuk menyembuhkan ku dari luka.

Aku memulihkan luka dan energi ku dengan meminum phoenix tear. Issei protes, namun tidak dianggap karena memang tidak ada aturan tidak boleh menggunakan potion.

Tetapi aku tiba tiba kalah telak setelah dia memukulku dengan gauntlet nya yang menggenggam kalung salib. Dia memukulku bertubi tubi sampai aku tidak bisa meregenerasi karena kehabisan energi. Saat itulah Ravel datang dan menghentikan Issei dan menolongku.

Saat itu juga kemenangan Issei diumumkan oleh Grayfia-sama. Dan aku terbaring di atas tanah ditemani adikku tanpa ada niat untuk berdiri.

Rias dan Issei meninggalkan aula Phenex menaiki griffin. Tanpa perlu bertanya aku tahu kemana dan apa yang akan dilakukan mereka berdua.

Aku telah dipermalukan di tempat tinggal ku sendiri. Perasaan ku tercampur aduk, antara kesal, malu, dan sesal. Aku kesal karena kalah dari gembel seperti Issei, aku ditatap dengan pandangan meremehkan oleh para tamu undangan, ada kata kata seperti 'ternyata hanya omong besar saja' disana sini, aku juga dapat merasakan perasaan malu ayahku. Tapi yang paling mengerikan adalah aku malah membuat hubungan mereka berdua semakin erat.

Aku menutup wajahku dengan telapak tangan kanan ku meratapi kebodohanku. Lalu kesadaranku menghilang begitu saja.

...

...

...

Srak srak srak srak!

Suara langkah kaki yang begitu cepat menggema disaat kaki ku menapak dedaunan. Aku akhirnya keluar dari hutan dan mulai melompat lompat naik keatas atap. Aku berlari dan melompat menuju kearah Menara Jam Raksasa yang mulai terlihat di indra penglihatanku.

'Berhenti Sinon! Turun kebawah dan bersembunyi.'

Suara Ino-sama melalui headset yang ku pakai mengintrupsi pergerakanku. Aku berhenti kemudian turun dari atap dan bersembunyi di gang.

"Ada apa Ino-sama"

'Berhenti.'

Wut?

"A-"

'Diam, jangan bersuara, ada yang membuntutimu tetap bersembunyi. Matikan headsetnya, mulai dari sekarang aku akan menggunakan telepati.'

Ucapnya menggunakan telepati.

Aku segera mematikan headsetku.

Drap drap drap drap.

Aku mendengar derap langkah seseorang di atasku. Aku bersembunyi menempel dibawah balkon perumahan dengan cakarku.

'Ada 2 orang di arah menara, ada 1 di arah kanan, mereka semua tipe sensor. Artinya rute kabur adalah kiri atau belakang. Jika kau ke arah kiri disana kemungkinan ada jebakan, sedangkan jika kebelakang kau akan ketahuan dan dikejar. Melakukan camuflage atau stealth akan berbahaya untukmu.'

Aku mendengarkannya. Aku bisa saja mengaktikan sensorku. Tapi untuk sekarang aku harus menekan energiku agar tidak ketahuan.

'berikan aku perintah.'

'bunuh dia, lompat, pancing mereka.'

Dari perintah singkat itu aku tahu apa yang harus ku lakukan.

Sring, aku mengeluarkan belatiku. Kemudian mengembalikan tekanan energi ku seketika orang diatasku langsung berwaspada kebawahnya.

"Ketemu, dia dibawahku."

Sensorku merasakan orang di arah kanan dan arah menara bergegas kearahku.

Tanpa basa basi aku melompat ke dinding dengan kecepatan super melakukan pijakan kemudian langsung menghujam kearahnya dan menancapkan belatiku telak ke kepalanya membuatnya terkapar seketika.

"Shadow clone"

Gumamku, lalu muncul hologram seperti diriku mulai memisah dariku. Kemudian aku kembali menekan energiku.

Aku itu mengambil pistol dari pinggangku kemudian menembakkannya keatas sekali, kearah menara, tepatnya dua orang yang berjarak 100 meter dua kali, kemudian ke kanan sekali.

Dor! Dor! Dor! Dor!

Mereka menghindari peluru peluru itu, bersamaan itu aku melakukan tolakan dengan kakiku dan melompat secepat peluru yang ku tembakkan.

Sedangkan cloneku berlari secepat kilat kekiri. Aku tersenyum puas ketika mereka terkecoh dan berlari mengejar cloneku.

Mereka bahkan tidak memikirkan kemungkinan aku lompat.

"Perfect."

Desisku.

Aku melebarkan Jubah hitamku kemudian melayang langsung menuju puncak menara jam raksasa yang sangat tinggi itu. Aku berhasil mendarat disana, ketika itu pula aku terhubung kembali dengan Ino-sama melalui headset.

'di sana ada ruangan, masuklah melalui pintu kecil di belakang bagian depan jam.'

Memang benar didalam sana ada sebuah ruangan, aku tidak dapat melihat bagian dalam nya karena dilapisi dengan kaca hitam.

Aku diatas menara jadi harus turun sedikit kemudian bergerak dengan cepat memanjat ke bagian belakang jam untuk mencapai ruangan itu. Aku melihat sebuah pintu kecil yang ukurannya cukup untuk tubuhku. Tetapi pintu itu tidak bisa dibuka.

"Pintu tidak bisa dibuka, Ino-sama. Sepertinya pembuka kenopnya ada di dalam."

'kalau begitu buat lubang di kaca dengan pisau laser.'

Aku kemudian bergelantung dengan tangan kiriku saja dan mengambil gagang pisau di pinggangku kemudian menyalakan nya.

"Pyar."

Dengan cepat aku membuat lubang kecil yang muat untuk kumasuki dengan lenganku lalu membuka penutup kenop pintu itu. Aku masuk ke ruangan dengan kakiku yang masuk terlebih dahulu.

Woa

Aku terpana saat masuk kedalam ruangan yang sangat gelap itu. Namun dengan kemampuan night visionku sebagai Warbeast kucing, aku dapat melihatnya dengan jelas. Ruangan ini begitu kosong, hanya lantai dan kaca yang menjadi dinding ruangan dan juga bagian belakang jam yang anehnya terlihat tembus pandang. Dari dalam sini, aku dapat melihat dengan jelas kota kuoh dimalam hari yang berkelap kelip.

"Huh, daripada Menara Jam, ini malah lebih terlihat seperti Watch Tower."

Gumamku.

'ini memang dulunya adalah Watch Tower, tepatnya pada masa kepemimpinan Generasi Old Devil. Lakukan tugasmu dengan cepat Sinon.'

"Baiklah, apa yang harus kulakukan sekarang?"

'Letakkan kuku ku di tengah tengah langit langit ruangan. Dan gambarlah segi enam dan bintang enam sudut didalamnya dengan darah jari kelingking kiri mu.'

Aku segera melakukannya dengan cepat. Aku meletakkan kuku Ino-sama di langit langit ruangan. Lalu seketika muncul medan sihir yang menutupi seluruh ruangan. Bagaimanapun jika terdapat cahaya dari dalam sini maka aku akan ketahuan.

Kuku ini juga memberi penglihatan extra kepada Ino-san jika diletakkan di tempat yang tinggi. Tergantung seberapa tinggi tempat diletakkannya kuku ini. Dengan ini dia dapat melihat seluruh kuoh tanpa kesulitan. Biasanya dia hanya bisa melihat 100 meter di sekitar anggota Zero-squad atau jika fokus sensor 500 meter. Aku mengucapkan hanya, namun itu tentu saja sangat menakjubkan, bahkan aku sendiri jika dibandingkan dia hanya bisa melihat 20 meter disekitarku.

Yah, dia menjadi navigator kepercayaan Naruto-sama juga bukan tanpa alasan sih. Pengetahuannnya pun sangat dipuji dan ditakuti oleh dewa Odin dan dewa Hermes walaupun masih muda.

Aku mematikan headsetku karena sekarang Ino-san tidak perlu fokus untuk memonitori diriku secara manual dan bisa melakukan telepati dengan mudah.

Aku menggigit jari manisku kemudian menggambar di lantai tepat dibawah aku menempelkan kuku Ino-sama.

'sekarang ke tempat di belakang jam berada.'

Aku segera melakukannya.

'dari sana maju lima petak bergeser ke kiri satu kali. Lalu tunjuk ke arah gambar itu lalu ucapkan. For The Glory of Satan.'

"For The Glory of Satan."

...

...

...

Kami berempat telah sampai tepat didepan gerbang kediaman Phenex.

"Woa, sudah lama sejak terakhir kali aku datang kemari."

Sairorg berujar.

"Sungguh? Kalau aku seminggu yang lalu saat pertunangan Raiser dan Rias. Kenapa kau tidak datang di pertunangan sepupumu?"

Balas Sona sambil memerbaiki posisi kacamatanya.

"Pertunangan mereka eh? Sayang sekali aku melewatkan pertarungan Raiser dengan kaisar naga merah itu."

"Kau bahkan tidak memerdulikan pertunangan Rias dan malah menyesal karena tidak dapat melihat pertarungan mereka huh? Dingin sekali,"

"Karena itu bukan urusanku."

"Apa maksudmu Sairorg-sama! Bukankah Rias adalah sepupumu sendiri, kalian juga bersahabat dekat sejak kecil."

Akeno mendesak masuk kedalam percakapan.

"Tch, buat apa aku menghadiri pertunangan yang sudah pasti dibatalkan."

Balas Sairorg segera.

Mulut Akeno ingin terbuka tapi kembali tertutup karena memang benar apa yang dikatakan oleh Sairorg. Kami semua tahu seperti apa kelakuan si siscon itu.

Keadaan sedikit canggung, aku mengambil kesempatan ini untuk menuju ke tempat penjaga gerbang kediaman Phenex.

"Yo, paman... kerja yang bener, tidur mulu."

Aku menepuk pundaknya dan dia terkejut.

"hah?"

Dia mengucek matanya saat melihatku.

Akeno, Sona, dan Sairorg datang ke sisiku.

"N-naruto-sama!? Ah pasti aku sedang bermimpi, tidak mungkin Naruto-sama ada di kota ini."

Izumo, nama penjaga itu, dia kembali mencari posisi tidur.

Terbersit ide jahil di kepalaku.

Aku menyentuh pipi Izumo-san dan Kotetsu-san yang sudah terlelap. Mereka langsung berjingkat begitu saja karena kedinginan. Mereka meggosok pipi mereka karena kedinginan.

"Izumo-san, Kotetsu-san, lama tidak bertemu."

Sapa ku.

"AAAAaaaa-apa? Naruto-sama, anda kembali ke kota ini? Hoe, Izumo, kenapa kau tidak membangunkanku."

"Mana ku tahu, aku tadi terbangun, kupikir itu tadi cuma hayalanku, ya aku tidur lagi lah."

"Goblok."

"Ya maap, lagian kau juga tidur nya lelap amat, macem kerbau."

"Apa katamu?"

Mereka tidak pernah berubah dari dulu. Selalu bertengkar satu sama lain. Keringat sebiji muncul dikepala kami berempat.

"Ano paman, boleh kah kami masuk, kami ingin bertemu Raiser."

Ucapku.

"Ah, maafkan kami Naruto-sama. Tentu saja anda boleh masuk, Raiser-sama selalu menunggu anda, pasti dia akan senang bertemu kembali dengan anda."

Ucap Kotetsu-san.

Aku tersenyum mendengarnya.

"Kalau begitu saya akan mengantarkan anda sekalian bertemu dengan Raiser-sama."

Ucap Izumo-san kemudian membukakan pintu lalu memandu kami ke mansion Phenex.

"Terima kasih paman Izumo."

...

...

...

Bersambung...