Disclaimer: Anime ini bukan milik saya
Sebelumya ada yang tanya, apa bedanya menara jam dan watch tower di fict ini. Menara jam disini adalah menara raksasa yang ada jam nya didepannya. Sedangkan watch tower disini adalah menara yang digunakan untuk melakukan pengintaian kota selama periode pemerintahan old satan yang dipimpin oleh Lucifer.
Heretic
...
...
...
"Nii-sama, nii-sama, bangun!"
Seorang gadis cantik rambut pirang bor menggoyang goyang kan tubuh Raiser sontak membuatnya terpaksa bangun.
"Gzzzzz... Apasi Ravel, tadi kau memaksa ku tidur sekarang membangunkanku."
"Ma-maafkan aku Nii-sama... k-kau terlihat sangat kacau, makanya aku memintamu untuk tidur. Maafkan aku... ini semua demi kebaikanmu."
"Lantas kenapa sekarang membangunkanku adik sialan?"
"Papa yang menyuruhku. Katanya ada tamu penting."
"Huh? Gangu aja, siapa tamu penting, aku gak pernah punya temen dekat."
"Um, entah, tapi ada beberapa orang tadi, ada adik dari maou Leviathan juga."
"Sona?"
"Um, ya, Sona-san."
Raiser bangun dari ranjangnya.
"Ngapain dia kesini mencariku."
Raiser bergumam sendiri. Wajahnya sedikit bersemu.
"Entah,"
"Tunggu, dia tidak sendiri? Dengan siapa dia? Pelayannya?"
Raiser juga memiliki pelayannya sendiri maka dari itu pastinya dia berfikir Sona dengan pelayan pelayan nya.
Ravel berfikir mengingat ingat wajah wajah orang yang datang.
"Umm... kurasa bukan, Sona-san datang bersama dengan pelayan Rias Gremory, Sairorg-sama, dan satu pria lagi yang aku tidak kenal."
Raiser merengut.
"Hah? Ngapain mereka kesini dengan membawa orang asing. Bawa Akeno pula."
"Buruan Nii-sama."
"Iya iya."
Raiser bergegas mengenakan pakaiannya.
...
...
...
Next day...
Tidak ada hal hal seru atau hal aneh terjadi pagi ini. Seperti biasa Ino membuat sarapan dan mengurus mama, Sinon mengurus tanaman, dan Gaara membersihkan rumah. Jikapun ada perbedaan, itu adalah aku yang pulang tidak sendiri, tapi dengan cewe iblis ponytail yang teler karena salah minum di tempat Raiser.
Ini adalah hari sabtu, seharusnya kami tidak berangkat ke sekolah karena libur di sekolah kami adalah sabtu dan minggu. Tapi karena ada pertandingan antara kelasku dan kelas Rias maka kami harus segera berangkat. Masalahnya, Akeno yang mabuk tidur dikamarku tidak kunjung bangun. Akhirnya aku membiarkan Ino tetap di rumah untuk menjaganya.
"Awas saja kalau kau berbuat macam macam dengan Akeno, Ino."
Ucapku memeringatkan Ino agar dia tidak berbuat yang aneh aneh dengan Akeno.
"Mou, Uzumaki-sama tidak perlu memeringatkanku seperti itu, kami sama sama perempuan, tidak mungkin aku melakukan hal hal seperti itu kepada sesama perempuan kan, ehehe..."
Ucapnya.
"Omong kosong, kau kira aku tidak tahu, kau biseksual... apalagi sesama perempuan, kau tidak akan menahan diri."
Saat aku mengatakan itu, wajah Sinon memucat. Aku selalu melarang dia terlalu dekat dengan Ino.
"J-jadi itu alasan kenapa Naruto-sama tidak memperbolehkanku terlalu berdekatan dengan Ino-sama."
Gumam Sinon.
"Tenang saja, kau hanya perlu berhati hati saja. Lagian, Ino-sama tidak akan mungkin tertarik bermain dengan cewe jelek dan menyebalkan sepertimu."
Ucap Gaara.
"Dih, Impoten sok keras."
Wajah Sinon terlihat sangat marah. Sedangkan Gaara menghiraukannya dan langsung berjalan berangkat duluan tanpa merasa tersinggung sedikitpun. Memang benar bahwa penis Gaara tidak tidak dapat ereksi walaupun dia merasa sangat terangsang berat. Tapi dia adalah pribadi yang kuat, dan aku sangat menghormatinya sebagai pelayan pribadi ku sejak aku diterima di keluarga Draculea.
"Kau tidak sepantasnya menyinggung penyakitnya meskipun kau kesal padanya, Sinon. Biarpun dia tidak tersinggung kau harusnya mencoba untuk mengerti bahwa penyakit Impoten yang Gaara miliki itu sangat menyiksanya."
Wajah Sinon perlahan melunak dan dia menundukkan kepalanya karena merasa bersalah. Telinga dan ekornya yang berwarna biru juga ikut menjadi melengkung layu.
"I-Iya Naruto-sama, kau benar, maafkan aku."
"Kau tidak perlu minta maaf padaku, aku hanya memberi tahu mu. Selama kau mengerti itu sudah cukup. Sekarang kau berangkatlah terlebih dahulu, Selesaikan misi mu tanpa kesalahan lalu pulang."
Aku mengelus kepalanya lalu dia tersenyum menggemaskan dan ekornya bergerak gerak.
"Siap, Tuanku, hehehe!"
Dia berlari mengejar Gaara dengan sedikit melompat lompat senang. Aku tersenyum melihatnya. Dia telihat seperti kucing yang dimanjakan oleh tuannya.
"By the way."
Aku berbalik kembali menatap Ino.
Kuku ibu jari ku memanjang dan menajam. Kemudian aku menusuk ujung jari telunjukku dengan kuku ibu jari ku. Tetesan darah keluar dengan lambat. Lalu ku arahkan jari telunjukku ke arah wajah Ino.
Dia menggapai tanganku dengan sukacita. Dia memegang tanganku dengan kedua tangannya kemudian menjilat, menghisap dan mengulum jari telunjukku dengan ganas. Ditengah iris matanya yang berwarna biru laut aku dapat melihat samar samar simbol hati berwarna merah membara muncul. Penampakan super mesum nya ini tidak akan dia perlihatkan pada orang lain. Hanya karena darahku, dia menjadi seperti orang gila.
Hebat bukan diriku ini, bisa merubah perempuan lesbi menjadi normal kembali hanya karena darahku. Aku sangat beruntung karena dilahirkan dari garis keluarga yang kuat. Uzumaki dengan Mana yang begitu melimpah dikala sudah mengalami masa pubertas dan Draculea, Keluarga Vampir nomor satu.
Aku menarik jariku, dia terlihat kecewa.
"Kalau mau melanjutkan lagi, nanti saja. Aku harus berangkat karena ada latih tanding dengan kelas 2 A. Kau tidak perlu datang, jaga Akeno, dia terlalu banyak tahu, rasa sayang dia kepada Rias hanya akan menjauhkanku dari Rias."
Dia menghela napas kemudian memperbaiki sikap.
"Bukankah lebih baik kau juga tidak berangkat juga, Uzumaki-sama. Kau terlihat tidak begitu peduli ketika Yuuto-san memberitahumu. Apa yang membuatmu berubah fikiran."
Aku menyeringai.
"Kau ingat perempuan yang berpapasan dengan ketika kita pulang."
"Iya, perempuan yang warna rambutnya berwarna hitam keungu unguan dan mata nya berwarna lavender itu kan. Kalau tidak salah nama nya Hinata Hyuuga. Dia wali kelas Rias-ojou kan."
"Dia adalah mantan istri ku."
"What? Kau sudah pernah memiliki istri, Uzumaki-sama? Bukankah dari umur 7 tahun kau menjadi petualang dengan Gaara dan bertemu Arthur-sama lalu bertemu dengan ku ketika umur 10 tahun bukan. Dan sejak itu kita menjadi petualang bersama sampai sekarang, dan aku tidak pernah ingat kau menikah sampai sekarang. Jangan bilang kau menikah sebelum itu."
"Ya, aku menikah dengannya ketika aku datang di keluarga Draculea. Paman Alucard dan Lord Hizashi merencanakan perjodohan politik kemudian menikahkanku dengan anak Hizashi. Dia adalah perempuan yang baik dan lemah lembut. Tapi pernikahan kami tidak bertahan lama. Bahkan tidak lebih dari seminggu. Kenyataan dia tidak ada di Rumania adalah bukti bahwa kami tidak bersama lagi. Kau tidak perlu mengetahui rinciannya. Tolong jaga Akeno, Ino."
"Baik, Tuanku."
Dia membungkuk padaku.
...
...
...
Belakangan aku mendengar desas desus tentang seorang siswi dikelasku yang dimanfaatkan oleh salah satu Guru. Video saat dia melakukan hubungan intim tersebar di seluruh sekolah. Dan foto telanjangnya disebar di mading. Tetapi wajah dia tidak terlihat maka dari itu tidak ada yang mengenal siapa murid itu. Aku benar benar kasihan dengannya, apalagi guru yang memanfaatkannya jelek, tua, dan gendut.
Chizuru, siswi di kelasku yang terbilang sangat bodoh, bahkan kemampuan sihirnya sangat lemah, aku tidak mengerti kenapa sekolah ini menerima dia sebagai murid disini. Melihat gerak geriknya sepertinya dia menyukai salah satu guru di sekolah ini. Dia masuk sekolah ini sepertinya karena ingin bersama guru itu. Melalui 'bantuan' dari seorang Guru dia dapat masuk ke sekolah ini dengan mudah.
Dengan kelemahan itu seseorang memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan blackmail, memerasnya dan memaksanya untuk menjadi pemuas nafsunya.
Setiap Guru itu mengajar di kelasku, aku melihat tatapan gentar dari perempuan itu. Sudah pasti karena dia terlalu sering dimanfaatkan oleh guru itu.
Mengesampingkan informasi minor itu, sekarang aku sedang berada di depan pintu kantor para guru menjawab panggilan dari Rosseweisse-sensei. Aku membuka pintu kantor dan yang terlihat adalah 3 sosok yang sedang mengobrol, Hyuuga-sensei, wali kelas 2a dan Rosseweisse-sensei, wali kelas ku dan Sirzechs.
Ah sudah pasti dia tahu hubunganku dengan Hinata karena paman alucard mengundangnya dulu ketika aku menikah dengan Hinata sebagai penghormatan karena telah merawatku dari aku bayi.
Melihat Hinata mendapat tempat disini, sudah pasti ada campur tangan Sirzechs.
Aku membungkuk kepada mereka bertiga.
"Selamat pagi Sensei."
Aku menyapa mereka bertiga.
"Selamat pagi Naruto-san."
Balas Rosseweisse dengan wajah seolah olah tidak kenal dengan ku.
"Selamat pagi, Naruto-kun."
Ucap Sirzechs.
"S-selamat pagi, Draculea-sama."
Ucap Hinata berdiri dari kursi dan membungkuk kepada ku. Tingkah anehnya ini mendapat respon alis terangkat sebelah oleh si uban jomblo. Dimata Rosseweisse ini seperti seorang Guru yang baru pertama kali bertemu dengan murid dari kelas lain tetapi langsung membungkuk kepada murid nya itu. Lebih lagi, Hinata menyebut nama keluargaku seolah dia mengenalku padahal nama yang terdata di sekolah ini hanya Naruto saja.
"Hinata-sensei kenal laki-laki bajingan ini?"
Rosseweisse berkata dengan nada kasar dan menunjuk wajah datar ku.
"R-rose-sensei, sebaiknya kau tidak menyebut tuan Draculea dengan nada lancang seperti itu. L-lagi pula, bukankah engkau adalah wali kelas Draculea-sama. Tidak baik memanggil muridmu sendiri bajingan."
Roseweisse menghela napas.
"Itu benar, maafkan aku atas tindakan yang tidak mencerminkan seorang guru."
Hinata mengangguk dan tersenyum.
"Lalu, apa hubunganmu dengan Naruto-san. Kenapa kau menyebutnya Draculea-sama?"
Hinata tersentak, saat itu dia menyadari dia telah melakukan kesalahan. Dia berkeringat dingin. Aku mengenalnya sebagai perempuan yang sangat kikuk, pasti sekarang dia sangat gugup.
"A-ano etoo..."
Matanya bergetar, bingung ingin menjawab bagaimana. Saat itu lah dia dan aku bertatap langsung.
Mata ku berkilat biru. Dia diam mematung masih dengan matanya yang menatap wajahku.
'Oh tuhan ku, lihat wajah itu, benar benar tampan, kenapa aku dulu tidak cukup sabar untuk menunggu nya dewasa.'
Setidaknya seperti itu kira kira yang tertulis di wajahnya.
'Dih penyakit narsisnya kambuh lagi.'
Tiba-tiba Suara Ino muncul dikepalaku. Jangan seenak mengganggu diriku berfikir sialan. Ketampananku adalah sebuah fakta. Urus uruanmu sendiri dan berhenti seenaknya membaca pikiranku.
Sedetik kemudian aku mendengar suara helaan napas darinya. Yah, setidaknya dia bungkam dan tidak terus terusan menggangguku untuk saat ini.
Hinata terus menatap wajahku tanpa berkedip, pipinya bersemu merah tipis. Saat dia meninggalkanku dulu umurnya 18 sedangkan aku sekitar 5 tahun, sekarang umurku 17 tahun, artinya dia sekarang berumur 30 tahun. Dia menjadi perempuan dewasa yang begitu ideal. Cantik, manis, berdada sangat besar, bahkan Ino dan Rias yang tergolong berdada besar kalah jauh darinya. Mungkin ukurannya menyaingi ukuran dada milik Bibi Tsunade dan Yasaka-san.
Dada memang salah satu bagian dari fisik perempuan yang sangat menarik perhatian laki laki. Tapi aku secara pribadi tidak terlalu peduli tentang ukuran dada. Justru ukuran pantat yang ideal akan menambah perasaan nikmat ketika bercinta. Sayang sekali pantat Hinata kelihatannya tergolong kecil walau memiliki paha, pinggang dan dada yang luar biasa.
Sekali, aku pernah benar benar merasakan nikmat dan indahnya bercinta, hingga saat ini aku tidak dapat melupakan perasaan itu. Karin Uzumaki, dialah orangnya. dia adalah anak kedua dari bibi sara, adik dari ibu ku. Dia memiliki tubuh yang tidak begitu menonjol. Pantat sedikit besar, dada sedang, tubuh ramping, dan wajah yang sangat cantik, serta ramut merah indah yang menjadi ciri khas klan Uzumaki.
'Dasar mesum'
Kembali muncul celetukan dari Ino kembali.
Berisik sekali, padahal suda kubilang untuk tidak seenaknya membaca pikiranku.
Aku mengabaikannya.
Diam nya Hinata membuat Si uban Jomblo menatap Sirzechs dan dibalas dengan kedikan bahu.
"Ehem."
Aku berdehem dan hinata wajahnya memerah malu karena menatapku begitu lama tanpa sadar.
"Jadi, sensei, Yuuto mengatakan padaku kalau sensei memiliki sesuatu yang ingin dikatakan padaku."
"Baiklah, maafkan aku atas ucapanku tadi. Ada dua hal yang akan ku katakan padamu. Pertama adalah tentang lawanmu dari kelas 2A nanti."
"Sensei."
Terdengar 2 suara dari arah aku masuk tadi, suara yang amat familiar.
"Ah ini dia yang akan menjadi lawanmu nanti, Naruto-san."
Mereka tidak lain adalah Raiser dan Sona. Sungguh kombinasi yang sangat tidak biasa. Sona tidak begitu menyukai Raiser setelah apa yang dilakukannya pada Rias. Begitu juga dengan Raiser.
"Raiser Phenex dan Sona Sitri."
Aku melirik wajah mereka yang berada di samping ku. Raiser terlihat curi curi pandang pada sona.
Diluar perkiraanku, kelihatannya Raiser tertarik dengan Sona. Seingatku mereka berdua dari dulu tidak begitu dekat.
Menyadari lirikanku Raiser balik melihatku.
"Hoho, tidak kusangka pertarungan kita akan terjadi secepat ini, Naruto."
Ucap Raiser dengan keringat sibiji jagung mengantung di kepalanya.
Aku menyeringai tipis.
"Aku menghargai antusiasmu dalam latihan tanding antar kelas ini, Raiser-senpai."
Ucapku.
Alis Raiser berkedut. Dipanggil senpai oleh ku pasti membuatnya merasa sangat tergelitik.
"Tapi bukankah pertarungan dua lawan satu ini tidak adil, bukankah begitu Sensei. Lagi pula Raiser senpai adalah peringkat 1 di antara murid kelas dua, dan Sona-senpai adalah ketua osis yang sangat ditakuti oleh seluruh siswa di akademi kuoh ini. Sedangkan aku hanyalah murid pindahan baru dari kelas satu. Apalagi pertarungan diadakan di siang hari, kondisi lemah para vampir. Aku merasa sangat tidak di untungkan disini, Sensei."
Mereka termenung.
"Hm, masuk akal. Lalu apa engkau memiliki solusi, Naruto-kun?"
Sirzech bertanya sambil tersenyum kearahku.
Aku menyeringai.
"Aku mau melawan mereka kalau aku mendapat imbalan. Bagaimana kalau kita membuat perjanjian, Sirzechs,"
"Tidak sopan sekali memanggil Sirzechs-sama secara langsung,-..."
Sirzechs menghentikan Rosseweisse yang hendak menceramahiku.
Raiser menghilangkan senyumnya dan mendekat ke arahku. Aku dan dia sekali lagi berhadapan langsung kembali. Dia menatapku dengan wajah yang sulit di artikan, sedetik kemudian dia menyeringai tipis.
4 orang lain yang berada di sekitar kami sedikit menjauh merasakan tekanan energi yang sengaja Sirzechs keluarkan. Melihat mereka berempat yang tertekan Cuma oleh energi seperti ini membuktikan betapa jauhnya level ku dengan mereka. Seperti yang di harapkan dari seorang Raja Iblis.
"Menarik, aku akan mendengarkan perjanjian yang kau inginkan, Naruto-kun."
"Aku akan melawan mereka jika kau menjanjikanku lompat kelas saat ujian kenaikan kelas nanti jika aku menang melawan mereka dan mendapat nilai terbaik di ujian nanti."
"Huh? Bukankah itu terlalu gampang untukmu, Naruto-kun. Keinginanmu adalah cepat-cepat lulus dari akademi ini kan."
"Kau boleh menambah syarat yang harus kupenuhi."
Seringai Sirzechs melebar. Dia sudah mengira aku akan mengatakan hal itu. Karena aku ingin cepat cepat menyelesaikan urusanku dengannya dan segera pergi dari Kuoh. Aku tidak ingin terus terusan mengganggu Rias, aku tidak sudi terus terusan melihat wajah Sirzechs.
Kami berdiskusi secara intens. Mereka berempat yang berada di sekitarku dan Sirzechs tidak begitu mengerti apa yang kami bicarakan.
"Jadi, perjanjiannya adalah kau akan lompat kelas jika berhasil memenuhi syaratku, yaitu pertama, kau akan melawan 5 sahabatmu sekaligus, Rias, Akeno-chan, Sona-tan, Sairorg-kun, dan Raiser-kun lalu ketika didalam pertandingan kau tidak boleh menggunakan kekuatan vampir mu."
Ucap Sirzechs setelah melepaskan tekanan energi nya.
"Tu-tunggu Maou-sama, Naruto-sama akan benar-benar melawan kami berlima? Dan Naruto-sama dilarang menggunakan kemampuan Vampirnya?"
Raiser menyanggah Sirzechs setelah susah payah kembali menormalkan napasnya. Hinata dan Rosseweise terlihat tertarik karena Raiser yang biasanya sangat sombong menyebutku dengan sopan.
"Kenapa Raiser-kun, adakah yang salah dengan itu?"
"Naruto-sama harus melawan kami berlima dan dia tidak diperbolehkan menggunakan kekuatan Vampirnya? Tidakkah itu malah lebih buruk dari-"
Sona menghentikan Ucapan Raiser dengan menepuk pundaknya.
"Raiser-san,"
Sona menggelengkan kepalanya memberi isyarat pada Raiser agar tidak mengatakan apapun yang tidak perlu.
"Tapi-"
"Yang dikatakan Naruto-san tadi adalah hanya basa basi agar jalan Negosiasi terbuka, aku juga tidak begitu mengerti apa yang mereka diskusikan, politik memang begitu, Raiser-san. Kau juga sudah melihat bukan, Naruto-san tidak terpengaruh sama sekali oleh tekanan energi Lucifer-sama yang begitu mengerikan tadi."
Bisik Sona di samping telinga Raiser. Wajah Raiser sedikit bersemu, badan nya yang tegang perlahan rileks.
"Jadi apakah ada yang ingin kau katakan, Raiser-kun."
"Tidak, Maou-sama. Maafkan saya mengganggu negosiasi kalian."
"Lalu bagaimana denganmu, Naruto-kun."
Sirzechs tersenyum padaku.
Aku menyeringai.
"Kau memaksaku melepas 'limiter' ku huh. Kau paham betul tentang ini huh."
Dia benar benar ingin melihat kemampuan asliku. Dia paham kalau aku selalu menggunakan kemampuan keluargaku yang sangat ditakuti untuk menyembunyikan kekuatan ku yang sebenarnya. Seperti yang kujelaskan sebelumnya, faktanya adalah paman Alucard adalah vampir terkuat, sedangkan aku adalah vampir terkuat nomor 3, orang tidak akan pernah berfikir aku menyembunyikan kemampuan asliku, aku sebagai Vampir Draculea saja sudah cukup mengerikan. Tapi itu tidak akan berlaku bagi orang orang yang tahu aku adalah peringkat 4 eksistensi terkuat di dunia. Sedangkan paman Alucard tidak pernah mencapai 10 posisi eksistensi terkuat di dunia.
"?"
Tentu saja Sona, Raiser, dan Hinata bingung dengan apa yang ku katakan. Rosseweisse juga tidak begitu paham dengan apa yang ku katakan, tapi dia ingat betul siapa makhluk yang mengobrak abrik Asgard dulu, mencuri Gungnir dan Mjolnir, serta menculik Dewi Skadi atas kemauannya dulu.
"Mah, tentu saja aku tahu, aku ingin memastikannya."
Ucap Sirzechs. Aku mengangguk tidak memermasalahkannya.
"Kedua, kau harus mendapat nilai tertinggi diantara murid se angkatanmu."
"Kalau itu kurasa adalah hal yang wajar, aku harus membuktikan diriku pantas untuk melompat kelas kan kami."
"Aku senang kau dengan mudah memahami nya."
Aku menutup mataku.
"Itu adalah hal yang mudah bagiku."
Aku kembali membuka mataku.
"Lanjutkan, Sirzechs..."
"Ketiga, ini lebih seperti permohonanku padamu Naruto-kun. Kau harus bersedia membatalkan pertunangan mu dengan Rias, dan kau tidak boleh mengganggu rencana ku."
Sudah kuduga, dari awal memang ini yang di rencanakan Sirzechs. Dia ingin aku tidak mengganggu kudeta yang dia rencanakan untuk menggulingkan Kaisar iblis Nobunaga karena hubunganku dengan dia yang cukup dekat karena Nobunaga adalah orang yang mengajari ku banyak sekali trik trik licik, sihir elemen api, dan menembak. Sirzechs juga tidak menyukai Nobunaga karena dia adalah manusia seutuhnya. Maksudku, bayangkan seorang Demon Emperor, makhluk ter atas dari para Ras Demon adalah seorang Manusia asli? Tidakkah itu adalah sebuah ironi.
Fakta nya Ibuku, Sirzechs, ayahku dan Nobunaga dulu adalah murid dari Zhuge Liang Asmodeus dari generasi Old Satan yang telah dibabat habis oleh Sirzechs dan para pengikutnya. Sirzechs dan ayahku menyukai Ibuku, tetapi Ayahku lah yang berhasil mendapatkan hati ibu ku, Sirzechs ingin menjadi Demon Emperor, tetapi Nobunaga lah yang berhasil menjadi Demon Emperor setelah mengalahkan Demon Emperor sebelumnya Raikou Minamoto. Dia sangat membenci Ayahku dan Nobunaga karena dia menganggap mereka merebut keinginannya. Maka dari itu dia membunuh Ayahku dan sekarang ia ingin mengalahkan Nobunaga.
Saat pertama kali mengetahui fakta bahwa ayahku tidak memerkosa ibuku, perasaan benciku kepada Sirzechs semakin membesar, dia sudah menipu ku, menyiksa ku, dan telah membunuh ayahku. Dia fikir aku belum mengetahui kebusukannya, dia masih mengira bahwa aku masih memikirkan hutang budi dari ibuku, dia fikir bisa membodohiku. Tolol.
'Kenapa kau tidak langsung membunuhnya saja, Uzumaki-sama?'
Sahut Ino bertanya padaku lewat telepati.
Ras Iblis membutuhkannya, Ino, hal pertama yang harus dia lakukan adalah membuka matanya. Lagipula aku tidak ingin membuat Rias semakin benci padaku.
'Kau sangat mencintai nya, bukankah begitu, Uzumaki-sama? Apa yang akan kau lakukan setelah ini.'
Kembali, Ino bertanya padaku.
Kau tidak perlu menanyakan hal yang sudah jelas. Dia selalu ada di hatiku. Aku akan mengikuti alur yang di buat. Aku akan menari di tangannya.
'Lalu, bagaimana denganku? Bagaimana menurutmu tentang diriku, Uzumaki-sama.'
Ino? Hm, kau itu seperti Narkoba bagiku, aku membutuhkanmu, kau membutuhkanku, aku dan kau saling ketergantungan dan tidak akan ku lepaskan kau sampai akhir hidupku.
Sudahlah, berhentilah bertanya dan membuatku berfikir tentang hal yang memalukan seperti itu. Kau dengar tadi, bawa Akeno kemari Ino.
'Aku sudah ada disini.'
Seperti biasa, kau sangat cepat tanggap.
'Sinon dan Gaara juga sudah menyelesaikan misinya. Aku bersama mereka berdua sekarang. Aku juga telah mendeteksi bahwa rupanya walaupun hari ini libur, masih banyak sekali murid yang datang ke sekolah. Anggota Osis, Anggota ORC, mereka datang. Vali dan geng nya juga datang. Kelihatannya mereka ingin melihatmu bertarung, Uzumaki-sama.'
Kalau begitu kita berempat langsung menuju ke aula pertandingan saja dalam 30 menit kedepan.
'Oke'
"Kau licik sekali Sirzechs, tidak masalah, aku akan melakukannya. Kita batalkan pertunanganku dengan Rias."
"Tunggu Naruto-sama. Kau yakin? Bukankah kalian saling mencintai?"
Raiser menyela ucapan ku. Rosseweisse semakin menyipitkan matanya kepadaku karena tingkah Raiser yang begitu aneh. Dia terus berucap tanpa ada nya nada sombong padaku. Kemana perginya tingkah sombong bangsawan iblis tengil ini. Mungkin seperti itu yang dia pikirkan
"Kau tidak perlu menatap curiga padaku seperti itu Rose-chan-sensei."
Aku menyebut namanya dengan sedikit nada meledek yang membuatnya malu.
"Seperti yang kau dengar dari Sirzechs, kami berteman sejak kecil."
Valkyrie itu terdiam lalu mengendurkan bahu nya yang terangkat. Sungguh, dia sangat mudah emosi jika melihat wajahku. Bukan hal yang berlebihan sih, Mitologi Nordik adalah salah satu mitologi tertua di dunia ini. Kenyataan anak kemarin sore sepertiku berhasil memporak porandakan Asgard adalah hal yang sangat tabu baginya. Dan mereka tidak ingin dunia mengetahui rahasia memalukan mereka itu.
Meskipun begitu, aku juga adalah alasan kenapa Ragnarok tidak terjadi.
Sirzechs menatap penuh sidik kepada Rosseweisse.
"Ada lagi kah Syarat yang kau punya, Sirzechs. Aku ingin segera keluar dari sini dan menyiapkan pertarungan ku yang tidak seimbang nanti. Bagaimanapun aku hanyalah kelas 1."
"Tidak ada lagi, cukup tiga itu. Tapi untuk pertarunganmu dengan Issei Hyoudou esok akan tetap dilakukan."
"Untuk apa aku melakukan itu, bukankah kau sendiri yang memintaku membatalkan pertunanganku dengan Rias sebagai syarat ku untuk lompat kelas. tidak ada alasan bagiku untuk melakukan pertarungan tanpa arti dengan si mesum itu."
"Lucifer-sama!"
Grayfia muncul dari ketiadaan di depan Sirzechs ketika merasakan aura mengancamku. Aku memuji insting nya itu. Dia langsung bersiaga di depan Sirzechs begitu merasakan sedikit anacaman dariku, padahal selain dia, Rosseweisse, dan Sirzechs terlihat rileks. Veteran perang memang bukan isapan jempol belaka.
Lima peluru es melesat cepat kearahku. Tetapi melebur menjadi debu es saat hampir mengenaiku.
Aku menatap datar Grayfia yang terlihat sangat kesal padaku, pasti dia kesal karena kejadian di ruang klub Rias. kau tidak perlu marah, tante Grayfia, aku dapat menciummu kapan saja.
'Mesum'
Berisik.
Sirzechs memegang pundak Grayfia.
"Kau santai saja Grayfia, Naruto-kun tidak akan menyerangku."
"Baik, maafkan saya Lucifer-sama, mengganggu negosiasi anda dengan Naruto-sama."
Grayfia undur diri menyingkir dan berdiri di samping Sirzechs agak kebelakang.
Aku hanya bisa menyeringai tipis melihat tingkah Sirzechs. Dia terlihat sangat santai, tapi dimataku dia terlihat sangat bersiaga dari awal. Terlihat jelas dari deru nafas nya yang sedikit tertahan. Bagaimanapun didepannya adalah salah satu eksistensi paling berbahaya di dunia ini.
"Maafkan aku, Naruto-kun tapi kuharap kau tetap melakukan pertarungan dengan Issei-kun besok."
Dia tetap bersikukuh agar aku melawan si mesum itu. Dia ingin melihat aku bertarung didalam kondisi lemah ku mengingat nanti malam adalah bulan mati.
"Kalau begitu aku juga memiliki syarat. Tenang saja ini tidak susah."
Sirzechs terlihat berfikir sejenak.
"Kalau begitu apa syarat yang kau inginkan."
Ucap Sirzechs.
"Aku ingin Asia Argento."
Sona menatap tajam padaku.
Sirzechs kembali terlihat menimbang keinginanku ini.
"Kau tidak perlu menatap ku seperti itu Sona-senpai. Seorang kakak tentu saja ingin adiknya bahagia dan ingin selalu bersama nya."
Sona terlihat berfikir. Sudah kuduga Sona tahu bahwa Asia Argento atau Asia Yamanaka adalah putri dari Inoichi Yamanaka yang merupakan Raja Elf sebelumnya dengan Lucia Argento yang merupakan Ras Flugel. Dengan informasi seperti itu saja dia sudah bisa menyimpulakan bahwa Asia adalah adik dari Ino.
"Jadi begitu, mereka beda ibu."
Gumamnya lalu kembali fokus dan mengendurkan wajahnya kembali.
Benar Sekali, merekah adalah kakak beradik tetapi beda ibu. Ibu Ino adalah Shinobu Acerola seorang vampir sedangkan ibu Asia adalah Lucia Argento seorang Flugel.
'Sesungguhnya aku belum pernah bertemu langsung dengan Asia-chan. Kalau dia enggan bergabung, aku tidak mau memaksanya. Aku ingin dia bahagia.'
Ino kembali berceletuk.
Aku paham perasaanmu Ino. Akan takutnya gadis imut sepertinya akan dalam bahaya jika bersama cewe lesbi sepertimu.
'aku mendengarmu, uzumaki-sama~"
Aku mendengar suara horror dari ino di innerku.
s-seperti yang di harapkan dari Kanjeng putri Ino yang agung, aku dibuat ketar ketir.
"Maafkan aku, Naruto-kun, aku ti-"
Sudah kuduga.
"Aku tidak membutuhkan persetujuanmu sebenarnya, apapun jawabanmu aku tidak beguitu memedulikannya. Sebenarnya dari awal aku berniat bertanya sendiri padanya. Kalau begitu aku akan langsung pergi dari sini,... aku terima syarat terakhirmu, tapi kalian tidak boleh menghalangi apapun keputusan dari Asia."
Aku berbalik menuju pintu keluar.
Berhenti, aku melirik Sirzechs kembali dari ekor mataku.
"Aku memang membiarkanmu bermain-main. Tapi jika terlalu jauh aku akan menghancurkanmu. Hewan jinak pun akan mengamuk jika merasa sangat terganggu."
...
...
...
Aku menghela Napas
"Ah... menyebalkan sekali, tidak adakah orang kuat baru yang dapat ku lawan."
Ucapku lelah dengan kebosananku.
"Kau lah yang menyebalkan, Vali. Tidakkah kau bisa bersantai."
Ucap laki-laki rambut cepak dengan tiara atau mahkota atau cincin atau apalah itu di kepalanya. Dia adalah bikou, seorang Warbeast. Aku melihatnya berjalan didepanku dengan gaya seperti preman dengan tongkat sakti nya di pundaknya dengan pandangan datar.
Aku mengabaikan ucapannya.
"Tidakkah kau setuju dengan ku, Kuroka-chan"
Tanya Bikou kepada yokai kucing perempuan disampingku.
"...Ne, Naruto-sama akan melawan 5 iblis tingkat atas dari kelas dua kah? Bagaimana menurutmu, Arthur-san."
Kuroka bertanya pada lelaki pirang di belakangku.
"Aku tidak begitu mengerti Tentang Naruto si anak baru yang kau bicarakan, yang jelas Raiser Phenex itu kuat, Vali saja kalah darinya."
Aku diam tidak menanggapi dia.
Aku merasakan tatapan Arthur yang mengarah padaku dari belakangku. Gadis pirang adik dari Arthur, Le Fay di sampingku juga menatapku lekat dengan wajah heran nya.
"Tidak biasanya kau tidak marah diledek kalah dari orang lain, Vali-nii."
Ngapain aku kesal, Kekuatan si Phenex sialan itu aneh, kemampuan regenerasinya akan berhenti saat dia kehabisan mana, tapi ketika aku membagi kekuatannya, aku malah terbakar sendiri, aku terpaksa bertarung tanpa kekuatan spesialku. Yang aneh itu adalah kekalahannya dari si Issei Hyoudou, rival ku yang lemah itu. Tidak mungkin dia kalah begitu saja, sudah jelas dia Cuma main main dan mengalah.
"Bikou."
Sebutku.
Bikou menegakkan badannya berjalan tanpa gaya songongnya lagi.
"Ah, Orang itu, Naruto Draculea. Jika aku harus mendeskripsikannya dalam kata sederhana, maka aku akan menyebutnya 'Monster'. Tidak bukan hanya dia, tapi semua yang di kelompoknya adalah monster-monster dalam arti yang tersirat."
Le Fay dan Arthur saling tatap sedangkan Kuroka diam mendengar ucapan berat dari Bikou. Bikou adalah orang yang sangat santai, jadi tidak biasanya dia terlihat seserius ini.
"Aku masih merasakan kengerian orang itu. 3 tahun lalu, Kalian tahu kan Cao Cao?"
"Tentu saja kami tahu, dia adalah boss dari organisasi Chaos Brigade yang terkenal di seluruh penjuru dunia, pemilik Tombak Longinus, Tombak Pembunuh Tuhan yang bahkan ditakuti oleh para ras dewa. Kemampuan Tombak Cao Cao tidak salah lagi adalah yang terbaik. bahkan dari yang ku dengar dia mencapai peringkat 8 dari eksistensi paling gak ngotak kekuatannya di dunia ini. Orang terkuat di Organisasi kita ini dulu yang mati bersama kelompoknya tanpa ada yang tahu penyebabnya kecuali Ophis."
Ucap Arthur.
"..."
Aku bingung harus bereaksi bagaimana, kenyataan nya aku dan Bikou juga tahu penyebabnya.
"Penyebabnya adalah mereka semua dibantai oleh Naruto seorang diri dalam misi tanpa perlawanan yang berarti padahal saat itu ada dewa Loki juga disisi kami."
"Wah kalau seperti itu, bukannya pertarungan nanti mereka berlima akan terbantai."
Ucap Le Fay.
"Benar."
Ucapku.
"Tapi bukankah Kemampuan Vampirnya tak bisa digunakan nanti?"
Kuroka yang dari tadi diam bertanya.
"Naruto adalah satu satu nya Vampir yang mencapai 10 eksistensi terkuat di dunia."
Balasku cepat.
"Hm... berarti butuh lebih dari sekedar ras Vampir untuk mencapainya ya..."
Le Fay mencapai kesimpulan itu.
"Benar."
Jawab ku.
"Tunggu, darimana kau tahu alasan kematian Cao Cao?"
Arthur bertanya.
"Tentu saja karena kami melihatnya secara langsung karena kami berada di kelompok Cao Cao. Saat itu misi kami adalah menjemput Dewa Loki yang bergabung dengan Chaos Brigade untuk memulai Ragnarok."
Ucap Bikou.
Aku melanjutkannya
"Tetapi dalam perjalanan kembali kami bertemu dengan si Naruto dan Kelompoknya yang saat itu adalah Dia sendiri, Ino Acerola, Musashi Miyamoto, Gaara, dan Arthur III. Tujuan mereka berlawanan dengan tujuan kami. Tetapi dia sendiri lah yang melawan kami. Dan hasilnya kami terbantai."
"Tapi kau Dengan Tololnya, malah bersemangat untuk bertarung dengannya, Vali. Aku dengan paksa membawa Vali kabur. Dan akhirnya diselamatkan oleh Ophis."
Aku menghela napas. Dia benar, mungkin aku sudah mati dan tidak bisa bertarung lagi sekarang jika dia tidak membawaku kabur.
"Lalu 2 tahun lalu, Kuroka bergabung. Aku dan Kuroka disewa oleh para yokai dari tanah Kyoto yang berada di ujung barat Benua Lilith untuk mengantar Putri Kunou bertemu dengan tunangannya di Ujung Utara Benua Ard, tepatnya Konoha kingdom di Land of Shinobi."
Ucapku.
"Tetapi bukan hanya Aku dan Vali yang mengawal Putri Kunou. Ternyata Yasaka-sama juga menyewa Naruto-kun dan Gaara-san juga. Aku terkejut saat melihat Vali terlihat gentar saat bertatapan dengan Naruto-kun. Ternyata mereka saling kenal dalam arti yang buruk. Tapi aku tidak tahu kemampuan sebenarnya dari Naruto-kun, karena dalam perjalanan yang memakan waktu 4 bulan untuk pulang pergi itu dia tidak ngapa-ngapain sampai membuat Putri Kunou kesal. Tetapi anehnya dia tidak berani untuk macam-macam pada Naruto-kun. sebagian besar urusan Gaara-san yang mengurusnya. Sungguh kemampuan Pasirnya sangatlah praktis."
Lanjut Kuroka.
"Sekuat itu kah?"
Tanya Le Fay.
"Iya,"
Jawabku.
"Tidak hanya kuat, Barangnya juga sangat besar dan lumayan panjang, heheheheheheh"
Ucap Kuroka.
Kami berempat sweatdrop.
"M-mah, aku penasaran. Aku masih ada beberapa pertanyaan padamu Vali, tapi akan kutanyakan nanti. ayo kita bergegas menuju arena. Pertarungan akan segera dilakukan."
Ucap Arthur membalikkan suasana.
...
...
...
Aku sekarang ada di Arena, dihadapanku ada 5 sahabatku yang akan menajadi lawanku. Sorak sorai penonton menggema tidak sabar melihat pertarungan kami.
Kami berenam dipindahkan ke dunia buatan.
Di dunia ini, kematian tidak akan berpengaruh ke keadaan dunia asli. Tetapi jika terkena luka maka akan tetap terluka.
Aku menyeringai kearah mereka. Memancing mereka dengan tanganku yang kuangkat kearah mereka.
"Ayo kemari, akan kuperlihatkan betapa tidak berdaya nya kalian, Senpai."
"Diam kau, Vampir sialan."
Rias menciptkan lingkar sihir di depannya dan muncullah bulatan berwarna merah kehitam hitaman sebesar bola kasti yang melesat kearah kepalaku. Itu adalah kemampuan Iblis Keluarga Bael, Power Of Destruction yang dapat menghancurkan apapun yang dilwatinya.
Wush!
Aku memiringkan kepalaku, aku dapat merasakan kengerian lewat disamping telingaku.
Duarr!
Bola itu meledak.
Aku menyeringai.
"Sekarang giliranku, Senpai. [Gigantic Meteor]"
Masih dengan tangan mengarah ke arah mereka aku merapalkan skillku.
Udara di sekitar kami berhembus kencang dan suhu mulai naik.
"Coba kalian tahan ini kalau bisa."
Kami mendongak melihat ke atas.
Muncul sebuah meteor sebesar satu kota turun tepat diatas kami.
"Ini bohong, kan?"
Gumam Sona. Dia sudah memikirkan beberapa kemungkinan. Jika itu dibiarkan maka meteor super besar itu akan berbenturan dengan tanah maka akan terjadi ledakan yang luar biasa dan semua akan berakhir bahkan sebelum satu menit. Jika mereka menggunakan sihir untuk meledakkannya maka kepingannya akan jatuh dan sudah dipastikan mereka akan kalah, meskipun Sairorg dan Raiser mungkin akan bertahan tapi tetap saja dalam satu serangan saja mereka sudah kehilangan setengah dari mereka. Pilihan lain adalah dengan mengalahkanku sebelum semua itu terjadi, tetapi itu adalah hal yang mustahil. Maka hal paling rasional sekaligus tidak rasional adalah melenyapkan meteor itu. Tetapi itu juga tidak mungkin.
"Astaga..."
Ucap Akeno.
Sairorg menyeringai.
"Kau benar benar gila, Naruto-kun."
Kletuk...
Gigi Raiser bergemelutuk.
"Ini bukan saatnya Kagum, sialan."
Wugh!
Dia memunculkan sayap api nya.
Wush!
Lalu dia melesat menuju meteor itu tepat di tengahnya lalu menahannya dengan kedua tangannya.
"AAAAArgh!"
Kobaran di sayapnya semakin membara.
"Aku tidak akan membiarkanmu mengalahkan kami dengan mudah, NARUTO-SAMAAAA!"
OH MY GOD!
Dia menghentikannya.
Dia membakar seluruh meteor itu.
"Luar biasa."
Ucapku.
Aku memuji mu Raiser.
...
...
...
Bersambung
...
...
...
Aku mengetiknya tanpa menyuntingnya kembali, sori lama gak apdet ehe..
#FFN2022RISEUP
