Disclaimer: Anime ini bukan milikku.

Heretic

...

...

...

Aku melihat api Raiser yang membakar meteor itu dan menghanguskannya menjadi abu secara perlahan. Jika ku perkirakan meteor sebesar itu mampu menghanguskan seluruh kerajaan kuoh. Dan seorang Raiser dapat menghentikannya, melenyapkannya. Aku tidak mengira orang sepertinya bisa dan mau melakukan hal senekat itu. Dia hanya termotivasi saat berurusan dengan Naruto-san. Yang artinya dari kami berlima, hanya Naruto-san yang benar-benar dia anggap sebagai teman.

Ternyata selama pertarungannya dengan Hyoudou, dia menahan diri sejauh ini.

"Sona,"

Aku tersentak saat Rias menyebut namaku.

Kubenarkan posisi kacamata ku dan aku kembali fokus. Benar, ini bukan saatnya untuk kagum. Kuucapkan terima kasih dalam hatiku kepada Raiser yang berhasil membuat pertarungan kami tidak selesai dalam waktu kurang dari satu menit.

Untuk perasaanku saat ini, entahlah, ini adalah aku merasa sangat bersemangat setelah sekian lama.

Kuubah direksi ku kearah Naruto-san yang melihat kobaran api Raiser dengan antusias.

"Kemampuan Vampirnya tidak bisa digunakan, bisa mengeluarkan meteor sebesar itu, berarti dia sangat ahli dalam menggunakan sihir. Dia ahli menggunakan elemen tanah atau batu dan air atau es. Namun mungkin saja elemen yang dia kuasai lebih dari itu. Apalagi melihat sihir Grayfia-sama sama sekali tidak mempan, aku tidak yakin aku akan berguna di pertarungan ini karena elemen yang ku kuasai hanya es."

Tanpa ba bi bu dari arah kiri ku sairorg melesat seperti peluru ke arah Naruto-san dengan seringai lebar di mulutnya.

Benar juga, Naruto-san tidak bisa menggunakan kemampuan vampir nya sekarang, berarti kemampuan fisik nya menurun derastis.

Aku tertegun karena tidak bisa mengikuti kecepatan bertarung mereka. Sairorg menyerang Naruto-san dengan brutal, tetapi semua serangannya dapat dihindari dengan begitu santai dan gerakan yang sangat minimal.

Bagaimana dia bisa melakukan itu, lawannya Sairorg loh.

Seperti itu yang ku fikirkan.

Tapi, mungkin karena melawan Sairorglah dia terus menghindar dan tidak berkontak langsung dengan pukulan yang dilancarkan Sairorg.

Seharusnya dia sedang fokus menghindari Sairorg

Baiklah, Kalau begitu aku harus membuatnya lengah.

"Akeno, Rias..."

Mereka berdua melirik ke arahku dan mengangguk bersamaan.

Aku berinisiatif membuat 10 tombak trisula yang melayang di belakangku lalu meluncurkannya ke arah Naruto-san.

Ternyata tidak se mudah itu.

Dia dengan gerakan yang begitu alami menghindari tombak tombak ku.

Aku tidak boleh menahan diri.

Aku mengarahkan tanganku ke arah nya lalu muncul lingkaran sihir klan sitri dibawah Naruto-san dan Sairorg dengan diameter 10 meter.

[Gravity Force]

Gumamku.

Mereka berdua tersedot oleh gravitasi super dari lingkaran sihir yang ku keluarkan.

Bahkan seorang Sairorg tidak bisa berdiri sama sekali di atas Lingkaran sihirku. Dia tengkurap di atasnya dengan wajah yang terlihat menderita karena sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena tersedot dari bawah.

Tapi...

"Astaga..."

Ucapku.

Naruto-san sama sekali terkena efek gravitasi super. Bahkan dia terlihat sedikit melayang di udara seakan mencemooh skill yang bahkan menghabiskan 80% total mana ku.

"Boleh juga Sona-senpai. Tapi maaf saja, ini tidak ada apa apa nya ketimbang tenggelam di tempat 'itu'."

Dia dengan mudah mengibaskan tangannya dan dalam sekejap lingkaran sihirku terurai seperti kaca pecah.

Pyar

[Lightning Strike]

[Scaling]

Di sampingku Akeno dan Rias menyebutkan skill mereka.

Berkat api Raiser, skill Akeno tidak butuh waktu lama untuk menunggu terciptanya awan hitam tebal. Di awan terlihat gemuruh petir siap menyambar.

Lalu dibawah awan hitam itu muncul lingkaran merah gelap seperti sebuah lapisan yang menutupi pandangan ke arah awan. Lapisan itu akan mengendalikan petir yang digunakan Akeno dan memperkuat daya rusaknya.

Naruto-san melihat fenomena di atasnya itu masih dengan seringai di wajahnya.

Krotok krotok

Duarrrrrrrrrrrr

Suara guntur yang memekakkan telinga terdengar saat petir merah gelap yang silau menyambar Naruto-san.

Aku, Rias, dan Akeno terpental jauh karena gelombang kejut yang tercipta.

Sedangkan Sairorg, lupakan, dia terkena imbas dari serangan pemusnah itu. Malang nasibnya terkena friendly fire.

Aku bergidik melihatnya, daya rusak yang luar biasa. Seperti yang diharapkan dari Power of Destruction. Kemampuan yang dapat memusnahkan segalanya.

Tapi...

Aku tercekat karena bayangan Naruto masih di atas tanah yang telah hancur lebur akibat serangan pemusnah massal tadi. Astaga bahkan serangan seperti itu masih tidak mempan. Dia mulai terlihat jelas. Wajahnya sedang menyeringai melihat hasil kombinasi serangan Rias dan Akeno.

Tiba-tiba tubuh Naruto terlihat kabur.

Gawat ternyata itu hanya afterimage.

Bahaya.

"-A"

Aku tidak bisa menyelesaikan ucapanku karena suaraku tak kunjung keluar.

"Ohok!"

Aku batuk darah.

Aku tiba-tiba merasakan perasaan sakit luar biasa di leher kiriku.

Mataku melirik Akeno. Aku terbelalak. Dia sudah terbaring di tanah kering perlahan menghilang dengan dahi yang sudah tertancap pisau.

Aku melihat kembali ke arah Rias di lain sisi ku.

Mataku kembali terbelalak. Naruto-san di belakang Rias memeluknya dan menutup mata Rias dengan tangannya. Tangan Naruto menembus jantung Rias.

Sama seperti Akeno, Perlahan Rias mulai menghilang.

Bruk!

Aku ambruk.

Darah mengucur membasahi tanah dari Leherku. Pandanganku memburam, lalu berikutnya aku tidak dapat melihat apapun.

...

...

...

Aku melihat ke atas.

Gumpalan awan gelap mengambang di udara akibat meteor yang terbakar habis oleh Raiser.

Raiser dari kejauhan di atas sana berdiri tegap menghadap ke arahku. Di sekujur tubuhnya terdapat api berkobar dan sayap apinya mengepak ganas. Rambutnya bergoyang mengikuti arah angin.

Dia terlihat...

...keren?

Raiser dan aku saling tatap dan menyeringai satu sama lain.

"Senpai, tidak, Raiser... tunjukkan padaku api mu."

Ucapku melipat tangan di dada.

"Seperti yang kau MAU!"

Muncul busur api di tangan kiri nya, lalu dia menarik tali busurnya dengan tangan kanan nya dan di arahkan kepadaku. Api yang terus berkobar membakar Raiser bergerak membentuk anak panah yang siap diluncurkan. Anak panah api itu tidak lain adalah seluruh Api yang dikeluarkan Raiser.

Ctak!

Aku menjentikkan jari ku kemudian muncul embun dingin dari tubuhku dan memadat menjadi tombak berwarna putih yang mengarah langsung pada Raiser.

"Mari kita lihat, Api mu melawan Es ku. Mana yang akan musnah."

"Ini adalah serangan terakhir ku. Kau adalah orang pertama yang akan merasakan nya, Naruto-SAMA!"

"[SURYA]!"

Suara Raiser menggema.

"Dengan senang hati Raiser."

Syuut!

Ckieeeeeeet!

Anak panah Raiser dan Tombakku meluncur dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang menyebabkan suara yang memekakkan telinga.

Swush!

Blaaaast!

Dua senjata dengan elemen berlawanan itu berbenturan. Namun karena kekuatannya setara keduanya lenyap dan meledakkan uap tebal yang menghempaskan Raiser yang sudah tidak memiliki energi sihir lagi.

Dia jatuh tergeletak dan perlahan menjadi serpihan cahaya. Dia tersenyum puas.

"Bagaimana dengan Itu Naruto-sama."

"Itu adalah kekuatan yang luar biasa Raiser,"

Ucapku yang juga mulai menjadi serpihan cahaya.

Aku kembali ke arena pertandingan.

Sekarang tinggal menunggu pengumuman kemenanganku. Aku memejamkan mataku.

"P-pemenangnya adalah Naruto-san."

Suara Grayfia menggema di seluruh arena pertandingan.

"..."

Tidak ada respon sama sekali dari para penonton.

Sudah kuduga, mereka tercengang dengan kekuatanku.

Aku bukanlah orang yang rendah hati, aku sadar aku sering narsis dengan kelebihanku, tapi aku juga bukan orang yang berlebihan dalam hal pamer.

'Cie nyadar.'

Berisik, jangan mengganggu kesenanganku, Ino.

Aku keluar berjalan keluar arena dengan gaya.

...

...

...

"Ino, sambungkan aku dengan Atsushi."

Gumamku dengan nada datar ketika aku sudah keluar dari arena.

'Baik, Uzumaki-sama.'

Balasnya.

Atsushi adalah salah satu anggota Zero squad yang masih dalam misi tidak resmi (Tanpa Client). Dia adalah seorang Amazonian laki-laki.

"Atsushi,"

'Ya, Tuan ku.'

"Aku ingin bertanya kepadamu. Bagaimana kondisi Kastil Oda saat ini."

'ada hal baik dan buruk Tuanku, hal baik nya adalah Kaisar Iblis Nobunaga telah terbangun.'

"Nobu telah terbangun huh. Mungkin dia sadar kekuasaannya dalam bahaya."

Ucapku.

"Lalu apa kabar buruknya."

'Shinsengumi bubar, tuanku. Okita-sama, Hijikata-sama, dan Kondou-sam mati secara misterius, dan Saitou-sama menghilang. lalu ada agresi dari barat dan Utara.'

"Yasaka dan Hades sudah bergerak? Aku hanya ingin mengonfirmasi, apakah Paman Alucard sudah bergerak?"

Benua Lilith adalah benua terbesar di dunia ini. Terdapat satu kekaisaran oda yang hampir menguasai seluruh Benua Lilith. Kekaisaran Oda menguasai 4 Kerajaan bagian.

Kekaisaran berada di benua bagian selatan, di barat dua Kerjaan, pertama ada Republik Kyoto yang dipimpin oleh seorang yokai bernama Yasaka dan Republik Gregory yang dipimpin oleh seorang Malaikat hitam bernama Azazel, di utara ada Wilyah Underworld dipimpin oleh Dewa Hades, ditengah adalah kerajaan Kuoh yang dipimpin oleh 4 Iblis yang bergelar Maou, mereka adalah Sirzechs Gremory (Maou Lucifer), Falbium Glasya-labolas (Maou Asmodeus), Ajuka Astaroth (Maou Beelzebub dan Serafall Sitri (Maou Leviathan), lalu di timur ada Kerajaan Vampir yang tidak masuk dalam kekuasaan kekaisaran, Rumania yang dikuasai oleh Vampir yang tidak lain adalah pamanku, Alucard Draculea.

'maafkan saya Tuanku, saya masih belum mendapat informasi sama sekali dari Nee-sama. Saya telah mencoba menghubunginya berkali kali, tapi...'

"Sudah kuduga, Duke Uchiha dan Duke Hyuuga sialan. Mereka sudah memulai pemberontakan."

'Tapi tuan ku, bukankah Nanti malam adalah Keadaan Terkuat dari Keluarga Tuanku?'

Atsushi terdengar Heran.

"Dengarkan aku, Atsushi. Jika mereka menyerang Paman malam ini, maka paman tidak bisa membantu Kekaisaran apalagi besok kami melemah, aku memiliki firasat Duke Nara juga ikut memberontak. Jika benar, maka Rumania akan benar benar kerepotan, bahkan mungkin akan kalah. Dewa Hades dan Yasaka mungkin tidak begitu berguna melawan Nobunaga yang sangat kuat jika musuhnya memiliki unsur Kedewaan, tapi aliansi 4 Kerajaan pasti bisa mengalahkan kekaisaran, apalagi dengan bubarnya Shinshengumi dan menghilangnya Saitou. Setelah kekaisaran dapat ditahlukkan maka mereka tinggal membereskan Rumania. Tidak ada yang dapat menghentikan ini kecuali aku pulang ke Rumania sekarang, tapi Sirzechs sudah mengatasi ini. Aku tidak bisa meninggalkan Kuoh, meskipun aku bisa meninggalkan Kuoh, membutuhkan satu hari penuh untuk ku untuk pulang ke Rumania. Dan semua itu akan terlambat."

'U-uh, bukankah itu gawat, Tuanku. Apa yang harus saya lakukan.'

"Amati, jika kau dalam bahaya langsung kabur saja. Jaga dirimu."

'Baiklah Tuanku.'

Dengan begitu sambungan kami terputus. Bersamaan dengan itu Gaara, Ino, dan Sinon datang.

"Apa tidak masalah tetap disini, menuruti perkataan Alucard-sama, Danna?"

Tanya Gaara.

"Entahlah, aku tidak mengerti maksud dari paman Alucard. Kenapa dia menyuruhku membalas budi kepada Si Brengsek Sirzechs itu. Bahkan Ino juga tidak mengerti maksudnya."

Aku menghela napas.

"Sudahlah, Naruto-sama. jangan memikirkannya begitu dalam. Pasti nanti alasannya akan terlihat sendiri."

Ucap Sinon.

"Yah kau benar."

Aku kembali mengusap kepala Sinon, dia memejamkan mata senang dengan usapanku layaknya seekor kucing yang bermanja pada tuannya.

"Ino, kau masih tidak bisa menyambungkan dengan Musashi?"

"Iya, Uzumaki-sama. Sepertinya dia masih tidak ada di benua Lilith."

Yap, jika Ino tidak bisa menyambungkan kepada Musashi berarti dia memang tidak ada di Benua ini. Kemampuan Ino yang satu ini memang sebatas satu benua, dia tidak bisa menghubungi anggota Zero Squad yang berada di benua lain seperti Arthur dan Musashi. Tapi bagi siapa pun bisa menghubungi teman satu benua dengan mudah tanpa perantara apapun adalah skill yang sangat sangat over power. Apalagi untuk kami yang bekerja dibalik bayang.

"Kalau begitu, bagaimana dengan keadaan Laeticia?"

Laeticia adalah sepupuku, anak dari Paman Alucard dan bibi Leticia. Dia adalah kembaran Joan yang ada di britania.

"Hanabi-chan sudah membawa Laeticia-sama kabur sejak dua hari lalu. Sekarang mereka sedang berada di pelabuhan menuju benua Ard."

Hanabi adalah anggota baru Zero Squad. Dia adalah seorang bangsawan, anak dari duke Hyuuga yang sedang melakukan pemberontakan di kerajaan Rumania tetapi dia sudah memutus hubungan dengan keluarga nya. Menariknya, dia adalah adik kandung dari Hyuuga Hinata, mantan istri ku.

Mungkin dia akan terkejut jika tahu aku menemukan Hinata di Kuoh.

Saat itu dia masih berumur 3 tahun, dan dia bingung kenapa Hinata, kakak kesayangannya pergi meninggalkannya. Sampai sekarang dia merindukan kakanya. Dan aku dengan pasti akan membawa Hinata padanya.

Aku menyeringai.

Karena aku tahu pasti, sekarang Sasuke Uchiha sudah tidak bersanding dengan Hinata, aku tidak mencium bau Sasuke sama sekali dari dirinya. Yang berarti memang sudah lama tidak berkontak tubuh dengan Sasuke, atau malah memang tidak pernah berkontak lagi dengan Si pantat ayam itu.

"Mah, setidaknya dia akan kembali bertemu lagi dengan Joan setelah sekian lama berpisah."

Ucapku. Sejujurnya aku juga belum pernah bertemu dengan joan semenjak dia diculik dulu, tapi mengingat Laeticia menjadi perempuan yang sangat cantik nan anggun, Joan pasti akan sama cantiknya dengan dia.

"Hei!"

"Astaga mengerikan sekali."

"I-itu Sensei?"

"Wah, gila... benar benar hancur."

"Hoek!"

Kami berempat berhenti karena melihat kerumunan. Murid Kuoh akademi dan beberapa guru di depan area kelas.

Kami berempat mendekat dan bertanya pada salah satu siswi senior yang agak jauh dengan kerumunan itu. Dia terlihat menutup mulutnya.

"Permisi Senpai, Ada apa kerumunan itu?"

Dia tersentak dan mengalihkan perhatiannya ke arahku.

"I-itu ada mayat."

Aku melebarkan mataku. Wow, ternyata ada pembunuhan di dalam akademi ini. Sungguh berani sekali melakukan pembunuhan di dalam akademi terbaik di dunia.

Aku berbisik kepada Gaara lalu berjalan meninggalkan mereka bertiga masuk ke area kelas.

"Mayat siapa?"

Tanya Sinon.

"..."

Setelah aku menjauh dari mereka, suara mereka mulai mengecil. Aku tidak memerdulikannya. Aku memasuki area kelas dan menaiki tangga.

Tujuanku tidak lain adalah atap.

...

...

...

Kenapa, kenapa hal seperti ini harus terjadi padaku...

Kenapa?

Aku merasakan sakit di sekujur tubuh ku.

Aku di ikat di atas kursi dalam keadaan mengangkang memperlihatkan bagian pentingku yang seharusnya aku lindungi. Rok ku tersibak dan bajuku tidak berfungsi sebagimana fungsi baju. Hidungku tertarik ke atas. Cairan putih bercampur dengan keringat dan air kencing berceceran di sekujur tubuhku terutama di bagian organ intimku. Terdapat memar di seluruh tubuhku.

Aku tidak bisa bergerak sama sekali.

Bermacam macam bau menusuk masuk ke hidungku. Sudah pasti itu adalah bau ku.

"Mph... Hosh hosh."

Aku terengah engah dan susah payah menggerakkan mulutku yang tidak bisa kugerakkan karena disumpal dengan celana dalam milik si babi gendut sialan itu.

Kepalaku terasa sangat pusing. Aku ingin tidur, aku ingin tidur dan tidak ingin bangun kembali. Tapi aku tidak bisa, perasaan tidak nyaman di sekujur tubuhku memaksaku untuk tidak tidur.

Kenapa aku bisa jadi seperti ini.

Ah kenapa aku bisa lupa, ini semua karena babi gendut itu. Haha aku telah gila, bagaimana bisa aku melupakan nya, padahal malam tadi...

Padahal malam tadii...

Padahal malam tadi dia, si babi gendut itu memerkosa ku semalaman penuh. Ah tidak, lebih tepatnya kami bersenang senang (?). ya, meskipun dia memerkosaku aku tidak menolak, aku menikmatinya dan terbawa suasana. Tapi kenapa?

Air mata ku menetes.

Aku merasa sangat putus asa, sampai tidak peduli lagi dengan nasib ku. Aku terus diperkosanya, dan aku sekarang tidak bisa berhenti menikmati sensasi diperkosa. Tapi, persaan depresi ini,... perasaan sedih ini,... perasaan sangat menyesal ini,... aku selalu dilanda kegelisahan,...

Aku memejamkan mataku masih dengan air mata yang terus merembes.

Aku meratapi nasibku.

Tap tap tap!

Mataku kembali terbuka. Terdengar suara langkah kaki dari tangga menuju ke sini.

Ah si babi itu kembali lagi.

Perasaan pasrah hinggap di jiwaku.

Cklek...

Suara langkah kaki itu terhenti digantikan suara kenop pintu dibuka.

Aku ngalihkan wajahku dari pintu di sampingku untuk tidak melihat si babi gendut itu, masih dengan air mata yang terus berceceran.

"Hei."

Mataku terbelalak.

Suara itu bukanlah suara si babi gendut sialan.

Aku segera kembali mengubah arah wajahku ke depan.

Dia ada di depanku.

Dia bukan si babi gendut sialan itu.

Dia adalah laki-laki tampan berpostur tubuh tinggi agak besar dengan rambut pirang dan mata biru langit. Dia memakai seragam akademi kuoh.

Aku tahu dia, dia adalah murid pindahan, dia satu kelas dengan ku.

Aku tidak ingat namanya.

Pada akhirnya aku tertangkap basah oleh murid satu kelasku.

Aku pasrah, aku sudah tidak peduli pada apa yang akan dia lakukan padaku. Tapi, dia hanya melihatku dengan pandangan yang datar. Ah ya, penampilanku sekarang ini benar benar mirip babi. Hidung ditarik ke atas, pakaian berantakan, badan kotor, dan sangat bau.

Siapa juga yang akan tertarik pada babi sepertiku.

Dia seperti seorang bangsawan, pasti baginya kemalanganku ini adalah tontonan yang menarik. Dia pasti tertawa padaku.

"!"

Dia mendekat ke arahku. Dia berhenti tepat di depanku.

Aku menundukkan kepalaku karena takut padanya. Air mataku terus menetes, ku pejamkan mataku.

"Jangan takut,"

Begitu katanya.

Kuberanikan diriku untuk menatap wajahnya.

Tampan.

Sekali lagi aku memuji dirinya dalam hatiku.

Tangannya tergerak melepaskan pengungkit yang menarik hidung ku ke atas dan mengambil celana dalam yang menyumpal mulut ku dengan perlahan lalu melemparkan dua benda menjijikkan itu sembarangan.

"Uhuk Uhuk!"

Aku terbatuk dan terengah engah merasa lega karena sebelumya aku susah untuk bernapas.

Dia mundur selangkah.

"Pejamkan matamu."

Aku memejamkan mataku. Aku menuruti perkataannya karena memang tidak ada pilihan kecuali menurutinya.

Ctak!

Aku mendengar suara dia menjentikkan jari.

"!"

Aku terkejut. Aku merasakan sengatan yang sangat panas di sekujur tubuhku dalam waktu kurang dari sedetik.

Aku merasakan ikatan di seluruh tubuhku sudah terlepas, kakiku otomatis kembali menyentuh lantai atap dan tangan ku menggantung di kedua sisiku.

Plek!

Suara telapak kaki ku menyentuh lantai atap.

"Buka matamu."

Aku membuka mataku. Aku menatapnya bingung.

Dia mengarahkan tangan kanan nya padaku.

Byur!

Tiba tiba air yang sangat dingin dan banyak muncul entah dari mana mengguyur tubuhku yang telanjang bulat tanpa pakaiaan.

Tubuhku menggigil kedinginan.

Ini adalah perasaan dingin yang belum pernah ku rasakan sebelumnya. Benar benar dingin seperti akan mati.

Entah mendapat tenaga dari mana aku memeluk tubuhku sendiri kedinginan.

Aku menatapnya takut. Dia menyiksaku.

Dia kembali mengangkat tangan kanannya. Kuku jari telunjuknya nya memanjang.

Dia akan membunuh ku!

Dia akan membunuh ku!

Dia akan membunuh ku!

Kata kata itu terus membayangiku.

Dia menusu jempolnya dengan jari telunjuknya itu itu meninggalkan setetes darah di kuku yang panjang itu.

Dia kembali mendekat kepadaku.

Dia menatap datar tubuhku yang basah kuyup dan memajukan jari berdarah nya itu kepada wajahku.

"Jilat ini."

Hah?

"?"

Aku menatapnya bingung.

"Jilat ini."

Ucapnya kembali.

Aku menurutinya, dengan lamban aku menjulurkan lidahku yang sering dinikmati oleh babi busuk itu dan menjilat setetes darah di kuku jari telunjuknya.

"Telan."

Ucapnya.

Aku kembali menurutinya dan menelan darahnya.

"!"

Fenomena luar biasa aneh tiba tiba terjadi padaku.

Perasaan dingin setengah mati telah hilang, memar dan luka di tubuhku tiba tiba sembuh, dan badanku terasa enteng.

Sebelum aku menyadari apa yang terjadi tiba tiba aku pusing dan aku sudah tidak sadarkan diri.

Tapi di ketika itu aku sempat mendengar dia berkata.

"Chizuru, seharusnya kau tidak sekolah disini, keberadaanmu hanyalah seperti lalat di kelas. kau bodoh, kau lemah, kau tidak dapat melakukan pertarungan. Aku tidak mengerti kenapa sekolah ini menerima mu. Tapi, kau tidak seharusnya mendapatkan siksaan seperti itu... sekarang tidurlah."

Dia berucap dengan nada sedingin es kepadaku.

Setiap kata itu terasa menusukku.

Setelah itu aku sudah tidak tahu apa yang terjadi. Kesadaranku memudar.

...

...

...

To Be Continued

...

...

...

:V sampai jumpa di chapter selanjutnya...