We Don't Even Know If There Will Be A Tomorrow For Us
.
.
Rated : M
Genre : Action, Drama, Zombie, Survival, Horror
.
.
Disclaimer
Naruto : Masashi Kishimoto
HighSchoolDxD : Ichie Ishibumi
Warning : Typo bertebaran
.
.
Naruto yang tadi dikejar-kejar oleh puluhan zombie kini sudah bersama dengan teman-temannya yang lain namun karena mobil yang para remaja itu kendarai masih di wilayah yang banyak terdapat zombie mereka tidak bisa bernafas lega dulu, apalagi sekarang mobil mereka dikejar oleh lebih banyak zombie daripada sebelumnya, juga ditambah di depan mereka ada puluhan makhluk aneh tersebut berkerumun menghalangi jalan menyebabkan mau tidak mau Sai sebagai orang yang berada di balik kemudi harus menerobos segerombolan zombie tersebut dengan menabraknya.
Si pirang yang berada di atas atap mobil hanya bisa telungkup dengan berpegangan erat pada sesuatu yang bisa dia pegang supaya dirinya tidak terpental ketika mobil berguncang begitu menabraki para zombie, dia hanya bisa melihat bagaimana makhluk-makhluk itu terpental saat dengan keras mobil menghantam mereka, matanya juga dapat melihat bagaimana darah bermuncratan dari tubuh mantan manusia itu.
.
.
Setelah melewati kejaran dari para zombie dan berada di jalanan yang aman Sai segera menghentikan mobilnya supaya Naruto bisa turun dari atap dan masuk ke dalam agar lebih aman, begitu mobil terhenti si remaja pirang yang sebelumnya berada di atas atap langsung turun.
Sasuke membukakan pintu sekaligus melihat keadaan sang sahabat yang cukup kacau dengan noda darah di bajunya juga dia yang mengalami luka-luka gores kecil mungkin akibat aksinya tadi berlarian melewati pepohonan serta dengan gilanya melompat ke atas mobil, si Uchiha muda menjulurkan tangannya pada Naruto yang sedang terduduk di trotoar.
"Aksimu itu cukup gila, dobe" Sasuke menarik si pirang dan membantunya bangkit, "aku sendiri bahkan tidak percaya bisa baik-baik saja dan tidak mengalami cedera serius" Naruto masuk ke dalam mobil dan saat melihat isi mobil yang sudah penuh serta agak berdesakan dia bingung duduk di mana.
"Apa tempat duduknya masih muat ?" Shikamaru melihat ke arah teman-temannya dan rupanya sudah sangat berdesakkan.
"Sepertinya kita harus mencari kendaraan yang lebih besar. Oh Ino pindah kemari saja disampingku, disini masih muat jika untuk orang ramping sepertimu" pria berambut nanas itu mempunyai solusi bagi mereka dan meminta Ino pindah ke kursi depan.
Tak ada protes sama sekali dari Ino, dia tahu bahwa saat ini mereka berada diantara hidup dan mati jadi yang bisa ia lakukan adalah dengan tidak membebani para laki-laki.
Setelah perpindahan posisi tempat duduk kini Naruto mendapat tempa, yaitu berada di paling belakang bersama dengan Hinata serta Rias dan Naruto duduk di tengah, sementara Neji, Sakura dan Sasuke tepat berada di kursi depan si pirang serta dua gadis itu.
.
.
Ketika semua sudah bisa mendapatkan tempat mobil pun kembali bergerak maju, tampak Hinata yang melihat Naruto mempunyai beberapa luka gores di tangannya segera membuka tas yang ia bawa dari uks, gadis cantik bermata bak bulan purnama itu mengambil sebotol alkohol lalu digunakan untuk membasahi kapas dan dia usapkan pada luka-luka yang di derita si pirang.
"Terima kasih Hinata-chan" ucap si pirang saat Hinata masih membersihkan lukanya, Rias yang melihat hal tersebut cukup iri apalagi dia telat melakukan hal tersebut bagi orang yang dia sukai.
.
Di tengah perjalanan para remaja itu dapat melihat dari kaca jendela mobil bahwa keadaan kota sudah sangat-sangat kacau, cukup banyak orang bergelimpangan karena serangan zombie dan mungkin sebentar lagi para manusia-manusia itu akan ikut menjadi zombie.
"Shikamaru kita harus segera mencari stasiun pengisian bahan bakar, mobil ini tidak akan bertahan lebih jauh lagi jika dipaksakan" Sai melihat ke arah layar digital yang menunjukan sisa bahan bakar yang dimiliki mobil.
"Baiklah, lagipula sepertinya sebagian dari kita harus membersihkan diri dari noda-noda darah" Shikamaru memandang ke arah kaca spion mobil dimana dia bisa melihat ke arah si pirang di kursi belakang.
Sai mengangguk lalu mencoba mencari stasiun pengisian bahan bakar, dan saat sampai di sana tampak sangat sepi dan ada beberapa kekacauan seperti satu unit mobil yang terbalik juga kaca mini market yang sudah pecah dan sangat berantakan.
Para remaja itu keluar dari mobil. Sai langsung mengisi bahan bakar mobil ditemani oleh Shikamaru dan Sasuke, sedangkan Naruto harus segera membersihkan diri dia langsung ngibrit ke arah belakang stasiun pengisian tersebut diikuti oleh Sakura dan Ino yang ingin buang air kecil.
"Shikamaru, aku bersama Hinata akan mencari air minum di mini market itu" Neji menunjuk sebuah mini market yang berada di stasiun pengisian bahan bakar tersebut.
"Baiklah, bawakan juga untuk persediaan kita Neji" Shikamaru menimpali pria Hyuga itu.
"Aku ikut" Rias mengikuti Neji serta Hinata ke arah mini market.
Ketika Neji beserta dua wanita sudah pergi kini ketiga pria itu sedang menunggu mobil terisi bahan bakar sambil berjaga siapa tau ada zombie yang mendekat ke arah sana, mereka menunggu beberapa saat sambil berbincang dan karena Sai mengisi penuh maka akan sedikit memakan waktu.
Namun rupanya ancaman mereka kali ini bukan datang daei zombie, melainkan dari hal lain. Ketiganya mendengar suara seseorang setengah berteriak.
"Hoyyy, apa kedua wanita ini adalah teman kalian ?".
Ketiga laki-laki yaitu Shikamaru, Sai dan Sasuke mengalihkan pandangannya pada sumber suara.
.
.
Sakura dan Ino yang baru selesai melakukan aktivitas mereka kini sedang mencuci tangan serta membasuh wajah cantik mereka.
"Ini gila Sakura" Ino berbicara kala ia mencuci tangannya.
"Kau benar, bahkan di dalam mimpi terburukku tidak pernah merasa seperti situasi sekarang" Sakura menyetujui perkataan Ino, dia mengeringkan wajah mengenakan tissue disana dan saat menoleh pada Ino dia melihat gadis pirang itu sudah berkaca-kaca dan tampak akan menangis, melihat itu Sakura mendekati Ino dan memeluk sahabatnya itu.
"Jangan menangis Ino, aku tahu ini sulit tapi jika kita terus bersama aku yakin kita bisa selamat" Sakura mencoba menenangkan gadis Yamanaka tersebut dan mencoba membuatnya optimis walaupun jujur dirinya sendiri tidak yakin apakah bisa selamat atau tidak.
"Aku kepikiran kabar ibu dan ayahku, apakah mereka selamat atau tidak" Ino semakin tak bisa membendung air matanya membuat Sakura mengeratkan pelukannya pada gadis pirang tersebut.
"Aku mengerti, aku juga memikirkan hal itu tapi kita tidak bisa menghubungi mereka, sudahlah ayo kita kembali ke tempat teman-teman. Mungkin saja mereka sudah selesai mengisi bahan bakar dan menunggu kita" Sakura melepaskan pelukannya pada Ino, kedua gadis muda itu berjalan keluar dari kamar mandi namun tanpa diduga keduanya tiba-tiba diringkus oleh orang tak dikenal.
Baik Ino maupun Sakura mereka dipegangi cukup kuat sehingga susah untuk melepaskan diri apalagi bibir mereka disumpal oleh telapak tangan.
"Wah, wah, wah... aku tidak sangka akan ada dua gadis datang kemari bukannya melarikan diri dari kota" seorang pria berbadan besar serta gemuk dan berkepala pelontos berada di hadapan Ino serta Sakura yang sudah disandera mungkin oleh teman si pria tersebut.
"Sepertinya di sana ada teman-teman kalian yang lain karena tadi aku mendengar suara dari arah sana, ayo bawa mereka !, siapa tahu mereka punya kendaraan untuk kita kabur" pria pelontos itu memberikan komando pada dua orang pria yang memegangi gadis-gadis itu.
Ino dan Sakura diseret oleh dua pria dan mengikuti kemana si lelaki pelontos pergi, walaupun mereka sudah memberontak dan meronta tapi tetap saja belum cukup untuk bisa lepas dari kekangan para pria hingga akhirnya mereka sampai di tempat teman-teman yang lain berada.
.
.
Ditengah ketiga pria sedang berjaga sambil menunggu mobil mereka terisi bahan bakar tampak Sasuke sedang mencoba menghubungi seseorang lewat ponselnya namun detik itu juga dia menyimpan kembali ponsel tersebut.
"Tidak ada sinyal ataupun jaringan yang tersedia, aku tidak bisa menghubungi siapapun" ucap si Uchiha muda.
"Sepertinya kekacauan ini jauh lebih besar daripada yang kita duga, bahkan mungkin saja seluruh negeri dan negara lain juga mengalami hal serupa" Shikamaru menyenderkan punggungnya di mobil.
Ketika keheningan melanda ketiganya sontak sebuah panggilan terdengar oleh ketiganya, "hoyyy, apakah kedua wanita ini adalah teman kalian ?".
Pria berkepala plontos dan berbadan gemuk itu bertanya pada trio Sasuke, Shikamaru dan Sai sambil memperlihatkan dua orang gadis yang sedang di sandera oleh teman-temannya.
"Apa mau kalian ?" Sasuke maju satu langkah sambil mempererat pegangannya pada boken kayu.
"Sepertinya kau cukup pintar juga, kemauanku tidak susah untuk dipenuhi. Cukup serahkan kunci mobil itu padaku dan kami juga ingin mengajak para wanita ini pergi" dengan entengnya pria pelontos itu berkata.
Shikamaru yang mendengar apa yang diutarakan oleh orang itu akhirnya buka suara, "kurasa itu tidak bisa dilakukan, bagaimana kalau kau kami beri tumpangan saja ?".
"Tumpangan ?, aku tidak bodoh. Aku tahu kalian nanti bisa saja membuang kami ditengah jalan jadi serahkan kuncinya padaku !".
Orang itu menatap angkuh pada Sasuke yang memang seperti sudah bersiap untuk menyerang sampai ketika dia melihat kedatangan tiga orang lainnya yang bergabung bersama para remaja itu.
Tahu dirinya kalah jumlah karena mereka bertiga sedangkan para remaja itu ada empat laki-laki ditambah mereka juga memiliki senjata cukup membuat si pria pelontos gentar namun dia masih punya sandera serta sesuatu di dalam sakunya sehingga proses negosiasi masih yakin untuk dia menangkan.
"Siapa mereka ?" Hinata cukup kaget melihat Sakura dan Ino yang sedang dipegangi oleh dua orang serta satu orang lainnya berdiri lebih depan dengan wajah yang menurut si gadis Hyuuga cukup galak dan mengintimidasi.
"Rupanya benar, tawaran untuk tumpangan itu hanya omong kosong belaka karena kalian unggul secara jumlah dan akan menyingkirkan kami. Penawaranku tetap sama yaitu serahkan kunci mobilnya padaku dan kedua wanita ini akan kubawa bersamaku".
Shikamaru dan yang lainnya masih belum menjawab apalagi dengan tawaran gila dari pria di depan sana, Sasuke bahkan sudah ingin maju dan menghajar mereka namun dia belum tahu apakah orang yang menawan Ino dan Sakura memiliki senjata atau tidak.
"Mana bisa begitu, apa kau sudah tidak waras" Sai tampak terpancing, pria yang menjadi lawan mereka tertawa lebar dan karena dia melihat Neji serta Sasuke yang mulai berjalan maju sambil menenteng pemukul sontak saja membuatnya merogoh saku celana dan mengeluarkan sebuah pisau.
Pria itu mundur satu langkah dan menempelkan ujung pisau di pipi mulus Ino yang membuat gadis itu tampak panik dan mencoba memberontak dengan liar tapi masih bisa dipegangi dengan kuat oleh rekan si pelontos.
"Melangkah lebih jauh lagi maka kalian akan melihat pipi gadis cantik ini berlubang" dia menekan nada bicaranya dan memasang wajah kejam, Ino yang tidak bisa melawan mulai menangis tanpa suara karena mulutnya ditekan oleh tangan si penyandera.
"Dasar pengecut" Sasuke dan Neji berhenti melangkah.
"Letakkan senjata kalian semua di bawah, lalu berikan kunci mobilnya padaku" seringai lebar si pelontos.
Sai yang memegang kunci mobil tampak bimbang, dia tidak sudi memberikan kunci mobilnya namun di sisi lain Ino sedang dalam bahaya di depan sana tapi jika pun dia menyerahkan kunci tetap saja Ino akan dibawa oleh mereka.
"Bagaimana kalau kuserahkan kunci mobilnya saja tapi lepaskan mereka berdua. Aku serius akan menyerahkan kunci mobilnya padamu" Shikamaru mengambil kunci tersebut dari Sai, dia berjalan hingga sejajar dengan Neji dan Sasuke sambil memperlihatkan benda yang diinginkan oleh si pelontos.
"Jadi kau bersedia memberikan kuncinya padaku dan sebagai gantinya aku serahkan dua gadis ini ?, menarik. Rupanya mereka sangat berharga bagi kalian, ok aku setuju tapi jika aku tidak bisa membawa dua gadis ini maka serahkan mereka berdua" perkataan pria itu membuat Sasuke dan Neji makin emosi karena merasa dipermainkan, apalagi Neji juga lebih kesal karena Hinata ditunjuk untuk menggantikan Sakura dan Ino yang akan dibawa.
"Jangan bercanda !" Neji kembali berjalan maju namun baru satu langkah kecil dia kembali berhenti setelah pipi Ino mulai ditusuk dengan pisau.
Gadis pirang itu menangis maki jadi, walaupun pisau itu tidak sampai melukai dan melubangi pipinya namun dia dapat merasakan rasa dingin dari pisau yang mulai menekan bagian wajahnya tersebut.
"Bukankah yang kau butuhkan untuk kabur hanya mobil kami ?, jadi bisa lepaskan mereka berdua dan silahkan bawa mobil itu pergi" kali ini Sai yang buka suara setelah dari tadi hanya diam namun walaupun begitu dia sebenarnya cukup kesal.
"Untuk apa kami selamat jika hanya para pria saja ?, bukankah sebagai manusia kita membutuhkan yang namanya seorang wanita untuk melanjutkan kehidupan. Akan ku lepaskan dua wanita ini tapi berikan yang dua disana".
Bagaikan buah simalakama, Sasuke yang makin kesal melihat seonggok kepala kuning menyembul dibalik tembok dari arah belakang sana. Setelah memberikan kontak mata pada Sasuke pria itu keluar dari sana dan berjalan mendekat dengan sesenyap mungkin supaya tidak ketahuan.
Si remaja berambut nanas yang melihat pergerakan si pirang dan Sasuke yang juga melakukan ancang-ancang seperti akan berlari maju mencoba memancing si pria pelontos untuk bernegosiasi lagi, dan dengan begitu maka temannya bisa melumpuhkan dari arah belakang.
Dua orang gadis melihat sergapan yang akan dilakukan teman mereka kini sedang berdoa supaya berhasil terutama Hinata dia terus komat kamit dalam hati. Sai serta Neji pun juga sudah bersiap jika seandainya apa yang akan dilakukan Naruto gagal maka mereka berdua akan maju bersama.
Sementara itu Shikamaru masih terus saling berbalas pembicaraan dengan lawan mereka, sampai ketika jarak Naruto sudah makin dekat rupanya lelaki pelontos itu melihat dari arah kaca mobil ada yang berjalan di belakangnya refleks dia berbalik pada Naruto, dan bersamaan dengan pria itu berbalik arah para remaja laki-laki langsung berlari menyerbu sambil menenteng senjata mereka.
.
.
Pria pelontos yang berbalik itu tak bisa menghindar kala Naruto sudah melayangkan tinju kearah wajahnya, rupanya orang tersebut masih amatir dalam hal memegang senjata itu terbukti dari satu hantaman Naruto sudah cukup membuatnya melepaskan pisau dari tangannya tersebut.
Para penyandera Sakura serta Ino melihat teman mereka terjatuh dan remaja-remaja di depannya maju membawa senjata nampak panik, mengetahui kekangan pada dirinya mengendur Sakura dengan cepat bisa melepaskan tangannya dan mengayunkan sikutan ke ulu hati si penyandera sementara Ino lebih memilih menginjak kaki pria yang berada di belakangnya atau yang sedang memegangi dirinya.
Serangan dari Naruto cukup membuat si pelontos tersungkur dan kehilangan senjatanya, ketika ia ingin mengambil kembali pisau tersebut kembali namun rupanya Naruto sudah menarik kerah bajunya dan memutar wajah pria tersebut, dengan tanpa ampun Naruto menghantamkan lututnya ke wajah sang lawan hingga lagi-lagi dia tersungkur sambil memegangi wajahnya.
.
Kedua orang yang tadi memegangi Sakura dan Ino pun sama halnya seperti pemimpin mereka, kini keduanya sudah berhasil dilumpuhkan oleh teman-teman si pirang.
Naruto mengambil pisau lawannya dan berjalan menghampiri pria tersebut yang masih memegangi hidung dan terlihat juga cairan berwarna merah menetes dari tangannya.
Dengan santai si pirang menarik kerah baju lelaki yang berada di bawahnya, "kudengar tadi kau berbicara tentang ingin membawa dua orang pergi bersamamu" Naruto berbisik tepat di telingan si pria dengan nada yang terkesan dingin, namun karena lawannya sedang terluka cukup parah jadinya dia tidak menjawab.
Ditengah-tengah para remaja yang sedang menghajar ketiga pria tadi tampak di sisi lain segerombolan zombie mulai berjalan ke arah stasiun pengisian bahan bakar, mungkin karena terdengar suara-suara dari tempat tersebut sehingga membuat para zombie tertarik untuk mendatanginya.
.
.
"Minna... sebaiknya kita segera pergi, gerombolan makhluk aneh itu datang kemari" Hinata berbicara cukup keras agar suaranya bisa di dengar oleh yang lain selagi mereka masih memukuli dua orang tadi.
"Sai, ini kuncinya" Shikamaru melemparkan kunci pada Sai, pria berkulit pucat itu segera pergi meninggalkan yang lainnya untuk menyalakan mobil.
Dikala Sai dan para wanita sudah memasuki mobil terlebih dahulu namun Sasuke, Neji, Shikamaru serta Naruto masih menjaga agar para pria itu tidak kabur ataupun menyerang balik mereka.
Mobil berhasil dihidupkan dan segera berjalan ke arah keempat remaja itu, Sasuke dan kedua lainnya sudah pergi menghampiri mobil namun Naruto masih berada dekat pria pelontos.
"Dobe cepat !, mereka semakin dekat" Sasuke setengah berteriak karena memang para zombie sudah makin dekat dan gerakan mereka juga rupanya cukup agresif.
"Baiklah..." si pirang menimpali, saat dia berdiri dan ingin melangkah pergi namun kakinya terasa berat karena pria yang dia hajar kini sudah memegangi kaki kiri si pirang, raut wajah ketakutan tampak tercetak jelas pada mimik muka orang tersebut.
"Kau takut jadi makanan mereka ?, aku akan membantumu" Naruto kembali berjongkok lalu dia melepaskan pegangan si pria pada kakinya, tanpa diduga si pirang langsung menendang lagi wajah pria itu hingga dia kini berposisi telentang.
Naruto pergi setelahnya dan memasuki mobil, Sai langsung menginjak pedal gas meninggalkan tempat tersebut. Tak lama kemudian para zombie sampai di sana dan segera menerkam ketiga orang tadi, Naruto sempat mengintip ke belakang ketika orang-orang itu diterkam oleh belasan zombie.
.
.
Para remaja itu kembali dalam perjalanan entah kemana, mereka saja bingung karena tak punya tujuan pasti hingga ditengah tenangnya suasana diantara mereka, mobil yang dikendarai oleh Sai memasuki turunan tajam dan di depan sana ada sebuah pertigaan.
Merasa jalanan sepi dan aman Sai tanpa melihat kanan dan kiri terlebih dahulu langsung membelokkan mobilnya, namun sayang diarah berlawanan ada sebuah mini bus yang ditumpangi oleh beberapa orang selamat dari para zombie. Kedua pengemudi yang kaget karena tiba-tiba ada kendaraan di depan mereka langsung membanting stir masing-masing dimana mobil yang dikendarai oleh Naruto dan kawan-kawan harus menghantam tiang listrik dan dua buah rodanya terjerembab kedalam got.
Sedangkan mobil yang dikendarai oleh para orang-orang itu hanya sempat oleng saja dan melanjutkan perjalanan mereka kembali tanpa peduli pada mobil Naruto dan kawan-kawan.
Untung saja kecepatan ketika mobil menghantam tiang listrik tidak terlalu kencang sehingga mereka tidak mengalami luka atau cedera serius.
.
.
"Kau gila ?, bagaimana jika kita mati" Sasuke tampak cukup kesal karena kecerobohan Sai, dia menggosok keningnya yang barusan menyundul kursi dan sedikit mengalami pusing.
"Maaf semuanya, aku lengah" Sai yang juga sama seperti yang lain yaitu mengalami benturan, jujur saja keningnya juga cukup sakit apalagi menghantam stir.
Sai mencoba menghidupkan lagi mobil dan menjalankannya, namun sialnya mungkin karena benturan barusan mobil tersebut tidak mau menyala. "Oh ayolah... kenapa tidak mau hidup ?" dia terus mencoba menghidupkan mobil namun tetap saja tidak mau hidup.
"Apa mobilnya tidak mau menyala ?" Sakura bertanya, tampak kening lebar dari wanita berambut pink itu sedikit merah.
"Kurasa karena benturan barusan" Sai masih tetap mencoba menghidupkan mobil.
Karena tak kunjung mau menyala akhirnya para remaja itu keluar dari mobil dan melihat keadaan kendaraan mereka, saat Sai membuka kap mobil tampak asap berwarna putih langsung mengepul keluar dari sana.
"Sudahlah percuma, kita tidak akan bisa memakainya lagi. Rodanya juga masuk kedalam got, jadi mau tidak mau kita harus berjalan kaki" Neji berjalan mendekati yang lainnya saat barusan dia baru saja mengecek keadaan samping mobil.
"Kita akan berjalan kaki ditengah kota yang berisi penuh makhluk aneh ?" Ino langsung memucat.
"Mau tidak mau, tapi yang jelas kita harus tetap berdekatan. Aku dan Sasuke akan berjalan di depan, Sai kau ditengah bersama para wanita lalu Naruto dan Neji akan di belakang".
Akhirnya merekapun berjalan kaki mau tidak mau, mungkin saat dalan perjalanan nanti mereka bisa menemukan kendaraan yang bisa dipakai.
.
.
Untungnya saat mereka tengah berjalan tak banyak kendala dan hanya ada satu atau dua zombie saja yang menghalangi dan tak perlu sampai mereka untuk berlarian dan menghindar.
Merasa udara yang kian panas dan gerah membuat mereka memutuskan beristirahat sejenak di sebuah bangunan bertingkat. Untungnya minuman yang dibawa dari minimarket cukup untuk semua orang.
"Apa kakimu pegal ?" Naruto yang duduk di samping Rias menanyakan keadaan si gadis merah.
"Sedikit" timpalnya dan kembali meminum air dalam botol.
"Luruskan kakimu, jangan ditekuk begitu" Naruto menggeser posisi kaki Rias dan membuatnya duduk dengan kaki lurus kedepan.
.
.
Ditengah istirahatnya Ino masih terus-menerus mencoba menelfon orang tuanya namun nihil, ponsel miliknya sama sekali tidak ada sinyal sehingga percuma saja mencoba menelfon ataupun mengirim pesan.
"Sudahlah hentikan Ino. Lebih baik simpan kembali ponselmu dan hemat baterainya" Shikamaru menatap gadis pirang itu.
Ino hanya bisa mengikuti perkataan teman masa kecilnya itu, dia benar bahwa Ino harus menghemat baterai ponselnya karena untuk saat ini benda tersebut tidak bisa digunakan. Namun tetap saja dia masih penasaran dengan kabar dari orang tuanya apakah mereka selamat atau tidak.
Melihat sahabatnya murung Sakura merengkuh kepala pirang Ino.
"Aku penasaran dengan keadaan mereka Sakura, aku akan datang ke rumah dan melihat apakah mereka ada di sana atau tidak" Ino menghapus air mata yang sempat keluar.
"Jangan gila, kita harus melanjutkan perjalan ini Ino" Sakura menimpali dengan cukup keras.
"Perjalan kemana hah ?, apakah kau tahu kemana tujuan kita saat ini ?, apakah ada tempat yang aman di luar sana ?" Ino malah membalas Sakura ngotot.
Si gadis pink sempat terdiam dengan perkataan sahabatnya itu, "aku yakin diluar sana pasti ada tempat yang aman, maka dari itu kita harus tetap bersama dan mencarinya".
"Terus kalau memang tempat itu ada apakah kau bisa hidup dengan tenang di sana tanpa mengetahui apakah orang tuamu mati atau tidak ?, apakah mereka masih hidup atau tidak ?" kedua gadis itu saling bertatapan tajam.
"Kalian berdua hentikan !" Sasuke yang kupingnya sudah panas karena pertengkaran tidak jelas Sakura dan Ino akhirnya jengah.
"Ino apa yang kau inginkan ?" kini Shikamaru yang berbicara.
"Aku akan datang ke rumahku dan mencari dimana keberadaan orang tuaku, bahkan aku akan melakukannya sendiri" gadis Yamanaka itu berkata dengan bersungguh-sungguh.
Shikamaru menghela nafas pelan, "baiklah jika itu maumu".
"Shikamaru kau sudah tidak waras ?, kenapa kau membiarkannya" kini Sakura marah pada si rambut nanas.
"Aku akan menemani Ino" ditengah suasana tegang itu Sai berucap bahwa dia akan menemani sang gadis pirang.
"Kau ?" Sakura menatap Sai nyalang.
"Ok diam. Jika dari kalian ada yang ingin mengetahui bagaimana kabar keluarga masing-masing maka silahkan lakukan. Tapi tidak boleh sendirian yang artinya setiap orang yang jarak rumahnya berdekatan atau tak terpaut jauh maka kalian pergi bersama, apa sudah jelas ?" lagi-lagi Shikamaru memberikan solusi.
Para remaja itu langsung berdiskusi lamgkah apa yang akan diambil mengenai siapa saja yang akan pergi dalam satu kelompok kecil dimana yang memiliki jarak rumah berdekatan akan bersama hingga diputuskanlah kalau Sakura, Ino, Sai, Shikamaru Neji dan Hinata akan bersama dalam satu regu besar sementara Rias, Naruto, Sasuke dalam kelompok lebih kecil karena mereka hanya akan pergi ke kediaman Uchiha.
Kelompok pun selesai dibuat dan mereka akan lanjut dengan rencana masing-masing, dimana kelompok yang lebih besar akan menyusuri wilayah perumahan Hyuuga beserta Ino dan Sakura.
.
.
Begitu semua sudah diputuskan dan tak ada perdebatan lagi Shikamaru langsung berucap.
"Sebelum itu aku ingin bicara sesuatu, kita harus tetap bersama dan kembali berkumpul dengan orang yang lengkap. Dan untuk lokasi pertemuan kita nanti lokasinya di bukit tempat kita pernah camping dulu" pria berambut nanas itu menatap seluruh orang yang ada di sana.
"Kita bertemu lagi di sana" Naruto mengangguk lalu mereka membubarkan diri dan segera pergi ke tempat tujuan masing-masing.
.
.
.
TBC
