Hai, Readers~

Gimana kabar kalian?

Maapkanlah Author yang up lama

Shishishishi~

Seperti biasa kalau Author nongol berarti ada chapter baru

Nggak tahan mau baca kan?

Sebelum itu boleh la yaw Author membalas review kalian yang mengundang hati Author untuk berbunga - bunga~

#society-kun Shishishi~ maap keun kalau nanggung, udah hobi saya UwU. Makasih sudah setia menunggu up

#Valkyrie Ai Salam panas untukmu, my Reader~. Wadidaw Cahaya dimampusin dong. Kalau genre sebenarnya angst tapi sepertinya otak Author sedang konslet jadi maap keun

#AquariusHime Aloha sobat W*

Monggo

Boboiboy milik Monsta

Plot cerita milik Author

"Kurcaci atau ku caci?": berbicara

'Anj—ada dimana?': berpikir/membatin

Enjoy~


Kalian perlu tahu satu hal yang pastinya membuat orang muak dan ingin banget menyate si biang permasalahan adalah ketika perut meronta dan bau sedap makanan menggoda siapa saja yang menghirupnya. Apalagi makanannya didepan mata kalian tapi kalian tidak bisa memakannya!. Greget nggak tuh?!

"ASDJVKJBUDVBUEW!"

"Wah! Bang Api belajar bahasa alien darimana?"

"Daun, itu bahasa binatang kelaparan"

"Ckckckck, adek sendiri dikatain binatang, berarti anda binatang juga?" Gopal nyerocos menohok Angin yang gblk-nya mulai bangkit.

"Apah?! Aku binatang?! Sejak kapan?! Mana buktinya kalau aku dari telur!"

"Ini nih, akibat nggak mau minum susu tapi maunya minum Bay*** gilanya nggak ketulungan" salah satu cewek berkacamata berkomentar sadis ketemannya yang layak dipertanyakan kewarasannya.

Berkat kerecehan Angin semua orang meredakan amarah mereka yang ingin meninju orang biadab yang berani sekali membuat mereka menunggu lama untuk makan. Mereka juga curi – curi pandang ke koridor yang menghubungkan kantin dengan kelas dan lapangan.

"Mana dah si kebo? Tumben lama, biasanya kalau soal makanan dia nomor satu" Api menggerutu.

Tidak seperti biasanya Air dan Cahaya lama, biasanya mereka akan langsung kesini. Jelas, ada yang tidak beres.

"Apa Kak Air dapet hukuman lagi gara – gara ketiduran?"

"Tapi seharusnya Cahaya dan Fang sudah ada disini" balas perempuan berhijab pink.

"Manalah mereka itu, ini sudah sepertiga waktu istirahat" si emak berkicau.

"Betulah! Sudah tak sabar mau mencoba kuenya Angin nih!"

"Kamu tuh asik makan aja"Ying menjitak Gopal.

Lama mereka menunggu ketiga orang tersebut tapi sayangnya tak kunjung datang.

"Biar sini kucari mereka bertiga, awas saja kalau lupa kusetrum mereka" lagipula Petir mulai lelah melihat tingkah saudara kembar nomor 2 yang mulai nggak beres.

'Kenapa sih punya saudara sedeng amat?'

"Janganlah kak, kasihan Kak Air dan Cahaya nanti..."

Petir mengacang dan meninggalkan mereka, mencari keberadaan dua adiknya dan satu temannya itu. Tak disangka ia bertemu dengan Fang dibelokkan koridor lapangan.

"Dariman-.." belum selesai bicara, Fang langsung menggeretnya dengan terburu – buru.

"Petir! Adek lu yang narsis, dia-..." Petir membelalakkan matanya dan langsung menuju arah Fang datang.

"Apa yang kau lakukan lagi sih bohlam?!" si pemegang kuasa guntur merutuk sambil berlari, Entah apa adik bungsunya lakukan hingga membuat Fang sebegitu paniknya. Diujung koridor, arah pandangannya bertemu dengan sosok Air yang dari gerakannya tengah menyadarkan Cahaya yang tampak lemas, Petir pun panik melihat adegan yang menurutnya ganjal.

'Cahaya menangis?! Apa kata dunia?!'

"Cahaya!"

Air yang mendengar suara petir langsung berbalik dan memperlihatkan wajahnya yang juga ikut pucat.

"Apa yang terjadi padanya?"

"Aku tidak tahu Kak..." Air berkata lirih, matanya menampakkan segimana kalutnya si kembar kelima yang biasanya tenang.

Petir melihat kondisi Cahaya yang menurutnya sangat buruk, selain bajunya yang putih kotor, dia juga bisa melihat nafas sang adik terlalu cepat.

'Hyperventilation!'

"Cahaya! Cahaya!" Petir berusaha mendapatkan fokus adiknya.

Cahaya mendengar suara berbeda lagi. Ia tahu pemilik suara ini. Kakak sulungnya memanggilnya.

Petir melihat mata adiknya mulai fokus.

"Bernafas dengan ku. Ikuti nafasku. Tarik lalu buang. Ikuti aku, terus Cahaya. Pelan – pelan! Jangan berhenti!" Petir mengulang – ulang ucapannya.

Air dibelakangnya tanpa sadar juga mengikuti intruksi Petir untuk menenangkan diri.

Cahaya mengikuti intruksi Petir. Dia mengikuti nafas kakaknya. Tangannya dipegang erat oleh Petir supaya fokusnya tidak lepas. Merasa agak tenang, tiba – tiba tubuh Cahaya oleng yang langsung ditangkap oleh Petir. Cahaya mulai panik lagi tapi, Petir memeluknya. Menaruh kepala Cahaya didadanya.

Perlakuan ini membuat Cahaya percaya bahwa saudaranya hidup. Telinganya masih berfungsi mendengar denyut jantung Petir yang kuat berdetak. Lagi – lagi air asin berseluncur diwajahnya.

'...Ah' Cahaya benar – benar bersyukur bahwa kakaknya yang paling resek masih hidup.

Petir sengaja memeluk Cahaya supaya adiknya tenang. Dia mengelus kepala adiknya dengan kasih sayang.

'Nih, Tsundere boy ternyata bisa kek gitu juga' Air yang melihat ini agak lega, Cahaya bisa tenang dan agak iri karena tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh kakaknya.

Keduanya mendengar isakan kecil. Petir menunduk dan merasakan kalau tubuh Cahaya bergetar bersamaan dengan isakan tangis itu

'Apa yang membebanimu?' Petir mengelus punggung Cahaya, berharap gestur tadi bisa membantu adiknya melepaskan beban yang mungkin sedang di tanggungnya.

Si bungsu tidak tahu berapa lama dia dalam dekapan kakaknya namun tubuhnya merasa sangat lelah, letih mulai menyelimutinya. Lama – kelamaan isakan itu berhenti dan si sulung merasakan beban keseluruhan tubuh adiknya.

"Cahaya?"

Air jadi khawatir lagi.

Petir memeriksa Cahaya yang dia asumsikan sudah pingsan. Petir melihat wajah pucat dan meraba kening si cebol.

'Panas'

"Apa, Kak?"

"Air,Cahaya pingsan. Aku akan membawanya ke UKS. Kamu kumpul dengan lainnya dan beritahu" Petir menggendong Cahaya. Tubuhnya yang atletis dengan mudah menggendong Cahaya yang beratnya macam stickman . Dia bisa merasakan panas keluar dari tubuh Cahaya.

"Haaahhhh... jika kau sakit tidak usah masuk sekolah" Petir segera membopong cahaya dan melarikannnya ke UKS.

Air yang masih disitu, menenangkan dirinya dan mencari keberadaan sudaranya yang lain

"Jika mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi, bakal babak belur tuh bully. Berani – beraninya mereka..."


Kembaran yang lain menunggu sangat lama sampai mereka melihat sepucuk rambut si teman ungu mereka. Fang berlari dengan nafas berderu.

"Fang ada apa?" Tanah melihat temannya dengan tampang habis keroyokan.

"Itu Tanah, si Cahaya!"

"Ada apa dengan Cahaya?!" Daun berkata khawatir.

Belum selesai Fang berbicara, Air yang biasanya santai, lari dengan cepat dengan menggebrak meja.

"Kalian!"

"Ada apa si sebenarnya hari ini?" Api mulai kesal, perutnya sudah bersuara sejak tadi!

"Mana Bang Petir?"

"Tenang dulu Air, nih air" Tidak ada yang menanyakan segimana absurdnya perkataan Yaya tadi.

"Kok aku gak dibagi?"

"Haiya, lu keliatan santai bener ma"

"Ayo kita ke UKS!"

"Huh ke UKS? Siapa yang sakit?"

"Cahaya, dia pingsan!"

Setelah mengatakan itu buru – buru para bocah mengikuti langkah Air.


Sementara itu, Petir sekarang ada diluar UKS. Dia menunggu perawat yang ada didalam.

"Sejak kapan Cahaya sekurus ini?"

Petir juga sedang menunggu adik – adiknya yang lain, terutama Air. Dia ingin meminta penjelasan lebih lanjut tentang mengapa Cahaya bisa jadi seperti ini. Tibalah segerombolan murid yang kayak mau tawuran menyerbu koridor UKS, membuat murid lainnya penasaran. Tapi cukup satu tatapan menyengat dari Tanah sukses membuat mereka mengurungkan niat.

"Bagaimana Cahaya?" Tanah langsung bertanya ke poin terpenting.

"Masih diperiksa"

"Kok bisa Cahaya pingsan Kak Petir?"

Mata Petir melirik ke duo yang bersama dengan si bungsu. Semua perhatian menuju kerah keduanya. Akhirnya dengan berat hati Air harus menjelaskan kronologi apa yang baru saja terjadi.

"... yang aku tahu Cahaya sudah duduk megang perut"

"Bully yah!" Angin memasang senyum yang oh sangat senang.

"Berani – beraninya mereka!"

"Awas saja bakal kami balas 1000 kali lipat!"

"Hadeh itu mah belum seberapa, tadi salah satu pembully membawa pisau hampir mengenai leher Cahaya" seketika suasana menjadi hening.

Air reflek menepuk jidatnya. Ia tidak mengatakan hal itu dikarenakan beberapa hal, tapi eh malah si landak ungu memberitahu kembarannya yang lain. Fiks deh para pembully tinggal nama.

"Apa?!" Trio kakak tertua berteriak lantang.

Mendadak yang lain ikutan kaget.

"Hooooo cari mati ya?" Aura hitam pekat keluar dari tubuh Petir sepertinya ia beneran bakal membanting tuh bully. Dia tadi hanya mengira Air melakukan sesuatu yang membuat Cahaya menangis. Petir tahu betul, Cahaya itu bukan tipe orang yang gampang cengeng seperti Daun atau Tanah, tapi sekali menangis pasti hal yang sangat penting.

"Wah bener nih mereka cari maut" Angin tersenyum sangat manis.

"Sepertinya mereka minta ditusuk deh~" senyum sadis nampak diwajah imut Daun. Teman – teman mereka segera menjauh dari si moe.

"Minta dibakar nih orang"

"Kurang sadis Kak, tenggelamin aja dilaut kan nggak ada yang tahu"

"Usulanmu boleh juga, Air"

"Um... kalian terlalu sadis..." keenam kembaran melirik Gopal dengan tatapan menakutkan menurut si Gopal loh ya "... tapi nggak papa sih, lanjutkan!"cari aman dia.

"Sudah, jangan ngomong yang aneh - aneh mending langsung dikubur aja" Tanah ikut memberikan ide kepada saudaranya.

'Woy woy kalian beneran mau bunuh orang?' Fang merasa seharusnya dia tidak memberitahu mereka tentang hal itu dan baru paham mengapa Air melewatkan informasi itu.

"Katamu Cahaya seperti orang yang mati terus hidup lagi gitu?" terkadang Petir tidak paham dengan ucapan Air. Mana ada orang mati hidup lagi kan? Kecuali kalau itu zombie.

'Ya kalik...' Petir bergidik sendiri.

"Iya"

"Huh?"

Mari kita tinggalkan Petir dengan pemikirannya tentang akhir dunia yang diawali dengan adik bungsunya berubah menjadi zombie.

"Mana ada orang yang habis mati bisa hidup lagi" Api merengut, layaknya dia berpikir menjawab soal matematika Cikgu Mama.

"Beh kau tak lihat ekspresinya tadi saat melihat kami, sehabis ditegur cikgu"

"Ditegur cikgu?"

"Iya, Kak. Cahaya datang terlambat tadi"

"Tapi kan Cahaya orangnya disiplin mana suka terlambat" Daun membela Cahaya.

"Aiyoyoyoi! semua ini membuat perutku laparlah! Oy kita belum makan sebijipun kue mu Angin!"

Karena diingatkan oleh Gopal masing – masing perut berbunyi memberikan melodi tak jelas.

"Uhhhh... mangkanya kayak aku lupa sesuatu" adrenalin mulai menghilang, perut Air berbunyi paling berisik.

"Makan teruzzzzzz yang kau pikirkan" Api mencibir.

"Oy! Coba anda jadi saya tadi saat Cahaya tiba – tiba asma, panik baru tahu rasa kau!" emosi Air meluap – meluap bak air yang didihkan dengan bara api

"Sabar Air, sabar. Nih kamu ku kasih paling banyak" Angin memberikan satu bekal ke Air untuk menenangkan si adek yang kayaknya akan gelud dengan kakaknya.

"Ini aku bawa banyak kok, ayo makan sambil nungguin perawatnya selesai" mereka memakan kue buatan Angin dengan rasa berat hati di dada mereka. Terlebih Petir yang masih memikirkan sesuatu.

'Apa benar Cahaya jadi zombie?'


Bersambung~

OwO/

See you again desu!