Heiiiiii, para Readers yang Author cayangi~

Gimana kabar? Moga aja baik

Author kesini membawakan chapter baru

UwU moga aja kalian senang

Iya deng bentar sambut dulu untuk para reviews~

Valkyrie Ai ehiya juga ya? Kalok dilihat – lihat mereka jadi brocon... ndak papa lah sayang saudara.

Kalau ditanyakan adegan serius... hmmmmmm

Thanks for the information!

yayaying Avvvvvvvvvv makasih udah ditungguin~

Dah yuk mari mulakan!

Boboiboy milik Monsta

Alur murni dari otak Author

"Urusai": berkata

'Napa aku?': berfikir/membatin

Enjoy~


Urusan perut dah beres, keluarlah si perawat dari ruang UKS. Mendadak Mbak Perawatnya jadi artis dikerubungi oleh dedek – dedek cogan serta cans. Mbaknya jadi malu sendiri.

"Bagaimana adik saya?"

"Yang bener tuh adik kita, Tanah"

"Perlu dibenerin ucapanku pas keadaan kek gini?"

Tanah menatap angker Angin. Angin mah dia mundur pelan – pelan nggak mau kena tamparan wajan dari emak yang lagi khawatir ama anaknya.

"Apa dia terluka?"

"Kan dah diomongin tadi sama Air kalau Cahaya luka, napa ditanyain lagi?" Ying menatap Gopal yang jelas ketahuan kalau nggak nyimak dari tadi.

"Apa dia sudah bangun?"

Mereka jadi ribut sendiri, si Mbak Perawat yang dihantam oleh beribu pertanyaan dari para kakak yang khawatir-mau-kepanik hanya bisa bertambah gugup dan ketakutan.

"Kalian ini diamlah! Bagaimana Mbak Perawat mau ngomong kalau kalian sela terus?!" ucapan Yaya menghentikan paduan suara yang tak enak didengar.

Fang sendiri sudah menutup telinganya karena sangking banyaknya pertanyaan yang tidak jelas masuk ke otaknya, padahal dia alien loh.

Setelah para kembaran sadar bahwa mereka menyiksa teman dan si mbak dengan suara mereka yang nggak ada bagus – bagusnya, mereka menjadi lebih tenang dan aman. Si Mbak pun mulai berbicara.

"Adik kalian demam tinggi. Saya menemukan ada luka lebam di perutnya kemungkinan dia habis ditendang sangat keras"

Trio paling tertua merengut mendengar ini sedang Api mencoba menenangkan Daun yang mau nangis. Cuman Air yang masih tenang. Dia sudah menduganya tadi.

"Tadi lebamnya sudah saya beri salep, jadi mungkin lebih baik jangan banyak gerak"

"Boleh kami masuk?" yang bertanya tadi adalah si bendul.

"Boleh tapi bergantian, jangan berisik ya? Nanti kalau dia bangun bisa panggil saya"

Daun, Air, dan Api masuk duluan meninggalkan kakak mereka.

"Ini gimana kok bisa terjadi?"

"Bukannya kita dah dilatih bela diri sama Kak Petir?"

"Tahu sendiri kalau Cahaya sebelas duabelas sama Air, susah banget diajak latihan" Petir komen dengan nada nggak sans ke Tanah dan Angin. Si sulung tahu betul kalau adeknya itu lebih memilih untuk bersolek dan bermedsos ria ketimbang latihan kuasa mereka. Kalau Air... kalian tahu lah sendiri hobinya ngapain.

Bel pun berbunyi membuat mereka saling bertatapan.

"Terus ini gimana?" Air bertanya. Dirinya dan yang lain dah balik menuju kakaknya lagi. Terkhusus Air, dia merasa malas untuk belajar hari ini.

"Biar aku aja yang jaga. Kalau Cahaya bangun langsung kubawa pulang"

"Pulang?" Api tidak yakin dengan ucapan Petir. Kesambet apa nih Abangnya yang paling malez bersosialisasi dengan si bungsu mau jaga musuh bebuyutannya.

"Lebih baik dibawa pulang langsung jadi kita bisa merawatnya, aku setuju" Tanah mulai mengusir kakak, adek, beserta teman mereka untuk segera balik ke kelas.

"Jangan lupa dispenku Tanah!"

"Iya, Kak Petir!"

Yang lain keburu lari masuk ke kelas mereka masing – masing. Angin mengangguk melambaikan tangannya pada Petir. Kini tinggal Petir seorang yang menemani Cahaya sambil memikirkan mengapa adiknya bisa sakit.


Perlahan kesadaran Cahaya beralih kedunia nyata. Bau semi obat – obatan menyerang hidungnya.

"Huff, akhirnya kau sadar"

Cahaya langsung fokus melihat Petir yang berada disamping ranjangnya. Matanya meneliti kakaknya. Beberapa ingatan muncul tentang hubungannya dengan Petir yang menurutnya tidaklah bagus. Mungkin karena dulu (atau dimasa depan? Yang mana pun membuat kepalanya pusing) dirinya sangat iri dengan si sulung yang bisa dikatakan perfect. Solar ingin sekali melampaui Halilintar dari segi manapun. Bukankah itu mimpi yang diinginkan setiap anak bungsu, melampaui si sulung? Tapi dalam renungannya semenjak saudaranya meninggal, semenjak dirinya dalam kesendirian digalaksi yang murka, Cahaya tersadar bahwa bukan itu yang diinginkannya dari kakaknya yang pertama. Dia hanya ingin diakui bahwa dia layak disandingkan dengan kakaknya itu.

Misinya kini tentu saja menyelamatkan mereka beserta menyelamatkan semesta, itu janji yang harus dia tebus untuk Soleil. Dan tidak ada salahnyakan memperbaiki hubungannya dengan saudara – saudaranya? Cahaya ingin lebih bersyukur kepada Yang Maha Kuasa karena masih diberi kesempatan untuk bertemu dan memperbaiki ini semua.

"Kak Petir?" Sambil meraba kepalanya, Cahaya memanggilnya canggung. Meskipun hatinya sudah mantap bahwa kembarannya ini masih bersamanya tetap saja gundah masih mendekatinya.

"Kepalamu sakit?"

Cahaya menggeleng terdiam tidak mengucapkan kata apapun. Bagi Petir ini hal biasa untuk mereka, ya mereka yang hubungannya agak senggang dari yang lain.

"Aku akan membawamu pulang

"Pulang?"

"Kau demam tinggi"

'Pantes aja kepalaku pusing banget'

"Tapi pelajarannya?"

"Pentingkan kesehatan dulu. Jangan bilang kejadian tadi pagi hanya sebuah alasan?" ucap Petir dengan pandangan mautnya.

Cahaya agaknya merasa ngeri dengan Petir. Dah lama sekali dia nggak merasakan hawa – hawa maut dari si guntur. Jujur saja, dia juga tidak tahu mengapa tiba – tiba suhu tubuhnya naik dan sesak napas tadi.

"Maaf, Kak.." ucapnya lirih.

Petir terdiam melihat Cahaya yang tertunduk. Ia mengelus rambut Cahaya yang tidak tertutupi oleh topi.

"Sudahlah yang penting kita pulang dulu. Kau ada di kasur, aku dan yang lainnya bakal merawatmu sampai sembuh" ucap Petir dengan nada yang biasa saja padahal dalam hati kecilnya ia khawatir dengan kondisi Cahaya yang menurutnya berbeda.

Cahaya mengangguk. Setelah Petir memberitahu si Mbaknya yang diam – diam ngefans dengan si kilat kuning, akhirnya Petir membawa Cahaya pulang dengan menggendongnya di punggung.


Diperjalanan mereka tidak berbicara apapun. Petir berfikir kalau Cahaya kembali tidur. Dia dapat merasakan suhu panas di punggungnya. Petir tidak habis fikir adiknya itu masih sempet bilang 'aku baik – baik saja'. Si Mbak tadi berkata kepadanya untuk membawa Cahaya ke rumah sakit jika demamnya tambah naik. Takut kepalanya nanti bermasalah.

Cahaya masih sadar dalam gendongan Petir. Dia bisa mendengarkan deru nafas dan detak jantung sang kakak. Ingin rasanya Cahaya berjalan berdampingan bersama dengan si sulung. Memang benar antara dia dan Petir mempunyai hubungan yang senggang. Mereka saling bertolak belakang. Pokoknya mereka berdua itu bagai minyak dan air, tak bisa disatukan.

'Hm... Fusion dengan Kak Petir seru nih' untuk pertama kalinya dalam hidupnya come back to the past Cahaya merasa tenang dan aman. Emang betul menurutnya, Hali.. ehem maksudnya Petir itu adalah tempat peneduh untuk semua kembarannya. Walaupun si kakak ini jutek, garang dan punya muka bodo-amat-emang-gua-pikirin tapi sebenarnya ia perhatian banget. Sampai – sampai bikin gigi sakit.

Sesampainya dirumah sepi tak berpenghuni dikarenakan Tok Aba dan Ochobot sedang ada di kedai. Petir langsung mengantarkan Cahaya ke kamarnya.

'Tumben Kak Petir baik... biasanya ogah'

Lagipula punggung Petir mulai pegal setelah perjalanan sekolah ke rumah. Mayan jauh cuy! Meletakkan si Cahaya, dia langsung mengambil kotak obat dan segelas air.

"Nih minum"

Cahaya ingin mengambil gelas itu namun tangannya bergetar. Petir membantu Cahaya untuk meminum obatnya. Dia juga mengambil baskom berisi air dingin plus handuk kecil.

"Cepatlah membaik" ucapnya saat hening melanda ruangan.

"Maafkan Cahaya yang merepotkan Kakak"

Petir kembali terperangah mendengar Cahaya berkata halus. Biasanya nih anak dah koar – koar bakal mengalahkannya.

'... jangan – jangan ini efek mau jadi zombie?' Petir tahu pemikirannya sangat ngacok, tapi nggak ada salahnya kan? Karena semua yang berurusan dengan si bungsu biasanya sangat amat luar biasa. Kita contohkan saja si bungsu yang menemukan robot kuning bisa melayang dan berbicara pulak, yang lebih gila lagi si bola terbang juga memberi mereka kuasa yang ujung – ujungnya memperkenalkan mereka dengan alien berkepala kotak dengan robot ungunya itu. Terus parahnya lagi dari situ mereka harus belajar untuk bertarung demi hidup. Memang ba***** plus baji**** si bola kuning itu, menurut pendapat Petir. Kalau boleh pilih, Petir ingin sekali kehidupan normal mereka dikembalikan, tapi apa daya saudaranya yang lain telah terbujuk rayuan setan berbentuk robot. Petir hanya bisa menggertakkan giginya menerima kenyataan. Dan dari sini pula para adiknya itu sudah kehilangan kenormalan mereka yang dulu. Petir sangat tidak menyukai Ochobot yang membuat perubahan besar – besaran pada kehidupan mereka. Jika bukan karena genggaman erat dibahu oleh Tok Aba, Petir pasti sudah membiarkan si power sphera dibawa lari oleh si alien kotak.

Tuhkan amarahnya mulai tersulut lagi!

Petir ingin meninggalkan kamar tapi tangannya dipegang oleh sesuatu yang panas.

"Kak... temani aku sampai tertidur?" ucap Cahaya dengan wajah yang lebih merah padahal daritadi dah merah. Cahaya tahu dia tidak akan bisa tertidur. Di masa-depan-merangkap-menjadi-masa-lalu saja ia hanya bisa tertidur selama 3 jam. Itupun pada siang hari kalau malam tiba dapat dipastikan dia tidak akan tidur. Cahaya terlalu takut dengan kegelapan meskipun kuasanya kebalikan dari rasa takutnya. Atau mungkin karena semua orang yang dicintainya wafat pada saat bulan bertengger dilangit. Dia tidak tahu.

Petir benar – benar merasa kalau si Cahaya kedapetan virus zombie atau paling nggak mengalami delusi berat. Nggak mungkin si bensin ini bakal berkata layaknya anak manja. Petir sungguh sangat ingin menolaknya, tapi melihat mata si bocah yang memandangnya dengan sangat memohon dan penuh harap yaaaa mau nggak mau dia harus tetap disana sampai si bayi gede tertidur. Petir meraih novel ditasnya dan duduk disampingnya sambil mulai membaca. Melirik sebentar ke Cahaya yang menutup matanya.

'Ku harap kau tidak membuat ini sebagai kebiasaan baru'

Oh kau tidak tahu Petir apa yang akan terjadi di masa depan.


Bersambung

Shishishi~

Hayoooo ada hints tuhhh jadi kepo kan?

Nantikan kelanjutannya

See you again desu