Disclaimer : Naruto bukan punya gue. Kalo punya gue… ratenya jadi NC-21 XD
.
Hello, Mr. Wolf! © Vandalism27
.
Warning : SASUNARU, BL! OOC (sudah jelas, ini fanfiksi BUKAN MANGA ASLI), alur kecepetan, gak jelas, typo(s), dan seabrek kekurangan lainnya.
.
Sinopsis:
Naruto dihukum sang ayah karena selalu membuat masalah. Dia dikirim ke peternakan milik teman ayahnya agar tahu rasanya bekerja keras untuk sepiring nasi. Bagaimanakah nasib pemuda manja itu?
.
.
SELAMAT MEMBACA!
.
.
Naruto berjalan mengikuti Sasuke dari belakang. Pemuda itu menatap punggung tegap Sasuke dengan kening berkerut. Berbagai macam pertanyaan bermunculan di kepalanya.
Siapa Sasuke? Kenapa dia bisa muncul tiba-tiba? Lalu, kemana perginya serigala berbulu hitam yang menjilati wajahnya tadi?
Naruto menghela napas, berpikir dengan keras bukanlah keahliannya. Gerakan kecil itu rupanya menarik perhatian Sasuke.
"Kenapa? Kau lelah?" Sasuke bertanya pada Naruto.
Naruto menggeleng, "Tidak, aku tidak apa-apa." Katanya.
Tiba-tiba, pemuda itu teringat cerita Nenek Chiyo. Bagaimana kalau cerita itu benar adanya? Bagaimana kalau serigala besar berbulu hitam itu memang Sasuke? Bagaimana kalau Sasuke ternyata ingin memangsanya?
"Kalau kau lelah, beritahu aku."
"Iya," jawab Naruto. "Ngg, Sasuke?"
"Ya?"
Naruto meremas kedua tangannya. "A-aku ingin buang air kecil. Boleh aku pergi ke sana sebentar?" Naruto menunjuk deretan pepohonan di sebelah kiri.
Sasuke menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa tidak di sini saja?"
"Tidak!" tanpa sadar Naruto berteriak, "A-aku malu!"
Sasuke mendengus, "Ya sudah. Pergilah. Tapi jangan terlalu jauh, hutan ini berbahaya. Kau mengerti?"
Naruto mengangguk, lalu berlari kecil menuju ke balik pepohonan. Dia berusaha bertingkah seperti orang yang sedang ingin buang air kecil, padahal sebenarnya tidak. Dia hanya berpura-pura.
Setelah yakin dia berjalan cukup jauh, Naruto memacu langkahnya. Dia harus kabur! Dia tidak kenal dengan Sasuke, bagaimana bisa dia mempercayai pemuda itu?
Kalau memang Sasuke adalah manusia biasa, dia tak akan bisa mengejar Naruto, kan?
Sementara itu, Sasuke bersandar pada sebatang pohon sambil menunggu Naruto selesai dengan urusannya. Kening pemuda itu mengernyit ketika bau khas Naruto semakin samar di hidungnya. Mata yang semula terpejam itu terbuka lebar, ketika menyadari sesuatu.
"Shit!" Sasuke mengumpat. Dia segera berlari ke arah menghilangnya Naruto tadi. Dia baru sadar, Naruto berbohong! Pemuda itu kabur!
Naruto berlari sekuat tenaga. Napasnya tersengal, ranting-ranting pohon seakan menapar pipinya, tetapi ia mengabaikannya. Yang ada dipikiran Naruto saat ini adalah mencari cara agar dia bisa segera kabur. Dia tak ingin berurusan dengan Sasuke. werewolf, atau apalah itu.
Naruto menoleh ke belakang, mengecek apakah Sasuke mengejarnya atau tidak. Nyaris saja dia menghela napas lega, sebelum ia menoleh ke depan lalu wajahnya menabrak sesuatu yang keras.
"Aduh!"
Naruto mengaduh ketika dia menabrak sesuatu–atau lebih tepatnya tubuh seseorang–dengan keras. Untungnya orang itu menangkap tubuh Naruto, sehingga pemuda itu tidak terpelanting ke tanah.
"S-Sa-Sasuke?" Naruto terperangah, matanya membulat kaget. Bagaimana bisa Sasuke berdiri di depannya? Bukankah tidak ada tanda-tanda Sasuke mengejarnya?
Sasuke menatap Naruto dengan tajam, "Kenapa kau kabur?" desisnya. Sasuke menggertakan rahangnya untuk menahan emosi. Dia tidak ingin menyakiti pemuda ini.
"Aku mau pulang!" Jerit Naruto. Sial, dia mulai takut sekarang. Sepertinya Sasuke bukan manusia.
"Kau tidak dengar apa kataku? Di sini berbahaya."
Naruto menyentak tangannya yang digenggam Sasuke, "Aku tidak peduli! Pokoknya aku mau pulang! Aku tidak takut pada apapun yang ada di hutan ini!"
"Oh, benarkah?" Sasuke menyeringai. Dia mundur perlahan, membuat Naruto mengernyit bingung.
Sasuke berdiri beberapa meter di depan Naruto. Pemuda berambut hitam itu kemudian menutup matanya. Naruto tidak tahu apa yang terjadi, ketika sebuah cahaya menyelimuti tubuh Sasuke. Cahaya itu membesar dan terus membesar, dan akhirnya menghilang.
Seluruh warna di wajah Naruto seakan menghilang ketika dihadapannya berdiri seekor serigala besar berbulu hitam.
Naruto mundur selangkah, matanya membelalak menatap mata berpupil merah milik serigala hitam itu. Pemuda itu mundur ketakutan ketika serigala itu maju, seakan mengancam Naruto.
"Pergi! J-jangan makan aku! Hus! Hus!," gumam Naruto. Dia mengusir serigala itu seperti mengusir seekor anjing liar. Pemuda itu jatuh terduduk karena tersandung akar pohon, "Ku mohon jangan makan aku!" Naruto memejamkan matanya ketika serigala itu lagi-lagi mendekatkan moncongnya, lalu menjilati wajah Naruto beberapa kali.
"Aku tidak akan memakanmu."
Naruto membuka matanya ketika mendengar suara berat itu mengalun. Serigala itu sudah berubah menjadi sosok Sasuke lagi. Tetapi mata pemuda itu tetap merah, dengan tiga koma yang melingkari pupilnya. Sama persis seperti mata serigala besar tadi.
"K-kau … werewolf?"
Sasuke mengangguk, "Ya, aku salah satunya."
"S-salah satunya? Berarti ada banyak?" Naruto bertanya, yang dijawab anggukan oleh Sasuke. "Itachi juga?"
"Ya." Jawab Sasuke singkat. Dia berdiri, lalu membantu Naruto. Pemuda itu mengusap pipi Naruto yang berdarah, mungkin tergores ranting pohon. Dia tidak tega juga sebenarnya menakuti Naruto seperti ini. "Dengar, Naruto. Ada banyak werewolf lapar di luar sana. Kalau kau tidak ingin dimangsa, lebih baik kau ikut aku. Dan, kalau kau tidak ingin aku menerkammu, lebih baik kau menurut padaku."
Naruto terpaksa mengangguk. Dia tidak ingin dimangsa!
Sasuke meraih tangan Naruto, lalu menggandengnya. "Sebaiknya kita kembali ke gua."
Naruto mengikuti langkah Sasuke dalam diam. Dia masih shock, juga takut. Pemuda itu sama sekali tidak menyangka kalau Sasuke itu benar-benar werewolf, berubah di depan matanya pula!
Sasuke menghentikan langkahnya, lalu mengamati wajah Naruto yang terlihat resah, "Kau takut padaku, Naruto?" tanyanya.
Naruto terkesiap, lalu menatap wajah datar Sasuke, "B-bukan! Aku hanya … kaget? Kau tahu, aku berasal dari kota jadi aku tidak familiar dengan hal-hal seperti ini." Kata Naruto. Tentu saja bohong. Naruto tidak tahu apa yang akan dilakukan makhluk jadi-jadian ini kalau dia berkata jujur.
"Tenang saja, Naruto. Aku tak akan melukaimu, selama kau menuruti kata-kataku. Paham?"
Mau tidak mau, Naruto mengangguk. Pemuda itu mengikuti kemana pun pemuda tampan itu membawanya. Sasuke sudah menolongnya dua kali, jadi tidak mungkin dia akan mencelakai Naruto, kan?
Naruto hanya perlu menurut agar Sasuke tidak membunuhnya di tengah hutan nanti. Siapa tahu, kalau dia berbuat baik, Sasuke akan mengantarkannya pulang.
Tanpa terasa, mereka sudah sampai di gua. Sasuke membimbing Naruto untuk memasuki gua itu. Di sana kosong, tidak ada siapapun. Kemana Itachi? Kalau ada pemuda tampan berambut panjang itu, Naruto tak perlu berduaan dengan Sasuke.
Naruto duduk dengan canggung di lantai gua itu. Sementara itu Sasuke berdiri di mulut gua, memperhatikan sekitar, sebelum duduk bersila di depan Naruto.
Naruto beringsut, dia menggeser bokongnya beberapa inchi sampai akhirnya punggungnya menyentuh dinding gua. Pemuda itu merasa tidak nyaman dengan tatapan tajam yang dilayangkan Sasuke padanya.
"Tidak perlu tegang begitu, Naruto. Santai saja."
Naruto mendengus dalam hati. 'Kalau kau menatapku seperti serigala lapar begitu, bagaimana bisa aku tenang?' batin Naruto.
"Aku tidak tegang, kok." Kata Naruto. "Mm, boleh aku bertanya?"
Sasuke mengangguk, "Silahkan."
"Kenapa kau tidak mau mengantarkan aku pulang? Maksudku, kau kan bisa dengan mudah mengantarku pulang, atau minimal memberitahu jalannya kalau kau tidak ingin repot. Tapi kenapa kau malah membawaku ke gua ini?" tanya Naruto. Dia takut, tapi penasaran.
Dia mendapat kesan kalau Sasuke ini tidak ada keinginan untuk memangsanya, tapi juga tidak ingin mengantarnya pulang. Apa maunya, coba?
Sasuke bersedekap, matanya tak lepas memandangi wajah Naruto, "Karena …" kata-kata Sasuke menggantung, "Kau adalah pasanganku."
"Hah?"
"Kau adalah pasanganku." Sasuke mengulangi kata-katanya. "Kami, para werewolf, dapat mengenali pasangan kami hanya dari aroma tubuhnya."
"Aroma tubuh?"
Sasuke mengangguk, "Ya. Aku bisa langsung mengenalimu sebagai pasanganku ketika kita tidak sengaja bertemu di sungai itu." Sasuke berusaha menjelaskan pada Naruto yang terlihat bingung, "Aroma tubuhmu itu sedikit unik, campuran antara bau vanilla yang manis, dengan sedikit aroma jeruk. Aku tidak bisa menjabarkannya, tapi kurang lebih seperti itu."
Naruto refleks mencium bau badannya sendiri, "Mana? Tidak ada bau yang seperti itu. Yang ada malah bau keringat, karena aku belum mandi! Kau mengejekku, ya?!"
Sasuke mendengus, "Kau tidak bisa menciumnya, begitupun werewolf lainnya. Hanya aku yang bisa mencium bau itu. Dan karena kau adalah manusia, kau tidak bisa mencium aroma tubuhku."
"Tapi aku kan manusia biasa? Bagaimana bisa aku jadi pasangan werewolf?"
"Bisa saja, karena kami bukan serigala seutuhnya. Sebagian dari diri kami adalah manusia. Jadi, pasangan kami bisa sesama werewolf, atau manusia."
"Oh, begitu."
Naruto mengangguk mengerti, kemudian dia terdiam. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Otaknya sedang berpikir keras untuk menerima penjelasan dari Sasuke yang menurutnya aneh dan tidak masuk akal.
Werewolf, huh?
Shikamaru pasti akan tertawa kalau mendengar ini.
Naruto menghela napasnya ketika teringat Shikamaru. Dia sedang apa, ya? Apakah dia mengkhawatirkan Naruto yang terjatuh ke sungai?
Pemuda itu juga teringat sang ayah. Apakah ayahnya itu akan mencarinya, kalau tahu Naruto menghilang? Well, Naruto tidak banyak berharap. Ayahnya sudah membuangnya ke desa terpencil ini. Dia tidak yakin sang ayah akan mencarinya.
"Kenapa diam?"
Pertanyaan Sasuke membuyarkan lamunan Naruto, "Oh, tidak apa-apa. Aku hanya teringat Shikamaru dan Papa."
"Shikamaru?"
"Ya, dia yang bermain di sungai bersamaku."
"Apa dia temanmu?"
Naruto mengangguk, "Ya, dia temanku sejak kecil," jawab Naruto. Pemuda itu mengerut tidak suka ketika melihat tatapan Sasuke padanya, "Kenapa kau menatapku begitu?"
Sasuke tidak menjawab pertanyaan Naruto. Pemuda itu menatap mata Naruto dengan tajam, seolah sedang menilai apakah pemuda itu berkata jujur atau sedang berbohong. Dia masih ingat pemuda yang bermain di sungai bersama Naruto. Dan dia juga ingat betul, bagaimana tatapan pemuda itu pada pasangannya ini. Tatapan matanya … bukan seperti tatapan seorang sahabat.
Perhatian kedua pemuda itu teralih pada seseorang yang baru saja memasuki gua itu.
"Itachi!" Naruto menyapa. Pemuda itu tersenyum lega, akhirnya werewolf berhati malaikat ini datang juga.
Itachi tersenyum, "Hai, Naruto. Ku dengar kau kabur?"
Naruto mengernyitkan keningnya, "Dari mana kau tahu?" tanyanya heran. Bukankah Itachi tidak ada di gua ketika dia pergi?
"Sasuke yang memberitahuku."
"Hah? Kapan?"
"Ketika dia berlari dengan panik, dia memberitahuku kalau kau menghilang, kemungkinan pergi dari gua itu seorang diri karena dia tidak mencium bau orang asing di gua ini." Jelas Itachi, "Oh, kami melakukan telepati, Naruto. Kau tahu telepati, kan?"
Naruto mengangguk, wajahnya menyiratkan rasa kagum, "Kalian bisa telepati?!"
"Siapa dia, Itachi?"
Perhatian Naruto teralih pada seseorang yang baru saja masuk ke dalam gua. Seorang pemuda berambut oranye kecokelatan. Wajahnya tampan, tetapi entah mengapa juga terlihat cantik. Dia bertelanjang dada, sama seperti Itachi dan Sasuke. Tubuhnya juga berotot, tetapi tidak sekekar dan sebesar kedua kakak beradik itu.
"Hai, Kyuu!" Itachi mendekati pemuda itu, lalu menunduk sedikit untuk mencium bibirnya, "Dari mana saja kau? Aku kangen."
Pemuda berambut oranye itu tak menggubris kata-kata Itachi, dia berjalan menghampiri Naruto yang sedang duduk sambil menatapnya.
Mata berpupil oranye itu menatap Naruto dengan tajam, "Hmph, manusia!" pemuda itu mendengus meremehkan.
"Kyuubi." Sasuke memanggil nama Kyuubi dengan nada mengancam, "Berani kau melukainya, aku tak akan segan mencabik lehermu."
"Pasangan wolf arogan sepertimu adalah manusia biasa yang tidak bisa apa-apa? Cih, memalukan!"
Sasuke berdiri, lalu menggeram marah pada Kyuubi.
Itachi segera berdiri di tengah-tengah kedua pemuda itu, "Stop! Aku tidak suka keributan. Ada Naruto di sini. Lihat? Dia ketakutan."
Mendengar nama Naruto disebut, Sasuke menoleh, menatap Naruto yang mengkeret ketakutan karena sikap tidak ramah Kyuubi. "Naruto, kau tidak perlu takut padanya." Kata Sasuke.
Naruto tidak menjawab. Dia takut salah bicara, lalu salah satu dari tiga serigala ini akan menerkam dirinya. Hiii, Naruto masih ingin hidup!
"Kyuu," Itachi memanggil Kyuubi dengan lembut, "Naruto memang manusia, tapi dia bukan manusia jahat. Dia adalah pasangan Sasuke. Bersikap baiklah padanya." Itachi mengelus rambut oranye kecokelatan milik Kyuubi dengan sayang.
Kyuubi menghela napas, "Terserah!" katanya. "Ada hal lebih penting yang harus aku beritahukan ada kalian berdua."
"Apa itu, Kyuu?"
"Tadi aku mengintai di perbatasan–"
Itachi menyela perkataan Kyuubi, "Kenapa kau ke perbatasan? Bukankah sudah aku bilang–"
"Ck!" Kyuubi berdecak kesal ketika kata-katanya disela Itachi, "Dengarkan aku dulu, Keriput Jelek!" makinya, "Gerombolan wolf busuk itu sudah mengetahui tempat persembunyian kita. Tempat ini sudah tidak aman. Sasuke, aku sarankan kau segera memindahkan pasanganmu itu ke tempat yang lebih aman, kau tidak ingin manusia lemah itu menjadi sasaran, kan?"
Tatapan mata Sasuke menajam. Bibirnya mendesis, "Awas saja kalau mereka berani macam-macam pada Naruto, aku tak akan segan membunuh mereka semua sampai tak bersisa!"
"Sebaiknya kita pergi sekarang juga, Sasuke." Kata Itachi.
Sasuke mengangguk, lalu dia meraih tangan Naruto, "Kita harus pergi dari sini, Naruto."
"Kemana?"
"Ke tempat yang lebih aman."
Entah Naruto salah lihat atau bagaimana, tetapi dia melihat tatapan Sasuke melembut, tidak tajam seperti biasanya. "Eh, baiklah. Tapi jangan makan aku, ya?"
Kyuubi tertawa mendengar kata-kata Naruto, "Dia tidak akan memakanmu, Naruto. Well, secara teknis kau aman, selama dia tidak merasa 'lapar'." Kyuubi berkata sambil memberi tanda kutip dengan jarinya pada kata lapar.
Naruto memiringkan kepalanya, ekspresi bingungnya terlihat konyol di mata Kyuubi, "Maksudnya?"
Kyuubi mendengus, tapi tak menjawab pertanyaan Naruto. Pemuda itu berjalan lebih dulu ke mulut gua, lalu mengubah dirinya menjadi serigala berbulu oranye kecokelatan. Bulunya yang lebat dan agak panjang terlihat sangat halus dan lembut.
Itachi menyusul Kyuubi. Pemuda tampan itu juga mengubah dirinya. Dia berubah menjadi serigala berbulu hitam, tetapi warna hitam pada serigala Itachi tidak sepekat bulu serigala Sasuke. Bulu serigala Itachi juga sedikit lebih panjang.
Yang terakhir, Sasuke. Dia merubah dirinya di depan Naruto. Tetapi pemuda berambut pirang itu sudah tidak takut lagi.
Naruto memandang ketiga wolf itu dengan takjub, terutama Kyuubi.
Tanpa sadar, dia mendekati Kyuubi. Tangannya terangkat untuk mengelus bulu-bulu Kyuubi, "Wow, bulumu cantik sekali." Katanya. "Oh, maafkan aku!" Seakan tersadar, Naruto mundur selangkah. Dia baru ingat Kyuubi tidak bersikap ramah padanya.
"Waah!" Naruto memekik ketika Sasuke menyundul punggungnya dengan moncongnya, lalu ia merendahkan tubuhnya. "Hmm, apa kau ingin aku naik ke punggungmu?" tanya Naruto. Pemuda itu mengelus bulu-bulu Sasuke yang terasa sangat lembut. Kemudian dia melompat ke punggung Sasuke.
Naruto tertawa dalam hati, ia merasa seperti sedang bermain di film Hollywood.
Ketiga serigala–ditambah satu manusia–berlari menembus hutan, mencari tempat yang lebih aman. Selang satu jam setelah mereka pergi meninggalkan gua itu, perkataan Kyuubi terbukti benar.
Gua itu didatangi segerombolan serigala berbadan sebesar truk!
.
.
.
Seorang pria sedang duduk di sebuah sofa besar di dalam sebuah ruangan yang mewah. Pria itu tampak menikmati segelas minuman di tangan kirinya, sementara tangan kanannya terjulur, meraih tangan seorang gadis berambut ungu yang baru saja memasuki ruangan itu.
"Bagaimana?" Pria itu bertanya pada sang gadis.
Sang gadis berambut ungu menggeleng, "Mereka berhasil kabur, Pein." Katanya. "Sepertinya mereka berhasil mengendus rencana kita untuk menyergap lalu membunuh mereka." Gadis itu menerima uluran tangan Pein, lalu duduk di pangkuannya.
Pein menyeringai, "Tidak masalah. Waktu kita masih banyak, Konan." Pein memeluk pinggang Konan, "Dua Uchiha dan satu wolf aneh itu akan segera ku bunuh, agar aku bisa segera menjadi penguasa daerah ini."
"Tapi, Pein. Bagaimana dengan laporan Hidan tentang manusia yang ditolong oleh Sasuke?"
"Manusia? Yang mana?"
Konan mengendikkan bahunya, "Aku tidak tahu. Aku hanya mendengar dari Hidan. Kau tanya saja padanya," Jawabnya, "Tapi kata Hidan, Sasuke berperilaku aneh, dia sangat melindungi manusia itu. Menurutnya, manusia itu mungkin saja pasangannya."
"Pasangan?"
"Ya."
Pein terdiam. Kemudian dia menyeringai, "Perintahkan Deidara dan Sasori untuk membawa manusia itu ke hadapanku. Dia bisa menjadi umpan yang bagus untuk memancing Sasuke untuk keluar dari persembunyiannya. Kalau Sasuke dalam bahaya, Itachi dan wolf aneh itu tak akan tinggal diam, kan?"
"Ya. Kau benar. Aku akan menyuruh mereka nanti."
Pein mengeratkan pelukannya di pinggang pasangannya itu. Sebentar lagi … ambisinya akan terwujud!
.
.
.
Sore itu, Naruto merendam tubuhnya yang terasa lengket di dalam air sungai yang suhunya terasa dingin.
Biarpun air sungainya dingin, tetapi Naruto tidak keberatan. Air ini membuat tubuhnya terasa lebih segar. Apalagi sudah dua hari ini dia tidak mandi.
Naruto melirik Kyuubi yang sedang merendam kakinya sambil melamun. Pemuda itu duduk di salah satu batu sungai. Itachi dan Sasuke tidak terlihat. Mereka sedang berpatroli di sekitar sungai, katanya untuk memastikan tidak ada musuh yang berada di wilayah itu.
Naruto yang bosan, memberanikan diri untuk mengajak Kyuubi berbicara, "Ngg, Kyuubi-san?" panggil Naruto.
Kyuubi melirik Naruto dari ekor matanya, "Ya?"
"Maaf kalau keberadaanku membuatmu merasa tidak nyaman."
"Tidak juga. Biasa saja, kok." Katanya, "Sebenarnya kau itu siapa? Kenapa bisa ada di hutan ini? Apa Sasuke menculikmu?"
Naruto keluar dari air, lalu duduk di salah satu batu sungai itu, "Ceritanya panjang, Kyuubi-san."
"Panggil Kyuubi saja, tidak usah pakai san segala," Kyuubi menyela, "Ceritakan saja padaku, aku ingin dengar asal usulmu. Sasuke dan Itachi tidak akan kembali setidaknya satu jam dari sekarang. Kita punya banyak waktu."
Naruto mengangguk, "Baiklah, Kyuubi." Naruto membenarkan duduknya agar bisa menghadap Kyuubi, "Aku berasal dari Tokyo. Bisa dibilang aku ini anak yang … nakal? Yah, pokoknya begitu, lah. Ayahku marah karena aku membuat masalah, lalu aku dikirim ke rumah teman ayahku. Dan ketika aku sedang bermain di sungai, aku terpeleset lalu terseret arus. Sasuke yang menolongku."
"Hah?" Kyuubi mengerutkan keningnya, "Sejak kapan Sasuke bersikap baik pada orang lain? Setahuku, dia itu orang yang sangat acuh dan tidak peduli dengan urusan orang lain. Ada manusia jatuh ke jurang pun dia hanya akan menonton."
"Entahlah," Naruto mengendikkan bahunya, "Mungkin karena aku pasangannya?"
"Oh, benar juga. Aku lupa kalau kau pasangannya." Kyuubi menganggukkan kepalanya tanda mengerti, "Makanya dia mau repot-repot menolongmu, sampai membawamu ke gua segala."
"Tapi, kenapa dia tidak mengantarkan aku pulang saja? Ini sudah seminggu lebih sejak aku menghilang, keluargaku pasti mencariku."
"Sampai kapan pun dia tak akan mengantarmu pulang."
Perkataan Kyuubi membuat Naruto tersentak. "Apa?"
"Kau itu pasangannya, selamanya dia akan mengikatmu agar selalu ada di sisinya."
Naruto seolah kehilangan kemampuannya berkata-kata. Mulutnya terbuka, lalu tertutup. Dia hendak mengatakan sesuatu tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Selalu berada di sisi Sasuke? Gila! Naruto itu punya kehidupan sendiri, tidak mungkin dia berada di hutan ini selamanya!
Kedua pemuda itu terdiam, sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hingga kemudian, keheningan itu dipecahkan oleh Kyuubi.
"Ne, Naruto."
"Ya?"
Mata oranye Kyuubi menatap mata biru Naruto, "Kenapa kau bilang buluku cantik?" tanyanya, "Buluku itu aneh, tahu. Mana ada wolf dengan bulu oranye begitu?"
Kening Naruto mengerut bingung, "Wolf?"
"Kami lebih suka menyebut diri kami sebagai wolf. Werewolf itu terkesan … apa, ya? Kuno?"
"Oh, begitu." Naruto mengangguk mengerti, "Tapi bulumu memang cantik, Kyuubi!"
"Tapi aku berbeda dari yang lainnya. Buluku itu aneh!"
"Memang kenapa? Aku juga berbeda dari orang Jepang kebanyakan. Mataku biru, rambutku pirang. Lalu, apa masalahnya?"
Kyuubi tak membalas kata-kata Naruto. Pemuda itu menatap ke bawah kakinya, menatap pantulan dirinya di air sungai. Rambut oranye kecokelatannya, mata oranyenya … Pemuda itu lantas menghela napas. Menjadi berbeda kadang tidak menyenangkan.
"Dulu aku diasingkan oleh kawananku karena buluku berbeda."
"Kenapa?"
Kyuubi mengendikkan bahunya, "Entahlah. Mereka bilang aku wolf aneh, wolf gagal, dan sebagainya. Tapi kau, malah mengatakan kalau buluku ini cantik. Dasar manusia aneh!"
Naruto cemberut mendengar kata-kata Kyuubi, "Bukan aku yang aneh! Tapi kawananmu!" Naruto berkata dengan kesal, "Jangan terlalu dipikirkan omongan kawananmu itu, Kyuubi. Yang penting Itachi menerimamu, kan?"
"Hah? Tahu dari mana kau soal–"
Naruto memotong perkataan Kyuubi, "Aku melihatmu dicium olehnya."
"Cih, keriput sialan!"
Obrolan dua pemuda itu berakhir ketika Sasuke dan Itachi muncul dari balik pepohonan.
Sasuke menenteng sebuah kaus hitam berukuran kecil yang entah didapatnya dari mana, lalu diberikan pada Naruto. Pemuda berambut hitam itu tak tega melihat pasangannya kedinginan setiap malam.
Setelah ritual mandi itu berakhir, mereka segera beranjak dari sungai untuk berteduh di gua baru mereka karena langit terlihat mendung. Hujan turun dengan deras ketika mereka selesai menyalakan api unggun di gua itu.
Naruto memperhatikan gua yang menjadi tempat berteduh mereka yang baru. Gua baru mereka sebenarnya adalah batu yang membentuk seperti gua kecil. Meskipun kecil, tapi gua itu cukup nyaman untuk ditempati. Meskipun tidak sebesar gua mereka yang lama.
Pemuda itu menghela napas. Dia rindu rumahnya di Tokyo.
Naruto duduk di depan api unggun itu untuk menghangatkan diri. Syukurlah Sasuke memberikan kaus hitam ini, kalau tidak, Naruto pasti sudah menggigil kedinginan.
Pemuda itu melirik Itachi dan Kyuubi yang sedang mengobrol di dekat mulut gua. Lalu mata birunya melirik Sasuke yang sedang bersandar pada dinding gua sambil memejamkan matanya.
Mereka semua bertelanjang dada. Naruto heran, apa mereka tidak kedinginan?
Naruto berdecak dalam hati ketika menyadari kalau badan ketiga pemuda itu begitu sempurna. Apa mereka sengaja bertelanjang dada untuk memamerkannya pada Naruto? Sialan.
Naruto menguap ketika rasa kantuknya datang. Pemuda itu merangkak menuju ke pojok gua, lalu berbaring di sana. Lantai gua itu terbuat dari tanah yang sedikit lembab, berbeda dengan gua lamanya yang jauh lebih hangat. Pemuda itu tidur menyamping, menghadap tembok gua.
Sasuke beringsut mendekati Naruto, lalu berbaring di sebelah pemuda berambut pirang itu. "Kau kedinginan, Naruto?" tanyanya.
"Tidak. Di sini cukup hangat, meski pun tidak sehangat gua yang lama."
"Begitu." Jawab Sasuke singkat. Pemuda itu menatap punggung Naruto yang terbalut kaus hitam, "Apa kau masih ingin pulang?"
Naruto berbalik menghadap Sasuke, "Apa maksudmu? Tentu saja aku ingin pulang, bertemu dengan Papa, lalu pulang ke Tokyo."
"Tokyo? Kau berasal dari sana? Kenapa jauh sekali?"
Naruto menghela napas, "Ya, memang jauh. Aku bukan penduduk asli sini."
"Hn. Pantas saja kau berbeda."
"Ya. Dan aku akan segera pulang ke Tokyo."
Sasuke terdiam. Rahang pemuda itu mengeras, "Kalau kau pergi sejauh itu, aku tak akan pernah membiarkanmu pulang!"
"Apa?"
"Kau mendengarku!"
Naruto menegakkan tubuhnya, lalu menatap Sasuke dengan kesal, "Aku akan pulang! Dengan atau tanpa bantuanmu!" Naruto mendengus kesal, lalu kembali berbaring sambil memunggungi Sasuke.
Sasuke menghembuskan napasnya dengan kasar, mencoba untuk mengatur emosinya. Sepertinya pasangannya ini termasuk orang yang keras kepala. Ketika ia hendak membalas kata-kata Naruto, Itachi memanggilnya. Mereka harus berpatroli sebelum pergi tidur.
Itachi memerintahkan Kyuubi agar tetap tinggal di gua, untuk menjaga Naruto. Pemuda berambut oranye kecokelatan itu mendengus kesal, Itachi selalu saja mencari alasan agar Kyuubi tidak ikut berpatroli. Pasangannya itu memang terkadang overprotektif.
Sementara itu, Sasuke berlari mengikuti Itachi sambil menggerutu.
"Kau kenapa, Sasuke?" Itachi bertanya ketika mereka sedang mengawasi daerah di sekitar gua.
"Naruto terus merengek untuk meminta pulang."
Itachi tertawa kecil, "Wajar saja. Dia kan manusia biasa. Pasti dia rindu rumahnya, rindu keluarganya, teman-temannya."
"Lalu, aku harus bagaimana?"
"Biarkan dia pulang, Sasuke."
"Tidak!" Sasuke membentak sang kakak, "Aku tidak akan pernah melepaskannya! Memangnya kalau kau disuruh melepaskan Kyuubi, kau mau, hah?!"
Itachi menghela napas. Dia tidak bisa memaksa Sasuke untuk melepaskan Naruto, karena pemuda berambut pirang itu adalah pasangan sang adik. Dia hanya bisa menasehati Sasuke saja, agar sang adik tidak kelewat batas. Sasuke juga sudah lama menunggu kedatangan pasangannya.
Dia tahu benar, bahwa seorang wolf tidak akan bisa hidup jika harus berpisah dengan pasangannya. Tetapi di sisi lain, Itachi tidak tega melihat Naruto yang selalu bersedih jika mengingat keluarganya.
Itachi berharap, semoga Naruto bersedia tinggal di sisi Sasuke. Sudah cukup sang adik kehilangan orang tua mereka. Dia tak tahu akan sehancur apa Sasuke jika harus kehilangan pasangannya juga.
.
.
.
Pagi itu, Naruto berjalan berdua bersama Sasuke. Mereka mendapat giliran untuk mencari makanan dan air. Itachi dan Kyuubi sedang menunggu di gua, kemarin mereka sudah mendapat giliran mencari makanan dan air.
Sebenarnya, makanan yang mereka bawa ke gua sebagian besar adalah buah-buahan dan ikan. Naruto paham kalau makanan itu untuknya, karena Kyuubi bilang wolf tidak suka buah.
Pemuda berambut pirang itu menatap lurus ke depan, memperhatikan punggung tegap Sasuke yang berjalan di depannya.
Ini sudah hampir satu bulan sejak Naruto berada di hutan itu. Sejujurnya, Naruto sedikit bingung dengan sikap Sasuke. Padahal, wolf itu pada awalnya selalu mengancam akan menerkam Naruto jika dia berulah, tetapi seaneh apapun kelakuan Naruto, Sasuke selalu bersikap baik padanya.
Memang sih, Sasuke tidak menunjukkan sikap lembutnya secara terang-terangan, tetapi Sasuke selalu memeluknya jika Naruto kedinginan, selalu mencarikan makanan atau pun buah kesukaan Naruto. Dia juga yang selalu menjaga dan melindungi Naruto dari binatang buas di hutan.
Pemuda itu ingat, ketika ia menjerit ketakutan gara-gara seekor ular, tanpa rasa takut sedikit pun, Sasuke memindahkan ular itu ke tempat yang jauh. Dan Naruto merasa pemuda itu bagaikan superman pribadinya.
Memang, awalnya Naruto kesal karena pemuda itu selalu menolak untuk mengantarnya pulang. Tetapi setelah beberapa minggu menghabiskan waktu berdua, Naruto makin paham alasan dibalik sikap Sasuke yang menurutnya egois itu.
Pasangan, huh?
Dia jadi ingat Itachi dan Kyuubi. Mereka terlihat dekat, saling menjaga dan menyayangi. Itachi selalu mengalah pada Kyuubi, sedangkan Kyuubi selalu berada di sisinya jika tiba-tiba Itachi terlihat sedih dan murung, entah karena apa.
Apakah pasangan wolf seharusnya seperti itu?
Well, Naruto tidak terlalu mengerti apa yang seharusnya dilakukan seorang pasangan, karena dia sendiri belum pernah berpacaran.
Tidak mungkin, kan, dia suka pada Sasuke secepat itu? Mereka bahkan baru bersama kurang dari satu bulan. Tapi … jika malam tiba, dan Sasuke memeluknya yang meringkuk kedinginan, kenapa Naruto malah merasa senang?
Pemuda berambut pirang itu menghela napas. Dia bingung pada perasaannya sendiri.
"Sasuke." Naruto memanggil Sasuke.
"Ya?"
"Kenapa kau baik sekali padaku?"
Sasuke menghentikan langkahnya, lalu berbalik, "Pertanyaan macam apa itu?" kening pemuda itu berkerut dalam, "Kau itu pasanganku, Naruto. Sudah sewajarnya aku bersikap baik padamu."
"Kalau pasanganmu adalah musuh yang harus kau bunuh, bagaimana?"
"Lebih baik aku membunuh diriku sendiri, dari pada aku harus membunuh pasanganku."
Naruto tertegun, "Sampai segitunya?"
"Ya."
"Tapi kenapa kau malah ingin menerkamku ketika aku kabur?"
Sasuke mendegus mendengar pertanyaan itu. Tangan kanannya terangkat, menyentuh pipi Naruto, "Aku tidak akan pernah menyakitimu, Naruto." Ibu jari Sasuke mengelus pipi Naruto dengan lembut, "Ancamanku itu hanya main-main. Melihatmu tergores ranting saja rasanya aku ingin membakar hutan itu. Bagaimana bisa aku menerkammu?"
"A-ah? Benarkah?"
Sasuke tersenyum tipis. Naruto terpana pada senyuman yang sangat jarang dilihatnya itu. Wajah kaku pemuda itu tampak sepuluh kali lebih tampan jika sedang tersenyum.
Naruto berdehem untuk mengembalikan kewarasannya.
"Tapi, Naruto."
"Ya?"
Sasuke menatap Naruto dengan tatapan sedih, "Jangan tinggalkan aku, ku mohon. Sudah cukup aku kehilangan orang tuaku."
"Memang orang tuamu kemana?"
"Mereka … terbunuh."
Naruto menggigit bibir bawahnya, "Maaf, Sasuke, aku …"
Naruto terkesiap ketika tiba-tiba Sasuke membekap bibirnya, lalu mengisyaratkan untuk diam. Pemuda itu terlihat tegang. Dia membawa Naruto bersembunyi di balik bebatuan yang cukup besar, beberapa puluh meter dari tempat mereka berdiri tadi.
Naruto menurut, dia tidak berontak ketika Sasuke memeluknya dengan erat, seolah takut terjadi sesuatu pada Naruto. Mereka bergerak perlahan, berusaha menjauh dari tempat itu.
Kemudian Sasuke menggendong Naruto, lalu berlari menjauh tanpa suara.
Mata biru Naruto membelalak ketika sadar, ada beberapa ekor serigala berbadan besar sedang berkumpul di sana.
Dan, sekali lagi. Naruto tidak bisa menjelaskan kenapa jantungnya tiba-tiba berdetak dua kali lebih cepat ketika Sasuke berada begitu dekat dengannya. Apa dia sakit?
.
.
.
Kyuubi dan Itachi sedang duduk dipinggir tebing curam.
Pemuda berambut oranye kecokelatan itu duduk sambil menikmati pemandangan, sedangkan Itachi, duduk di belakang Kyuubi sambil mendekap erat pasangannya itu.
"Ne, Itachi,"
"Ya?" Itachi menjawab sambil mencium pipi Kyuubi dengan sayang.
"Kau tahu, kemarin Naruto bilang kalau buluku ini cantik. Padahal aku selalu merasa buluku ini aneh."
Itachi tersenyum kecil, "Naruto benar, Kyuu. Bulumu ini memang cantik. Aku langsung jatuh cinta padamu, ketika pertama kali melihat warna bulumu yang unik itu."
Kyuubi tidak menjawab kata-kata Itachi. Dia teringat pada masa kecilnya yang sangat jauh dari kata bahagia.
Kyuubi kecil selalu dijauhi, diasingkan bahkan dianggap tidak ada di kelompoknya, hanya karena warna bulu dan juga warna matanya sedikit berbeda dengan wolf pada umumnya. Bahkan orang tuanya tidak pernah menganggap Kyuubi sebagai anak mereka.
Kyuubi diperlakukan dengan buruk. Dijadikan pembantu, dijadikan bahan hinaan bahkan hampir diperkosa bergiliran oleh kawanannya. Ketika nyaris diperkosa beramai-ramai itu, Kyuubi memutuskan untuk kabur.
Dia sempat berkelana di hutan seorang diri, sampai akhirnya, dia tidak sengaja bertemu dengan Itachi yang saat itu sedang berburu.
Itachi menggeram, dia mengenali Kyuubi sebagai pasangannya. Kyuubi pun begitu, tetapi karena sejak kecil dia menerima perlakuan tidak baik, Kyuubi melawan. Dia menggeram mengancam pada Itachi.
Kyuubi kabur, berusaha menghindari Itachi. Dia ingin hidup sendiri saja, pemuda itu sudah kapok hidup bersama wolf lainnya.
Itachi tidak menyerah, dia mengerjar Kyuubi sampai akhirnya calon pasangannya itu terdesak. Mereka berdiri di depan tebing curam, tempat mereka sedang duduk sekarang.
Merasa tidak ada pilihan lain, Kyuubi berubah menjadi manusia. Dia berteriak pada Itachi, lebih baik dia mati dari pada harus hidup bersama wolf lainnya.
Dia menatap Itachi dengan garang, lalu tanpa aba-aba melompat dari tebing itu. Pemuda itu sama sekali tidak takut dengan arus deras sungai di bawah tebing itu.
Itachi membelalak kaget, dia berubah wujud lalu ikut terjun, menyusul Kyuubi. Dia sama sekali tidak menyangka pasangannya akan nekat terjun ke sungai deras di bawah sana.
Itachi berjuang keras berenang ke tepian sambil membawa Kyuubi yang pingsan. Kemudian, dia membawa Kyuubi ke kawanannya.
Setelah insiden itu, Kyuubi yang awalnya ketus dan selalu menolak kehadiran Itachi, lama-lama luluh juga. Itachi dan kawanannya selalu memperlakukan Kyuubi dengan baik, sangat berbeda dengan kawanannya yang lama.
Kyuubi selalu mengikuti kemana pun Itachi pergi. Termasuk ketika insiden mengerikan terjadi pada kawanan Itachi, Kyuubi tetap setia menemani pasangannya itu.
"Kau ingat tebing ini, kan?" Lamunan Kyuubi tentang masa lalunya buyar ketika Itachi bertanya.
"Ya, tentu saja. Aku pernah hampir mati di sini."
Itachi mengeratkan pelukannya, "Jangan pernah lakukan hal itu lagi, Kyuu. Aku tak akan sanggup bertahan kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu."
"Ya, Itachi. Aku berjanji. Aku akan selalu ada di sisimu, kita akan berjuang bersama untuk mendapatkan hak-hak kita lagi. Berjuang bersama Sasuke, Naruto juga."
"Oh, kau sudah tidak membenci dia lagi?"
Kyuubi menggeleng, "Aku tidak pernah membencinya. Aku hanya … tidak nyaman berada di dekat orang asing."
"Tapi Naruto tidak akan menyakitimu, Kyuu."
"Ya, Naruto anak yang baik. Anak ayam itu beruntung mendapatkan manusia sebaik Naruto. Manusia kan biasanya egois dan kejam."
Itachi tidak membalas kata-kata Kyuubi. Dia mencium puncak kepala Kyuubi dengan sayang, lalu memejamkan matanya. Itachi bersumpah dalam hati. Dia akan melindungi Kyuubi, Sasuke dan juga Naruto dari tangan gerombolan wolf busuk itu!
.
.
.
Sasuke menurunkan Naruto dari lengannya dengan perlahan ketika mereka sampai di mulut gua.
"Itachi kemana?" tanya Naruto.
"Entahlah."
Naruto menghela napas. Dia merebahkan tubuhnya di tempat yang biasa dia pakai untuk tidur. "Kau tidak lelah berlari sambil menggendongku, Sasuke?"
"Tidak."
"Aku lelah, boleh aku tidur?"
Sasuke mengangguk, "Tidurlah. Aku akan menjagamu di sini."
Naruto tidak membalas kata-kata Sasuke yang lagi-lagi menimbulkan efek jantung berdetak cepat itu. Penyakit apa sih ini? Atau jangan-jangan Sasuke memakai sihir? Pemuda itu buru-buru memejamkan matanya, sebelum dia bertingkah konyol dan mempermalukan dirinya sendiri.
Sasuke berjalan ke mulut gua, lalu memperhatikan sekitar. Setelah memastikan keadaan di luar sana aman terkendali, dia kembali ke dalam gua itu.
Dia menghela napas ketika dilihatnya Naruto sudah jatuh tertidur. Padahal belum lima menit.
Sasuke berbaring di sebelah pemuda berambut pirang yang sedang memejamkan matanya itu. Mata hitamnya menatap wajah Naruto yang berada begitu dekat dengannya. Tanpa dia sadari, Sasuke mengangkat badannya, lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Naruto. Tatapan matanya fokus pada bibir tipis berwarna merah muda milik Naruto.
Sasuke merendahkan tubuhnya, hingga beberapa senti lagi bibirnya menyentuh bibir Naruto–
"Ehem!"
Sasuke kembali menegakkan tubuhnya, lalu mengumpat pelan ketika dilihatnya Kyuubi menyeringai di depan mulut gua. Sial! Padahal sedikit lagi dia bisa mencium Naruto!
"Mau apa kau, iblis? Mengganggu saja!" desis Sasuke. Dia tidak berteriak, takut membangunkan Naruto.
"Hmph!" Kyuubi mendengus mengejek, "Dasar anak ayam mesum, beraninya menyerang ketika dia sedang tidur! Tidak punya nyali!"
Sasuke naik pitam, "Kau–!"
"Hei, sudahlah. Naruto sedang tidur. Biarkan dia istirahat." Itachi menyela, "Kenapa kau tidak membawa makanan, Sasuke?"
Sasuke menghela napasnya, "Tadi ada segerombolan wolf yang mencariku. Aku tidak sempat mencari makanan, aku takut mereka menyerang Naruto." Katanya. Sasuke melirik Naruto, lalu mengelus rambutnya dengan sayang.
"Oh, begitu." Itachi tersenyum maklum. Dia pun akan melakukan hal yang sama jika Kyuubi berada di posisi Naruto. "Kami sudah makan, kok. Tadi kami berburu."
"Benar kan, kataku? Sasuke tak akan kembali dengan membawa makanan!"
"Kyuubi, sudahlah." Itachi memperingati Kyuubi. Nadanya terdengar lembut namun tegas di saat bersamaan, membuat Kyuubi menutup bibirnya rapat-rapat.
Itachi adalah seorang Alpha (pemimpin) di kelompoknya. Sudah pasti Kyuubi menurut padanya.
"Sasuke-kuuu~n!"
Ketiga pemuda itu menoleh ke mulut gua ketika mendengar suara seorang gadis. Di sana, ada seorang gadis berambut merah sedang melambai, lalu berlari kecil menghampiri ketiga wolf itu.
"Apa kabarmu, Sasuke-kun?" gadis itu menerjang Sasuke, lalu memeluknya dengan erat.
"Diam, Karin! Naruto sedang tidur!"
Bukannya mendengar, Karin malah makin mempererat pelukannya.
"Mmh?" Naruto bergumam, lalu membuka matanya. Mata biru itu membelalak ketika dilihatnya Sasuke sedang berpelukan mesra dengan seorang gadis berambut merah. Naruto ingin memaki gadis itu, tetapi kemudian ia terdiam … kenapa dia harus marah?
Naruto memutuskan untuk duduk, bersikap biasa saja seolah tidak ada bara api panas di dalam dadanya.
"Naruto?" Sasuke tampak kaget melihat Naruto yang terbangun, dia terlihat salah tingkah, "Ini bukan apa-apa, dia bukan siapa-siapaku!"
"Bukan urusanku!" Jawabnya, sedikit ketus.
Karin melepaskan pelukannya, lalu menatap Naruto dengan tatapan menyelidik, "Siapa kau, manusia berambut pirang?"
"Aku punya nama, Rambut Merah! Namaku Namikaze Naruto!"
Karin membelalakkan matanya, "Namikaze … Namikaze yang itu?!"
"Kau kenal keluargaku?"
"Tentu saja!" jawabnya dengan semangat, "Mana ada yang tidak kenal keluargamu! Hanya mereka yang tinggal di hutan, yang tidak kenal Namikaze!"
Kening Itachi berkerut, "Tapi kami tidak mengenal Namikaze, Karin."
"Ya, karena kalian tinggal di hutan!" Karin berdiri, lalu menepuk roknya yang terkena debu, "Ah, lupakan. Ada informasi penting yang harus kuberitahukan pada Sasuke-kun."
"Apa itu, Karin?" Itachi bertanya.
"Ehem!" Karin berdehem, sebelum memulai memberikan informasi itu, "Kelompok Pein sedang bergerak. Dan Sasuke-kun, ku harap kau berhati-hati kali ini."
"Kenapa?"
Mata Karin melirik Naruto, lalu jemari lentiknya menunjuk pemuda berambut pirang itu, "Target selanjutnya adalah dia!" katanya, "Pein tahu kalau dia adalah pasanganmu."
"Apa?!"
"Makanya aku menyuruhmu untuk berhati-hati. Dan, Itachi-san?"
"Ya?"
Mata Karin melirik Kyuubi sekilas, lalu kembali lagi menatap mata Itachi, "Sebaiknya kau juga berhati-hati. Aku tidak tahu apakah mereka juga mengincar Kyuubi atau tidak, tapi ada baiknya kau berhati-hati."
Itachi mengangguk paham. Lengannya melingkari pundak Kyuubi dengan protektif, "Tentu saja. Terima kasih atas informasinya."
Karin mengangguk, lalu tersenyum. Gadis yang merupakan anak buah Sasuke dan bertugas untuk memata-matai musuh itu memang sedikit aneh dan selalu bertingkah genit. Terutama pada lelaki tampan macam Sasuke.
"Hanya itu saja yang bisa aku sampaikan untuk saat ini. Nanti kalau ada informasi penting lainnya, akan aku beritahukan pada kalian," kata Karin. Gadis berambut merah itu berjongkok, lalu mengecup pipi Sasuke singkat, yang langsung menuai protes dari Naruto.
"Hei!" protes Naruto.
"Kenapa kau protes? Katanya bukan urusanmu?" Sindir Karin. "Kalau kau tidak mau dengan Sasuke-kun, aku saja yang jadi pasangannya!"
"Terserah! Ambil saja dia! Aku mau pulang!" Naruto berteriak, dia benar-benar tidak suka pada gadis berambut merah bernama Karin itu. Dia membaringkan dirinya menghadap ke tembok, lalu memejamkan matanya.
Sasuke terdiam melihat reaksi Naruto, dia sama sekali tidak menduga kalau Naruto akan semarah ini. Padahal ketika Karin memeluknya, pemuda itu terlihat tidak peduli. Atau jangan-jangan dia pura-pura tidak peduli?
Diam-diam, Sasuke menyeringai.
Sementara itu, Kyuubi dan Itachi sibuk menahan tawa. Sepertinya, si anak ayam akan segera mendapatkan hati pasangannya.
.
.
.
Pada tengah malam, Naruto terbangun karena perutnya sakit, dia ingin buang air besar. Pemuda itu menoleh kesana kemari, tapi gua itu sepi. Hanya ada Kyuubi saja yang sedang tidur di pojok gua. Sasuke dan Itachi tak terlihat, mereka sedang patroli.
Jam patroli mereka jadi lebih panjang gara-gara informasi yang diberikan Karin.
Naruto menggerutu dalam hati ketika ingat gadis berambut merah itu.
"Aduh, perutku sakit." Gumam Naruto. Pemuda itu beranjak, lalu berjalan ke mulut gua. Dia sudah tahu di mana letak sungai, dan letaknya tidak begitu jauh dari gua baru ini. "Sialan, enak enak tidur malah sakit perut!" gerutunya.
Yah, tidak mungkin juga dia minta ditemani. Malu.
"Naruto? Mau kemana?"
Langkah Naruto terhenti ketika dia mendengar suara Kyuubi, "Aku sakit perut, Kyuubi. Ingin ke sungai." Katanya.
Kyuubi menguap kecil, "Oh, ayo, aku temani."
"Eh? Tidak perlu! Aku bisa sendiri!"
Kening Kyuubi berkerut, "Kau tidak dengar kata Itachi? DIa memintaku untuk menjagamu, kan?" katanya. Pemuda itu bangkit, lalu meregangkan tubuhnya sebentar, kemudian mengikuti langkah kaki Naruto untuk menuju ke sungai.
Setibanya di sungai, Naruto segera berlari karena perutnya benar-benar sakit.
Sementara itu, Kyuubi menunggu di bawah pohon sambil menatap langit malam yang terlihat indah malam ini. Penuh taburan bintang.
Setelah Naruto selesai dengan urusannya, pemuda itu berniat menghampiri Kyuubi. Langkah kakinya tiba-tiba terhenti. Pemuda itu merasa ada yang mengawasinya. Ketika dia menoleh, mata birunya membelalak kaget.
Ada tujuh ekor serigala berbadan besar sedang menatapnya!
Naruto mundur selangkah, dia takut. Apakah serigala-serigala besar ini akan memangsanya seperti serigala di hutan tempo hari?
"Gyaaaaa!" Naruto berteriak, lalu berlari. Pemuda itu memekik sekali lagi ketika dari arah depan muncul seekor serigala berbulu oranye kecokelatan. Itu Kyuubi!
Kyuubi berdiri menghadang gerombolan serigala itu. Dia menggeram, menyeringai mengancam pada mereka semua. Kyuubi memang kalah jumlah, tapi dia yakin bisa mengalahkan kumpulan serigala tengik ini.
Serigala-serigala itu saling menggeram, lalu salah seorang dari tujuh serigala itu menerjang Kyuubi. Mereka bergulat selama beberapa saat, lalu ketujuh serigala itu menyerang Kyuubi bersamaan.
Kyuubi terdesak.
Dengan napas tersengal dan menahan perih di bahu kanan dan paha kirinya karena gigitan serigala itu, Kyuubi mengirim telepati pada Itachi.
'Itachi, tolong Naruto. Aku … tidak kuat.'
Kyuubi ambruk, lalu berubah menjadi sosok manusianya lagi.
Naruto berteriak, lalu berlari menghampiri Kyuubi.
"Bodoh! Pergi sana! Jangan hiraukan aku, Naruto!" Kyuubi terteriak pada Naruto.
"Kyuubi! Bertahanlah! Lukamu parah!" Tanpa sadar, Naruto meneteskan air matanya. Dia tidak tega melihat Kyuubi babak belur begini. Biarpun terkadang mulutnya tajam, tetapi Kyuubi sangat baik padanya.
"Kau memang manusia bodoh, bukannya lari menyelamatkan diri, malah sibuk menangisi wolf aneh sepertiku ini." Kata Kyuubi, di sela napasnya yang terputus-putus.
Salah satu dari gerombolan wolf itu berubah wujud, menjadi seorang pemuda tampan berambut merah. Badannya termasuk kecil untuk ukuran werewolf.
"Naruto?"
Naruto menoleh ketika seseorang memanggilnya, "Siapa kau?!"
"Kau pasangan Sasuke, kan?"
Naruto terdiam. Dia tidak berani menjawab. Entah mengapa, perasaannya tidak enak.
"Kalau kau tidak ingin Sasuke berakhir mengenaskan seperti wolf aneh itu, kau harus ikut kami."
"Ikut kalian kemana?"
Pemuda berambut merah itu menyeringai, "Ke tempat yang jauh lebih baik dari pada di sini." Katanya, "Kalau kau menolak, aku tidak akan segan mencabik wolf sekarat ini, lalu membunuh Sasuke dan juga Itachi."
"Tidak!" Naruto menyela, "Aku akan ikut kalian, aku akan menuruti semua perintah kalian, tapi jangan sakiti mereka. Jangan sakiti Sasuke!"
"Hmm, kau pintar juga rupanya." Pemuda berambut merah itu mengulurkan tangannya, "Namaku Sasori. Dan sekarang, mari ikuti kami."
Naruto menatap tangan putih itu. Dia ingin meraihnya, tetapi ada sebersit keraguan dalam hatinya. Benarkah dia akan melepaskan Sasuke dan yang lainnya?
"J-jangan, Naruto. Dia berbohong."
"Oh, kau masih sadar? Apa kau ingin aku menghabisimu sekarang juga?"
Naruto segera meraih tangan Sasori, "Aku ikut denganmu." Katanya. Dia mengabaikan Kyuubi yang mencoba menahannya. Sudah cukup, Naruto tak ingin pemuda itu kembali disakiti.
Naruto membiarkan Sasori membimbingnya. Bahkan ketika Sasori berubah menjadi seekor wolf berbulu coklat muda pun, Naruto tetap diam, tidak berusaha berontak.
Mata biru itu berkaca-kaca ketika dia dibawa masuk ke dalam hutan, menembus gelapnya hutan yang malam itu terasa dingin sampai menusuk tulang. Semoga, Sasuke dan Itachi segera menemukan Kyuubi, dan segera mengobati luka-lukanya.
Beberapa menit setelah Naruto di bawa pergi, Itachi dan Sasuke muncul. Kedua wolf itu kaget ketika melihat pemandangan sungai yang biasanya indah berubah menyerupai medan perang.
Itachi menggeram ketika dilihatnya Kyuubi terkapar bersimbah darah. Dia merubah wujudnya menjadi manusia, "Kyuubi!" teriak Itachi. "Apa yang terjadi padamu?" Mata Itachi basah ketika melihat kondisi Kyuubi yang mengenaskan.
"Aku … tidak apa-apa." Katanya lirih. Dia sudah tak kuat berbicara.
"Mana Naruto?" Sasuke bertanya pada Kyuubi. Dia mengendus udara, tetapi tidak mencium bau khas Naruto.
"Dia … di bawa pergi oleh kelompok Pein, Sasuke. Maafkan aku tidak bisa menjaganya." Kata Kyuubi, kemudian pemuda itu tidak sadarkan diri.
Otak Sasuke berubah kosong. Darah ditubuhnya seolah mendidih. Jika saja tidak ada Itachi yang sanggup menahannya, hutan itu mungkin akan dirusak oleh Sasuke yang mengamuk.
.
.
TBC
.
.
Ndak jadi bikin twoshot. Hahahahaha… soalnya terlalu panjang dan bakalan cepet banget alurnya kalau dijadiin dua bagian. Tapi fic ini gak panjang. Paling 3-4 chapter doang. Aku gak bakat bikin fic belasan chapter gitu.
Oh iya, di sini wolfnya kalo berubah aku bikin kayak ada cahaya-cahayanya gitu aja ya. Soalnya kalo berubah yang fisiknya membesar gitu, Sasuke cs ga pake celana dong? Kan robek semua. Mana tinggalnya di gua, mana ada baju ganti? Akunya yang kuat kalo mereka ga pake baju #dilemparkelaut.
Oke, semoga chapter ini masih bisa dinikmati.
Adios!
