Disclaimer : Naruto dan seluruh karakternya BUKAN milik saya.
.
Hello, Mr. Wolf! © Vandalism27
.
Warning : SASUNARU, BOYSLOVE! YAOI! OOC (ini fanfiksi, BUKAN MANGA ASLI), alur kecepetan, gak jelas, typo(s), dan segala kekurangan dan kecacatan lainnya. Kalo gak suka, NGGAK USAH CAPER :v
.
Note : sekali lagi aku ingatkan, jurus yang dipakai untuk bertarung dan hal-hal lain tidak selalu sesuai sama manga/animenya, ya.
.
Sinopsis : Naruto dihukum sang ayah karena selalu membuat masalah. Dia dikirim ke peternakan milik teman ayahnya agar tahu rasanya bekerja demi sepiring nasi. Bagaimanakah nasib pemuda itu?
.
.
SELAMAT MEMBACA!
.
.
Naruto menggigit kuku ibu jarinya ketika Kyuubi berdiri berhadapan dengan Kurama. Perkiraannya benar, Kurama lebih tinggi beberapa sentimeter daripada Kyuubi. Kepala pemuda itu hanya mencapai dagu Kurama.
Naruto berlindung di balik pohon besar yang ada di dekatnya.
Saat ini, mereka berada agak jauh dari rumah mungil milik Kurama. Mereka ada di sebuah tanah lapang yang ditumbuhi rumput hijau. Kalau saja mereka tidak sedang dalam situasi siap bertarung, Naruto pasti akan mengajak Kyuubi untuk berkeliling tempat ini. Pemandangan di sini ternyata sangat indah.
"Kau siap, bocah?" Kurama menyeringai. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
Kyuubi mendengus. "Aku siap kapan pun kau siap, Paman," balas Kyuubi.
Keduanya pun melesat dengan kecepatan tinggi. Kyuubi melayangkan tinjunya ke wajah Kurama, tapi dengan mudah ditangkis oleh Kurama. Kurama mencengkram pergelangan tangan Kyuubi, lalu sebelah tangannya yang bebas meninju pipi Kyuubi dengan keras.
Kyuubi terpental, ia bergerak sedemikian rupa di udara hingga kedua kakinya menapak tanah. Pemuda itu menyeringai, setetes darah mengalir di sudut mulutnya. "Boleh juga kekuatanmu, Paman."
Kyuubi mengusap darah di sudut bibirnya, lalu kembali menyerang Kurama. Ia menendang dan memukul Kurama, tapi semua gerakannya seolah terbaca. Kyuubi mengangkat kaki kanannya tinggi-tinggi, berusaha menghantam kepala Kurama. Tapi, lagi-lagi Kurama berhasil menangkisnya. Pria itu menyilangkan lengannya di depan kepala untuk menahan tendangan Kyuubi.
Kyuubi melompat mundur, lalu mendarat dengan mulus di atas tanah. Pemuda itu mendecih dalam hati. Pria itu tidak serius melawannya, dia hanya bermain-main!
"Kenapa kau berhenti?" tanya Kurama.
"Seriuslah, Pak Tua! Aku tahu kau hanya bermain-main sejak tadi!"
Sebelah alis Kurama terangkat. "Hm? Bermain-main, katamu?" Pria itu kemudian terkekeh. "Kau mau aku serius? Oh, baiklah kalau begitu."
Kyuubi tidak sempat menghindar ketika Kurama tiba-tiba saja ada di depannya, lalu meninju wajahnya. Kurama sepertinya belum puas. Ia kembali meninju pipi kiri Kyuubi, lalu meninju perutnya, kemudian satu tendangan terakhir membuat Kyuubi terpental jauh hingga menabrak pohon sampai patah.
"Uhuk!" Kyuubi terbatuk darah. Napas pemuda itu terengah. Dadanya terasa nyeri, sepertinya tulangnya ada yang patah. Tinju dan tendangan Kurama tadi tidak main-main. Kalau saja Kyuubi bukan wolf, Kyuubi pasti sudah tewas.
"Kyuubi!" Naruto memekik memanggil nama Kyuubi. Ia panik melihat baju bagian depan Kyuubi ternoda darah.
Kyuubi mengangkat sebelah tangannya, sebagai isyarat agar Naruto tidak mendekat. Lalu ia memberikan tanda dengan ibu jarinya kalau dia baik-baik saja. Naruto bisa tewas jika ia berada terlalu dekat, Kyuubi tidak bisa fokus melawan Kurama sambil menjaga Naruto.
Kyuubi belum menyerah, meskipun tubuhnya terasa nyeri di beberapa bagian. "Aku belum selesai, Pak Tua," kata Kyuubi. Matanya menatap tajam Kurama yang saat ini sedang menyeringai ke arahnya.
"Kenapa kau rela babak belur hanya untuk mendapatkan Kristal Bulan?"
"Aku akan melakukan apapun demi kristal itu. Kalaupun harus ditukar dengan nyawaku, aku siap!"
Seringai di bibir Kurama menghilang. Ia menatap Kyuubi dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Sedetik kemudian, ia tersenyum, bukan senyum mengejek tapi senyum tulus seakan Kyuubi adalah sosok yang penting untuknya.
"Kekeraskepalaanmu benar-benar mirip dengannya, Kyuubi," kata Kurama, membuat Kyuubi mengerutkan keningnya.
"Mirip dengannya? Siapa?"
Kurama tidak menjawab. Ia memasang kuda-kuda. "Majulah, Kyuubi!"
Kyuubi menyerang. Ia melakukan gerakan menendang kepala Kurama, dan Kurama refleks melindungi kepalanya dengan kedua lengannya. Disaat itulah, Kyuubi merubah gerakannya, ia tidak jadi menendang kepala Kurama. Ia menangkap pergelangan tangan Kurama.
"Sekarang, Naruto!" teriak Kyuubi.
Kurama refleks menoleh ke arah Naruto yang sedang berdiri di sisi pohon. Kurama tidak sempat mengelak ketika Kyuubi tiba-tiba melepas pergelangan tangan Kurama, lalu ia menendang sisi tubuh Kurama dengan keras.
Kurama terpental, lalu menabrak pohon hingga patah.
Taktik Kyuubi berhasil. Ia hanya ingin memecah konsentrasi Kurama dengan meneriakkan nama Naruto, seolah-olah Naruto akan ikut menyerang. Saat Kurama lengah, ia langsung menendang sisi tubuh Kurama tanpa pikir panjang.
Kurama bangkit berdiri. Ia mengusap sisi tubuhnya yang tadi kena tendangan Kyuubi, lalu terkekeh. "Tendanganmu lumayan juga, bocah!" katanya.
"Hei, Kurama, tadi kau bilang, kalau kekeraskepalaanku mirip dengan seseorang. Mirip dengan siapa? Katakan padaku!"
Kurama tidak menjawab. Ia berjalan dengan perlahan, menghampiri Kyuubi yang tampak bersiap menerima serangan selanjutnya. Tapi, Kurama tak kunjung melancarkan serangan bahkan ketika ia sampai di depan Kyuubi.
Pria itu mengangkat kedua tangannya, secara mengejutkan ia memeluk Kyuubi dengan erat. Kyuubi terkesiap. Ia menatap Kurama dengan horror. Apa monster memang suka memeluk orang lain? Sial, Itachi pasti ngambek tujuh hari tujuh malam kalau dia melihat adegan ini.
"A-apa yang kau lakukan?!"
"Bagaimana kabar Saori?" Kurama bertanya. Ia tidak menghiraukan perkataan Kyuubi.
"S-Saori? Kau … kenal dengan ibuku?" gumam Kyuubi. Saori adalah nama ibu kandung Kyuubi.
"Tentu saja aku mengenalnya."
Naruto membelalakkan matanya melihat pemandangan langka itu. Kyuubi dipeluk Kurama? Apa sekarang Itachi punya saingan cinta? Ia berlari menghampiri kedua orang yang sedang berpelukan itu, lalu berusaha melepaskan Kyuubi dari pelukan Kurama.
"Lepaskan, Paman! Kau tidak boleh memeluknya!" kata Naruto sambil menarik-narik lengan berotot Kurama.
Kurama melepaskan pelukannya, lalu ia menatap Naruto. Pria itu tersenyum kecil sambil mengacak rambut pirang Naruto. "Kau sudah besar sekarang!" katanya.
Naruto memegangi kepalanya yang baru saja disentuh Kurama. "Apa? Apa maksudmu?"
"Ayo, kita kembali ke rumahku. Kalian sudah lulus tes. Sekarang, Kristal Bulan akan menjadi milik kalian," kata Kurama, lalu berbalik. Ia menghentikan langkahnya ketika teringat sesuatu. "Ah, hampir saja lupa."
Kurama mengangkat tangan kanannya. Sinar redup berwarna oranye muncul di telapak tangannya. Ia mengarahkan sinar oranye itu di luka-luka yang ada di sekujur tubuh Kyuubi.
Kyuubi terkesiap. Semua rasa sakit yang tadi ia rasakan, berangsur-angsur membaik lalu menghilang. Ia menatap Kurama dengan takjub. "Apa itu tadi?"
"Bukan apa-apa, hanya mengobatimu saja," jawab Kurama dengan santainya.
Pria itu membimbing Naruto dan Kyuubi untuk kembali ke rumah mungilnya. Rumah mungil yang akan dijaganya sampai ia mati, karena rumah mungil itu adalah peninggalan sahabatnya.
Naruto dan Kyuubi menatap punggung Kurama dengan kening berkerut. Pertanyaan yang sama terlintas di pikiran mereka. Sebenarnya, siapa pria bernama Kurama itu?
.
.
.
Naruto duduk bersila di lantai, sementara Kyuubi duduk disebelahnya. Di depan mereka ada Kurama yang saat ini sedang duduk bersila sambil menutup matanya. Pria itu sedang memulihkan luka dalamnya yang ia dapatkan dari tendangan Kyuubi tadi.
Setelah sepuluh menit, Kurama membuka matanya.
Ia menengadahkan tangannya, lalu muncullah Kristal Bulan di telapak tangannya. Ia menyerahkan kistal cantik berpendar kebiruan itu pada Naruto. "Ini, untukmu," kata Kurama.
Kedua alis Naruto terangkat tinggi. "Kenapa untukku? Aku tidak bisa menggunakan sihir."
Kurama menatap mata biru Naruto. Ia tetap menyodorkan kristal itu pada Naruto. "Ambillah, Naruto. Kristal ini adalah milikmu. Percayalah, tidak akan ada yang bisa menggunakan kristal ini selain kau."
"A-aku?" gumam Naruto. Dia kan hanya manusia biasa yang bahkan tidak mengerti cara menggunakan sihir atau semacamnya. "Kau yakin, Paman?"
Kurama tidak menjawab. Ia hanya mengangguk mengiyakan.
"Sudah, terima saja, Naruto. Yang penting kristal itu ada di tangan kita."
Naruto mengulurkan tangannya dengan ragu. Kurama menarik tangan Naruto, lalu menyerahkan kristal itu. Naruto mengernyitkan keningnya, kristal itu terasa hangat di telapak tangannya. Apa benda ajaib memang terasa seperti ini?
"Kristalnya hangat," gumam Naruto.
"Benarkah?" Kyuubi menyentuh kristal itu, tapi tidak ada rasa hangat seperti yang Naruto katakan. "Mana? Tidak ada rasa hangat?"
"Kau tidak akan bisa merasakannya, Kyuubi. Hanya orang yang ditakdirkan untuk memiliki Kristal Bulan yang akan merasakan rasa hangat itu. Bahkan aku pun tidak bisa merasakan rasa hangatnya, padahal aku sudah menjaganya selama puluhan tahun," kata Kurama. Ia memperhatikan Naruto yang sedang memasukkan kristal itu ke dalam kantung kain yang dibawanya.
Kyuubi mengangguk mengerti. "Ah, iya. Sebenarnya, kau ini siapa? Bagaimana bisa kau mengenal ibuku?"
Kurama terkekeh. "Bisa dibilang, aku ini teman ibumu."
"Teman?"
"Ya. Aku berteman dengan Saori, ibumu," kata Kurama. "Saori adalah werewolf wanita yang pemberani dan keras kepala. Kami bertemu ketika dia sedang berpetualang seorang diri di Hutan Barat. Aku menolong ibumu yang nyaris dibunuh the death."
"Lalu?" sahut Kyuubi, dia terlihat antusias mendengar cerita Kurama.
"Aku dan ibumu berteman. Kami sering adu pendapat, ibumu juga sering menantangku untuk berkelahi. Aku tidak bisa memenuhi tantangannya, biar bagaimana pun, ibumu tetaplah seorang perempuan. Lalu, lama kelamaan aku dan ibumu saling jatuh cinta."
"Kalian saling mencintai? Berarti kau mantan pacarnya Bibi Saori?" Naruto menyela.
Kurama tertawa kecil mendengar komentar Naruto tentang 'mantan pacar'. "Ya, seperti itulah kira-kira. Kami akhirnya semakin dekat, sampai akhirnya Saori bertemu dengan Shimura Danzo."
Kyuubi menegang. Danzo adalah ayahnya, yang tega menyiksanya bahkan saat usianya masih muda. "Danzo adalah pasangan ibuku?" tebak Kyuubi.
Kurama mengangguk membenarkan. "Ya, Danzo adalah pasangan ibumu. Aku tidak tega melihat ibumu yang kebingungan. Dia terikat dengan pasangannya, tapi dia juga tidak ingin meninggalkan aku. Jadi, aku memutuskan untuk meninggalkannya. Tapi bodohnya aku, aku tidak menyadari saat itu Saori sedang hamil. Hamil anak kami."
"Ibuku pernah memiliki anak denganmu? Dimana anak itu sekarang?" tanya Kyuubi.
Kurama menatap tepat ke mata Kyuubi. "Anak itu adalah kau, Kyuubi. Aku adalah ayahmu. Ayah kandungmu."
Kyuubi terdiam. Dia menatap Kurama dengan pandangan terkejut. Apa dia bilang tadi? Ayah kandung?
"Kau ayah kandung Kyuubi?!" Naruto memekik. "Berarti, Danzo bukan ayah kandung Kyuubi? Oh, benar juga! Kyuubi, kau pernah bilang, ayahmu suka menyiksamu, kan?"
"Danzo melakukannya karena dia tidak ingin Kyuubi merebut posisi anaknya sebagai calon alpha. Makanya, Danzo memerintahkan seluruh klan untuk menindasmu, agar mereka tidak menganggapmu sebagai calon alpha."
Kyuubi menggertakkan giginya. Dia ingat seluruh perlakuan buruk klannya. "Dan kau tidak berusaha untuk membantuku?"
"Maafkan aku, Kyuubi. Aku baru mengetahui keadaanmu saat ibumu mendatangiku di Hutan Barat. Aku tidak tahu bagaimana caranya dia bisa menemukanku. Lalu, ia bercerita bahwa kami memiliki anak dan saat ini sudah memasuki usia remaja, jujur saja aku kaget, aku tidak pernah tahu kalau Saori ternyata hamil anak kami. Ibumu berkata padaku bahwa kau kabur dari klan, dan ia menceritakan semua perlakuan Danzo padamu. Aku gelap mata, aku tidak terima anakku diperlakukan seperti itu. Lalu aku mendatangi klanmu dan membantai mereka semua."
"Penyerangan Klan Shimura bukan dilakukan oleh Pein?" Kyuubi membelalak tidak percaya. Dia sempat merasa bahagia ketika mendengar kabar Klan Shimura tewas dibantai. Ia mengira Pein adalah pelaku pembantaian itu. Klan Shimura memang sempat bersitegang dengan Pein karena mereka tidak mau diajak bekerja sama. Ternyata Kurama adalah pelaku penyerangan itu.
"Lalu, dimana ibuku?"
Kurama menghela napas. "Ibumu sudah meninggal, Kyuubi. Dia jatuh sakit karena kehilanganmu."
Kyuubi menggigit bibirnya. "T-tapi, ibu juga jahat padaku."
"Tidak," Kurama membantah. "Ibumu bersikap jahat padamu justru karena ia ingin melindungimu dari Danzo. Danzo adalah pria yang tidak segan melakukan apapun demi tujuannya, termasuk mengancam ibumu. Jika ibumu berani bersikap baik padamu, maka Danzo tidak akan segan menyiksamu lebih parah lagi. Saori terpaksa melakukan hal-hal jahat itu padamu."
Kyuubi tidak sanggup membendung air matanya. Dia menangis, mengingat ibunya yang pernah diam-diam mengobati lukanya, diam-diam membawakannya makanan, dan ibunya yang diam-diam tersenyum padanya. Jika saja Kyuubi tahu ibunya juga berada di bawah tekanan Danzo, Kyuubi tak akan kabur seorang diri.
"Ibu …," gumam Kyuubi disela isak tangisnya. Katakanlah Kyuubi cengeng, tapi mana ada orang yang tidak terharu jika membahas tentang sosok bernama ibu?
Naruto mengelus punggung Kyuubi. "Jangan menangis, Kyuubi," gumamnya. "Ibumu baik sekali, ya. Kau beruntung. Kalau aku, aku bahkan tidak tahu ibuku seperti apa. Ibuku sudah meninggal ketika aku masih kecil."
"Kau benar, Naruto," gumam Kyuubi.
Tatapan Naruto teralih ke Kurama. "Tapi, Paman, bukankah sebelumnya kau tidak pernah tahu tentang Kyuubi? Lalu bagaimana kau bisa tahu, kalau Kyuubi adalah anakmu?"
Kurama mendengus. "Wajahnya seperti wajahku ketika aku remaja. Sekali lihatpun aku tahu kalau Kyuubi adalah anakku. Lagi pula, sebagai keturunanku, Kyuubi memiliki chakra ku, meskipun dalam jumlah kecil."
"Chakra? Apa itu?"
"Chakra adalah kekuatan yang hanya dimiliki monster sepertiku."
Naruto mengangguk mengerti. Pemuda itu kembali mengusap punggung Kyuubi yang masih sesenggukan.
Kyuubi mengusap matanya yang basah. "Boleh aku memelukmu, Ayah?" katanya tiba-tiba, membuat Kurama membulatkan matanya terkejut. Monster berekor sembilan itu merasakan perasaan hangat yang asing ketika Kyuubi memanggilnya dengan sebutan ayah.
Pria itu kemudian tersenyum tulus. "Kemarilah, anakku," katanya.
Kyuubi mendekati Kurama, lalu memeluknya dengan erat. "Ayah," gumam Kyuubi. Pemuda itu tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. 'Ayah' yang dikenalnya sejak kecil sangat kejam padanya.
Naruto menekuk bibirnya. Dia jadi ingin menangis. Adegan peluk-pelukan antara Kyuubi dan Kurama membuat ia teringat sang ayah. Kira-kira, ayahnya sedang apa, ya? Apa ayahnya sedang mengkhawatirkannya? Naruto jadi ingin pulang.
Kyuubi melepas pelukannya, lalu mengusap pipi basahnya dengan punggung tangan. "Kalau kau ayahku, kenapa kau menghajarku?" tanyanya.
Kurama mendengus. "Aku tidak serius melawanmu, kau tahu?"
"Tidak serius apa? Aku sampai batuk darah!"
"Kalau aku serius, aku tidak akan mengobatimu setelah babak belur seperti itu. Kalau aku serius, aku akan berubah menjadi wujud monsterku. Dan kalau aku serius, aku akan langsung membunuhmu bahkan sejak kau baru menginjakkan kaki di dalam rumah ini."
Kyuubi terdiam. Menurut apa yang pernah didengarnya, Kurama adalah monster yang ganas dan beringas. Awalnya dia pun heran karena Kurama tidak menyerang mereka sama sekali. Ternyata, Kurama tahu kalau Kyuubi adalah anak kandungnya.
Kurama merogoh saku celananya untuk mengambil sesuatu. Kemudian, ia menyerahkannya pada Kyuubi.
"Kalung?" gumam Kyuubi.
"Ambil lah, dan pakai kalung itu. Kapanpun kau memerlukan bantuan, kau bisa memanggilku dengan ini."
"Caranya?"
Kurama kemudian menjelaskan cara menggunakan kalung berbandul kristal kecil berwarna oranye. Kalung itu akan menyala jika Kyuubi menggenggam bandul kalung itu lalu memanggil nama Kurama. Kurama akan langsung muncul dihadapan Kyuubi, karena kalung itu berfungsi sebagai portal.
"Kau mengerti?"
"Mengerti, Ayah."
"Kalau begitu, kembalilah ke teman-temanmu yang sedang menunggu di dermaga."
"Kau tahu aku datang bersama teman-temanku?"
Kurama terkekeh. "Tentu saja. Kau pikir, aku tidak bisa merasakan kehadiran orang asing di pulau tidak berpenghuni ini?" jawab Kurama, lalu mengacak rambut Kyuubi. "Teman penyihirmu itu tidak berani masuk lebih jauh, karena ia tidak mau berurusan denganku."
Kyuubi tersenyum kecil. Ternyata ayahnya adalah orang yang hebat. Tinjunya juga menyakitkan, Kyuubi sudah merasakannya sendiri. "Apa aku bisa bertemu lagi denganmu, Ayah? Aku ingin sparring denganmu."
"Tentu saja, Nak. Kapan pun kau mau."
Kyuubi tersenyum, lalu berdiri. "Ayo, Naruto. Kita harus segera kembali. Aku sudah tidak sabar ingin menendang bokong Pein!"
"Ayo!"
"Tunggu!" Kurama menahan Naruto.
"Ada apa, Paman?"
Kurama menatap Naruto dengan serius. "Dengarkan aku baik-baik. Mulailah belajar untuk mengendalikan emosimu. Kau harus bisa mengendalikan emosimu, karena akan sangat berbahaya jika emosi yang menguasaimu. Apa kau mengerti?" kata Kurama.
Kening Naruto mengerut bingung. "Memangnya kenapa?"
"Tidak usah banyak bertanya. Selalu ingat kata-kataku tadi, mengerti?"
Mau tidak mau Naruto mengangguk. Ia tidak ingin membuat Kurama marah, lalu menendangnya seperti ia menendang Kyuubi tadi. "Kalau begitu, aku permisi. Terima kasih, Paman."
Kedua pemuda itu pun beranjak, mereka meninggalkan rumah itu setelah berpamitan dengan Kurama. Kurama tidak bisa mengantar mereka ke dermaga, ada hal penting yang harus dikerjakannya.
Kyuubi dan Naruto sampai di dermaga. Mereka melihat teman-temannya sedang berlindung di bola pelindung milik Sakura sambil memakan bekal yang diambil Sakura dari dimensi lain.
Naruto menghampiri Sasuke, ia memekik kecil ketika Sasuke memeluknya dengan tiba-tiba. "Syukurlah kau baik-baik saja," kata Sasuke.
Naruto hanya bisa tersenyum. Ia mengamati Kyuubi yang sedang menerima omelan dari Itachi ketika pemuda berambut panjang itu melihat bercak darah di baju Kyuubi. Senyum Naruto makin lebar, ia bisa melihat raut wajah Kyuubi yang terlihat berseri-seri. Dia pasti senang bisa bertemu dengan Kurama, ayah kandungnya.
.
.
.
Rombongan Itachi sampai di tanah Hutan Barat dengan selamat. Terima kasih pada Kurama yang membuat Kyuubi kelelahan hingga tertidur seperti orang pingsan, jadi pemuda itu tidak mengalami mabuk laut.
Kyuubi sempat berpesan pada Naruto untuk tidak menceritakan tentang apa yang dilakukan Kurama padanya, Kyuubi tidak ingin membuat Itachi marah lalu mendatangi Kurama untuk membuat perhitungan. Itachi paling tidak suka jika ada yang berani menyakiti Kyuubi.
"Terima kasih, Jiraiya-san!" kata Sakura.
Jiraiya tersenyum tipis. "Terima kasih kembali, Sakura-chan," Ia meraih tangan Sakura, lalu mencium punggung tangannya. "Apapun akan aku lakukan demi wanita cantik dan sexy sepertimu," kata Jiraiya sambil tersenyum mesum.
Sakura mengerutkan hidungnya. Dia pernah dengar kalau Jiraiya itu sangat mesum pada wanita cantik, tapi ia tidak mengira kalau Jiraiya doyan gadis muda seperti Sakura.
"Ih, genit," komentar Naruto.
Jiraiya menatap sebal pada Naruto. "Apa katamu, bocah?" Dia menghampiri Naruto sambil menyingsingkan lengan bajunya, hendak memberi pelajaran. Belum pernah ada yang berani berkomentar soal kelakuannya, setidaknya tidak langsung di depan wajahnya.
Sasuke berdiri di depan Naruto, menghalangi Jiraiya yang hendak menghampiri pasangannya. Pemuda itu menarik pedang pemberian Orochimaru dari sarungnya. "Mau apa kau?" katanya, dengan nada mengancam. Dia tidak akan segan mencukur rambut panjang Jiraiya sampai botak kalau dia berani menyentuh Naruto.
Jiraiya menghentikan langkahnya. Dia mengenali pedang keramat itu, dan tidak ingin berurusan dengannya. "Awas, kau!" kata Jiraiya sambil menunjuk Naruto. Heran, sudah tua tapi kelakuannya seperti anak sepuluh tahun.
"Sudah, sudah," Itachi menyela. Dia tidak ingin ada keributan. "Terima kasih, Jiraiya-san, kami berhutang padamu."
"Terima kasih kembali, Itachi-kun," balas Jiraiya. "Senang berbisnis dengan kalian."
Itachi mengajak teman-temannya untuk melanjutkan perjalanan. Mereka melewati rute yang sama dengan rute keberangkatan. Setelah melewati dermaga, mereka melewati bukit hijau tempat Choumei berada.
Ketika mereka sampai di perbukitan hijau itu, Choumei sedang duduk di atas tanah sambil merangkai mahkota bunga.
"Hai, Fuu," sapa Itachi. "Kami ingin lewat."
Fuu mendongak, mata cokelatnya menatap mata hitam Itachi. "Silahkan," kata Fuu. "Ah, bagaimana perjalanan kalian? Apakah kalian bertemu dengan mermaids?" tanya Fuu.
Itachi tersenyum tipis. "Kami bertemu dengan mermaids, mereka sangat cantik."
"Benarkah?"
Obrolan mereka terhenti ketika angin bertiup dengan kencang. Tiba-tiba, ada semacam black hole muncul di udara. Ada beberapa makhluk dengan tinggi sejengkal keluar dari black hole itu.
Ino membelalakkan matanya. Itu adalah ayahnya dan beberapa prajuritnya!
"Ayah?!" seru Ino.
"Ino! Di sini kau rupanya! Pulang sekarang!"
"Tidak mau! Aku tidak mau menikah dengan Sai!" Ino yang sedang duduk di bahu Naruto, mencengkeram baju pemuda pirang itu. "Aku tidak mau, Ayah!" rengeknya.
Inoichi–ayah Ino, bersedekap. Sayapnya tampak berkilauan tertimpa cahaya matahari. "Pernikahanmu harus dilakukan, Ino. Ini demi klan kita."
"Tidak!"
Inoichi kehabisan kesabaran. Awalnya, ia ingin mengajak Ino pulang dengan cara baik-baik. Tapi ternyata, dia harus menggunakan cara kasar. Inoichi mengacungkan tongkatnya ke arah Ino, lalu cahaya berwarna oranye keluar dari ujung tongkat itu.
Cahaya oranye itu memanjang, dengan kecepatan tinggi ia melesat menuju ke arah Ino. Cahaya itu tidak hanya mengenai Ino, tetapi juga mengenai Naruto. Cahaya itu membelit mereka berdua, lalu ketika Inoichi menarik tongkatnya, Ino dan Naruto terseret lalu masuk ke dalam black hole. Sebenarnya Inoichi hanya berniat mengambil Ino, tapi ternyata Naruto sedang tidak beruntung. Ia tidak sengaja terbelit cahaya itu, lalu terseret ke dalam black hole.
Semua itu terjadi hanya dalam waktu tiga detik!
"Naruto!" Sasuke berteriak ketika dilihatnya Naruto ikut masuk ke dalam black hole. Pemuda itu menarik pedangnya, berniat menyerang gerombolan fairy itu, tetapi Itachi menahannya.
"Berhenti, Sasuke, Inoichi bukan sembarang fairy, dia bisa membunuhmu dengan mudah," kata Itachi.
Sasuke mendesis. "Tapi mereka mengambil Naruto!" Sasuke menggertakkan giginya. Lagi-lagi, dia gagal melindungi Naruto!
Inoichi memandang mereka yang ada di bawah kakinya satu persatu, lalu mendengus meremehkan. Fairy itu berbalik, lalu masuk ke dalam black hole, diikuti para prajuritnya.
Sasuke mengumpat keras ketika black hole itu menghilang, membawa Naruto ke Dunia Fairy yang entah berada di mana.
"Bagaimana ini? Tidak ada yang tahu dimana letak Dunia Fairy! Aku tidak pernah kesana sebelumnya," kata Sakura.
Itachi mengerutkan keningnya, ia berpikir keras mencari cara untuk membawa Naruto kembali.
Fuu yang sejak tadi hanya menonton, memutuskan untuk membantu mereka. "Aku bisa membantu kalian pergi ke Dunia Fairy," katanya. Fuu merentangkan tangannya ke depan, lalu muncul black hole yang bentuknya sama seperti milik Inoichi tadi. "Masuklah ke sana, itu adalah portal untuk menuju ke Dunia Fairy."
Kurama menatap Itachi. "Bagaimana?" tanyanya.
"Kita masuk ke sana. Kita harus mengambil Naruto kembali. Bagaimana menurut kalian?" tanya Itachi pada teman-temannya yang lain.
"Sebaiknya kita bagi tugas, Itachi-kun. Sebagian lagi kembali ke rumahku untuk mempersiapkan perjalanan selanjutnya, lalu sebagian lagi pergi menyelamatkan Naruto-kun. Bagaimana?"
Itachi mengangguk. "Baiklah, aku setuju."
Kemudian, Itachi membagi dua tim. Sakura, B, dan Obito kembali ke rumah Sakura, sementara Itachi, Kyuubi dan Sasuke pergi ke Dunia Fairy untuk menyelamatkan Naruto. Setelah setuju dengan pembagian tim itu, Itachi berterima kasih pada Fuu, lalu mengajak timnya untuk memasuki portal itu.
Sambil memasuki portal, Sasuke mengepalkan tangannya. Dia akan menghajar fairy-fairy itu jika mereka berani berbuat yang tidak-tidak pada Naruto!
.
.
TBC
.
.
Naruto diculik lagi. Kira-kira, apa yang akan terjadi pada Naruto di Dunia Fairy?
Btw, aku gak tau siapa nama ibunya Kyuubi, jadi aku karang aja namanya, hehe :p
Gimana menurut kalian chapter ini? Aku sih ngerasa kaya ada yang kurang, sempet ga pede pas mau up, eh tapi akhirnya ya sudahlah, upload aja dari pada tunda-tunda terus akhirnya malah lama updatenya, wkwkwk. Semoga tidak mengecewakan, ya :)
