CHAPTER II:
"Dua puluh tujuh setengah senti, inti bulu phoenix, sudah enam tahun dipergunakan, benar?"
"Benar." Jawab Harry.
"Semoga hari anda menyenangkan, Mr Potter." Si petugas keamanan menyerahkan tongkat Harry sambil tersenyum ramah. Dia merupakan petugas keamanan yang berbeda dengan yang Harry temui ketika Harry pertama kali ke tempat ini bersama Mr Weasley.
Harry berjalan menembus gerbang keemasan menuju aula untuk menaiki lift. Mungkin karena hari masih amat pagi, hanya beberapa orang saja yang berkeliaran di Kementrian Sihir dari yang Harry lihat, dan semuanya tidak menoleh sama sekali kepada Harry. Kondisi tubuh yang letih dapat terlihat dari wajah mereka.
Lift membuka ketika Harry menekan tombol turun lalu dia masuk sendirian ke dalam lift dan menekan tombol nomor sembilan.
Beberapa menit kemudian Harry sudah berdiri di depan sebuah pintu berwarna hitam yang pernah sering dia impikan. Berbeda dengan ketika dia berada di tempat ini bersama teman-temannya, kali ini ada seorang penyihir berkulit hitam yang duduk di kursi di dekat pintu tersebut. Dia sedang membaca Daily Prophet. Harry menghampiri penyihir itu.
Penyihir itu menengadah ketika Harry mendekatinya. "Ada yang bisa kubantu Mr...?...Harry Potter?" Si penyihir yang sepertinya merupakan seorang petugas keamanan membelalakan matanya ketika matanya terpaku pada bekas luka di dahi Harry.
Harry mengangguk. "Aku ingin bertemu dengan Mr Croake. Dia mengharapkan kedatanganku.
DUA MINGGU SEBELUMNYA:
"OW!" Harry langsung terlonjak bangun dari tidurnya karena rasa sakit yang luar biasa dari tangannya. Dia memperhatikan jempol di tangan kanannya yang ternyata sudah berdarah.
"Apa yang..." Harry yang kini sedang dalam posisi duduk di tempat tidurnya melihat seekor elang yang juga sedang berada di tempat tidurnya. Elang itu berwarna hitam pekat dan warna darah terlihat jelas dari paruhnya. Tidak jauh dari situ, Hedwig berjingkrak-jingrak dalam kandangnya mengeluarkan suara-suara menantang kepada burung elang tersebut.
"Apa? Kenapa ada elang di sini?" Ucap Harry sambil memegang tangannya yang terluka dengan tangannya yang satu lagi.
Koak-koak
Elang itu menjulurkan cakar kanannya, sama seperti ketika burung hantu mengirimkan surat. Dan di cakar elang tersebut juga terlihat sebuah surat tergulung.
"Kau mengantarkan surat?"
Koak-koak
Dengan sangat hati-hati, Harry mencoba mengambil surat dari cakar elang itu dengan tangannya yang tidak terluka. Setelah dapat, elang hitam itu langsung terbang keluar dari kamar tidur terkecil di Privet Drive no 4.
Dengan hati-hati juga Harry membuka surat itu. Bukan karena takut, tapi membuka surat dengan satu tangan ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan. Surat itu berbunyi.
Mr Harry Potter yang terhormat,
Keadaan yang sulit menghadang kita semua pada masa kini. Bangkitnya Pangeran Kegelapan membutuhkan kita untuk memilih sisi. Karena itulah kami mengirimkan surat ini. Karena kami selalu memilih sisi yang benar.
Kami telah mengetahui sebagian kecil mengenai hubungan anda dengan Pangeran Kegelapan. Seperti yang anda ketahui, kami sempat menyimpan sebuah bola ramalan yang mengimplikasikan anda berdua. Dan seperti yang anda ketahui juga, bola ramalan tersebut telah hancur ketika insiden yang terjadi tahun lalu antara anda, teman-teman anda, dan para Death Eater.
Mengingat peran anda pada masa ini tidaklah kecil, kami memutuskan untuk menawarkan bantuan kepada anda. Kami yakin bantuan kami akan sangat berguna bagi anda karena kami memiliki sumber daya yang hanya bisa diimpikan oleh organisasi-organisasi lain.
Kami akan menunggu kedatangan anda di Departemen Misteri dalam waktu yang kira-kira tepat untuk anda. Kami di Departemen Misteri tidak begitu peduli dengan jalannya waktu.
Dan yang patut anda ketahui juga, Departemen Misteri beserta para unspeakable-nya sama sekali tidak berada di bawah pengaruh Kementrian Sihir.
Salam hormat,
Edmunds Croake
UNSPEAKABLE TINGKAT VI
Wakil II Kepala Departemen Misteri
END FLASHBACK
"Silakan ikuti aku." Ucap penyihir itu sambil berdiri. Dari tanda pengenal yang disematkan di dadanya, Harry mengetahui bahwa dia bernama J. Simmons.
Simmons membuka pintu dan Harry mengikutinya. Setelah Harry masuk, Simmons menutup pintu itu. Mereka berdua kini berada di sebuah ruangan bundar yang gelap dengan pintu-pintu tanpa pegangan mengelilingi ruangan itu. Dan seperti yang diingat Harry, pintu-pintu tersebut mulai berputar.
Setelah pintu-pintu itu berhenti berputar, Simmons merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah bola kecil. Bola itu kemudian mengeluarkan sayap-sayap kecil dan mulai melayang-layang.
"Snitch?" Tanya Harry heran.
"Bukan. Ini penunjuk jalan kita." Jawab Simmons.
Bola itu memang amat mirip dengan snitch, kecuali warnanya. Snitch berwarna emas. Sedangkan yang ini sepertinya berwarna putih bersih.
Snitch penunjuk itu kemudian terbang dengan cukup lambat ke dalam salah satu pintu yang berada di sebelah kanan mereka berdiri sekarang.
Harry dan Simmons memasuki ruangan yang berada di balik pintu itu. Harry ingat ruangan ini. Di ruangan ini terdapat tangki besar berisi otak yang dulu pernah menjerat Ron. Tangki itu kini telah kembali seperti semula dan tidak ada tanda sedikitpun bahwa sebelumnya pernah pecah.
"Kalian sudah memperbaikinya." Gumam Harry.
"Yang ini tidak sulit untuk diperbaiki. Kerusakan yang sebenarnya terjadi di Aula Ramalan. Bola-bola ramalan yang pecah tidak dapat diperbaiki lagi."
"Maaf." Harry memang benar-benar merasa bersalah. Anehnya Simmons malah tertawa kecil.
"Tak perlu minta maaf. Sudah lama sebenarnya kami ingin melakukan 'cuci gudang'."
Snitch penunjuk selanjutnya membawa mereka ke dalam ruangan yang tidak pernah Harry kunjungi sebelumnya. Ruangan itu kecil. Kira-kira hanya sebesar ruang asrama laki-laki Gryffindor di mana Harry dan teman-temannya tidur di Hogwarts.
Ruangan ini mengingatkan Harry pada toko Ollivander's. Puluhan mungkin ratusan tongkat sihir terjajar di dinding-dinding ruangan.
"Ini tongkat-tongkat milik penyihir terdahulu." Ucap Simmons tanpa ditanya saat mereka berjalan menyusuri ruangan itu. "Konon tongkat sihir milik keempat pendiri Hogwarts juga ada sini."
Harry tertarik sekali mendengar ini. "Kau tahu yang mana?"
"Simmons menggeleng. "Hanya Ketua Unspeakable dan penjaga ruangan ini yang memiliki daftarnya.
Snitch penunjuk membawa mereka ke beberapa ruangan lagi. Satu ruangan lebih aneh daripada yang lain.
Ruangan yang paling menarik perhatian Harry adalah ruang pengawetan. Di ruangan ini terdapat hewan-hewan magis yang sebagian besar orang hanya pernah mereka lihat di buku. Basilisk juga terdapat di ruangan ini. Tidak ketinggalan nundu, hewan seperti macan dengan ukuran raksasa yang dipercaya sebagai hewan paling berbahaya di dunia.
Harry bersyukur karena Simmons tidak membawa Harry menuju aula kematian. Melihat kembali selubung yang telah merenggut nyawa Sirus adalah hal terakhir yang dibutuhkan Harry saat ini.
Akhirnya, Simmons membawa Harry menuju ruangan yang tidak beda jauh dengan kantor-kantor biasa di dunia muggle. Ada sekitar dua lusin penyihir baik pria maupun wanita sibuk di meja mereka masing-masing. Ada yang sedang sibuk menulis, ada yang sedang dengan cermat mengamati benda-benda sihir di mejanya, dan ada juga yang sedang sibuk mengayunkan tongkat sihirnya kepada sebuah benda sihir, untuk bereksperimen sepertinya.
Ada beberapa penyihir di ruangan ini yang menoleh kepada Harry ketika dia berjalan menyusuri lorong kantor tersebut mengikuti Simmons, tetapi mereka tidak begitu mempedulikannya.
"Ah, Mr Potter. Akhirnya anda datang juga." Harry kini berhadapan dengan seorang penyihir yang pernah dia lihat sekilas sebelumnya di Piala Dunia Quidditch.
"Terima kasih, Simmons." Simmons meninggalkan Harry berdua dengan Mr Croake.
"Selamat datang di Departemen Misteri. Akulah yang mengirimi anda surat beberapa minggu yang lalu." Croake menjulurkan tangannya untuk dijabat. Dan Harry membalasnya.
Mr Croake merupakan seorang pria yang bertubuh tinggi. Mata birunya dihalangi oleh sebuah kacamata berbentuk oval. Rambutnya dipenuhi dengan uban dan hanya menyisakan sedikit saja rambut hitam. Sekilas, dia kelihatan seperti kutu buku.
"Terima kasih anda bersedia datang. Kami sudah melepas semua harapan ketika anda tidak datang juga setelah satu minggu." Nada bicara Mr Croake amatlah lambat. Mengingatkan Harry pada Professor Binns.
"Yah, aku memang baru bisa datang sekarang."
"Aku mengerti. Nah, anda tentu penasaran kenapa kami meminta anda datang."
"Yeah." Jawab Harry.
"Seperti yang kusebutkan di surat. Kami menawarkan bantuan kepada anda. Untuk lebih jelasnya silakan masuk ke kantorku." Mr Croake memmpin Harry menuju sebuah ruangan kantor yang berada tidak jauh dari mereka. Pintu kantor itu tertutup.
Croake menggenggam gagang pintu, tapi dia tidak langsung membukanya. Dia melihat ke arah Harry dengan ekspresi yang tidak bisa dibacanya.
"Mr Potter. Apa yang ada dibalik pintu ini mungkin akan mengejutkan anda. Kami hanya minta ada memberi kami sedikit kepercayaan. Karena apa yang ada di balik pintu ini juga merupakan salah satu alasan kami menawarkan bantuan kepada anda. Apakah anda mempercayai kami?"
Harry tidak tahu harus berkata apa. Bagaimana bisa dia mempercayai orang-orang yang baru saja dia kenal? Tetapi dia sudah sampai di sini. Karena itu tidak ada salahnya untuk terus mengikuti jalur ini.
"Jawab dulu pertanyaanku." Harry berkata. "Dalam surat, anda berkata kalau Departemen Misteri sama sekali tidak berada di bawah pengaruh Kementrian. Bagaimana bisa? Bukankah kalian berada di bawah bangunan Kementrian?"
Croake tersenyum ramah. "Departemen Misteri sudah ada di tanah ini jauh sebelum Kementrian Sihir mulai dibentuk. Alasan utama mereka didirikan di sini adalah untuk melindungi Departemen Misteri. Karena itulah Kementrian tidak mengendalikan kita."
Harry bertanya lagi. "Dan Scrimgeour tidak tahu aku berada di sini?" Croake menggeleng.
"Baiklah. Tunjukkan padaku apa yang ada di dalam."
Croake memutar gagang pintu dan mempersilakan Harry masuk terlebih dahulu. Begitu masuk, Harry langsung tahu mengapa Croake memperkirakan Harry akan terkejut. Tentu saja Harry akan terkejut. Bagaimana bisa orang itu ada di sini?
Orang yang dilihat Harry itu sedang duduk menyamping di sebuah kursi di hadapan Harry. Tangan dan kakinya tampak diikat oleh sebuah tali yang setengah transparan. Kepala orang tersebut tertunduk lesu sehingga wajahnya hampir tidak kelihatan. Tapi warna rambut dan sosok tubuh orang itu sudah cukup untuk dikenali Harry.
Harry mendesiskan nama orang itu dengan penuh dendam. "Wormtail!"
Di luar Grimmauld Place
"Ron! Kenapa lama sekali? Malah aku yang menunggumu."
"Sorry, Hermione. Susah sekali menyusup keluar. Banyak anggota order yang berkeliaran."
"Kau sudah meninggalkan surat untuk ibumu?" Tanya Hermione.
Ron mengangguk. "Kutinggalkan di depan pintu kamarnya."
"Baiklah. Lebih baik kita susutkan dulu koper kita supaya tidak menarik perhatian."
Setelah mereka melakukan itu, Ron baru menyadari kalau dia tidak tahu sama sekali di mana tepatnya Godric's Hollow.
"Err...Hermione. Apa kau tahu Godric's Hollow itu di mana?"
"Aku sempat melakukan penelitian di perpustakaan Hogwarts setelah Harry mengatakan kalau dia ingin mengunjungi makam orangtuanya. Dan dari yang kubaca, Godric's Hollow berada di bagian selatan Wales."
"Baiklah kalau begitu. Bagaimana kita ke sana? Berapparate?"
"Wales berada di seberang lautan, Ron. Kita tidak bisa berapparate ke sana."
"Kenapa tidak?"
Hermione mendengus. "Apa kau sama sekali tidak membaca buku petunjuk apparasi? Kita tidak bisa ber-apparate di atas lautan, karena tidak terdapat sihir yang cukup di sana. Apparasi membutuhkan kekuatan sihir yang besar sehingga kita hanya bisa menyeberangi lautan dengan sihir apabila kita mengendarai alat-alat sihir seperti sapu terbang, atau mobil terbang ayahmu yang dulu."
"Oh, begitu." Ron tiba-tiba merasa bodoh. "Jadi, gimana dong?"
"Kita harus ke Kementrian Sihir. Kalau tidak salah di Departemen Hubungan Internasional kita bisa mendapatkan portkey berlisensi untuk ke luar negeri."
"Kementrian Sihir? Baiklah kalau begitu. Ayo." Ucap Ron mantap.
Dengan itu, mereka berdua ber-Dissaparate.
