CHAPTER III :

"Wormtail!"

Dengan refleks yang cepat Harry mengeluarkan tongkatnya dan mengarahkannya pada orang yang telah mengkhianati orangtuanya dan juga Sirius.

"H-Harry?" Wormtail menyadari kehadiran Harry. Dia tampak lebih menyedihkan dari sebelumnya. Bajunya yang compang-camping dan kulitnya yang kotor luar biasa semakin mengidentikkan dia dengan seekor tikus.

Napas Harry mulai memburu. Sekaranglah saatnya. Saat untuk membalas kematian orangtuanya dan juga atas penderitaan Sirius selama 12 tahun di Azkaban. Dia harus membunuh Peter. Harry bahkan sudah tidak mempedulikan lagi kenapa ada anggota Death Eater di kantor salah satu petinggi Unspeakable.

Peter Pettigrew tampak tidak ketakutan berada di hadapan tongkat Harry. Malahan, dari ekspresi wajahnya, Harry dapat melihat sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak pernah dilihat Harry dari orang ini. Perasaan bersalah.

'Tidak. Itu tidak mungkin.' Pikir Harry. 'Orang ini tak punya perasaan sama sekali. Dia harus mati.' Tongkat Harry mulai bergetar karena amarahnya.

"Mr. Potter." Croake meletakkan tangannya di tangan kanan Harry, mencoba agar Harry menurunkan tongkatnya. "Anda tadi bilang anda akan mempercayai kami. Karena itu aku minta turunkanlah tongkat anda. Beri aku kesempatan terlebih dahulu untuk menjelaskan keadaan ini."

Harry tidak bergeming. Tekadnya malah semakin kuat dan dia mengenggam tongkatnya dengan lebih kuat.

"Kumohon, Mr Potter. Membunuh orang ini sekarang sama sekali tidak akan ada manfaatnya. Aku sadar orang ini telah menimbulkan banyak sekali kedukaan bagai anda. Tapi percayalah, anda akan menyesal kalau tidak mendengarkan penjelasanku. Kumohon, turunkanlah tongkat anda. Ibu anda pernah bilang padaku kalau setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, tak peduli seburuk apapun perbuatan orang itu sebelumnya."

Genggaman tangan Harry melemas setelah mendengar ibunya disebut-sebut. Masih dengan tongkat teracung ke arah Wormtail, dai menoleh kepada Mr Croake. "Kau kenal ibuku?" Tanyanya.

Mr Croake mengangguk. "Ibumu merupakan salah satu Unspeakable terbaik yang pernah kutemui. Dulu aku adalah mentornya ketika dia baru bergabung di Departemen Misteri."

"I-ibuku seorang Unspeakable?"

"Kau tidak tahu? Aku ingat sekali James pernah tidak setuju Lily bekerja di sini. Kata yang dia ucapkan adalah, 'untuk apa kau bekerja? Kekayaan keluargaku cukup untuk beberapa generasi'. Tapi ... ibumu akhirnya bergabung juga dengan kami. Tak ada yang bisa mengendalikan Lily." Mr Croake tertawa kecil mengingat kenangan masa lalu.

Keadaan hening sejenak. Harry tak tahu apa yang harus dia lakukan. Apakah dia akan melewatkan kesempatan untuk membalas kematian orang tuanya? Dia benar-benar bingung.

"Ayolah, Harry." Ini pertama kalinya Croake memanggilnya dengan nama pertama. "Ibumu pasti tidak ingin kau membunuh orang yang sedang diikat. Apalagi bila orang tersebut dulunya pernah bersahabat dengan ayahmu." Dia semakin menekan tangannya ke tangan Harry agar The-Chosen-One ini mau menurunkan tongkatnya.

Dengan enggan, Harry menurunkan perlahan tongkatnya.

"Baiklah." Ucap Harry dengan berat hati. "Tapi dia tidak boleh meninggalkan pandanganku."

"Terserah anda. Silakan duduk." Croake menggambar sebuah kursi yang berhadapan dengan kursi yang diduduki oleh Peter.

Harry mulai duduk. Matanya tidak pernah lepas dari Wormtail yang kini menundukkan kepalanya lagi. Sementara itu Mr Croake duduk di balik meja kerjanya.

"Baiklah, Harry. Tentunya kau heran kenapa Pettigrew bisa ada di sini." Ucap Croake yang tidak dijawab oleh Harry.

"Perlu anda ketahui bahwa Mr Pettigrew menyerahkan dirinya sendiri kepada kami tiga minggu yang lalu."

"Dia menyerahkan diri? Kenapa?" Pandangannya masih melekat pada Peter.

"Dia hanya bilang kalau dia sangat menyesal dengan apa yang telah dia perbuat. Karena itu dia ingin berpaling dari kegelapan dengan memberikan informasi mengenai Lord Voldemort. Tapi dia hanya ingin memberikan informasi itu kepada anda, Mr Potter."

Harry heran mendengar ini. "Kenapa kau tidak menyerahkan diri pada kementrian, Wormtail. Kenapa kemari? Dan kenapa kau hanya ingin memberikan informasi kepadaku?" Harry bertanya pada Wormtail.

Wormatil menengadah. "Ka-karena..."

Croake hendak menyambung perkataan Wormtail. "Dia bilang ka..."

"Biarkan dia ngomong sendiri!" Bentak Harry. Dia tidak bermaksud untuk membentak Mr Croake. Tapi dia ingin Wormtail sendiri yang mengatakannya.

Tidak ada yang berbicara untuk sejenak.

"Wormtail?" Desak Harry.

Peter tidak berani melihat langsung ke arah Harry. "Se-sesuatu dalam diriku melarangku untuk menyerahkan diri pada Kementrian, d-dan juga pada Order of Phoenix."

Harry berpaling pada Mr Croake. 'Apa Croake tahu tentang keberadaan Order?'

Mengerti maksud dari pandangan Harry, Mr Croake berkata. "Jangan khawatir, Harry. Aku tahu tentang Order of Phoenix. Walaupun aku bukan anggotanya."

"Lanjutkan Wormtail." Perintah Harry.

"Se-seperti yang kubilang tadi. Sesuatu menahanku untuk menyerahkan diri. Itu membuatku bingung. Aku berpikir cukup lama kenapa demikian. Akhirnya aku menyadari bahwa sesuatu tersebut bukan menahanku untuk menyerahkan diri, tapi membuatku untuk menyerahkan diri pada yang benar. Sesuatu itu menyuruhku untuk menyerahkan diri padamu, H-Harry."

Dahi Harry berkerut. "Kenapa begitu?"

"Ka-karena aku berhutang nyawa padamu. Dan aku tahu kau sangat membutuhkan informasi Pangeran Kegelapan. Se-sehingga informasi ini harus diberikan langsung padamu. Kalau diberikan pada Kementrian atau Order, besar kemungkinan informasi itu akan jatuh ke tangan yang salah."

"Kalau aku boleh menyela, Harry." Mr Croake berkata. Begitu dia melihat anggukan dari Harry, Croake melanjutkan perkataanya. "Dari yang kudengar tadi. Aku percaya kalau Pettigrew terikat oleh apa yang namanya 'Hutang-Penyihir'. Hal itu mengakibatkan dia menjadi loyal kepadamu sampai hutangnya terbayar."

Suatu kenyataan mulai terbersit di benak Harry. "Professor Dumbledore pernah mengatakan padaku bahwa akan tiba saatnya ketika aku akan senang karena telah menyelamatkan nyawa Pettigrew. Apakah ini yang dia maksud?" Harry memandang Croake di balik meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan kertas.

"Kurasa begitu, Harry." Ucap Croake pelan sambil mengaruk-garuk dagunya.

"Tapi ... ini bisa saja hanya siasat dari Voldemort. Dan, sepertinya sulit untuk dipercaya kalau efek dari 'Hutang-Penyihir' itu bisa membuat Pettigrew loyal kepadaku. Itu tidak mungkin." Ucap Harry serius.

"Banyak yang tidak kita ketahui tentang sihir. Aku memang tidak bisa mengatakan dengan pasti apakah memang 'Hutang-Penyihir' yang mendorong Mr Pettigrew datang kemari. Harus kuakui juga pengetahuanku tentang 'Hutang-Penyihir' itu amat terbatas. Selain karena hal ini jarang terjadi antara dua orang yang berlawanan, tapi juga memang pada dasarnya, 'Hutang-Penyihir' tidaklah absolut. Kita tidak pernah tahu apa efeknya apabila kita memiliki 'Hutang-Penyihir' pada penyihir lain." Croake menyelesaikan penjelasannya.

"Jadi kita tidak bisa tahu kalau dia mengatakan yang sebenarnya." Harry menyimpulkan.

"Kita bisa mencoba menggunakan veritaserum." Ucap Croake.

"Tapi bukankah Kementrian sangat mengatur ketat penggunaan veritaserum?" Harry berkata dengan penuh harap.

"Ah, tapi kau lupa. Kami tidak berada di bawah pengaruh Kementrian."

"Kalau begitu lakukanlah." Ucap Harry.

"Baiklah. Akan kuminta asistenku untuk membawakannya." Croake melakukan sesuatu di atas mejanya yang tidak dilihat Harry karena dia masih mengawasi Wormtail. Tapi tampaknya Croake mencari-cari sebuah alat untuk berkomunikasi dengan asistennya, karena berikutnya dia berkata, "miss Umbridge, tolong ambilkan satu botol veritaserum dari ruang penyimpanan. Password hari ini adalah 'Bubboter Pus'."

"Umbridge? Dolores Umbridge?" Tanya Harry heran kenapa orang terdekat Fudge bisa bekerja sebagai asisten di Departemen Misteri. Nada panik terdengar dari suaranya.

Tapi Croake tertawa. "Tenang, Mr Potter. Bukan Dolores Umbridge yang menjadi asistenku. Tapi putrinya, Alison Umbridge."

"Umbridge punya seorang putri?" Harry penasaran seperti apa orangnya. Apa akan sama menyebalkannya seperti ibunya?

"Dia sudah bekerja di sini hampir selama satu tahun. Sebelumnya dia bekerja di bawah Fudge menggantikan ibunya yang mengajar di Hogwarts. Tapi karena tidak setuju dengan propaganda yang dilakukan bosnya kepada Dumbledore dan dirimu, dia berhenti dan semenjak itu bekerja di sini." Cerita Croake.

Tak berapa lama kemudian pintu dibuka dan masuklah Umbridge. Harry langsung melongo karena Alison Umbridge berbeda sekali dari yang dia perkirakan. Sama sekali tidak ada tanda kalau gadis ini adalah putri dari 'si kodok' Umbridge.

"Mr Croake. Aku membawa yang anda minta." Alison melangkah masuk dengan langkah ringan. Dia mengenakan sebuah jubah standar Kementrian sama seperti yang lainnya. Umurnya sekitar awal 20-an. Rambutnya yang panjang diikat kebelakang. Allison memiliki warna rambut pirang paling cerah yang pernah dilihat Harry. Mengingatkannya pada Fleur Delacour. Sama seperti atasannya dan juga Harry, Allison mengenakan kacamata. Dan Harry menyadari kacamata yang dikenakan Allison tidak dapat menyembunyikan kecantikannya. Entakan aneh terjadi di perut Harry ketika dia melihat wajah Allison.

"Terima kasih, Allison." Dia mengambil botol berisi cairan bening dari tangan Allison Umbridge dan mengenalkan Harry pada asistennya. "Allison. Kau tentu tahu tentang Mr Harry Potter? Harry ini Allison."

Harry hendak menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan, tapi dia melihat wajah Allison mengernyit begitu melihat Harry, seakan-akan dia jijik kepada Harry. Hal ini membuat hati Harry mencelos.

Allison hanya mengangguk pelan dan bergumam. "Mr Potter."

"Harry. Kalau semuanya lancar, Allison akan menjadi penghubungmu untuk Departemen Misteri." Mr Croake tampaknya tidak menyadari sikap tidak ramah dari Allison.

"Huh? Untuk apa aku butuh penghubung?" Selain karena merasa tidak membutuhkannya, dia juga merasa tidak nyaman berada di dekat orang yang kelihatannya membenci dirinya. Allison juga tampaknya tidak senang mendengar hal ini. Wajahnya kembali mengernyit.

"Itu prosedurnya, Harry. Dan aku juga tidak bisa menjadi penghubung untuk dua orang." Ucap Mr Croake.

"Tapi, apa gunanya seorang penghubung? Lagipula aku belum bilang kalau aku mempercayai kalian. Departemen Misteri tidaklah sempurna. Apa kau masih ingat dengan Rookwood? Dia kan dari sini juga."

Croake menghela napas panjang. "Kau tampaknya tidak mudah percaya ya, Harry?" Dia mengatakan ini sambil tersenyum. "Rookwood dulu bisa memata-matai kami karena veritaserum baru tercipta sekitar sepuluh tahun yang lalu. Ramuan jujur yang kami gunakan pada setiap Unspeakable waktu itu berhasil diatasi oleh Voldemort dengan memberikan Rookwood penangkalnya."

"Apa veritaserum belum ada penangkalnya?" Tanya Harry.

"Setahuku belum ada."

"Bagaimana anda bisa yakin? Siapa sih yang menciptakan veritaserum?" Harry penasaran.

"Severus Snape." Yang menjawabnya adalah Allison yang masih berdiri di sebelah atasannya. Informasi ini mengagetkan Harry.

"Apa? Benarkah itu?" Croake mengangguk.

"Snape kan Death Eater? Bisa saja kan Snape sudah menciptakan penangkalnya dan memberikannya pada Wormtail sebelum dia datang ke sini?"

Croake melepaskan kacamatanya dan menggosoknya dengan sebuah lap kecil. Dia tampak letih. Setelah selesai dia meletakkan kembali kacamatanya di batang hidungnya.

"Di dunia ini memang tidak ada yang pasti, Mr Potter. Yang bisa kupastikan padamu hanyalah keyakinanku kalau Wormtail mengatakan yang sebenarnya. Apalagi bila kita memberikan veritaserum kepadanya. Efek dari ramuan itu dan juga dari 'Hutang-Penyihir' kurasa sudah cukup untuk membuat dia berkata jujur."

Harry berpikir keras ketika Mr Croake menyelesaikan perkataannya.

"Baiklah." Akhirnya dia berkata. "Kita coba saja hal ini. Tolong berikan botol itu kepadaku."

Mr Croake menyerahkan veritaserum kepada Harry yang bangkit dari tempat duduknya. Dengan segera Harry menghampiri Wormtail.

"Buka mulutmu, Wormtail!" Perintah Harry dengan sedikit bentakan.

Wormtail tidak menolak dan segera mendongakkan kepalanya sambil membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya.

Harry merasa jijik sekali ketika dia menjatuhkan beberapa tetes ramuan ke lidah Wormtail.

"Lihat matanya, Harry." Croake bangkit dari balik mejanya dan menghampiri Harry. "Kau bisa melihat efek dari ramuannya dari matanya."

Mata Peter Pettigrew berputar-putar sebentar dan berhenti. Matanya tidak terfokus.

"Kau boleh menanyainya kini, Harry."

Harry mengambil kursi yang tadi dia duduki dan memindahkannya supaya dia bisa duduk lebih dekat dari Wormtail saat dia menanyainya. Dari ujung matanya, Harry melihat Allison juga tampak tertarik untuk melihat apa yang akan terjadi.

"Siapa namamu?" Pertanyaan pertama Harry.

"Peter Pettigrew, atau Wormtail." Suaranya datar tanpa ekspresi.

"Kau tahu siapa aku?"

"Harry Potter. Anak dari James dan Lily." Mendengar nama orangtuanya disebut Wormtail membuat Harry agak marah.

"Apa kau seorang Death Eater?"

"Ya."

"Kau secret keeper untuk orangtuaku?"

"Ya."

"Kau memberitahukan tempat tinggal orangtuaku pada Voldemort?"

"Ya." Walaupun dia sudah tahu hal ini. Informasi ini masih melukai hati Harry.

"Kenapa kau ada di sini?"

"Aku ingin mengabdi kepadamu."

"Kenapa?"

"Aku menyesali apa yang telah kuperbuat."

"Kenapa kau menjadi Death Eater?"

"Pangeran Kegelapan mengancam akan membunuh ibuku kalau aku tidak bergabung." Mau tidak mau Harry merasa kasihan mendengar hal ini. Tapi dia mengesampingkan itu semua.

"Kenapa kau tidak langsung mendatangiku? Kenapa datang ke Departemen Misteri?"

"Aku sudah berusaha mendatangimu di rumah bibimu. Tapi aku tidak dapat mendekati wilayah Privet Drive. Mungkin karena perlindungan yang ditinggalkan ibumu melarang penyihir yang mempunyai tanda kegelapan di tangannya untuk memasuki Privet Drive. Setelah kau meninggalkan rumah bibimu, aku tahu kemungkinan kau akan menuju markas order, dan aku tahu markas order berada di bawah pengaruh mantra fidelius. Karena itulah aku mendatangi Departemen Misteri, dari yang kudengar dari Lily, Departemen Misteri adalah instansi yang paling terpercaya di negara ini. Dan aku terbukti benar karena 'sesuatu' yang menghalangi untuk menyerahkan diri kepada Kementrian tidak menahanku untuk menyerahkan diri ke Departemen Misteri."

"Dengan cara apa kau akan mengabdi kepadaku?"

"Aku bisa memberikan informasi."

"Informasi seperti apa?"

"Nama-nama Death Eater, terutama rekrutan baru. Juga keberadaan Pangeran kegelapan. Dan daftar orang-orang atau tempat yang kemungkinan besar diincar oleh Pangeran Kegelapan."

"Ada di mana Voldemort?"

"Tempat yang sering dia tinggali adalah Riddle Manor. Satunya lagi adalah sebuah kastil di daerah utara Siberia. Aku tidak tahu persisnya, karena kami selalu ke sana dengan menggunakan Portkey."

Harry berpikir sejenak mengenai apa yang akan dia tanyakan selanjutnya. Dia merasa ragu apakah dia harus menanyakan ini di depan Croake dan Allison.

"Apa yang kau ketahui tentang Horcrux-nya Voldemort?"

"Aku tidak tahu sama sekali."

"Kau bohong."

"Aku tidak bohong."

Harry menyerah, sehingga dia melanjutkan pertanyaannya. "Ada di mana Snape sekarang?"

"Snape tidak pernah meninggalkan sisi Pangeran Kegelapan sejak dia membunuh Dumbledore. Jadi dimana ada Pangeran Kegelapan, di situ ada Snape." Harry merasa getir ketika mendengar ini.

"Sebutkan nama-nama anggota Death Eater yang kau ketahui dan juga yang diincar oleh Voldemort!" Wormtail menyebutkan belasan nama dan beberapa wilayah yang dicatat oleh Allison."

Harry tidak bertanya lagi. "Kurasa sudah cukup untuk saat ini." Dia berdiri. "Mr Croake, bawa dia pergi dari sini."

Croake memanggil seorang penyihir pria ke kantornya dan menyuruh penyihir itu untuk membawa Wormtail ke ruang penahanan.

Harry dan Mr Croake kembali duduk di kursi mereka. Kali ini mereka duduk berhadap-hadapan. Sementara itu, Allison tetap berdiri di samping atasannya.

"Jadi, Mr Potter. Apa rencanamu sekarang?" Tanya Croake dari balik mejanya.

"Err...bantuan seperti apa yang sebenarnya anda bisa tawarkan?" Tanya Harry.

"Hmm...tadi aku mendengar kau bertanya tentang horcrux. Apakah itu sangat signifikan dalam masa perang ini?"

"Sangat. Kau pernah mendengar tentang horcrux?"

Croake tampak berpikir sejenak sambil menggaruk-garuk. "Aku pernah mendengar kata itu disebut-sebut oleh superiorku dulu sekali. Tapi aku hampir tidak tahu sama sekali tentang horcrux. Begini saja, aku akan menyuruh tim peneliti kami untuk mencari tahu sebanyak mungkin tentang horcrux."

Harry mengangguk. "Bagus. Fokuskan penelitian kalian pada cara untuk menghancurkan sebuah horcrux. Cara yang aman untuk menghancurkan horcrux."

"Baiklah. Miss Umbridge akan menghubungi anda mengenai hasil penelitian kami melalui ini." Croake mengambil sesuatu dari laci mejanya dan menyerahkannya pada Harry.

Harry mengambilnya. Itu adalah cermin dua arah. Hampir mirip dengan yang pernah diberikan Sirius kepadanya. "Oke. Oh, ada satu lagi yang aku ingin anda cari tahu juga..."

"Ya?"

"Aku ingin tahu tentang artefak-artefak peninggalan para pendiri Hogwarts. Apa saja mereka dan kira-kira di mana mereka berada." Ucap Harry.

Ekspresi Mr Croake mengindikasikan bahwa dia menganggap ini adalah permintaan yang aneh. "Apa ini ada hubungannya dengan horcrux tadi?"

Harry tersenyum kecil. "Kurasa untuk tahap awal dari ... 'hubungan' kita, lebih itu saja yang perlu anda ketahui, untuk sekarang."

Walaupun kecewa, Croake tidak menunjukkannya. "Aku mengerti. Anda akan pergi sekarang?"

Harry mengangguk dan berdiri. "Senang bertemu dengan anda Mr Croake, kuharap ini akan menjadi awal dari hubungan yang baik antara diriku dengan Departemen Misteri."

Mereka berdua berjabat tangan. "Aku juga berharap begitu, Mr Potter. Tapi aku penasaran, apa rencana anda pada Mr Pettigrew?"

"Lebih baik dia berada di sini dulu. Tolong kirimkan daftar nama yang dia sebutkan tadi kepada Remus Lupin. Bilang saja itu dariku." Pinta Harry.

"Baiklah, Mr Potter. Tapi, kalau anda tidak keberatan. Anda hendak pergi kemana sekarang?"

Harry merasa tidak perlu menyembunyikan hal ini. "Aku hendak mengunjungi makam orangtuaku di Godric's Hollow."

"Godric's Hollow? Kau tahu letaknya?"

"Err...tidak juga." Harry merasa bodoh.

"Bukan masalah. Sebentar..." Croake kembali duduk di mejanya dan menulis di sehelai perkamen selama beberapa menit sebelum menyerahkan perkamen itu kepada Harry.

"Ini petunjuk tentang di mana dan bagaimana caranya ke Godric's Hollow."

"Terima kasih, Mr Croake." Harry menyakukan perkamen itu dan siap-siap pergi.

"Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai bertemu lagi Mr Croake, miss Umbridge." Harry menoleh ke arah Allison dan hanya mendapatkan tatapan kosong sebagai balasannya.

'Kenapa sih dia?'


Departemen Hubungan Internasional, bagian perjalanan

Antrian panjang terjadi di loket keberangkatan. Hal ini biasa terjadi hampir setiap hari. Dan di barisan depan, dua penyihir muda baru saja mendapat gilirannya.

"Portkey ini akan aktif dalam 30 detik. Terima kasih." Penjaga loket berwajah cantik tersenyum ketika dia menyerahkan sebuah teko karatan kepada Ron yang mau tidak mau ikut tersenyum dan agak tersipu. Hal ini terlihat oleh Hermione yang berdiri di sebelahnya.

"Ayo!" Hermione menarik Ron dari loket itu dengan paksa.

"Hermione! Apa-apaan sih?" Ron keheranan.

30 detik kemudian mereka menghilang setelah bertengkar seperti biasanya.

Sementara itu di bagian belakang dari barisan, seorang penyihir berambut hitam berantakan dengan mata hijau baru saja memulai antriannya.


Apa sebaiknya Harry secepatnya bergabung lagi sama teman-temannya? Atau tdk sama sekali?

There will be action next chapter!