CHAPTER VI: FIGHT FOR AZKABAN PART I
Grimmauld Place
"Memalukan. Benar-benar memalukan." Ron menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jangan bilang begitu lagi." Hermione dan Ron kini berdua berada di depan pintu utama markas orde phoenix.
"Hermione! Apa kau pernah dengar ada orang yang kabur dari rumah, lalu kembali lagi setelah hanya beberapa jam?" Ron mulai membuka pintunya.
"Mau bagaimana lagi? Kita tidak punya cukup uang untuk mencari tempat tinggal ataupun untuk menginap di Leaky Cauldron."
"Kita kan bisa pergi ke rumah orangtuamu di Manchester."
"Orangtuaku sedang ada konferensi dokter gigi di Paris. Mereka tidak akan kembali lagi setelah dua minggu." Hermione mengikuti Ron masuk ke dalam. "Terima saja, Ron. Kita tidak bisa kemana-mana lagi, kecuali kalau kita menemukan Harry."
"Oh, jadi kau harapkan Harry untuk membayar semua keperluan kita? Kita harusnya membantu dia Hermione, bukannya menguras uang dia."
"Bukan itu maksudku, Ron. Aku hanya..."
"Aku tahu jelas apa maksudmu." Ron membanting pintu dengan marah tanpa sadar apa yang akan dia bangunkan.
"DARAH KOTOR! PENGKHIANAT! BERANI SEKALI KALIAN MENGOTORI RUMAH LELUHURKU DENGAN KEHADIRAN KALIAN! RUMAH TERHORMAT INI..."
Ron mengerang. "Aku benar-benar benci tempat ini. Kalau saja The Burrow tidak penuh oleh keluarganya Fleur, kita lebih baik ke sana saja."
"Apa? Siapa?" Molly Weasley datang ke arah Ron dan Hermione dengan tongkat terangkat. Dia lalu tahu siapa yang telah membangunkan lukisan Mrs. Black.
"RONALD WEASLEY! DARI MANA SAJA KAU!" Mrs Weasley mengibas-ngibaskan tongkatnya kearah Ron seakan-akan ingin menyerangnya.
"Bloody hell. Mum. Turunkan dulu tongkatnya." Ron sejak dulu memang takut pada ibunya. Apalagi kini ibunya memegang tongkat. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Ron kecuali bersembunyi di balik Hermione.
"Dari mana saja kalian? Aku menemukan surat ini di kamarku tadi pagi." Mrs Weasley mengeluarkan surat yang ditinggalkan oleh Ron kepada ibunya.
"M-Mrs Weasley, tenang dulu." Hermione cukup takut juga melihat kemarahan Mrs Weasley.
Setelah beberapa kibasan tongkat yang mampu membuat Ron dan Hermione menundukkan kepala mereka, Mrs Weasley menurunkan tongkatnya dan meminta penjelasan dengan sikap yang lebih tenang.
"K-kami berusaha untuk menyusul Harry, mum." Ron berkata masih dari balik Hermione.
"Dan kalian berhasil menemukan dia?"
"Tidak Mrs Weasley. Kami pergi ke tempat di mana Harry pernah bilang bahwa dia akan ke sana, tapi ternyata Harry tidak ada. J-jadi kami kembali lagi ke sini."
Mrs Weasley menyingkirkan Hermione dan langsung memeluk anak laki-laki termudanya dengan sebuah pelukan maut yang membuat Ron merasa seluruh tulang di tubuhnya retak.
"Jangan pernah melakukan itu lagi, Ronald. Aku hampir saja kehilangan Bill. Dan kini kedua kakak kembarmu juga sedang mempertaruhkan nyawa mereka di Azkaban. Aku tidak ingin kehilangan anakku seorangpun."
Ron melepaskan pelukan ibunya secepat mungkin. "Azkaban? Apa yang terjadi di Azkaban? Apa hubungannya dengan Fred dan George?"
Setelah menenangkan dirinya, Mrs Weasley akhirnya berkata, "Azkaban diserang oleh Death Eater. Semua anggota order sedang ke sana membantu para auror."
Penjara Azkaban
"Oh, tidak. Mereka telah berhasil masuk."
Perasaan panik Tonks ikut menular kepada Harry. Tetapi Harry lebih panik lagi karena ini merupakan pertama kalinya bagi dia melihat penjara Azkaban yang sangat ditakuti itu.
Dugaan Harry benar bahwa Azkaban adalah sebuah kastil. Tapi dia sama sekali tidak menduga ukuran dari kastil tersebut. Ukuran kastil Azkaban kira-kira setengahnya dari Hogwarts dan sepertinya menyelimuti keseluruhan pulau. Terlihat dua menara tinggi di depannya yang sepertinya digunakan untuk mengawasi kastil tersebut.
"Bagaimana gerbang itu bisa bobol? Seharusnya gerbang Azkaban itu kebal terhadap sihir." Tonks bertanya tidak kepada siapapun.
Hanya sedetik setelah pertanyaan Tonks, Harry merasakan ada yang tidak beres dari belakangnya. Dia menoleh kebelakang.
"Awas!" Harry berteriak dan langsung berguling ke samping sambil menarik lengan Tonks sehingga mereka berdua berjungkirbalik ke arah kanan. Suara dentuman keras terdengar.
Harry berdiri melihat ke tempat dimana tadi dia berdiri kini terdapat sebuah batu besar seukuran mobil muggle telah menempatinya. Dari balik batu itu, Harry dapat melihat auror Willcox berdiri. Dia tampaknya berhasil menghindar ke arah yang berlawanan dengan Harry dan Tonks. Kemudian Harry melihat ke arah dari datangya batu tersebut.
"Itu jawabanmu, Tonks." Tonks masih terbaring di tanah. "Gerbang ini mungkin kebal terhadap sihir. Tapi tidak terhadap serangan fisik." Harry melanjutkan.
Tonks lalu berdiri dan ikut melihat apa yang Harry lihat. Mereka melihat seorang raksasa berdiri di hadapan mereka. Raksasa itu amat tinggi. Lebih tinggi daripada adiknya Hagrid, Grawp. Bukan hanya tinggi, raksasa itu juga mempunyai otot-otot kekar yang dengan melihatnya saja kau tahu kau bisa remuk apabila raksasa itu memegangmu. Berbagai bekas luka pada wajah raksasa itu menandakan bahwa dia sangat berpengalaman dalam berkelahi.
Raksasa itu hendak mengambil sebuah batu besar lagi ketika auror Willcox menyerang kepalanya dengan kutukan yang sepertinya merupakan Kutukan Conjunctivitus. Sang raksasa mengerang kesakitan tapi masih tegar berdiri. Dia memandang marah kepada Willcox.
"Serahkan ini padaku! Kalian masuk saja bantu yang lain!" Willcox berseru kepada Harry dan Tonks.
"Tapi..." Tonks hendak protes tapi Harry menggenggam tangannya dan menarik dia untuk masuk.
"Cepatlah!" Willcox mengeluarkan kutukan lagi.
"Ayo, Tonks." Harry kembali mencoba menarik Tonks untuk masuk.
"Tapi dia partnerku!"
"Dengar! Yang penting adalah apa yang terjadi di dalam. Kau boleh tinggal di sini kalau kau mau. Tapi aku akan tetap masuk." Harry melepaskan tangan Tonks dan melangkah sendiri ke arah pintu masuk.
Tonks akhirnya mengalah dan mengikuti Harry dengan setengah berlari.
Harry masuk pertama ke dalam kastil. Apa yang dia temukan di lantai dasar ini mengejutkan dia. Di dalam ruangan kastil yang lembab dan gelap ini, berserakan sejumlah penyihir di lantai, baik itu para auror maupun Death Eater. Tidak ada satupun yang masih berdiri, hanya ada beberapa orang yang mengerang di lantai.
"Tampaknya pertempuran sudah pindah ke lantai dua." Ucap Tonks. Dari atas memang terdengar suara orang-orang yang sedang berduel. "Tangganya di ujung sana. Ayo!"
Kali ini Tonks yang memimpin jalan melewati koridor kastil dengan orang-orang tergeletak di antaranya. Harry merasa bersalah karena tidak membantu beberapa orang yang kelihatannya masih hidup dan mengerang kesakitan.
"Tonks, bagaimana dengan yang terluka?" Tanya Harry dari belakang Tonks.
"Kita tak bisa membantu mereka sekarang. Tim Healer akan datang setelah keadaan terkendali." Tonks tidak menghentikan langkahnya.
Mereka sampai di tangga naik dan dengan segera menaiki tangga tersebut. Perjalanan naik di tangga itu cukup panjang. Hal ini membuat Harry sedikit terengah-engah.
Ketika sampai di lantai kedua, yang pertama Harry lihat adalah kilatan-kilatan cahaya berbagai warna berterbangan di dalam ruangan. Dan Harry harus menghindari sebuah kutukan dengan memutar badannya. Kutukan itu membuat lubang di tembok di belakang Harry.
Lantai dua benar-benar membingungkan. Karena banyaknya penyihir yang berduel di sini, Harry hampir tidak bisa membedakan antara pihak yang baik dengan yang jahat. Tapi hal itu tidak membuat Tonks bingung karena auror wanita itu langsung terjun ke pertarungan dengan melontarkan berbagai macam mantra dan kutukan.
"Tunggu, Tonks!" Harry berteriak, tetapi insting auror Tonks tidak mempedulikannya. Dan mau tidak mau Harry juga ikut melibatkan diri dalam pertarungan dimana tampaknya para auror terlihat terdesak karena jumlah mereka kalah dari para Death Eater.
Dia langsung membius seorang Death Eater yang sedang memojokkan seorang auror yang sudah terluka cukup parah. Harry kemudian dengan hampir bersamaan membius dua orang Death Eater. Para anak buah Voldemort sepertinya belum menyadari kehadiran Harry dan Tonks sehingga mereka berdua bisa melumpuhkan beberapa Death Eater dengan cepat.
Seorang Death Eater berambut pirang kemudian menyerang Harry dengan mantra cruciatus dan Harry menghindarinya dengan melompat. Harry membalasnya dengan mantra pelucut yang dengan mudahnya diblok.
Si pirang menyerang Harry dengan sebuah mantra yang berwarna ungu. Harry ingat bahwa ini adalah mantra yang digunakan Dolohov di Departemen Misteri kepada Hermione. Refleksnya langsung mengeluarkan sebuah mantra penangkal yang belum pernah dia kuasai sebelumnya. "Bakatcha!" Sebuah cermin besar tercipta dari tongkatnya dan memantulkan kutukan yang datang kepada si pirang yang langsung jatuh pingsan.
Harry semakin bergerak mendekati tangga naik. Dari kejauhan, Harry melihat seorang auror terdesak oleh dua orang auror. Harry menyerang mereka berdua dengan mantra dari bukunya si Half Blood Prince.
'Levicorpus.' Kedua Death Eater itu langsung melayang terbalik dengan satu kaki mereka tertarik ke atas. Tongkat merekapun terjatuh. Auror yang mereka desak sebelumnya sempat bingung sebentar sebelum membius mereka. Harry merasa jijik karena menggunakan mantra yang diciptakan oleh Snape.
Keadaan yang sebelumnya berbalik dengan yang sekarang. Jika sebelumnya jumlah antara Death Eater dan auror yang ada di lantai dua ini dua berbanding satu, maka kini dengan kehadiran Harry dan Tonks, jumlah mereka kini sama kuat.
Melihat kini keadaan sudah agak seimbang, Harry semakin berusaha untuk mendekati tangga naik. Ketika tangganya sudah mulai terlihat, Harry merasakan ada sebuah serangan dari arah kirinya. Dugaan Harry benar, tapi dia benar-benar tidak menyangka serangan macam apa yang datang karena belum sempat dia bertindak apa-apa, seorang Death Eater bertubuh besar mencengkeram leher Harry dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menggenggam tangan kanan Harry dengan amat keras.
Death Eater itu kemudian menyeret Harry sampai punggungnya menghantam tembok di belakangnya. Harry tidak bisa mengeluarkan suara kesakitan karena lehernya dicekik dengan keras.
"Mati kau." Suara Death Eater itu begitu kasar dan menyeramkan.
Harry merasa ini adalah akhir hidupnya. Lehernya ditekan begitu kuat sehingga beberapa detik lagi saja, dia pasti sudah mati. Tangan kanannya yang memegang tongkatpun tidak bisa dia apa-apakan karena cengkeraman yang begitu kuat dari si death Eater. Pergelangan tangannya serasa mau patah.
Ketika kesadarannya sudah mulai hilang, tiba-tiba tangan kedua tangan yang mencengkeramnya melepaskan genggamannya dan Harry terjatuh di atas Death Eater itu yang tampaknya telah tak sadarkan diri.
"Harry, kau tak apa-apa?" Ternyata Tonks-lah yang telah menolongnya. Dia mencoba membuat Harry berdiri. Tapi Harry yang hampir kehilangan kesadarannya masih butuh waktu untuk memulihkan diri. Dia hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda dia baik-baik saja, hal ini saja sudah membuat dia terbatuk-batuk.
Tetapi Harry tahu tidak ada waktu untuk bersantai. Dia melihat ke sekitarnya dan terlihat para auror sudah berhasil mendesak Death Eater yang tersisa menuju tangga turun sehingga kini Harry dan Tonks tidak sedang dalam bahaya karena terdapat rombongan auror yang menghalangi mereka dari para Death Eater.
"Ayo, Tonks. Kita harus terus bergerak." Ucap Harry dengan badan yang masih agak lemas.
"Kau yakin, Harry? Sebaiknya kau istirahat sebentar."
"Tidak. Tidak. Sepertinya Death Eater sudah berhasil naik ke lantai tiga. Lihat itu." Harry menunjuk ke arah tangga naik.
"Itu penghalang yang sama dengan yang mereka gunakan di Hogwarts ketika ... Dumbledore tewas." Tonks berkata dengan berat hati.
Harry mengangguk. "Benar. Itu kutukan penghalang yang hanya bisa dilewati oleh mereka yang mempunyai tanda kegelapan."
"Bagaimana ini? Kita tidak mungkin bisa melewatinya. Mereka pasti tidak ingin para auror di atas mendapatkan bantuan."
Harry melihat ke dari lantai dua tersebut dan ada sesuatu yang mengganjalnya. "Aku heran kenapa para Death Eater tidak berusaha membebaskan para tahanan di lantai ini. Padahal semestinya para tahanan bisa membantu mereka."
Ekspresi di wajah Tonks menandakan bahwa dia juga memikirkan hal yang sama. "Mungkin tujuan utama mereka bukan untuk membebaskan para tahanan. Tapi untuk mengambil alih kastil ini."
"Kita pikirkan saja itu nanti. Kita harus segera naik." Harry mulai mendekati tangga naik yang dihalangi oleh kutukan penghalang tersebut.
"Tapi bagaimana caranya kita naik? Kita tidak punya tanda kegelapan." Tetapi Harry tampak tidak mendengarkan. "Tonks. Kau tahu Lucius Malfoy ditahan di mana?"
"Tahanan seperti dia kemungkinan besar ditahan di level tertinggi. Lantai empat, di ujung koridor. Apa sebenarnya rencanamu dengan dia?"
"Aku tidak bisa memberitahumu. Sekarang lebih baik kita cepat-cepat naik." Harry berkata.
"Sudah kubilang. Kita tidak mungkin bisa naik."
"Mungkin kita bisa melakukan ini..." Harry mengangkat Death Eater terdekat yang pingsan dan berusaha membawanya menuju tangga dengan susah payah.
"Apa yang kau lakukan?"
"Ini..." Harry meloncat sambil menarik membawa Death Eater pingsan itu dalam pelukannya. Dan ternyata berhasil, dia kini sudah melewati penghalang tersebut.
"Lakukan apa yang kulakukan, Tonks. Dan cepat!" Harry langsung naik tangga sendirian.
Ketika sampai, Harry seperti melihat deja vu. Keadaan di lantai tiga ini sama persis dengan yang terjadi di lantai sebelumnya. Tanpa menunggu Tonks, dia langsung terjun lagi ke dalam pertempuran.
Harry melumpuhkan tiga orang Death Eater yang masing-masing sedang sibuk melawan sejumlah auror. Harry kini berada di tengah-tengah pertempuran. Dari dekatnya, Harry mendengar kutukan paling berbahaya sedang dirapalkan.
"Avada..." Seorang Death Eater hendak mengeluarkan kutukan pembunuh kepada seorang auror wanita yang sudah tersungkur di lantai dan pasrah menerima kematiannya. Harry harus melakukan sesuatu.
"Accio!" Auror tersebut terbang dari posisinya di lantai dan melayang ke arah Harry. Sementara itu kutukan pembunuh hanya membuat lubang di lantai.
"Oh-uh." Auror wanita yang diselamatkan Harry itu terbang dengan cepat dan bertubrukan dengan Harry dan mereka berdua terjatuh dengan Harry berada pada posisi tertindih.
"Berani sekali kau!" Death Eater yang tadi hendak membunuh si auror, mendekati Harry.
"Crucio!" Hanya satu yang bisa dilakukan Harry sekarang. Korbankan si auror pada mantra cruciatus.
Tubuh auror yang berada di atas Harry menggeliat kesakitan. Teriakan dari si auror membuat sakit telinganya. Tanpa melihat kepada sang Death Eater, dari balik tubuh auror, Harry menyerang dengan kutukan penusuk. Dia tidak merasa puas apabila hanya menggunakan mantra pembius.
"Maherius." Teriakan kesakitan dan berhentinya teriakan dari si auror menandakan bahwa Harry berhasil mengenai tergetnya.
Harry segera menyingkirkan badan si auror dan berdiri. Dia melihat Death Eater yang tadi menyerangnya sedang mengerang kesakitan dengan memegang dadanya.
"Stupefy." Death Eater itu pingsan. Tapi Harry tidak punya waktu untuk santai karena dari belakangnya, Dia merasakan sebuah bahaya. Ketika berbalik, dua orang Death Eater menyerang Harry dengan kutukan yang belum pernah dilihatnya.
"Protego!" Walaupun mantra pelindungnya berhasil menahan kutukan tersebut, Harry terlempar ke belakang dan mendarat beberapa meter kemudian.
Dua orang Death Eater itu kembali menyerang dengan mantra yang sama, kali ini Harry menggunakan mantra pelindung untuk melemparkan kembali kutukan tersebut.
"Bakatcha!" Tetapi cermin yang dihasilkan tidak memantulkan kembali kutukan yang datang dan hancur berkeping-keping. Sisa-sisa dari kutukan tersebut memberikan rasa sakit yang luar biasa di tangan kiri dan kaki kanannya. Dia terjatuh ke tanah.
"Avada Kedavra." Salah satu dari Death Eater itu mengeluarkan kutukan pembunuh kepada Harry.
Harry hanya terpaku saja melihat kutukan yang berwarna hijau itu datang. Tiba-tiba sebuah tubuh melayang di depannya dan menerima efek penuh dari kutukan tersebut. Ketika tubuh itu jatuh ke tanah, Harry melihat itu adalah tubuh dari seorang Death Eater.
Kedua Death Eater tampak kaget melihat apa yang terjadi sehingga satu di antara mereka tidak mampu memblok mantra pembius yang datang dan pingsan di lantai.
Seseorang kemudian berdiri di depan Harry dan berduel dengan Death Eater yang satu lagi.
"Tonks." Harry menyadari ternyata Tonks-lah yang tadi telah menolongnya dari kutukan pembunuh.
Harry berdiri dengan susah payah dan melihat keadaan pertempuran. Kelihatannya para Death Eater sedikit lebih unggul dari para auror. Sementara itu Tonks masih berduel dengan keras dengan Death Eater yang tadi menyerang Harry dengan Kutukan pembunuh.
Tiba-tiba Harry mendapatkan ide untuk membantu pertempuran ini. "Serpensortia, serpensortia, serpensortia..."
Total Harry mengeluarkan tujuh ekor ular hitam besar dari tongkatnya. Mereka mendesis-desis melihat ke arah orang-orang yang berada di sekitar mereka.
"Serang mereka yang menggunakan topeng. Mereka sangat lezat. Sumpah."
Ular-ular itu bergerak dengan semangat. Dan karena mereka bergerak di lantai, hampir tidak ada yang memperhatikan mereka. Ular yang paling besar menggigit kaki Death Eater yang sedang bertarung dengan Tonks dan berteriak kesakitan dan langsung dilumpuhkan oleh Tonks.
Tonks melihat ke arah Harry. "Harry. Kau yang mengeluarkan ular-ular itu? Itu sangat berbahaya. Bagaimana kalau mereka menyerang kita juga?"
"Tenang Tonks. Aku sudah menyuruh mereka untuk hanya menyerang Death Eater." Ekspresi Tonks menandakan dia tidak mengerti apa maksud Harry sebelum dia menyadarinya. "Oh, benar. Aku baru ingat kau parselmouth."
"Ayo, Tonks. Aku harus segera naik ke lantai empat. Kau lindungi aku ya." Harry mulai berjalan dengan cepat.
Para Death Eater berada pada kondisi yang kacau karena tiba-tiba banyak sekali ular yang menyerang mereka. Hal ini memudahkan para auror untuk melumpuhkan mereka.
Harry berjalan cepat dengan Tonks di belakangnya. Tonks mengeluarkan kutukan ke sana sini untuk memudahkan jalan Harry yang hanya sesekali menghindari kutukan yang datang dan membalasnya.
Seorang Death Eater menghalangi mereka berdua dan menyerang Harry. Tiba-tiba Tonks menjatuhkan Harry dan berduel dengan Death Eater itu.
"Lari Harry. Biar kutangani dia." Tangan Tonks dan Death Eater itu bergerak cepat sehingga hampir tidak terlihat.
Harry berdiri dan menuju tangga naik ke lantai empat yang sudah di depan mata. Ketika sampai, dia melihat tangga itu tidak dihalangi oleh kutukan penghalang seperti di lantai sebelumnya. 'Bagus, berarti belum ada Death Eater yang berhasil naik.'
Dia menaiki tangga dengan cepat dengan masih menahan rasa sakit dari tangan dan kakinya. Harry tidak tahu darimana dia bisa dapat tenaga untuk bergerak secepat ini. Tapi, dengan semua yang terjadi pada dirinya hari ini, dia tidak merasa terkejut lagi. Setelah kejadian di Godric's Hollow, dia seperti merasa ada kekuatan baru yang merasuki tubuhnya yang bisa membuatnya melakukan semua hal yang sebelumnya tidak bisa dia lakukan.
Ketika sampai di lantai empat, Harry melihat keadaan yang berbanding terbalik dengan dua lantai sebelumnya. Lantai ini amatlah sepi. Hanya ada dua orang auror yang tergeletak di lantai. Salah seorang di antara auror itu sepertinya masih sadar.
Harry mendekati auror yang masih sadar itu. Ketika sudah dekat, Auror itu hanya menunjuk kebelakangnya dan mengucapkan, "Death...Eater...sana." Auror itu langsng kehilangan kesadarannya setelah kata-kata itu.
Harry melihat ke arah yang ditunjuk oleh auror itu dan mulai berlari ke arahnya. Auror itu menunjuk kepada salah satu koridor yang berada di lantai itu.
Koridor yang dilalui Harry ini amatlah panjang dan dia tidak melihat tanda-tanda si Death Eater. Di kanan dan kiri koridor itu berjejer sel-sel tahanan yang hanya terdapat lubang kecil pada pintunya yang kelihatannya hanya cukup untuk satu nampan makanan. 'Sepertinya ini sel-sel untuk tahanan-tahanan paling berbahaya.'
Harry sampai di ujung koridor yang buntu dan melihat salah satu sel tahanan setengah terbuka. Dia mendekati sel tersebut dengan hati-hati dan mendengar ada suara orang-orang yang berbincang. Tidak, tepatnya orang-orang yang berargumen.
Dia menendang pintu sel tersebut, dan masuk sambil mengacungkan tongkatnya. Dia melihat ada dua orang di sel tersebut.
Lucius Malfoy berdiri di ujung sel. Kondisinya terlihat mengkhawatirkan dengan pakaian yang lusuh dan tubuh kurus kering dan rambut kotor yang berantakan. Hilang sudah segala kebanggaan keluarga Malfoy yang ada pada dirinya.
Satu orang lagi, adalah seorang Death Eater dengan tongkatnya yang terarah kepada Harry. Death Eater tersebut berambut pirang mengkilat.
"Potter!" Death Eater itu berkata.
Harry kenal suara itu. Tidak diragukan lagi, dengan rambut pirang yang sama dengan ayahnya dan suara menyebalkannya itu.
"Draco."
