READ THIS FIRST. IT'S IMPORTANT:
AFTER DUE CONSIDERATION, MUGGLE LOVER HAD CONCLUDED THAT FOR THEIR OWN SAFETY, NO STUDENT UNDER THE AGE OF 13 SHOULD BE ALLOWED TO READ THE SONS OF REVENGE. THIS DECISION IS FINAL!
(That's rubbish, that's rubbish).
Rating: PG-13
Chapter ini sudah di Beta oleh Ireth Halliwell.
CHAPTER X: THE TWO SEEKERS
Dua minggu telah berlalu semenjak pertempuran hebat di Azkaban yang merenggut nyawa sebanyak dua puluh tujuh orang tersebut.
Pada hari ini di gedung Kementrian Sihir sedang berlangsung pertemuan tahunan antara seluruh pemimpin-pemimpin negara sihir seluruh Eropa. Dan sesuai rencana, Menteri Sihir Rufus Scrimgeour sedang berusaha agar negara-negara tetangga bersedia membantu Kementrian Sihir Inggris dalam melewati masa-masa gelap ini.
"...Maka kesimpulannya, maraknya aktifitas dari Dia-yang-namanya-tak-boleh-disebut bukan hanya masalah dari Kementrian Sihir Inggris, tapi juga seluruh Pemerintahan di benua ini. Terima kasih," Scrimgeour menutup pidatonya.
"Menteri Scrimgeour akan menjawab beberapa pertanyaan," moderator pertemuan ini berkata pada pemimpin-pemimpin eropa yang hadir.
Yang mendapat kesempatan pertama untuk mengajukan pertanyaan adalah Menteri Sihir negara Belgia. "Pak Menteri, apa sebenarnya yang telah dilakukan oleh pemerintahan anda untuk mengatasi masalah ini?"
Scrimgeour menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan lugas dan tenang. Dia mengatakan bahwa dia telah memerintahkan untuk memperketat pengawasan para auror di tempat-tempat strategis. Departemen Sihir Penegak Hukum juga telah menambah jumlah auror dengan mempermudah syarat perekrutan.
Yang berikutnya mengajukan pertanyaan adalah wakil Menteri Sihir Perancis. "Menurut rumor yang beredar, orang yang dijuluki sebagai yang terpilih, atau The Chosen One untuk mengalahkan Lord ... kau tahu yang kumaksud, telah menyeberang ke pihak kegelapan. Apa ini benar? Dan apa tindakan anda dalam menyikapi hal ini?"
Raut wajah Scrimgeour langsung berubah tegang mendengar pertanyaan ini. Dia tahu cepat atau lambat akan ada yang menanyakan hal ini. "Justru julukan Sang Terpilihlah yang hanya rumor belaka. Tapi kami membenarkan bahwa memang ada indikasi Harry Potter terlibat kegiatan pelanggaran hukum. Saat ini kami berusaha semaksimal mungkin mencari Mr Potter dan mengklarifikasikan hal ini."
Seseorang yang duduk di bangku tamu mendengus mendengar penjelasan dari Scrimgeour. "Tidak perlu ada klarifikasi, langsung saja jebloskan si Potter sialan itu ke Azkaban."
Seorang penyihir pria yang duduk di sebelahnya mendengar perkataan tersebut. "Anda yakin Potter benar-benar telah menjadi Death Eater, miss Umbridge?"
"Kenapa tidak? Dari dulu aku sudah yakin anak itu bermasalah. Berteman dengan setengah raksasa dan werewolf. Aku tidak akan terkejut kalau suatu saat nanti bocah itu akan menjadi dark lord selanjutnya. Bahkan saat ini aku yakin dia telah menjadi tangan kanan kau-tahu-siapa." Dolores Umbridge berkata dengan penuh kebencian.
"Tetapi banyak yang percaya hanya dia yang mampu mengalahkan kau-tahu-siapa. Dia pernah melakukannya sekali. Kurasa dia bisa melakukannya lagi."
"Kau sangat naif, Smith. Segala omong kosong tentang dia adalah Sang Terpilih itu pasti hanya trik Potter untuk mendapatkan lebih banyak perhatian lagi. Kau tidak tahu Potter. Aku sendiri pernah menjadi pengajarnya. Dia hanyalah orang yang haus perhatian dan akan mendapatkan apa saja untuk mendapatkannya termasuk bergabung menjadi Death Eater."
Smith tidak ingin meneruskan argumennya. Maka dia kembali memusatkan perhatiannya pada sesi tanya jawab yang sedang berlangsung. Tapi dia teringat sesuatu, "miss Umbridge, kenapa putrimu tidak hadir?"
"Kau belum dengar? Dia sekarang bekerja di Departemen Misteri. Itu terjadi satu tahun yang lalu"
"Kenapa? Wanita muda penuh potensial seperti dia kenapa menyia-nyiakan kemampuannya di tempat seperti Departemen Misteri?"
"Itu yang kukatakan," gerutu Umbridge, "dia sepertinya kesal dengan perlakuan Menteri Fudge dua tahun yang lalu pada Dumbledore dan Harry Potter. Si Allison dari dulu memang terlalu mengagumi Dumbledore."
"Tapi seharusnya Allison mengerti kalau waktu itu memang buktinya kurang. Aku sendiri tidak percaya kau-tahu-siapa sudah kembali." Kata Smith.
"Benarkah?" Umbridge menatap Smith, "kalau begitu kenapa nama anakmu terdapat pada daftar anggota kelompok terlarang yang bernama D.A?"
Smith mengangkat bahunya, "aku sendiri tidak tahu. Kukira Zack juga setuju denganku pada saat itu. Mungkin dia hanya ikut-ikutan."
"Kalau Allison masih di Hogwarts pada saat itu, kurasa namanya juga akan ada di daftar tersebut," ucap Umbridge.
"Kenapa kau berpikiran begitu?" tanya Smith.
"Karena dia bersahabat baik dengan Cedric Diggory."
"Oh," ucap Smith. "Tapi bukankah mereka berada di tahun yang berbeda?"
Umbridge mengangguk, "Allison satu tahun di atas Diggory. Mereka berdua Hufflepuff sama seperti putramu."
Perhatian mereka berdua sempat teralihkan ketika seorang pejabat tinggi dari Kementrian Sihir Jerman mengajukan usulannya untuk melakukan pencarian terhadap Harry Potter di negara mereka masing-masing karena siapa tahu The-Boy-Who-Lived tersebut telah kabur ke luar negeri.
"Bah," ejek Umbridge, "anak kecil seperti Potter tidak akan bisa menghindar dari auror, apalagi kalau sampai kabur ke luar negeri.
Pada kenyataannya, Harry Potter memang sudah tidak berada di daratan Inggris lagi karena kini dia sedang berdiri di depan sebuah gerbang besar yang berlambang sekolah Durmstrang.
'Fiuhh, sampai juga.' Harry memang tidak pernah melakukan perjalanan sejauh ini. Tidak hanya jauh, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke salah satu sekolah sihir terbesar di dunia ini juga sangat lama.
Atas petunjuk dari Croake, satu-satunya cara untuk melakukan perjalanan kemari tanpa terdeteksi oleh auror adalah dengan cara muggle.
Pertama-tama Harry harus menyelinap keluar dari Knockturn Alley dengan jubah gaibnya dan keluar menuju muggle London. Setelah itu dia menggunakan jasa taksi untuk membawanya ke bandara.
Di bandara Heathrow International, seperti muggle pada umumnya dia memesan tiket British Airways untuk membawanya ke Moskow, Rusia.
Cara perjalanan muggle ini sukses dilakukannya karena tidak seperti waktu Sirius kabur dari Azkaban, Kementrian tidak melibatkan pihak muggle dalam pencarian mereka atas Harry. Waktu yang dipilih oleh Croake juga amat tepat karena saat ini kesatuan auror sibuk menjaga pertemuan para pepimpin sihir Eropa di gedung Kementrian.
Ketika dia telah sampai di bandara internasional Simferopol Moskow, barulah dia bisa melakukan perjalanan layaknya seorang penyihir. Harry menggunakan versi Rusia dari Bus Ksatria untuk membawanya ke Durmstrang. Hanya saja alat transportasi khusus penyihir ini bukanlah sebuah bus, tapi sebuah perahu kapal yang mampu memuat setidaknya dua puluh orang penumpang.
Perahu Ksatria ini melayang di beberapa senti di atas tanah. Pertama Harry tidak mengerti kenapa harus berbentuk perahu. Tapi kemudian dia mengerti karena untuk sampai ke Durmstrang, seseorang harus menyebrangi lautan karena sekolah sihir tersebut berada di tengah lautan di atas sebuah pulau besar.
Walaupun kini dia telah berdiri di depan gerbang utama Durmstrang, tetapi Harry tidak bisa melihat bangunan sekolah sekolah Durmstrang. Harry hanya dapat melihat sebuah jalan setapak lurus ke depan yang saking jauhnya dia tidak dapat melihat ujungnya. Jalan itu diapit oleh hutan yang lebat di kanan kirinya. Tampaknya untuk mencapai Durmstrang masih harus berjalan cukup jauh meskipun telah melewati gerbangnya.
Dan sekarang Harry bingung bagaimana selanjutnya. Tidak ada orang di sekelilingnya, dan gerbang masuk tampak terkunci rapat. Petunjuk dari Mr Croake juga tidak mencakup tentang apa yang harus dilakukannya setelah sampai di sini.
Kemudian Harry teringat cara yang dilakukan oleh Tonks tahun lalu ketika gerbang Hogwarts telah tertutup. 'Expecto Patronum.' Harry mengirimkan sebuah patronus kecil dengan tanpa suara.
Rusa perak tersebut masuk ke dalam gerbang dan terus melayang hingga sampai tidak terlihat oleh Harry. Dia berharap patronusnya tidak hilang sebelum mencapai tujuannya.
Harry tidak tahu berapa lama dia menunggu seseorang untuk datang ke gerbang. Mungkin sepuluh atau lima belas menit. Dia hanya duduk di tanah sambil melingkarkan tangannya ke badannya karena suhu udara yang teramat dingin.
Harry memutuskan untuk mengirimkan lagi sebuah patronus. Tetapi ketika dia baru berdiri, Harry melihat sesuatu yang kecil dari ujung jalan setapak. Lama kelamaan yang dilihatnya itu menjadi semakin besar dan dekat.
Kemudian dia melihat sebuah pemandangan aneh. Seseorang mengendarai sebuah gerobak. Orang tersebut tampak tua dengan rambut dan janggutnya yang putih. Sementara itu gerobak yang ditungganginya berjalan cukup cepat sampai akhirnya sampai di depan gerbang.
Orang tua itu melihat Harry dari atas ke bawah dan mengatakan sesuatu dalam bahasa yang tidak dimengerti Harry.
"Maaf, apa anda bisa bahasa Inggris?" Tanya Harry.
Orang di hadapannya menggerutu. "Ada perlu apa?"
"Aku ingin bertemu dengan Viktor Krum. Namaku Harry Potter."
Orang yang kelihatannya seorang penjaga kunci Durmstrang seperti Hagridnya Hogwarts itu menyipitkan matanya ketika mendengar nama Harry dan matanya kini tertuju pada bekas luka di dahinya.
"Ada perlu apa kau kemari? Hanya murid Durmstrang yang boleh kemari." Nama terkenal tampaknya tidak membuat orang itu terkesan.
"Aku ada keperluan dengan dia, penting sekali. Bisakah anda mengatakan padanya aku ingin bertemu? Dia kenal aku."
"Tunggu di sini," si penjaga kunci berbalik dan menunggangi gerobaknya kembali meninggalkan Harry masih di luar gerbang yang terkunci.
"Kasar sekali orang itu," keluh Harry.
Sekarang Harry haus menunggu untuk yang kedua kalinya di suhu dingin yang serasa menusuk sampai tulang. Matahari hampir tenggelam.
Ternyata Harry tidak harus menunggu terlalu lama karena gerobak yang tadi membawa pergi orang tua itu kembali lagi. Dari kejauhan, gerobak itu terlihat membawa dua orang.
Semangat Harry kembali lagi setelah melihat siapa yang berada di samping si penjaga kunci, seeker Bulgaria Viktor Krum yang wajah galaknya pertama kali Harry lihat di salah satu tenda penonton Piala Dunia Quidditch.
Ketika turun dari gerobak, Krum terlihat terkejut melihat Harry. "Potter?"
Harry mengangguk dan Krum mengatakan sesuatu pada si penjaga kunci yang dengan segera membuka gembok gerbang.
Krum mengatakan sesuatu pada penjaga kunci yang tua itu dan berikutnya si penjaga kunci menaiki gerobaknya dan pergi meninggalkan mereka.
"Harry Potter. Bagaimana kabarmu?" Krum menjulurkan tangannya.
Harry masuk melewati gerbang dan menjabat tangan Krum. "Aku baik-baik saja, termia kasih."
"Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kabar Hermionny?" Krum tersenyum.
"Oh. Hermione baik-baik saja. Dan aku..." Harry melihat sekelilingnya, "apakah aman kita bicara di sini?"
Krum memandang curiga pada Harry, "memangnya apa yang hendak kau bicarakan?"
Harry merasa canggung juga setelah kini dia bertemu dengan Krum. Dia sebenarnya belum memikirkan bagaimana cara terbaik untuk berbicara dengannya. Dia belum begitu mengenal Krum. 'Coba saja ada Hermione.'
"Begini... aku ingin menanyakan apa kau punya teman yang bernama Stanislav?" Apapun yang telah diperkirakan oleh Krum keluar dari mulut Harry, tampaknya bukan ini salah satunya.
"Stanislav? Maksudmu Stanislav Shovskovsky?" Tanya Krum dengan bingung.
"Mungkin," Harry gemetar kedinginan ketika angin mengembus. "Apa ini Stanislav yang sama dengan yang pergi denganmu ke Hogwarts dua tahun lalu?"
"Ya, tapi..." Krum makin bingung, "apa sebenarnya maksudmu bertanya tentang dia?"
Harry berpikir memberikan setengah kebenaran merupakan cara yang terbaik. "Lucius Malfoy mengatakan dia memberikan sesuatu padanya ketika kalian hendak meninggalkan Hogwarts. Dan sekarang aku ingin tahu keberadaan benda itu."
"Lucius Malfoy?" Krum tampak sedang berpikir. Dia melihat ke arah kanannya, "ayo kesini." Dia mengajak Harry masuk ke dalam hutan.
Setelah mereka masuk cukup dalam, Harry mulai heran kenapa dia harus masuk kemari, "Viktor, kenapa kita kemari?"
Krum berhenti dan melihat Harry. "Kau bilang Malfoy memberikan sesuatu pada Stanislav?" melihat anggukan dari Harry, dia melanjutkan, "itu tidak mungkin. Stanislav sahabat karibku. Dia pasti memberitahuku apabila dia berbicara dengan orang seperti Lucius Malfoy. Apalagi kalau sampai Malfoy memberikan sesuatu padanya."
Tampaknya metoda setengah kebenaran ini tidak berhasil. Harry berpikir keras apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
"Kau menyembunyikan sesuatu, Potter," Krum berkata. "Katakan padaku yang sebenarnya atau aku akan mengusirmu keluar," ucap Krum dengan nada tegas.
Harry terkejut melihat sikap kasar dari Viktor Krum.
"Maaf kalau aku agak kasar. Tapi ini menyangkut sahabatku. Aku perlu tahu apa yang dilakukan oleh Stanislav dengan penyihir hitam seperti Malfoy."
Setelah Krum mengatakan itu, Harry kini mengerti kenapa Krum bersikap seperti itu dan dia memutuskan untuk mengatakan semuanya.
"Baiklah, sebenarnya Lucius Malfoy tidak benar-benar memberikannya pada Stanislav. Tapi lebih tepatnya menyelipkannya pada salah satu koper milik Stanislav ketika kau sedang berbicara dengan temanmu itu."
"Bagaimana kau bisa tahu hal itu?" tanya Krum.
"Malfoy memberikan ingatannya padaku apa yang terjadi hari itu. Aku melihatnya di pensieve."
"Apa sebenarnya yang kau lihat," Krum membalikkan badannya dari Harry. "Tolong ceritakan dengan lengkap."
"Baiklah." Kemudian selama beberapa menit kedepan Harry menceritakan kepada Krum tentang ingatan yang dia liat mulai dari perbincangan tak berarti antara Krum dan Malfoy yang melibatkan kelelawar Transylvania dan juga ketika Malfoy menyelipkan sebuah sarung tangan ke dalam salah satu koper milik Stanislav.
Krum kembali melihat Harry. "Sarung tangan apa itu? Apa istimewanya?"
"Kurasa Malfoy mendapatkan sarung tangan itu dari Voldemort," Krum berjengit, "dia pernah melakukan hal yang serupa pada tahun keduaku di Hogwarts ketika dia menyelipkan buku hariannya Voldemort muda di kualinya temanku."
"Jadi sarung tangan itu milik Pangeran Kegelapan?" Krum memandang ke bawah dan menggaruk-garuk dagunya.
"Karena itu aku ingin tahu di mana benda itu berada kini. Sarung tangan itu sangat berbahaya," kata Harry.
"Seberapa berbahaya?" tanya Krum.
Walaupun ingin, tapi Harry benar-benar tidak bisa mengatakan pada Krum kalau sarung tangan itu adalah sebuah horcrux. Jadi dia memutuskan untuk menggunakan taktik setengah kebenaran lagi.
"Aku tidak begitu tahu. Yang kutahu hanyalah sarung tangan itu merupakan peninggalan salah satu pendiri Hogwarts dan memiliki suatu kekuatan sihir."
Harry mencemaskan Krum tidak akan puas dengan penjelasannya ini dan akan menuntut lebih banyak lagi. Tapi dugaannya salah.
"Baiklah. Ikuti aku. Stanislav ada di kastil. Silakan." Krum berkata sambil mempersilakan Harry untuk jalan duluan.
Perasaan senang Harry menguburkan rasa curiga kenapa Krum tidak menuntut penjelasan lebih lanjut dari Harry. Maka Harry berjalan ke arah dari mana tadi dia datang dengan Viktor Krum berjalan di belakangnya.
Baru berjalan beberapa langkah, sebuah suara terdengar dari belakangnya, "stupefy."
Harry pun tersungkur tak sadarkan diri di tanah.
Chapter XI masih di beta oleh Ireth Halliwell.
