Disclaimer : Same as before.

CHAPTER XIII: MISSION IMPOSSIBLE II

Ketika dia membuka matanya, hal pertama yang bisa Harry lihat adalah bulatnya bulan yang terbang di angkasa dan memancarkan cahaya terang.

Harry melihat sekelilingnya, dia tampaknya berada di sebuah atap rumah. Dobby berdiri tidak jauh darinya.

"Dobby?" suara Harry amat lemah dan serak.

"Harry Potter sudah bangun. Harry Potter membuat Dobby khawatir." Dobby menghampiri Harry dengan hati-hati karena atap rumah tersebut yang bentuknya melengkung.

Harry bangkit duduk. Dia memegangi kepalanya akibat rasa sakit di kepalanya. "Sudah berapa lama aku pingsan?"

"Sekitar sepuluh menit, Harry Potter sir."

"Ada dimana kita sekarang?" tanya Harry.

"Harry Potter dan Dobby sekarang berada di atap rumah orang yang Harry Potter cari."

Harry langsung bereaksi mendengar perkataan Dobby, "maksudmu ini rumahnya Stanislav?"

Tanpa menunggu jawaban dari Dobby, Harry merangkak perlahan di atap rumah dan mencoba untuk melihat apa yang terjadi di desa Baillago.

Yang dilihatnya benar-benar mengejutkan. Tidak pernah Harry melihat pemandangan mengerikan seperti ini. Di sana sini berserakan orang-orang yang berlumuran darah. Teriakan-teriakan yang memilukan terdengar dari seluruh desa.

Harry melihat di kejauhan, mayat-mayat hidup inferi dengan jumlah yang banyak sedang mencoba mendobrak masuk rumah-rumah warga. Ketika mereka berhasil masuk, inferi-inferi itu langsung berdesakan masuk.

Tidak jauh dari tempat Harry berada, seorang gadis kecil terjatuh ke tanah setelah punggungnya terkoyak oleh seekor Werewolf. Jumlah werewolf yang menyerang desa itu memang bisa dihitung dengan jari, tapi kerusakan yang mereka timbulkan jauh lebih besar dari rekanan mereka yang berjumlah besar.

Inikah medan perang yang sesungguhnya? Dalam mimpi terburuknya pun, Harry tidak pernah menyaksikan keadaan seperti ini. Seolah-olah neraka telah memutuskan untuk memindahkan lokasinya ke desa kecil ini.

Harry tidak sanggup melihat lagi, dia membalikkan tubuhnya dan kembali memandangi bulan purnama. Harry merasa kesal karena tidak dapat berbuat apapun. Dengan kondisi tubuhnya kini, dia tidak dapat berharap banyak untuk menyelamatkan para warga desa. Dia hanya bisa berharap tubuhnya masih kuat untuk mendapatkan sarung tangan Ravenclaw dari Stanislav. Karena apabila dia berhasil menghabisi Voldemort untuk selamanya, tidak akan ada lagi kejadian seperti ini.

Baru saja nama Stanislav terngiang di kepalanya, terdengar geraman Werewolf yang Harry yakin berasal dari bawahnya. Itu artinya rumah dari Stanislav tersebut telah berhasil dimasuki oleh paling tidak satu werewolf.

"Dobby. Kembalilah ke flat dan ambil pedang Godric Gryffindor dari kamarku."

Dobby ragu-ragu sejenak sebelum Harry mengatakan, "cepat!". Kemudian Dobby menghilang dalam sekejap mata.

Terdengar teriakan-teriakan dari rumah tersebut sekarang. Suara perempuan juga laki-laki. 'Cepat Dobby.'

Ada alasan tersendiri kenapa Harry menyuruh Dobby membawakannya pedang Gryffindor. Itu karena pedang tersebut terbuat dari perak. Werewolf hanya bisa dibunuh dengan menusukkan benda perak ke jantungnya. Dan benda perak yang dimaksud haruslah yang asli, perak hasil transfigurasi terbaik pun tidak ada pengaruhnya sama sekali. Werewolf juga amat tahan terhadap sihir sama seperti halnya raksasa.

'Beruntung Snape menyuruh kami membuat essay tentang Werewolf di tahun ketiga.'

Dobby muncul beberapa detik kemudian dengan pedang Gryffindor di kedua tangannya. Harry langsung mengambil pedang tersebut dan bersiap-siap turun dari atap.

"Tunggu di sini, Dobby."

Dobby menolak, "tidak. Dobby bisa membantu Harry Potter."

"Terlalu berbahaya di sana, Dobby," ucap Harry frustasi.

"Dobby bisa menjaga diri," dia membusungkan dadanya. "Sihir peri rumah tidak bisa diremehkan. Apa Harry Potter lupa kejadian dengan Mister Malfoy?"

Harry mengira hal itu ada benarnya juga. Dia juga tidak punya waktu banyak untuk berargumen dengan Dobby.

"Baiklah, kau harus terus berada di belakangku."

Harry melompat turun. Sebenarnya atap dari rumah satu lantai itu tidaklah terlalu tinggi, tapi karena kakinya yang lemas, Harry terjerembab ketika dia mencapai bawah.

Rumah yang hendak dia masuki ini tidak hanya pintunya yang telah terkoyak terbuka, tapi juga tembok di sekitarnya runtuh. Tanpa mempedulikan kondisi tubuhnya yang lemah, Harry memasuki rumah itu dengan pedang Godric Gryffindor tergenggam kuat di tangan kanannya.

Rumah sederhana itu berantakan sekali. Meja dan kursi terbalik, barang-barang berserakan, dan tidak jauh dari pintu masuk, seorang pria dewasa terbujur kaku di lantai. Kondisinya sungguh mengerikan. Sepertinya dia sudah tidak terselamatkan lagi.

'Dia bukan Stanislav,' Harry sedikit lega setelah melihat dengan lebih jelas wajah lelaki itu.

Suara geraman dan teriakan yang tadi Harry dengar kini tampaknya telah berpindah kebagian belakang rumah. Dia langsung bergerak kembali.

Harry berjalan melewati dapur yang juga sudah tidak karuan kondisinya. Dia masih mengikuti asal suara tersebut. Dia terus berjalan sampai akhirnya dia berada di sebuah pekarangan rumah. Di sana dia menemukan apa yang dia cari.

Dua ekor werewolf sedang mengintimidasi satu orang penyihir muda yang mengacungkan tongkatnya ke arah dua werewolf tersebut.

"Sialan! Kalian membunuh adikku!" ucap penyihir muda itu dengan marah. Di sebelahnya tergeletak seorang gadis muda dengan darah di sekujur tubuhnya.

"Stanislav!" panggil Harry. Pemuda itu menoleh. Begitu juga dengan kedua werewolf tersebut.

Satu Werewolf mengalihkan perhatiannya kepada Harry. Werewolf itu mempertontonkan taring-taringnya yang besar.

"Dobby. Lindungi Stanislav!" begitu Harry mengucapkan hal ini, Dobby langsung muncul di depan Stanislav setelah suara crack. Jari panjangnya terarah pada Werewolf.

Harry langsung berguling-guling ke arah kanan begitu werewolf di hadapannya menerkam dengan cepat sekali. Beruntung serangan itu hanya merobekkan lengan baju Harry tanpa menyentuh kulitnya.

Werewolf berukuran besar itu kembali menyerang dan Harry menghindari dengan cara yang sama. Dia tidak menyangka Werewolf bisa bergerak secepat ini. Pedangnya hampir saja lepas dari genggamannya.

Harry benar-benar fokus pada pertarungannya sendiri. Dia bahkan tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan Dobby dan Stanislav. Werewolf yang dia hadapi sekarang amatlah kuat. Bila dibandingkan, werewolf ini berukuran lebih besar dan lebih menyeramkan daripada Lupin.

Harry mengayun-ayunkan pedangnya ke muka si serigala besar itu. Si werewolf bergerak ke kiri dan menerkam. Harry terlambat bereaksi dan werewolf itu kini berhasil menggigit pedang Harry.

Harry mencoba melepaskan pedangnya tetapi karena jarak yang dekat, werewolf itu mengayunkan taringnya ke perut Harry. Mantan murid Hogwarts ini terpaksa harus merelakan pedangnya dan berguling ke belakang. Punggungnya menghadap tembok.

Si werewolf membuang pedang Gryffindor yang berada dalam gigitannya cukup jauh dan kembali menyerang Harry.

Harry kembali berhasil menghindar dan si Werewolf menabrak tembok sampai tembok itu runtuh.

'Kesempatan.' Harry mengeluarkan tongkatnya, "accio pedang."

Pedang perak itu langsung terbang ke tangan kanan Harry. Dia langsung mendekati werewolf tersebut yang masih belum pulih karena kepalanya menabrak tembok beton secara langsung.

Dari belakang, Harry menusuk werewolf itu di jantungnya. Si werewolf melolong kesakitan. Badannya menggelepar.

'Oh-uh, bukan jantungnya.' Harry menarik kembali pedangnya dan kali ini sasarannya tepat. Suara kesakitan yang keluar dari mulut werewolf itu bukanlah suara layaknya serigala, tapi suara manusia.

Harry menarik pedangnya dan kini dihadapannya berbaring seorang manusia dengan lubang besar di punggungnya.

Harry merasa jijik dengan dirinya sendiri. Dia kembali membunuh manusia. 'Apa yang membedakan aku dengan Voldemort?' pikirnya.

Tetapi otaknya mengatakan kalau laki-laki di depannya ini tidak sepenuhnya tidak bersalah. Orang ini pasti dengan sukarela ikut dalam serangan ini. Tapi hal itu tidak mengurangi rasa bersalah di dada Harry.

Terdengar geraman keras. Harry menoleh dan mengetahui kalau suara itu berasal dari werewolf yang menyerang Dobby dan Stanislav. Dia benar-benar sudah lupa dengan mereka.

Tapi sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Entah kenapa werewolf yang berukuran lebih kecil dari yang dihadapi Harry itu kabur dari pekarangan rumah dan hilang di balik pagar pembatas rumah.

"Harry Potter sir! Kemari!" ucap Dobby dengan panik.

Harry sadar apa penyebab kepanikan Dobby begitu dia melihat Stanislav yang terbaring di tanah.

Harry menghampiri teman dekat Viktor Krum yang terbaring terlentang itu. Tangan kanan Stanislav terluka parah. Sepertinya werewolf yang tadi berhasil melukai Stanislav dengan cakarnya.

"Aaaaa...sakit sekali..."

"Bertahanlah, Stanislav," kata Harry. "Dobby. Kau bisa mengobatinya?"

"Dobby bisa mencoba," peri rumah itu memegangi tangan Stanislav yang terluka. "Lukanya dalam sekali."

"Biarkan saja..." Stanislav menolak diobati. Dia menatap Harry, "a-apa benar k-kau Harry Potter?" Harry mengangguk.

"Apa y-yang kau lakukan d-di sini?" ucap Stanislav dengan terbata-bata.

Harry memikirkan sejenak apa yang harus dikatakannya. "Dua tahun yang lalu ketika kau baru kembali dari Hogwarts. Apa ada suatu benda yang bukan milikmu terbawa?"

"M-maksudmu, s-sarung tangan Ro..wena Ravenclaw?"

Harry membelalakkan matanya, "kau tahu itu apa?"

Stanislav menggangguk pelan. Dia terbatuk dan keluar darah dari mulutnya. "Ayahku m-mengatakan kalau benda i-itu berbahaya. K-karena itu kami menyembunyikannya."

"Di mana? Di mana kau menyembunyikannya?" tanya Harry penuh harapan.

"Di...di..." cahaya kehidupan sepertinya mulai meninggalkan Stanislav.

"Di mana, Stan? Bicaralah" Harry mencoba untuk tenang. Tetapi dalam hatinya dia gugup setengah mati.

"Di...di..."

Harry mendekatkan kupingnya ke mulut Stanislav. "Di mana? Ayo bisikkan saja padaku."

Stanislav menghembuskan napas terakhirnya setelah mengucapkan, "base...ment."

"Basement," Harry bangkit. "Sarung tangan itu ada di ruang bawah tanah rumah ini."

Tanpa disuruh, Dobby langsung menghilang dan kembali tidak lama kemudian dengan satu pasang sarung tangan berwarna biru di tangannya.

Mata Harry berair. Setelah segala perjuangan yang telah dia lakukan, akhirnya dia berhasil mendapatkan horcrux ketiga itu. Dia juga bisa melihat ekspresi kegembiraan dari wajah Dobby. Tapi ekspresi itu langsung hilang secepat munculnya.

"AWAS!" peringat Dobby.

Ada sesuatu yang menerjang dari belakang Harry. Apapun itu, Harry merasakan rasa sakit yang luar biasa di lehernya. Dia berteriak lebih keras daripada yang pernah dia teriakkan.

"Jangan melukai Harry Potter!" setelah Dobby mengatakan itu terdengar letusan keras dan makhluk yang menerkam Harry terlepas dari badannya. Harry merasakan daging lehernya terlepas dan darahnya mengalir deras.

Dia melihat kepada makhluk yang menyerangnya. Ternyata yang menggigit lehernya itu adalah sebuah inferi. Inferi itu kini telah kehilangan kepalanya setelah di serang oleh Dobby.

"Harry Potter sir."

Harry memegangi luka di lehernya untuk mengurangi volume darah yang keluar.

"Ayo pergi dari sini, Dobby," ucap Harry. Berbicara saja membuatnya kesakitan.

"Harry Potter harus pergi ke rumah sakit," teriak Dobby setelah melihat Harry mengeluarkan medali berlambangkan Gringgot's. "Dobby tidak bisa menyembuhkan luka seperti itu.

"Kita tidak pulang ke flat, Dobby. Kita akan ke Gringgot's"


Griphook meneguk habis kopinya dari sebuah cangkir mewah di kantornya. Semua tugas telah selesai dia lakukan dan Goblin muda ini bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya.

Dia merefleksi kembali apa yang telah terjadi padanya selama beberapa bulan terakhir ini. Griphook masih tidak percaya dengan keberuntungan yang dialaminya. Dia bisa menempati kantor yang luas dan bagus ini benar-benar diluar dugaannya.

Semua terjadi pada pertengahan musim panas ketika Griphook telah selesai melayani seorang nasabah Gringgot's dalam mengambil koin di lemari besinya. Dia tiba-tiba dipanggil oleh supervisornya untuk datang ke kantornya.

Pada saat itu Griphook bertanya-tanya untuk apa tuan Hrothgar memanggilnya. Setahu dia, tidak ada kesalahan yang dia lakukan. Tetapi pasti ada alasan yang bagus supervisor yang galak itu memanggilnya.

Ketika sampai, dia mendapatkan tidak hanya tuan Hrothgar yang berada di kantornya, tetapi juga seorang remaja yang wajahnya sering dia lihat di koran-koran penyihir. Tapi bukan itu yang mengejutkannya, karena beberapa saat setelah dia masuk, supervisornya itu mengatakan bahwa Harry Potter ingin menjadikannya penanggung jawab keuangannya.

Griphook hampir yakin ada yang bermasalah dengan kuping lancipnya pada saat mendengar itu. Setelah penjelasan singkat, Griphook mengetahui bahwa selama ini sebelumnya masalah keuangan Harry Potter ditangani langsung oleh Albus Dumbledore. Tapi karena penyihir yang sangat dihormati oleh para Goblin itu telah tiada, Harry Potter menginginkan Griphook untuk menggantikannya.

Hal ini hampir tidak pernah terjadi, seorang penyihir menghendaki seorang Goblin untuk menjadi orang yang dipercaya untuk mengurus keuangannya. Biasanya keluarga-keluarga penyihir kaya lebih memilih seorang penyihir untuk melakukannya.

Tidak hanya itu saja, Harry Potter memilih dirinya yang hanya seorang pegawai rendahan di Gringgot's cabang london. Entah apa yang ada di pikiran remaja paling terkenal saat ini itu. Griphook memang pernah bertemu dengan Harry Potter, tapi itu hanya sekali dan dalam kapasitas sebagai seorang pegawai Gringgot's yang membantu nasabahnya, tidak lebih dari itu.

Tetapi akhirnya, Griphook tidak melewatkan kesempatan emas ini. Dan karena keputusannya itulah dia kini bisa duduk di kantor ini.

Menjadi penanggung jawab keuangan Harry Potter tidaklah mudah. Keluarga Potter menanamkan modalnya di berbagai macam usaha hampir di seluruh Eropa, termasuk di dunia muggle. Dan diantara usaha-usaha itu tidak semuanya menguntungkan, sehingga Griphook harus menarik investasi yang merugi itu dan menanamkannya kembali di sektor lain. Sedangkan di usaha yang kira-kira masih menyimpan harapan, Griphook menyuntikkan dana ke usaha tersebut supaya lebih sehat.

Tidak hanya itu, Harry Potter juga ternyata merupakan penguasa dari kekayaan keluarga Black. Kekayaan keluarga ini sudah lama sekali terbengkalai karena tidak ada yang mengurusnya. Tapi tetap saja, kekayaan keluarga Black tidak kalah dengan keluarga Potter. Dan yang terberat dari menangani finansial keluarga Black adalah kunjungan rutin dari pengacara kiriman Narcissa Malfoy yang menuntut agar dia mendapatkan hak atas kekayaan keluarga Black.

Tapi secara keseluruhan, segalanya berjalan amat baik bagi Griphook. Perubahan status kliennya dari pahlawan menjadi musuh masyarakat sihir juga tidak terlalu mengganggunya. Memang Kementrian yang bodoh itu menuntut agar Griphook memberitahukan kepada mereka keberadaan Harry Potter. Tapi Griphook seperti halnya pegawai Gringgot's yang lain memiliki kekebalan hukum.

Griphook tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi dengan kliennya sehingga menyebabkan dia menjadi buronan Kementrian. Tapi Griphook yakin orang yang telah kehilangan banyak karena ulah Dia-Yang-Namanya-Tak-Boleh-Disebut, tidak mungkin menjadi anak buah penyihir kejam itu.

Griphook tersadar dari lamunannya ketika suara detektor Portkey berbunyi di kantornya. Itu artinya Harry Potter akan datang mengunjunginya.

Memang benar Harry Potter yang datang, tapi kondisi Harry Potter yang ini benar-benar di luar dugaannya. Kliennya itu mengenakan pakaian yang berlumuran warna merah, tidak diragukan lagi itu adalah darah. Mr Potter sendiri tampak sangat kesakitan sambil memegangi lehernya. Sementara itu, ada peri rumah di sebelahnya yang langsung melompat ke arah Griphook. Peri rumah itu berteriak keras meminta bantuan Griphook.

Dengan segera, Griphook mengambil alat komunikasinya dan meminta agar tim medis untuk datang ke kantornya.

Beberapa menit kemudian, Harry digotong dengan tandu keluar dari kantor Griphook.

Saat ini kekuataannya sudah hilang. Dan hal terakhir yang ada di pikirannya adalah, 'aku tidak bisa melakukan ini sendirian. Aku butuh bantuan.'


Berpuluh-puluh kilometer dari situ, Ron Weasley dan Hermione Granger tiba-tiba bersin secara bersamaan ketika mereka sedang berciuman di kamar utama keluarga Black.

"HATSYIII!"

Mereka memisahkan diri sambil menyeka ingus lawan cium mereka.

Mereka berdua tertawa.

"Wah, itu aneh sekali," ucap Ron. "Apa ini karena aku belum mencukur kumisku?"

Pintu kamar terbuka keras.

"Hermione," Mrs Weasley berdiri di ambang pintu.

Melihat amarah di wajah ibunya, Ron mengharapkan yang terburuk, "kami tidak melakukan apa-apa."

Tapi Mrs Weasley tidak mempedulikan anaknya, "Hermione...orangtuamu."