*Naruto Pov*
"aku bilang kau sama sekali tidak bisa diharapkan, mungkin itu kata yang lebih baik dan bisa kau mengerti." Ujar Alisa kepada ku, sementara itu aku menggertakkan gigiku.
"siapa juga yang mau dengan iblis betina yang sama sekali tidak imut seperti mu." Ujar ku, gadis ini adalah mahluk yang sangat jelita, dia tidak imut tapi sangat imut, dalam hal ini aku tidak berbohong.
"kalau begitu tunggu saja, aku akan membuat mu tidak bisa berpaling dari pada ku." Ujar gadis itu dengan penuh percaya diri, gadis itu adalah gadis yang Bernama Alisa, seseorang yang selalu kuandalkan dan sampai sekarang tidak diketahui dimana rimbanya dan tak kunjung pulang.
*Naruto Pov End*
Trigger Devil
Semua anime yang ada disini buatan pencipta masing-masing saya tidak memiliki apa-apa selain dari cerita ini
Summary : ini adalah kisah tentang seorang iblis, iblis yang bertarung demi apa yang ia ingini dan iblis yang akan melakukan apapun demi mencapai tujuannya…
Chapter 8 (Bond Part 2 Rean's Heart)
*Alisa Pov*
Malam di Madrid benar-benar indah, langit bertabur bintang membuat ku merasa benda-benda itu benar-benar menarik hati dan ingin kubawa dan kujadikan hiasan pada rambut ku.
Namun pada saat ini ada hal yang lebih penting yang harus ku lakukan, pagi ini Rean tengah pergi menuju ke Barcelona, dan Maine pun tengah tidak ada, jadi ini adalah saat yang tepat bagi ku untuk mengetahui apa saja yang disembunyikan didalam kantor Rean.
Bukannya aku tidak percaya kepada tunangan ku, tapi hanya saja aku tidak ingin ada yang di tutup-tutupi dari ku, dan bila dia mempunyai selingkuhan maka akan kubuktikan bahwa diriku lebih baik daripada selingkuhannya itu dan membuatnya tidak bisa berpaling dari ku.
"berpaling?" satu kata itu memicu panas ku, entah kenapa kata itu membuat ku mengingat sesuatu, tapi ini bukan saatnya untuk itu, dadaku terasa sesak, mata ku terasa berair, namun tetap saja aku harus menemukan sesuatu yang disembunyikan di ruangan ini.
Sesaat aku memasuki ruangan ini aku melihat sebuah lukisan besar, lukisan yang menggambarkan aku dan Rean, namun entah kenapa model rambut Rean agak berbeda dan juga Rean terlihat tersenyum tanpa beban, hal itu membuatku tersenyum, namun agak aneh warna iris mata Rean yang berada di lukisan dan yang berada di sini itu cukup berbeda, iris mata Rean yang bersama ku berwarna Lilac, sementara yang berada di lukisan itu berwarna Violet.
Hal itu cukup aneh, mengingat Rean tidak pernah menceritakan hal ini kepada ku, kalau ia dulu memiliki warna mata Violet, lalu aku melihat ke bingkai foto dibawah dimana terlihat Rean bersama dengan seseorang pria kekar tua berambut biru, mereka terlihat bertengkar, namun ada tulisan dibawahnya.
"Gunther, dan Naruto Sitri." Aku mengucapkan kedua nama itu, mata ku merasa tidak asing dengan itu, aku merasa nama itu benar-benar dekat dengan ku, sebuah nama dimana aku ingin menggapainya, perasaan panas membara mengelilingi diriku, serasa diriku terbakar, irama jantungku semakin tidak teratur, perasaan apa ini.
Kepala ku terasa sangat pusing dan juga perlahan aku kehilangan kesadaran ku.
*Alisa Pov End*
*di kuoh*
Kini Maine, berada di kuoh ditempat yang penuh kenangan, ia merasakan air matanya mengalir, sebagai tanda ia merindukan moment yang ia lalui di tempat ini.
"Onee-chan kenapa menangis?" Maine melihat seorang anak perempuan kecil berambut biru sepertinya,
Dirinya paham kalau ia tengah melihat dirinya di masa lalu, dimana ia masih belum memiliki kekuatan dan baru belajar cara mengontrol sihir, Maine hanya bisa tersenyum.
"mata Nee-chan hanya kemasukan debu kok." Ujar Maine kepada Maine kecil itu, sementara itu Maine kecil hanya tersenyum.
"Nee-chan kalau tersenyum terlihat sangat cantik loh." Ujar Maine kecil kepada Maine, hal itu membuat Maine tersenyum, ia menatap Maine kecil sambil memberikan sebuah Liontin kecil kepada Maine kecil.
"ini untuk mu, terima kasih sudah menemani ku." Ujar Maine dewasa memberikan Maine kecil sebuah Liontin, sementara itu Maine kecil hanya menerimanya.
"terima kasih Onee-chan." Ujar Maine kecil.
"ah rumah mu dimana, biar Nee-chan antar." Maine sengaja mengatakan itu, ia memiliki sebuah keinginan setidaknya ia ingin melihat ayahnya, sudah sangat lama ia tidak bisa melihat ayahnya.
"ah terima kasih Onee-chan." Maine kecil hanya tersenyum dan membimbing tangan Maine besar.
"Ah Maine darimana saja kau?" sebuah suara sosok yang benar-benar ingin dilihatnya, sosok yang ingin kembali ia dengar suaranya, sosok ayahnya.
"ah itu ayah." Ujar Maine kecil sambil melepaskan tangan Maine besar dan berlari kepada ayahnya.
"aku tadi habis dari sana sama Nee-chan itu." Ujar Maine kecil mencoba menunjuk Maine besar, namun Maine besar sudah tidak ada lagi disitu.
Maine besar mengawasi dari tempat tinggi menggunakan sihir teleportasi miliknya.
"setidaknya melihatnya dari jauh, ia hidup sehat dan baik benar-benar membuat ku senang ayah." Ujar Maine senang.
*Di Singularitas*
Terlihat Hyodo Issei dan Gawain sudah selesai berkelahi, dan terlihat bahwa Gawain lah pemenangnya, sebenarnya cukup mengagetkan seharusnya Hyodo Issei hanya bisa melakukan Balance Breaker selama 30 menit namun ia bisa menahannya hampir dua hari lebih.
Namun bersama Naruto kini Naruto menatap tajam perempuan yang mengatakan sesuatu yang benar-benar membuatnya Nostalgia.
"jadi, apa yang kau mau." Sebagai seorang iblis ketika mereka menginginkan sesuatu maka harus ada yang diberikan, Naruto menginginkan informasi lebih, dimana dirinya yang dari masa depan? Dan mungkin saja dirinya di masa depan yang sudah mengambil Alisa, ada kemungkinan seperti itu kan?
"hoo tidak ada, aku harus datang lain kali, untuk saat ini tidak ada padamu yang aku ingini." Ujar perempuan itu, Naruto menatap tajam perempuan itu dan bersiap untuk berkelahi, ia bahkan sudah menyiapkan sihirnya.
"kembalilah!" ujar serius perempuan itu lalu terlihat ada dua Black Hole yang tercipta, satu dibelakang Naruto, satunya lagi dibelakang Issei,
"ooi!" Naruto terlambat, ia sudah dilempar keluar dari Singularitas, Singularitas itu masih ada namun seperti ada penghalang untuk memasukinya.
"Tch perempuan jalang itu." Ujar Naruto kesal sembari melihat Issei yang sudah tepar dibawah kakinya.
"maa tapi cukup bagus juga, aku sudah mendapat bidak yang kuat, aku rasa kekuatannya sudah setara saat ia berhadapan dengan Sairaorg." Ujar Naruto melihat Issei yang masih tepar.
"Alisa dimana kau?" gumam Naruto sambil menatap ke langit.
Di Madrid sendiri Rean Schwarzer baru saja kembali dari Barcelona, ia pulang lebih awal dari yang dijadwalkan, hal ini dikarenakan otak jeniusnya berhasil membuat para pengusaha dan pejabat di Barcelona mau tidak mau ikut dalam proyek besar yang akan dilakukannya, sebuah proyek yang cukup besar untuk membuat negara matador ini menjadi salah satu negara maju yang memiliki kekuatan finansial yang besar.
*Rean Pov*
Aku berjalan didalam gedung kantor ku, menuju ke ruangan tempat aku bekerja, sebuah ruangan penuh kilas balik dari masa lalu yang berhasil aku bawa, sebuah ruangan yang akan mengingatkan ku perjuangan dari rekan-rekan ku yang kubiarkan untuk pergi selamanya.
Ketika aku hendak membuka pintu, aku melihat pintu sama sekali tidak tertutup, sebuah kegelisahan merambat, aku berharap lebih baik maling yang masuk daripada orang yang benar-benar sudah kularang untuk masuk kedalam kamar ini, ya orang yang paling aku kasihi adalah orang yang paling tidak ingin agar ia tidak pernah masuk kedalam ruangan ini.
Pernah sekali aku berpikir kalau sebaiknya aku buang saja barang-barang peninggalan itu, namun Maine dengan keras menolaknya, ia mengatakan mengapa kamu ingin menyingkirkan semua kenangan yang kita dan rekan-rekan kita lalui selama kehidupan ini, sebuah bukti kehidupan yang tidak adil, dan penuh dengan ketimpangan.
Karena Maine bersikeras maka aku mau tidak mau menyimpan semua benda peninggalan ini didalam ruangan ini, aku melihat kedalam dan aku mendapati sebuah kejadian yang sangat tidak kuinginkan, aku melihat Alisa pingsan didepan foto ku dan Gunther , Alisa sudah melihatnya, Alisa melihat bagaimana aku dulu, kenapa hal ini terjadi kenapa Alisa tidak menuruti ku, dan tetap untuk tidak memasuki ruangan ini?
Dengan langkah pelan ku gendong Alisa, dan kubawa dia kembali ke kamarnya, pada akhirnya pilihannyalah yang akan menentukan semuanya, apakah ia ingin bersama aku yang sekarang atau bersama dengan aku yang di masa ini.
Namun aku tidak ingin hanya sekedar memberikannya kepada diriku yang berada di masa ini, aku benar-benar paham bagaimana tabiat diriku di masa ini, dimana diriku masih ingin menjadi raja harem, karena itu aku tidak bisa memberikan Alisa kepada diriku yang berada di masa ini, setidaknya sampai aku memastikan apakah dia pantas bersama kembali dengan Alisa atau tidak.
Namun melihat Alisa akan pergi benar-benar membuat ku sakit, apakah aku benar-benar bisa melepasnya? Atau haruskah aku menjadi egois dan membunuh diriku dimasa ini agar aku bisa bersama dengan Alisa?
Pikiran itu benar-benar mengganggu ku, ku baringkan Alisa ditempat pembaringannya, aku melihatnya terlelap sambil menahan sakit, aku berpikir mungkin saja ia tengah melihat ingatan di masa lalunya,
Lalu aku pergi dari kamar tempat pembaringan Alisa menuju keatap gedung dan menatap bintang-bintang disana.
Rean Schwarzer atau Naruto Sitri? Siapa peduli tentang itu?! Aku merasa marah, marah dan muak, meski kami adalah satu eksistensi yang sama, bahkan kami adalah orang yang sama, kenapa aku tidak bisa memiliki Alisa?
Apa aku harus sedikit egois, dengan menghapuskan eksistensi Naruto Sitri dari dunia ini sehingga tidak akan ada dua Naruto Sitri di dunia ini?
"Maine, apa yang harus ku lakukan, apa aku harus membunuh Naruto Sitri yang ada didunia ini?" aku bertanya kepada Maine, aku sangat berharap Maine memiliki solusi dari masalah ku ini, karena Maine merupakan keturunan dari Solomon sang raja paling bijak dan paling mengerti tentang sihir.
"bila kau membunuh Naruto Sitri, ada kemungkinan Eksistensi mu juga akan hilang, apa kau lupa Naruto Sitri di jaman ini adalah dirimu di masa lalu?" tanya Maine kepada ku.
"lantas jika aku menghilang maka Naruto tidak akan terbunuh dan karena Naruto tidak terbunuh aku pun tidak akan hilang." Gumam ku sambil menatap langit, inilah salah satu yang kubenci dari peraturan dunia, inilah konsep paradox.
"yang harus kau lakukan hanyalah pasrah tempat mu diambil oleh dirimu di masa lalu." Ujar Maine sambil menghela nafas, sebuah pernyataan yang sama sekali tidak ingin kudengar dari seorang yang memiliki garis keturunan dengan raja Solomon ini.
"apa tidak ada jalan lain?" tanya ku pasrah.
"kau hanya bisa berkata jujur kepada Alisa, dan menunggu reaksi Alisa, bila Alisa memilih mu maka tidak ada alasan bagi mu untuk mengembalikannya kepada Naruto." Ujar Maine sambil menghela nafas dan mulai menyalakan rokoknya.
"hei perempuan tidak baik merokok." Ujar ku kepada Maine.
"berisik ah Nii." Ujar Maine sambil merokok.
"namun menurutku lebih baik Nii mengembalikan Alisa kepada Naruto." Ujar Maine membuat aku menoleh kearahnya.
"kenapa kau mengatakan itu?!" ujar ku dengan nada serius dan terasa aku tengah meledak-ledakan amarah ku.
"karena apa kau ingin lebih jauh lagi menyebabkan Butterfly Effect pada dunia ini?!" ujar Maine dengan nada serius, membuat mata ku sedikit melebar.
"kita telah menyebabkan Butterfly Effect pada kasus Hyodo Issei, sehingga Naruto mau tidak mau mengambil Issei menjadi bidaknya, padahal jika itu tidak terjadi, dia bisa mendapatkan bidak pawn yang mengomsumsi 16 bidak dalam peeragenya, atau dengan kata lain rekan kita, rekan kita di masa lalu yang selalu menyelamatkan kita?!" ujar Maine dengan nada benar-benar kesal dan marah, aku tertegun mendengarnya.
"dulu kita mendapatkan teman yang sangat kuat, apa kamu lupa tentang Saiki-Nii, bahkan dia telah mengorbankannya nyawanya hanya untuk kita pergi ke masa ini?!" ujar Maine dapat kulihat air mata mengalir dari matanya, dia terlihat benar-benar menahan semua ini.
Saiki Kusuo, dia adalah bidak Pawn ku yang benar-benar hebat, dia adalah orang yang mengomsumsi 16 bidak Pawn dalam proses pereinkarnasiannya, untuk iblis biasa mungkin ini adalah hal yang mustahil, namun bagi ku yang sudah memiliki dua Evil Piece mereinkarnasikan orang dengan 16 bidak bukanlah hal sulit.
Dia adalah bidak Pawn yang hebat, bahkan kami melakukan rating game dengan Sairaorg kami bisa dengan mudah memenangkan pertandingan, karena adanya Saiki, namun di masa ini semuanya berubah, aku merubah scenario dimana harusnya Naruto mereinkarnasikan Saiki, malah ia mereinkarnasikan Issei, jadi mustahil baginya untuk mereinkarnasikan Saiki.
"maaf." Itu adalah respon yang bisa kuberikan, aku sudah menginjak nyawa Saiki, dan kini Saiki tidak akan tertolong lagi.
"karena itu, mari kita kembalikan Alisa, dan buat Naruto membangun kekuatannya dengan baik, aku juga akan melatih Maine kecil untuk bisa melakukan sihir yang bisa membuat mu tetap sadar walau kau sedang dalam mode kutukan mu." Ujar Maine kepada ku dengan serius.
"namun kita tidak akan memberikan Alisa dengan Cuma-Cuma, setidaknya mereka harus bisa berhadapan dengan diri mu dalam mode kutukan, jika mereka menang maka mereka bisa membawa Alisa kembali," ujar Maine serius.
"tidak, aku rasa aku akan bertarung sampai mati jika untuk urusan Alisa." Ujar ku dengan nada santai.
"maa, tidak masalah, bertarunglah sampai mati, aku akan berada di sisi netral untuk membantu Naruto mengalahkan mu." Ujar Maine sambil tersenyum.
TBC
Aloha, saya ingin minta maaf dan juga saya ingin bertanya, saya minta maaf bila memang kalian kurang suka dengan alur Alisa X Rean, dan memang dari awal saya tidak merencanakan hal itu akan terjadi, namun perkembangan kekuatan para Peerage dari Naruto harus terjadi dan saya berniat membuat Peerage Naruto menjadi lebih kuat lagi dengan pertarungan Rean Vs Naruto Team, dan juga saya ga tau ini masuk NTR atau engga tapi setahu saya selama pasangan kalian tidak melakukan *** dengan orang lain itu belum masuk NTR, masih di Cheating aja, baik sekian terima kasih atas Reviewnya dan saya juga memberitahu karena ada berbagai macam hal untuk chapter 9 dan seterusnya saya usahakan update seminggu sekali, update sehari sekali itu ternyata lebih sulit daripada yang dikatakan, oke kalau begitu Adios!
