"Jadi Kau pikir, aku tidak menyukai dada wanita?" Aku tersenyum sinis membalas tawa kerasnya. "Asal kau tahu, teman ranjangku selama ini adalah wanita. Hanya saja, baru kali ini aku memiliki ketertarikan yang besar dengan seorang pria, dan itu kau. Aku siap membayar mahal untuk one night stand denganmu."
"Dan kau pikir, aku bersedia menjual one nigh stand untukmu?"
"Ya, walaupun aku tidak berharap banyak tentang itu. Tapi, aku ingin memberikan penawaran. Aku bersedia membayar one night standmu sebanding dengan 2 kali lipat gajimu di Bar ini selama 3 bulan."
"Kau gila."
"Aku tidak gila. Aku hanya memberikan penawaran. Dan kau cukup memenuhi kategori untuk penawaran yang mahal."
"Kau benar-benar membuang waktuku." Kai berdiri sambil menggendong tas gitarnya di punggung. "Berapa pun harga yang kau tawarkan, aku masih cukup waras untuk menolak melalukan seks dengan pria." Senyum meremehkan merekah di wajahnya sambil berlalu. Aku masih sempat-sempatnya mengagumi senyumannya. Ya, sepertinya dia benar-benar membuatku gila. Aku harus berlapang dada. Kai tidak mudah untuk dijerat. Bahkan, mungkin aku harus membuang jauh-jauh harapanku untuk bisa satu ranjang dengannya. Arrgh!
Dangerous Offer
Main Pair : KaiSoo
Warning: Typo(s), Kata-kata Kasar, Plot dan Ide masih dipikir sambil ngetik, DLL. Penulis baru, berantakan, harap maklum.
Disc: EXO belong to EXO-L
Don't Like, Don't Read
.
.
.
Happy Reading ^^
Chapter 2
Ugh. Aku terbangun karena rasa sakit luar biasa menyerang kepalaku. Entah berapa banyak vodka yang ku teguk tadi malam. Untung saja, hari ini libur. Aku tidak akan bisa konsentrasi menghadapi setumpuk dokumen di kantor jika hangover sialan ini masih bertengger di kelapaku. Aku melirik jam weker yang berada di meja, tepat di samping kepalaku. Pukul 08:01. Sepertinya aku harus kembali tidur.
"Good morning, babe." Suara wanita. Aku merasakan pelukan dari arah belakang tubuhku. Aish, sial! Aku membawa wanita lagi ke apartemen.
"Kepalaku masih sangat sakit dan aku ingin beristirahat. Aku rasa, kau harus pulang segera." Jawabku sambil menarik bed cover. Aku tahu wanita ini. Dia adalah salah satu sepupu dari kolega bisnisku. Sebelumnya, aku telah beberapa kali bertemu dengannya di pertemuan bisnis dan di bar. Tak ku sangka, dia mudah sekali untuk diajak tidur, bahkan saat aku sedang mabuk berat.
"Kau benar-benar seorang playboy kelas kakap, Dyo-ah." Katanya diikuti suara tawa yang ringan. "Tenang saja, aku tidak akan bertingkah seperti seorang gadis murahan yang selalu menempel padamu setelah melewatkan satu malam di ranjang tidurmu. Anyway, kau mau meminjamkanku kamar mandimu kan? Aku harus segera ke kantorku pagi ini, dan aku tidak punya waktu lagi untuk pulang ke rumah."
"Ya, tentu saja." Jawabku. Wanita itu segera turun dari tempat tidur dan masuk dalam kamar mandi. Kepalaku masih berat, memaksaku untuk kembali menutup mataku.
Selang beberapa menit, aku masih bisa mendengar dengan samar suara pintu kamar mandi terbuka. Juga suara langkah kaki yang perlahan mendekat, namun terhenti di depan meja kerjaku, tak jauh dari tempat tidurku. Setelah menekuni dunia bisnis, pikiran dan semua indraku sangat sensitif. Terjaga sampai larut malam dengan setumpuk dokumen, memaksaku untuk selalu berkonsentrasi. Hal yang sama terjadi pada pendengaranku.
"Wah, Dyo-ah! Tak kusangka kau memiliki benda seperti ini. Sisir Hello Kitty?!" Aku mendengar tawa ringan lagi dari wanita itu –Soojin-.
"Itu bukan milikku."
"Kalau begitu, ini milik wanita lain yang mengunjungi kamarmu? Daebak! Berapa banyak wanita yang telah menaiki ranjang mu, Dyo-ah?" Dia kembali berseru kehebohan. Wanita ini, lama-lama menbuatku kesal juga. Aku memilih diam, terlalu malas untuk menjawab pertanyaannya.
"Dyo, sepertinya aku harus pergi sekarang. Terimakasih untuk malam tadi. Aku akan meninggalkan nomor telfonku. Jangan sungkan untuk menghubungiku jika kau membutuhkan teman kencan. Terutama jika Kai tidak bisa menemanimu. Bye..." Apa? Kai? Aku segera terbangun saat mendengar kalimat terakhir dari Soojin.
"Kai?"
"Huh, iya. Kai. Yang kau sebut-sebut kemarin. Sebenarnya, Kai itu siapa, sampai membuatmu mabuk berat begitu? Seperti nama laki-laki saja."
"Yang aku sebut-sebut kemarin? Memangnya aku mengatakan apa?"
"Tak begitu jelas. Tapi, kau selalu menyebut namanya. Bahkan, saat kau dan aku melakukan semuanya di tempat tidur. Kau di campakkan ya? Jangan-jangan, kau tidur dengan ku karena kau mengira bahwa aku adalah Kai? Aigoo."
"Sudahlah. Sebaiknya kau pergi. Kau sudah sangat terlambat."
"Tampan, mapan, dan hebat di ranjang. Ternyata, masih ada saja wanita yang menolakmu." Soojin berjalan ke arahku sambil tersenyum, hingga wajahnya tinggal beberapa cm saja dari wajahku. "Jangan ragu untuk menelfonku. Bye." Cup. Dia menciumku tepat di bibir, kemudian berjalan keluar dari kamar. Beberapa detik setelahnya, kudengar pintu apartemenku tertutup.
"Benar. Tampan, mapan, dan hebat di ranjang. Yeah, masih ada saja yang menolak ku. Dan itu adalah Kai. Dan dia seorang Pria." Aku berkata sambil menghempaskan tubuhku ke ranjang.
Hebat. Aku bahkan menyebutkan nama Kai dalam adegan ranjangku bersama wanita lain. Kai, kau benar-benar hebat.
*** Windzhy Kazuma ***
Black Pearl Club. Aku kembali duduk di sofa favoritku, seperti kemarin malam. Gertakan dan penolakan kasar dari Kai tidak akan mudah untuk meruntuhkan keinginanku. Aku ini ambisius. Aku harus mendapatkan apa yang aku inginkan. Dari semua tempat di Black Pearl, hanya tempatku lah yang letaknya sangat strategis. Tidak terlalu dekat dengan panggung, namun dari sini, aku bisa melihat aktivitas di atas panggung, termasuk dia -Kai- yang sedang menyetel gitarnya. Aku tahu, dia menyadari kehadiranku di bar. Terbukti dari tatapan ku yang beberapa kali berpapasan dengannya, namun setelah itu dia mendengus dan mengalihkan tatapannya ke arah lain. Aku tersenyum dan tertawa dalam hati. Bocah ini, sangat keras kepala.
Beberapa menit kemudian, hampir semua pengunjung bar mengarahkan pandangannya ke arah panggung. Kai mulai bernyanyi, melantunkan suara khasnya sambil memetik gitar, ditemani oleh seorang wanita. Siapa yang tidak akan terpesona dengannya, senyuman dan tatapannya sangat menggoda. Kai membawakan 3 buah lagu bergenre jazz yang lembut. Saat hari semakin malam dan pelanggan Black Pearl semakin banyak berdatangan, Kai membuka pakaiannya. Mempersembahkan sebuah tarian sexy bersama dengan seorang wanita yang berbeda. Beruntung sekali wanita itu.
Sorakan dari pengunjung menambah panasnya temperatur Black Pearl malam ini. Aku meneguk setengah gelas wine yang ada di depanku. Jam 23.00. Menyebalkan! Besok adalah hari kerja. Aku harus segera pulang ke apartemen untuk beristirahat. Jika tidak, badanku tidak akan fit saat bangun esok pagi. Aku meletakkan beberapa lembar uang di atas meja dan melangkahkan kakiku menuju arah pintu keluar. Namun, seseorang memanggilku.
"Dyo-ah!" Chanyeol melambaikan tangannya.
"Ah, Chanyeol!" Aku menghampiri Chanyeol dan duduk di depan mejanya, sementara ia mencampurkan beberapa minuman.
"Kau sudah ingin pulang? Hey man, ini baru jam 11. Dan Kai-mu masih ada di sini."
"Aku tidak punya banyak waktu hari ini, Chanyeol-ah. Besok pagi-pagi aku harus ke kantor. Aku tidak mau mengambil resiko pulang larut malam dengan hangover di kepalaku. Sampaikan saja salamku dengan penari sexy itu."
"Kau sudah berhasil mendapatkannya?"
"Tidak. Maksudku, belum. Dia sangat cuek dan keras kepala."
"Hahaha. Yeah, menantang, bukan?" Chanyeol menunjuk arah panggung menggunakan dagunya. Aku mengikuti arah pandangnya, dan yang kudapati adalah Kai masih menari dengan wanita itu. Tarian dewasa dan menggoda.
"Sebenarnya dia laki-laki yang hangat. Tapi, terhadap orang baru sepertimu, apalagi dengan pernyataanmu yang hampir membuatnya stop jantung, dia akan sangat keras kepala. Jika kau masih tetap mendekatinya dengan sangat agresif, dia akan melakukan berbagai cara yang bisa membuatmu kesal setengah mati, sehingga kau berhenti. Kau harus mendekatinya perlahan. Berikan kesan yang tidak mudah dia lupakan." Lanjut Chanyeol.
"Baiklah, akan aku pikirkan. Thank's Chanyeo-ah. Sampai jumpa." Aku tersenyum. Chanyeol menganggukan kepalanya membalas senyumanku dan segera beralih ke pelanggan yang lain.
Kai-ah, aku akan membuatmu tidur di ranjangku. Tunggu saja tanggal mainnya, babe.
*** Windzhy Kazuma ***
"Damn! Seharusnya hal seperti ini harus ku ketahui lebih awal!" Aku melemparkan dengan kasar dokumen yang diberikan Irene –sekertarisku- ke atas meja.
"Maaf, Sajangnim."
"Apa saja yang kau lakukan, huh? Berapa lama kau menjadi sekertarisku? Seharusnya kau sudah belajar banyak dari setiap kesalahan yang kau lakukan!"
"Maaf, Sajangnim. Saya-"
"Perbaiki proposal ini dalam 2 jam! Jangan masuk ke ruanganku jika proposal ini belum beres!"
"Baik Sajangnim. Permisi."
Aku benar-benar emosi pagi ini. Bagaimana tidak, pembuatan resort baru di tanah sengketa yang setengah mati kudapatkan, terhambat karena proposal yang akan diberikan kepada sponsor belum selesai. Padahal, pertemuan dengan mereka akan dilaksanakan 3 jam lagi. Fucking Monday!
Dering telepon dengan lagu If You Leave – Musiq Soulchild ft Mary J Blige terdengar. Aku melirik malas handphoneku yang berada di atas meja. Baekhyun. Aish, si cabe ini, terakhir kali dia menelfonku untuk meminta bantuan agar ia tidak dipindahkan ke cabang perusahaan di London. Tapi, saat itu aku tidak bisa membantunya, karena pemegang kendali perusahaan adalah ayahku. Dan akibat keteledoran Baekhyun yang beberapa kali gagal menangani pembukaan cabang kecil di daerah, ia diperintahkan untuk belajar dan mengabdi selama 4 tahun di perusahaan London. Anak itu, kerusuhan apa lagi yang ia ciptakan di London?
"Ada apa?" jawabku ketus saat mengangkat telfon darinya. Aku kemudian mendengar tawanya yang renyah. Huh, dari tawanya saja, sudah bisa di tebak bahwa anak ini, tipikal pembuat onar.
"Hey, Hey! Kita tidak pernah berbicara bahkan lewat telfon selama hampir 2 tahun. Dan ini caramu menjawab telfon dariku? Aku ini sepupumu, dan aku masih hyung-mu!"
"Masalah apa lagi yang kau ciptakan di London?"
"Yakk! Kau ini spesialis pembuat Bad Mood di perusahaaan, ya? Seandainya saja aku berada di dekatmu sekarang, aku akan memukul kepalamu!"
"Baekhyun hyung, kau tidak bisa memukul kepala direktur utama seenaknya."
"Ah... Kau semakin berlagak ya setelah terpilih menjadi direktur utama. Baiklah Sajangnim, aku menghubungimu sebenarnya untuk meminta bantuan."
"Sudah ku duga."
"Tapi aku tidak melakukan kesalahan apapun disini! Swear!"
Aku bisa membayangkan, saat ini hyung-ku yang bodoh itu sedang mengangkat tangannya dan membuat V sign.
"Okey, lalu?"
"Aku ingin kembali ke Seoul."
"Tidak."
"Yakk! Huft. Aku benar-benar merindukan Korea, Dyo-ah. Kimchi, bulgogi, semuanya!"
"Tidak, hyung. Kau masih harus berada di London, setidaknya 2 tahun lagi. Setelah itu, kau bisa kembali."
"2 tahun lagi? Kau gila!"
"Kau tahu, aku memang gila. Tutup rapat keinginanmu untuk kembali ke Korea."
"Aku tidak akan membuat onar jika berada di Korea. Tidak lagi. Please! Untuk apa kau jadi Direktur Utama jika membantu hyung-mu dengan hal sekecil ini saja, kau tidak bisa? Payah!"
"Ayah akan membunuhku jika tahu kalau kau kembali ke Korea sebelum waktu yang sudah disepakati. Waktumu masih 2 tahun lagi, hyung."
"Kau bodoh atau apa? Paman tidak akan mencampuri urusan sepele seperti ini."
Aku terdiam sejenak sambil menarik nafas panjang. Percuma berdebat dengan Baekhyun. Dia selalu saja memiliki balasan dari setiap pertanyaan ataupun pernyataan yang diberikan.
"Baik. Kalau begitu, kau harus memiliki surat rekomendasi perpindahan dari kepala cabang perusahaan di London. Dengan itu, aku bisa percaya bahwa kau tidak akan membuat keonaran baru disini."
"SIAP Sajangnim! Terimakasih banyak, Dyo-ah. Kau tidak akan menyesal dengan keputusanmu, percaya padaku."
"Ya, ya. Hyung, aku sedang sibuk. Aku akan menutup telfon. Sampai jumpa."
"Bye..."
Aku menutup telepon. Berbicara dengan Baekhyun, walau hanya di isi dengan perdebatan, setidaknya berhasil membuatku sedikit lebih rileks. Sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi, aku tidak memiliki banyak teman. Semenjak kecil, aku telah dibentuk untuk menjadi orang yang kaku dan tahan banting. Keluargaku seakan menarikku dari dunia remaja yang penuh keceriaan, mimpi dan harapan. Tidak ada waktu untuk bermain dan bersenang-senang. Lingkungan pergaulanku juga diatur. Hanya terbatas pada keluarga, kerabat dan kolega bisnis. Dan Baekhyun hyung adalah orang yang paling dekat denganku. Aku terkadang heran, didikan yang didapatkan Baekhyun tidak jauh berbeda dengan yang diberikan keluargaku kepadaku. Tapi, dia tetap memiliki begitu banyak teman. Sedangkan aku? Lupakan.
2 jam kemudian, Irene datang membawa proposal yang telah di revisi. Sebentar lagi aku akan menemui kolega bisnisku dari China, Zhang Yixing. Dia memintaku untuk menemuinya di sebuah Coffe Shop.
*** Windzhy Kazuma ***
"Selamat siang, selamat datang." Pria berlesung pipi itu segera menyambutku dengan senyuman yang ramah dan mengulurkan tangannya saat aku tiba.
"Selamat siang. Ah, maaf atas keterlambatanku, Yixing-nim. Seharusnya saya yang menunggu anda." Kataku sambil menjabat tangannya.
"Tidak perlu seformal itu, Dyo. Panggil saja aku Lay. Kau tidak terlambat. Aku memang sengaja untuk datang lebih cepat. Coffe shop ini merupakan salah satu tempat favoritku di Korea."
"Oh, benarkah?"
"Ya, aku jamin, kau tidak akan menyesal memesan kopi disini. Oh ya, apa kau telah membawa proposal yang ingin perusahaanmu ajukan?"
"Ya, ini. Silahkan membacanya terlebih dahulu."
*** Windzhy Kazuma ***
Setelah beberapa menit membolak-balikkan proposal, Lay mengangkat kepalanya dan tersenyum.
"Idenya menarik. Jadi, kapan proyek ini kita laksanakan?" Lay menutup proposalku.
"Anda menerima proposal yang ku tawarkan?" nada suaraku meninggi sangking kagetnya.
"Tentu!"
"Ah, terima kasih banyak, Lay. Aku akan mengatur pertemuan selanjutnya untuk membahas teknis dari proyek ini lebih lanjut."
"Baik. Aku akan menunggu perusahaanmu menghubungiku. Well, silahkan minum, Dyo. Kopi ini sangat enak jika diminum selagi hangat."
"Ya, terima kasih." Aku meminum secangkir kecil espresso yang ada di depanku.
PRAANGG!
Suara gaduh dari arah belakang mengagetkanku. Aku menolehkan kepala ke belakang, mencari tahu apa yang terjadi. Tak jauh dari tempat duduk ku, beberapa gelas kosong pecah berserakan di lantai. Seorang pegawai tak sengaja menjatuhkannya, sepertinya.
"Bagaimana ini, Jongin-ah? Aku sudah tidak bisa mentolerir lagi kesalahanmu! Bereskan ini, dan bereskan lokermu. Aku akan memberikan gajimu, tetapi dikurangi dengan kekacauan yang kau lakukan!" seorang pria gembul berkumis –pemilik coffe shop, sepertinya- memarahi salah satu pegawai yang sedang berjongkok di lantai, memunguti pecahan gelas.
"Saya berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi, Sajangnim, saya mohon, jangan pecat saya..." pegawai itu berdiri, memohon. Aku kenal suara memohon itu.
"Maaf Jongin-ah, bisnis Coffe Shop ini adalah bisnis kecil. Kesalahan seperti ini sudah rugi besar bagiku. Dan lagi, kesalahan ini sudah beberapa kali kau lakukan. Sebaiknya kau cari pekerjaan lain saja." Pria gembul itu mengalihkan pandangan ke sekeliling toko dan membungkukkan badan.
"Maaf atas kekacauan hari ini. Kami segera membereskannya. Silahkan kembali menikmati kopi anda. Terima kasih." Aku melihat Kai ikut membungkuk dan kemudian membereskan pecahan gelas yang berada di lantai. Jongin? Kai?
*** Windzhy Kazuma ***
Aku tengah berdiri di samping mobilku. Bukan tanpa alasan, aku menunggu Kai keluar dari Coffe Shop. Setelah mengobrol ringan dengan Lay, terlepas dari pembahasan rencana proyek, Lay memutuskan untuk pulang lebih dahulu, karena memiliki janji dengan orang lain.
Dua menit... tiga menit... Sepuluh menit... Lima belas menit... Ah, akhirnya Kai menampakkan diri juga. wajahnya terlihat sangat kusut, menggendong ransel di punggungnya dan terus berjalan menunduk.
"Perhatikan jalanmu, Kai-ah."
Dia berhenti dan menoleh ke arahku. Matanya mengisyaratkan kekagetan.
"KAU? Kau mengikutiku?!"
"Hey, Calm down. Aku kebetulan bertemu rekan bisnisku disini." Aku berjalan menghampirinya. Bisa ku lihat, matanya bergerak waspada mengekoriku.
"Rekan bisnis? Di tempat seperti ini?" tanyanya tidak percaya. Aku mengangkat bahuku.
"Terserah padamu, percaya atau tidak. Begitulah keadaannya. Wah, jangan-jangan kita berjodoh. Di bar, disini, aku selalu bertemu denganmu. Aku juga melihat kejadian saat kau diberhentikan dari pekerjaanmu di Coffe Shop ini."
"Berjodoh?" Dia tertawa sinis. "Kau mengejekku? Berjodoh, bagimu. Tapi kesialan bagiku. Menjauhlah dariku!" Kai berbalik, berjalan menjauhiku.
"Kau ini sangat lucu, Kai-ah. Kau dipecat karena kecerobohanmu. Mengapa kau malah marah-marah padaku?" Kai berhenti dan menoleh ke belakang.
"Salahkan dirimu dan ketertarikan tidak normalmu itu."
"Kau masih mempermasalahkan hal itu? Salahkan dirimu yang membuatku tertarik."
"Kau sakit." Kay berjalan kembali, membelakangiku.
"Hey! Kau mau kemana?" aku memanggilnya, keras. Tapi tak ada jawaban. Kai tetap melangkah dengan gontai ke depan.
"Dasar keras kepala!" aku berlari masuk ke mobilku, kemudian mengikuti Kai.
"Hey, kau mau kemana?" Aku melirik Kai yang berada di samping jalan, kembali mengulang pertanyaanku.
"Bukan urusanmu!"
"Aku bisa mengantarmu. Naiklah ke mobilku-"
"Aku tidak mau di antar olehmu." Kai menatapku tajam saat aku menghentikan mobil, mengikutinya yang juga menghentikan langkah kakinya.
"Menjauh dariku, dan jangan mengikutiku! Kau tidak tahu apa yang bisa ku lakukan jika kau terlanjur membuatku muak!"
Aku tidak salah dengar, kan? Aku tidak percaya, bocah angkuh ini berani sekali mengancamku. Dia pikir, siapa yang dia ancam, huh?
"Wow, apa kau sedang mengancamku?" Aku semakin tersenyum melihat wajah gusarnya. Dia benar-benar kesal sekarang. "Baik. Baik. Aku akan pergi. Akhir pekan nanti, aku akan ke bar. Sampai jumpa di akhir pekan, Kai-ah. Persiapkan tarianmu untuk menyambutku." Aku menjalankan mobilku, meninggalkan Kai yang seakan ingin meledak.
.
.
.
TBC
*** Windzhy Kazuma ***
Annyeonghaseo! *Bungkuk90Derajat* Ada yang merindukanku? Gimana nih pendapat readers dengan Kaisoo-nya? Perlahan tapi pasti aja yah, readers. :D Makasih banyak buat readers yang udah sempet nulis cuap-cuapnya di kotak review kemaren. Hatiku senang riang gembira pas baca review yang Alhamdulilah ada 8. Wkwkwk. :D Ternyata itu penting banget, aku baru ngerasain sekarang. Terharu :') #MendadakAuthor
Sekali lagi, aku ingetin kalo aku ini Author baru. Typo(s) dan kata-kata yang rada gak jelas dan gak nyambung, bertebaran di mana-mana. Harap maklum. Aku bakal berusaha buat lebih baik lagi. Yang ingin menyumbangkan kritik, saran, ataupun koreksi yang membangun, aku persilahkan.
.
.
.
To Be Continued
Post your opinion. Review, please. ^^
