"Aku bisa mengantarmu. Naiklah ke mobilku-"
"Aku tidak mau di antar olehmu." Kai menatapku tajam saat aku menghentikan mobil, mengikutinya yang juga menghentikan langkah kakinya.
"Menjauh dariku, dan jangan mengikutiku! Kau tidak tahu apa yang bisa ku lakukan jika kau terlanjur membuatku muak!"
Aku tidak salah dengar, kan? Aku tidak percaya, bocah angkuh ini berani sekali mengancamku. Dia pikir, siapa yang dia ancam, huh?
"Wow, apa kau sedang mengancamku?" Aku semakin tersenyum melihat wajah gusarnya. Dia benar-benar kesal sekarang. "Baik. Baik. Aku akan pergi. Akhir pekan nanti, aku akan ke bar. Sampai jumpa di akhir pekan, Kai-ah. Persiapkan tarianmu untuk menyambutku." Aku menjalankan mobilku, meninggalkan Kai yang seakan ingin meledak.
Dangerous Offer
Main Pair : KaiSoo
Warning: Typo(s), Kata-kata Kasar, Plot dan Ide masih dipikir sambil ngetik, Obrolan dewasa, OCC, kata-kata ga jelas dan gak pas bertebaran dimana-mana, DLL. Penulis baru, berantakan, harap maklum.
Disc: EXO belong to EXO-L
Don't Like, Don't Read
.
.
.
Happy Reading ^^
Chapter 3
"Dyo-ah!" Baekhyun memelukku dengan erat. Sore ini, aku menjemputnya di bandara. Beberapa hari yang lalu, dia menghubungiku untuk memberitahu bahwa ia berhasil mendapatkan surat rekomendasi dari kepala cabang perusahaan di London.
"Lepaskan tanganmu, hyung! Kau tidak perlu bertindak berlebihan." Kataku sambil melepas paksa tangannya dari tubuhku.
"Aigoo. Kau benar-benar perusak mood, ya? Saat kau masih bocah yang belajar berlari, kau selalu mengekoriku. Bahkan saat sekolah dasar, kau tidak bisa tidur jika bukan aku yang menemanimu! Sekarang, jadi direktur utama saja, kau sudah berlagak."
"Ya, ya. Berhenti berkomentar dan segera masukkan barang-barangmu ke bagasi mobil."
"Mana supirmu? Dua koper ini sangat berat. Aku tidak bisa mengangkatnya." Baekhyun akan membuka pintu mobil berniat untuk masuk, namun aku menahannya.
"Aku tidak membawa supir, hyung. Masukkan kopermu ke bagasi, atau kau lebih memilih naik taxi sendiri."
Baekhyun bersungut-sungut sambil memasukkan kopernya ke bagasi. Aku rasa, koper-koper itu memang berat. Baekhyun hyung sampai berkeringat seperti itu. Maaf, hyung!
"Hah! Ayo pergi." Baekhyun menyandarkan dirinya dengan nyaman di kursi sebelah kemudi. Di sebelahku. Perlahan aku mengemudikan mobil menembus ramainya jalan ibu kota.
Dua puluh menit berlalu, dan perjalanan berlangsung hening. Baekhyun hyung pasti sangat lelah. Dia seperti kehilangan baterai. Tak berenergi.
"Kau harus membawaku berkeliling untuk makan, Dyo-ah. Kimchi, kimbap, bulgogi, tteokbokki,-"
"Yang kau miliki itu, perut atau karet?"
"Dyo-ah, aku ingin menikmati perjalananku pulang. Kau tidak perlu memancing perdebatan. Turuti saja kataku. Selain itu, kau tahu bahwa kau tidak pernah menang berdebat denganku. Hoaamm..." Baekhyun menguap dengan membuka mulutnya lebar-lebar.
"Kau akan tinggal dimana, hyung? Bukan di apartemenku, kan?
"Aku baru saja sampai. Jelaslah, aku akan tinggal di apartemenmu untuk sementara waktu."
"No! No! No!"
"Yakk! Memangnya kenapa? Hanya sampai aku mendapatkan apartemen baru, Dyo-ah. Dua atau tiga hari. Paling lama, mungkin seminggu saja-"
"Kau pulang saja ke rumahmu, ke rumah Paman."
"Aku memang akan bertemu dengan Ayah dan Ibu. Tapi tidak untuk tinggal disana. Ibu akan menahanku keluar dari rumah."
"Wah, lebih bagus lagi! Kau tidak perlu keluar dari rumah untuk merusak ketenangan orang lain."
"Kau pikir, aku biang masalah?! Seenaknya saja. Memangnya ada apa dengan apartemenmu? Kau menyimpan gadis?"
"Tidak. Aku hanya tidak ingin melihat kau berkeliaran di dalam apartemenku-, Yakk! Sakit hyung!" Baekhyun memukul kepalaku dengan bolpoint yang ia temukan dalam laci mobil.
"Coba saja berbicara seperti itu lagi, dan tongkat bisbol yang akan mendarat di wajahmu."
"Aish, aku hanya bercanda, hyung!" aku mengelus kepalaku yang menjadi korban. "Aku sedang menantikan seseorang." Sambungku.
"Siapa?"
"Akan ku perkenalkan saat aku berhasil membawanya ke apartemen."
"Kau ini, berhenti membawa sembarang orang dalam petualangan panasmu. Wah! Stop! Stop! Berhentii!"
"Ada apa hyung?!"
"Berhenti! Lihat, Dyo-ah! Disana ada penjual bulgogi. Aku ingin memakan bulgogi! Ayo, parkir mobilmu kesamping!"
"Yakk! Hyung, kau membuatku panik saja! Ah, benar-benar..." aku memarkir mobilku di samping kedai makan instant yang berada di samping jalan. Baekhyun hyung, tanpa ditanya lagi, dia sudah berlari kesetanan ke arah meja kosong dan memesan beberapa menu makanan yang disediakan kedai tersebut. Dasar!
Semua makanan berhasil dieksekusi oleh perut karet Baekhyun. Aku ikut makan, sih. Sedikit. Tapi Baekhyun hyung, entahlah. Dia seperti orang yang tidak pernah makan selama berada di London.
"Masakan Korea memang yang terbaik. Kau tahu, aku hampir saja menangis saat makan. Aku sangat terharu." Kata Baekhyun hyung, kemudian meminum segelas air mineral yang berada di atas meja. Aku hanya meliriknya sambil memegang kepalaku.
"Cepatlah, hyung. Aku ingin pulang."
"Kau sangat cerewet. Antar aku ke apartemenmu. Aku janji hanya dua hari disana. Pergilah membayar makanan ini. Aku menunggumu di mobil."
"Apa-" aku belum sempat menyelesaikan kalimatku, tapi Baekhyun hyung sudah seenak jidatnya saja meninggalkanku menuju pintu mobil.
*** Windzhy Kazuma ***
"Finally, I'm FREE!" Baekhyun melemparkan dirinya ke sofa begitu masuk di apartemenku.
"Kau jangan senang dulu. Waktumu hanya dua hari untuk mendapatkan apartemen baru."
"Dasar pelit. Iya, iya."
Aku melepaskan jacket yang kugunakan, dan berjalan ke arah meja kerjaku. Sebuah undangan berwarna silver berada di atas meja. Aku baru ingat, dua hari yang lalu, seseorang mengantarkan undangan ini, dari Black Pearl. Mereka menyelenggarakan ulang tahun pada akhir pekan ini, tepatnya sebentar malam. Dan aku diundang sebagai salah satu tamu VIP.
"Kau ingin beristirahat, hyung?"
"Ya. Kenapa?"
"Black Pearl mengadakan pesta nanti malam. Aku akan kesana sekitar jam 9. Kau mau ikut?"
"Black Pearl?"
"Iya. Bar yang sering kau dan aku kunjungi."
"Ah, iya. Black Pearl yang itu. Aku ikut! Beri aku sekitar satu setengah jam untuk tidur. Setelah itu bangunkan aku, kita bersiap. Dan berangkat ."
*** Windzhy Kazuma ***
Hingar bingar musik memenuhi gendang telingaku. Lantai dipenuhi dengan orang-orang yang bergerak mengikuti ritme dari hentakan musik. Aku sedari tadi memperhatikannya. Kai. Dia juga berada di sana, di lautan manusia itu. Baekhyun hyung entah telah menghilang kemana.
"Selamat malam, Seoul!" seorang wanita yang setahuku partner Kai bernyanyi beberapa waktu yang lalu, berdiri di tengah-tengah panggung, memegang sebuah microphone. "Malam ini, saya akan memanggil seseorang yang sudah lama anda kenal, yang setiap akhir pekan selalu menghibur kita dengan tarian dan suaranya. Berikan teriakanmu untuk... Kai!"
Riuh dan sorakan penonton menggema ke seisi ruangan. Aku melihat Kai dengan senyuman di wajahnya, naik ke atas panggung dan berdiri di samping wanita itu.
"Hai, Luna!"
"Hai! So, apa yang akan kau lakukan malam ini?"
"Malam ini adalah malam yang spesial, jadi aku akan mempersembahkan tarian yang spesial. Tapi, kali ini, aku akan mengajak satu, dua atau beberapa orang dari pengunjung untuk menemaniku di atas panggung." Sorakan kembali terdengar.
"Wah! Jadi apa yang harus dilakukan pengunjung?"
"Mungkin, battle dance? Hahaha. Akhir-akhir ini aku memperhatikan, banyak pengunjung yang menari dengan sangat baik di dance floor. Untuk itu, aku akan menantangnya."
"Baik. Ladies and gentleman, siap untuk menerima tantangan dari penari kita, Kai?!" pengunjung bersorak dengan antusias.
"Aku akan memilih tiga orang untuk naik ke atas panggung. Jadi, untuk pengunjung yang ingin menerima tantangan Kai, silahkan mengangkat tangan anda... Now!"
Banyak pengunjung yang mengangkat tangannya. Wanita itu –Luna- segera memilih dua orang dari pengunjung. Aku mengangkat tanganku. Dan, Aku satu-satunya dari kelas VIP yang mengangkat tangan.
"Wah! Kita memiliki penantang dari kelas VIP di sebelah kanan. Pria berpakaian putih, Silahkan naik ke panggung!"
Kai memicingkan matanya. Dia sangat lucu, raut wajahnya selalu penuh dengan kekagetan saat bertemu denganku. Aku berjalan menuju panggung. Setelah berada di panggung, Luna mengistruksikan kepadaku dan dua orang lainnya untuk menari, mengikuti irama musik. Hal yangk mudah. Menari adalah dunia pelarianku saat SMA dan bangku perkuliahan. Kai dengan ujung matanya, memperhatikan gerakan-gerakan yang kuciptakan, dan mengabaikan 2 orang lainnya. Aku harap dia terpesona.
Setelah musik berhenti, pengunjung bar diberi kewenangan untuk menilai. Dengan suara tepuk tangan dan sorakan terbanyak dari pengunjung, aku mengalahkan yang lain. Dan akhirnya, aku berhadapan dengan Kai.
"Inilah penantang terakhir kita! Siapa nama anda?"
"Dyo."
"Baik. Dyo, Kau berhasil menjadi penantang terakhir. Jadi, apa yang kau inginkan dari Kai? Sebuah tarian? Lagu? Atau sesuatu yang lain?" Luna bertanya sambil tersenyum, diikuti lagi oleh sorakan dari pengunjung.
"Sebuah ciuman?..."
"Kiss? Wah, kau meminta sesuatu yang berani!" Kata Luna. Aku melirik Kai. Saat ini, aku yakin dia sangat marah bercampur jijik dan geli.
"Hahaha. Aku bercanda. Aku hanya meminta Kai untuk meluangkan waktunya, mengobrol denganku."
"Hanya mengobrol?" tanya Luna. Pengunjung menyuarakan keinginannya. "Dance! Dance! Dance!"
"Ya, hanya mengobrol. Aku salah satu fans Kai. Jadi, suatu kehormatan jika Kai bersedia untuk mengobrol denganku."
"Baik. Bagaimana, Kai?"
"Tentu."Kai tersenyum kecut.
*** Windzhy Kazuma ***
"Aku senang. Kau dengan sangat patuh mengikutiku, bahkan kembali duduk berhadapan denganku." Aku membuka percakapan. Kai mendengus tak suka. Ia mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya, membakar ujungnya, kemudian menghisapnya dalam-dalam.
"Aku tidak punya pilihan."jawabnya sambil menghembuskan napas. "Well, tarianmu lumayan."
"Kau terpesona?"
"Hampir. Jadi, apalagi yang ingin kau bicarakan. Waktumu hanya 10 menit untuk berbicara denganku."
"Aku masih memberikan penawaran, seperti sebelumnya."
"Aku menolak."
"Baiklah, kau bisa meminta berapapun yang kau mau. Pikirkan baik-baik penawaranku."
"Aku tidak menjual tubuhku."
"Aku penasaran."
"Apa?"
"Saat aku berhasil mendapatkan one nigh stand-mu, siapa yang akan menjadi bottom? Aku... atau kau?"
Kai mengangkat kepalanya, memandangku dengan senyum meremehkan.
"Hahaha. Asal kau tahu, Aku selalu berada di atas. Aku pemegang kendali. Jika harus menjadi bottom, kau yang lebih pantas melakukannya. Wajahmu sangat cocok." Dia tersenyum, menghisap rokoknya lagi, kemudian mengembuskannya dengan sengaja di wajahku. "Tapi, jangan terlalu berharap. Aku tidak melakukannya dengan sesama pria."
"Benarkah? Kata-katamu saja yang besar. Aku dengan suka rela akan menjadi bottom-mu, jika kau ingin melakukannya denganku. Tapi Aku ragu, sepertinya kau tidak pernah tidur dengan seseorang sebelumnya. Baik itu wanita sekalipun." Aku menatap matanya. Dia terlihat sedikit tak nyaman, dan mengalihkan pandangannya dariku.
"Kau sangat sok tahu."
"Kau mungkin pernah berada dalam satu ranjang dengan seseorang. Tapi, kau tidak melakukan apapun."
"Dari mana kau mengambil kesimpulan seperti itu, tuan sok tahu?"
"Matamu selalu memancarkan kewaspadaan saat berhadapan denganku. Seperti seorang perawan yang menghindari pemerkosa saja."
"Ketertarikanmu yang tidak normal yang aku waspadai." Kai menumpukan paha sebelah kirinya ke paha sebelah kanan. "Kau benar-benar ingin melakukannya, denganku?" sambungnya. Kai melipat tangannya di dada, dan menatapku.
"Kau tahu jawaban dari pertanyaanmu."
"Kalau begitu, ayo... Lakukan..."
.
.
.
To Be Continued
*** Windzhy Kazuma ***
Merindukanku? Maaf, chapter kali ini agak pendek. Aku akan menjawab beberapa pertanyaan dari reviewers ataupun readers yang mungkin selama ini bertanya dalam hati.
Ini ff KaiSoo? Siapa yang jadi Top dan Bottom? Ya, Ini KaiSoo. Kai: Top, D.O: Bottom. Aku ga bisa ngebayangin kalo abang Kai jadi Bottom. OMG!
Adegan Ranjang mana? Hehehe. Maaf, tapi aku masih belum bisa dan belum siap lahir batin untuk yang satu itu. Aku masih baru, jadi ya gitu deh... #nutupmuka Liat nanti aja yah. Ceritanya kan baru berkembang juga :D
Ini OOC yah? D.O agresif banget! Iyah, D.O disini emang OOC bingiitss. Kenapa? Aku pengen bentuk karakter D.O yang sesuai dengan alur cerita. Disini kan, D.O masih muda banget tapi udah bisa jadi CEO/Direktur Utama. Masa iya, karakternya cengeng lemah lesu lunglay gemulay gitu. Tapi jujur, aku sering mengimajinasikan D.O jadi cowok yang "Nakal" dan Manly gitu. #BawaKaburKyungsooKeKamar.
Kai berasa jadi Uke! Hah? Masa iya? Kedepannya aku akan berusaha menunjukkan sisi jantan (?) dari seorang Kai.
Kai nyanyi? Dinding rumah pada runtuh! Wkwkwk. Dunia Imaajinaasii. Berkhayal lah bahwa Kai memiliki suara yang enak dan seksi :D
Info: Saat ini aku lagi gencar-gencarnya nyusun proposal, jadi mungkin readers dan reviewers akan nunggu Chapter 4 agak lama dari biasanya. Tapi aku bakal usahain, chapter 4 bisa selesai secepatnya, dan di update secepatnya. Doain aja supaya proposalku cepet selesai, jadi aku bisa fokus ke Dangerous Offer :D
Tapi, ga tau juga yah, kalo reviewersnya banyak dan menggugah hati akyu, mungkin bisa update kilat. Wkwkwk. *KedipMata
Makasih untuk semangatnya. Dangerous Offer masih banyak kekurangan dan keberantakannya. Author baru. Yang ingin memberikan kritik, saran dan koreksi yang membangun, saya persilahkan. Annyeong!
.
.
.
Post your Opinion. Review, Please!^^
