Aku melihat beberapa lembar dokumen perjanjian yang telah ditanda tangani oleh Kai, tersusun rapi diatas meja. Cek yang kuberikan kepada Kai tinggal menunggu dicairkan. Penawaran ini seperti transaksi bisnis saja. Kai masih berada di depanku.
"Irene akan memberikanmu uang muka saat kau keluar dari ruanganku." Kai hanya mengangguk. "Mulai hari ini sampai dua bulan kedepan, kau menjadi milikku. Bagaimana perasaanmu, kau gugup?" Kai mendengus dan tersenyum sinis mendengar pertanyaanku.
"Baiklah. Bisakah kau memberikanku sebuah ciuman penyambutan?" Kai mematung di tempatnya. "Kalau kau tidak bisa, aku yang akan melakukannya pertama." Aku berjalan dan duduk di sampingnya. Aku menarik bagian belakang kepalanya dengan lembut dan menekan bibirku diatas bibirnya. Kai menatapku dengan geram, sambil mengepalkan tangannya. Bocah ini, dia masih menolakku.
Dangerous Offer
Main Pair : KaiSoo
Warning: Typo(s), Kata-kata Kasar, Plot dan Ide masih dipikir sambil ngetik, Obrolan dewasa, OCC, kata-kata ga jelas dan gak pas bertebaran dimana-mana, DLL. Penulis baru, berantakan, harap maklum.
Disc: EXO belong to EXO-L
Don't Like, Don't Read
.
.
.
Happy Reading ^^
Chapter 5
Aku memundurkan kepalaku, dan berjalan menuju meja kerja. Ku akui, aku sedikit kecewa dengan sikap Kai yang masih menolakku.
"Sebenarnya aku masih ingin menahanmu lebih lama disini. Hanya saja, tumpukan dokumen ini harus aku selesaikan hari ini sebelum jam kerja berakhir."
"Baiklah. Aku juga memiliki kegiatan lain di luar."
"Datanglah kesini setelah jam kerja usai. Aku menunggumu."
"Ya." Jawab Kai singkat, kemudian melangkah keluar dari ruanganku. Aku merebahkan kepalaku ke sandaran kursi yang sedang ku duduki. Rasa penasaranku tentang alasan Kai yang datang untuk menemuiku, masih belum hilang.
Selang beberapa menit, ku dengar pintu ruanganku terbuka kembali.
"DYO-AH! TADI AKU MELIHAT KAI! KAU TAHU, SI SEXY PENARI BAR ITU! DIA ADA DISINI!" Suara kegaduhan dari Baekhyun hyung memenuhi ruanganku.
"Aku tahu. Kecilkan suaramu, hyung. Kau membuat telingaku sakit. Dan juga, jika kau masuk ke ruanganku tanpa mengetuk, aku akan menendangmu keluar."
"Kau tahu bahwa Kai ada disini? Kau sudah bertemu dengannya?" Tanya Baekhyun beruntun, mengabaikan ancamanku.
"Ya, dia datang menemuiku."
"Untuk apa?"
"Dia menawarkan tubuhnya untuk ku bayar."
"Apa?! Maksudmu, dia... Wuahh Daebak! Kau mengancamnya dengan apa, sehingga dia mau datang menawarkan diri seperti itu?"
"Aku tidak pernah mengancamnya,hyung. Dia datang tiba-tiba. Begitu saja."
"Lalu?"
"Kau tahu kan, bahwa aku mengincarnya. Jadi, aku membuat sebuah kesepakatan. Dia menjadi milikku selama 2 bulan. Tapi, aku masih belum tahu, apa alasan Kai yang sebenarnya, sehingga dia menerima penawaranku."
"Wuahh, Daebaakk!" Kata Baekhyun lagi. "Kau mau aku menyelidikinya?"Sambungnya.
"Menyelidiki? Kau?" tanyaku sambil melihat Baekhyun hyung dari ujung kaki sampai kepalanya. "Lupakan! Kau sangat meragukan."
"Hey, serahkan saja padaku. Asal kau tahu, aku memiliki banyak anak buah yang biasa mengerjakan hal seperti ini."
"Ya, baiklah. Terserah padamu saja, hyung."
*** Windzhy Kazuma ***
Pukul 18.22. Jam kerja usai sekitar 20 menit yang lalu. Namun, aku masih mengecek beberapa dokumen penting untuk meeting besok pagi. Sejak 20 menit yang lalu, dia juga sudah berada kembali di dalam ruanganku. Kai. Dia duduk dengan santai di sofa sambil membaca beberapa majalah bisnis yang ada di meja, yang secara kebetulan, cover majalahnya adalah aku.
"Kau tidak keberatan kan menunggu beberapa menit lagi?"
"Ya." Jawab Kai singkat.
Selanjutnya, hanya ada suara gesekan kertas majalah dan juga dokumen yang terdengar. Kadang, aku tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi makhluk yang sedang duduk di ruanganku itu. Dia tidak banyak bicara, angkuh dan juga arogan. Bagaimana ini? Dia yang akan menemaniku malam nanti di ranjang?
"Kau... bisa dance, kan?" tanyanya sambil menutup majalah yang ada di tangannya.
"Ya, sedikit. Kenapa?"
"Sejak kapan kau mulai menari?"
"Hm...Dance adalah duniaku saat SMA. Kau tahu kan, pada umur seperti itu remaja wanita sangat suka dengan pria yang menguasai dance, basket, dan sebagainya. Aku melakukannya untuk menarik perhatian wanita." Jawabku. Aku mendengar tawa ringan dari Kai. "Kenapa kau tertawa?" Sambungku.
"Tidak."
"Asal kau tahu saja, aku salah satu penari terbaik dari klub dance di sekolahku dulu. Banyak wanita yang mengejarku, hanya untuk merasakan tarianku di atas ranjang."
"Oh ya?"
"Ya, akan ku tunjukkan jika kau tidur denganku."
"Aku juga ahli dalam hal itu."
"Hal apa?"
"Menari... Di tempat tidur."
"Oh ya?" Aku memfokuskan pandanganku kepadanya sambil menopang dagu.
"Ya, kau bisa membuktikannya nanti malam."
"Hahahaha. Apa saat ini, kau sedang menggodaku? Memangnya kau sudah siap untuk tidur denganku?"
"Aku tidak perlu untuk mempersiapkan diri. Aku pemegang kendali. Yang seharusnya mempersiapkan diri itu adalah kau, Do Kyungsoo. Kau adalah bottom."
"Ah... Setelah kau menandatangani kontrak dan berpisah denganku selama beberapa jam, tak kusangka pikiranmu sudah sejauh itu. Apa kau memikirkannya seharian ini?"
"Bagaimanapun juga, kau akan meminta hal seperti itu padaku, kan? Aku bukanlah orang yang suka bermain curang. Aku sudah menerima uangmu, dan kau berhak menerima apa yang tertulis dalam perjanjian. Aku tidak akan lari."
Kai menatapku tanpa berkedip. Aku terdiam mendengar penuturannya. Apa ini? Kai mulai jinak?
"Well, kau tahu, selama ini teman kencanku dengan suka rela berbaring di ranjangku. Aku tidak pernah memaksa mereka. Malah sebaliknya, kadang mereka yang memaksaku, mengejar ataupun memohon. Aku terbiasa dengan hal itu. Aku tidak nyaman melakukan seks dengan seseorang yang tidak menginginkanku. So, bagaimana menurutmu? Jujur saja, saat kau telah menandatangani kontrak tadi siang, aku sedikit kecewa. Kau masih memperlihatkan penolakanmu. Jika kau tetap menunjukkan hal yang sama, dengan terpaksa aku akan menarik kembali perjanjian."
"Uhm, Aku minta maaf atas kejadian tadi siang. Itu... Aku hanya sedikit terkejut. Kau dan aku sama-sama pria. Mendapatkan ciuman dari seorang yang bergender sama denganku tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya."
"Kau harus mulai terbiasa, setidaknya dalam dua bulan ini-"
"Kau tenang saja. Aku profesional. Kesalahan seperti itu tidak akan terulang lagi. Mengenai kenyamananmu saat tidur denganku, aku akan memperlakukanmu seperti seorang raja, bahkan seorang ratu."
Aku tak bisa menahan senyumku. Anak ini, mengapa tiba-tiba seperti itu?
"Baiklah, aku akan melihat seberapa baik kau memperlakukan rajamu."
Aku mengakhiri obrolan sembari menutup dan merapikan beberapa berkas dan dokumen materi meeting besok pagi.
"Ayo pulang." Ajakku. Kai mengangguk dan mengikuti langkahku. Aku menyusuri koridor kantor yang sudah lumayan sepi. Namun, masih ada beberapa karyawan yang masih terlihat sibuk di depan komputer. Sepertinya mereka lembur. Aku menyempatkan diri untuk sekedar menyapa dengan singkat. Setelah itu aku masuk lift menuju basement untuk mengambil mobil.
"Kita melakukannya dimana? Di tempatku atau di tempatmu?"
"Tentu saja di tempatmu. Rumahku bukanlah tempat yang layak untuk seseorang sepertimu bisa tidur."
"Oke. Kita ke apartemenku."
Perjalanan menuju apartemen berlangsung sunyi. Kai sibuk memandangi jalan kota Seoul, bahkan hingga kami tiba di apartemen. Setelah memasukkan password, pintu apartemenku terbuka.
"Masuklah." Aku mempersilahkan Kai masuk. Dengan sedikit canggung, Kai menelusuri apartemenku dengan matanya.
"Untung saja kita tidak ke tempatku tadi. Aku tidak bisa membayangkan jika orang sepertimu datang ke rumahku. Mungkin kau akan merengek untuk pulang ke apartemenmu ini, bahkan sebelum kita mencapai tempat tidur." Kai berbicara sembari tetap memperhatikan sekelilingnya. Aku tertawa kecil.
"Aku akan baik-baik saja. Yang penting adalah kau berada di tempat tidur yang sama denganku. Duduklah dulu."
Kai segera merebahkan tubuhnya di sofa yang berada di ruang tengah, menyandarkan kepalanya dengan nyaman. Aku terus ke dapur untuk mengambil buah anggur dan beberapa buah pir yang telah dikuliti dan dipotong kecil. Aku juga mengambil dua buah gelas dan sebotol wine. Aku meletakkan semuanya di meja, tepat di depan Kai. Aku menuangkan wine di masing-masing gelas, dan menyodorkan salah satunya kepada Kai. Kai menerimanya sambil menatapku.
"Sebelum kau tidur dengan seseorang, kau melakukan hal ini?"
"Hmm... Jarang. Biasanya aku telah mabuk duluan dan keesokannya bangun dengan seorang wanita di tempat tidurku." Jawabku sambil menyesap sedikit wine yang ada di gelasku.
"Jadi, kau ingin mabuk? Ku pikir, kau ada meeting besok pagi?"
"Aku ingin mengobrol denganmu. Sedikit wine tidak akan membuatku mabuk."
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Kau."
"Aku?"
"Ya. Berapa umurmu?"
"Aku 20 tahun." Jawab Kai dan meminum sedikit wine nya.
"Ternyata kau setahun lebih muda dariku."
"Jadi, kau ingin aku memanggilmu 'Hyung'?"
"Ya, kurasa tidak ada salahnya. Aku akan mengatakan bahwa kau adalah adik kelasku dulu yang sudah aku anggap sebagai adik kandungku sendiri. Aku tidak ingin karyawan di kantorku bertanya-tanya tentangmu."
"Ah... Ya, ya."
"Aku dengar, kau masih kuliah. Kau kuliah dimana?"
"Korea National University of Arts."
"K-Arts? Semester berapa?"
"Aku akan memasuki tahun ketigaku."
"Wah, kau lumayan juga. Sejauh ini, bagaimana dengan kuliahmu? Apa kau sekelas dengan artis?"
"Kau benar-benar berniat menjadikanku adikmu? Kau bertanya seolah-olah menjadi kakakku saja."
"Hey, aku hanya bertanya."
Kai meneguk wine yang ada di gelasnya sampai habis, kemudian menatapku.
"Aku tidak akan menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi dan pertanyaan yang tidak berhubungan dengan perjanjian."
Aku kembali tertawa.
"Baiklah." Aku meletakkan gelas wine ku di atas meja dan beralih menatap Kai. "Kita harus menyelesaikan malam ini dengan cepat. Kemari."
Kai menggeser tubuhnya lebih dekat denganku, meletakkan tangan kirinya ke pipi ku, dan tangan kanannya menarik pinggangku dengan sedikit ragu. Aku tersenyum dengan kemajuan interaksiku dan Kai. Aku kemudian menarik tengkuknya dan menekan bibirku di sudut bibirnya.
"Ya, besok aku ada kelas, Dyo 'Hyung'. Selesaikan malam ini dengan cepat, sehingga besok aku tidak terlambat menghadiri kuliahku, dan kau tidak terlambat menghadiri meetingmu." Kai menarik tubuhku lebih dekat lagi. Aku hampir tidak bisa berpikir. Saat ini, Kai benar-benar berbeda.
"Kau benar-benar tipe bottom, Dyo-ah. Kulitmu seperti kulit wanita saja." Bisik Kai di telingaku sambil tersenyum lebar. "Aku akan memperlakukanmu seperti seorang Ratu." Sambungnya.
"Aku bukanlah seorang bottom yang penurut, Kai-ah."
Kai meraih leherku dan menempelkan bibirnya diatas bibirku. Lama. Aku menutup mataku. Bisa kurasakan dia menyeringai didalam ciumannya. Setelah itu dia melumat bibirku pelan, mengecupnya kemudian melumatnya lagi lebih dalam. Aku membalasnya ciumannya, menarik bagian belakang kepalanya dan menenggelamkan jariku disela-sela rambutnya. Kai mendorong bahuku sehingga aku berbaring diatas sofa, dengan dia berada di atasku. Semakin lama, lumatannya pada bibirku semakin cepat dan dalam. Saat aku hampir kehabisan napas, aku membuka mataku. Kai masih menatapku. Setelah itu ia berpindah ke pipiku bagian bawah dan kemudian leherku dan perbatasan pundak kananku. Tak ada desahan, hanya deru nafas tak beraturan yang keluar dari mulutku. Kai kemudian membuka kancing kemejaku. Aku mengelus kepalanya yang masih sibuk dengan leherku. Sesaat kemudian, handphoneku yang berada di atas meja berdering. Aku segera melihat layarnya. Dari Irene.
"Dari siapa?" Tanya Kai saat mengangkat kepalanya. Shit! Tak ku sangka, Kai dengan rambut berantakan seperti ini terlihat lebih seksi.
"Dari sekretarisku. Akan ku angkat." Jawabku. Kai mengangguk dan menarik tubuhnya menjauh. Ia duduk dan menuang sedikit wine kembali di gelasnya, kemudian meminumnya.
"Ya, ada apa Irene?... Hum... Apa?... Ya... Ya... Ah, ya... Tidak, tidak perlu... Ya, kirimkan saja melalui e-mail... Oke." Aku memutuskan kontak. Aku menarik nafas panjang. Posisi sebagai CEO perusahaan benar-benar memuakkan. Aku bangkit dari sofa dan masuk kedalam kamarku untuk mengambil laptop. Bisa ku rasakan pandangan Kai mengekoriku.
"Sepertinya kau harus menunda tidurmu denganku." Kai menyunggingkan senyum dengan lebar saat aku kembali duduk di sampingnya.
"Ah, ya. Dan sepertinya kau sangat senang. Pergilah mandi dahulu dan tunggu aku di kamar. Aku akan menyusul." Kataku sambil membuka laptop. Kai mengangguk dengan senyum yang masih merekah, berjalan menuju kamarku.
Sial! Masih ada beberapa bahan meeting yang perlu ku periksa malam ini. Investorku memiliki banyak permintaan, dan dari semua hari, ia baru mengatakannya malam ini kepada sekretarisku. Aku tahu, Irene juga masih terjaga saat ini dengan segala kepanikan di kepalanya.
"Baiklah, ayo bekerja Dyo!" Aku berkata pada diriku sendiri.
Jam satu dini hari. Waktu berlalu sangat cepat saat aku berkutat di depan laptop. Aku menarik nafas panjang sambil meregangkan otot-ototku yang kaku. Mataku sangat lelah dan sangat mendambakan tempat tidur. Aku hampir saja langsung tertidur di sofa. Tapi, aku ingat bahwa aku memiliki tamu malam ini. Aku merapikan laptopku dan membawanya masuk ke kamar.
Kai tertidur dengan hanya memakai bathrobe. Apa dia benar-benar siap berperang? Aku tak bisa menahan senyumanku. Sayangnya, malam ini tidak akan terjadi apa-apa. Aku terlalu lelah, dan Kai juga sudah tidur. Aku kemudian membaringkan diri diatas tempat tidur king sizeku, tepat di sebelah Kai. Menarik bed cover dan merilekskan tubuhku untuk menyambut mimpi.
*** Windzhy Kazuma ***
Aku bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan kemudian mandi. Kai masih tertidur dengan dengkuran yang lumayan keras. Setelah berganti baju, aku membuka gorden dinding sehingga matahari pagi menembus dinding kaca kamarku. Kai mulai bereaksi, mengangkat tangannya untuk menghindari silauan matahari yang menghantam matanya.
"Ayo bangun. Kau akan terlambat di kelas pertamamu." Kataku. Kai perlahan bangun dan duduk di tempat tidur, mengadaptasikan matanya dengan cahaya di dalam kamar. Setelah itu menatapku sesaat, dan segera dengan cepat melihat tubuhnya. Aku tersenyum melihat tingkahnya.
"Apa yang kau harapkan? Pergilah mandi. Aku menunggumu di dapur." Aku bergegas keluar dari kamar dan duduk di ruang makan. Dua cangkir kopi, roti panggang dan buah-buahan tertata rapi di depanku. Aku memeriksa kembali e-mail dari sekretarisku. Ia baru saja mengirimkan schedule hari ini. 10 menit kemudian, Kai duduk di depanku saat aku sedang menyeruput kopiku.
"Makanlah. Kau tidak keberatan dengan menu pagi ini? Tidak cukup waktu untuk menyiap-"
"Tenang saja, aku pemakan segala." Jawab Kai. Ia mengambil satu roti panggang dan mengolesinya dengan selai strawberry.
"Bagaimana tidurmu tadi malam? Nyenyak?" Tanyaku. Kai berdehem sejenak.
"Y-ya. Kau sendiri?"
"Aku? Aku hampir tidak tidur." Aku menatap Kai sambil menopang daguku dengan tanganku yang berada di atas meja.
"Kenapa? Kita tidak melakukan apapun tadi malam. Bagaimana bisa kau tidak tidur?" Kai menggigit potongan roti yang telah diberi selai. Tidak menatapku.
"Ya... Seseorang mendengkur dengan lumayan keras. Tidurmu pasti sangat nyenyak." Jawabku.
"M-maksudmu aku? Aku mendengkur? Hahahaha. Tidak mungkin."
"Bukan hanya mendengkur. Aku pikir kau benar-benar ahli dalam menari di atas ranjang. Kau sangat menguasai tempat tidur. Hampir tidak ada tempat tersisa untukku."
Kai tersedak. Dengan cepat aku menuangkan air mineral dan menyodorkan di depannya. Kai segera meminumnya sambil menepuk-nepuk dadanya pelan. Setelah merasa lebih baik, Kai menatapku.
"Yang benar saja. Tempat tidurmu sangat luas. Tidak mungkin jika tidak ada tempat tersisa untukmu."
"Hahahaha. Kai-ah, kau berguling-guling dan berputar kesana kemari saat tidur."
"Tidak mungkin."
"Baiklah, lain kali aku akan menyediakan CCTV di kamarku agar keesokannya kau bisa melihat gerak gerikmu selama tidur."
"Mungkin itu karena tempat tidurmu yang sangat besar, jadi... Aku leluasa untuk bergerak. Aku tidak pernah terjatuh dari tempat tidurku walau sekali saja. Padahal tempat tidur yang ada di rumahku jauh lebih kecil dari tempat tidurmu."
"Benarkah?"
"Ya."
"Oke. Aku pikir, tidur di kamarmu adalah ide yang bagus. Haruskah aku mencobanya nanti malam?"
Kai menatapku bingung dan kemudian menampakkan wajah tidak suka dengan ide yang ku lontarkan.
"Terserah. Tapi, jangan harap bahwa itu akan menjadi pengalaman yang menyenangkan."
*** Windzhy Kazuma ***
"Lain kali kau tidak perlu mengantarku sampai memasuki area kampus. Ah, tidak. Kau tidak perlu datang ke kampusku lagi. Ini adalah terakhir kalinya." Gerutu Kai sambil melepas seatbelt.
"Kenapa?"
"Mobilmu sangat mencolok. Aishh, entah apa yang akan dipikirkan orang-orang itu jika melihatku keluar dari mobilmu." Kai bersiap untuk membuka pintu mobil.
"Hari ini, kau kuliah sampai jam berapa?"
"Jam 3 sore."Kai membuka pintu mobil terburu-buru.
"Aku akan menjemputmu nanti. Atau mungkin supirku."
"Aku akan ke kantormu begitu selesai kuliah. Kau tidak perlu kesini." Kai melangkah keluar dan kemudian menutup pintu mobil dengan tergesa. Setelah itu, dia mengambil langkah seribu tanpa menoleh sedikitpun, dan kemudian hilang kedalam kerumunan mahasiswa lain yang berlalu lalang.
"Dasar bocah!" Aku kemudian meninggalkan area kampus, menuju kantor. Aku tidak boleh terlambat mengikuti meeting pagi ini.
Semuanya berjalan dengan baik. Hampir 4 jam, aku berada dalam ruang meeting. Sebenarnya meeting hanya berlangsung sekitar 2 jam. Hanya saja, para investor itu ingin bercengkrama lebih lama denganku terkait dengan bisnis dan penanaman modal di beberapa sektor yang baru berkembang. Aku berjalan lesu menuju kaferia, memesan secangkir moccalate dan kemudian mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Kaferia ini terdiri dari 2 lantai dan terpisah dengan kantor, tepatnya berada di depan gedung kantor sebelah kiri. Aku memilih tempat yang dekat dengan dinding kaca sehingga bisa melihat aktivitas yang berlangsung diluar.
Saat sedang menikmati kopiku, panggilan dengan nomor telpon Baekhyun hyung tertera di ponselku.
"Ya, hyung."
"Kau dimana?"
"Kaferia. Kenapa hyung?"
"Tunggu. Aku akan kesana." Baekhyun memutuskan sambungan. Ada apa lagi dengan si cabe itu? Tak bisakah sehari saja dia duduk diam tenang didalam ruangannya?
Beberapa menit kemudian, Baekhyun hyung memasuki kaferia dan segera menemukanku. Aku melambaikan tanganku ke arahnya.
"Kau akan terkejut dengan ini!" Baekhyun duduk didepanku dan menyodorkan sebuah map berwarna cokelat kehadapanku.
"What is this?"
"Orang suruhanku mendapatkan beberapa informasi tentang Kai. Wah... This boy, He is not a joke!"
"Kau mendapatkan informasi secepat itu?"
"Kau tidak mempercayaiku? Hey, kau tidak ingat bahwa aku adalah salah satu karyawanmu yang luar biasa? Menjadi karyawan trainee di London, kau pikir aku tidak belajar banyak, huh? Asal kau tahu saja, dunia bisnis di luar negeri hampir setara dengan tingkat mafia korea. Itu menuntut perusahaan untuk memiliki karyawan khusus yang mengawasi pergerakan lawan."
"Wuah, hyung, kau benar-benar belajar banyak!" aku menatap sedikit kagum pada Baekhyun sambil tertawa kecil. Baekhyun yang sesaat merasa hebat, mengambil moccalate-ku dan meminumnya tanpa permisi. Aku kemudian mengambil dan membuka map yang berada di atas meja. Aku menarik keluar isi dari map tersebut. Ada beberapa berkas dan juga beberapa foto. Aku perlahan membaca berkas tersebut satu persatu dengan teliti.
Aku melihat ke arah Baekhyun hyung yang juga sedang memperhatikanku. Bisa kubaca dari pandangannya, ia seakan berkata 'Benarkan? Dia benar-benar bukan candaan!'
"Hyung, apa ini?!"
Dan. Aku benar-benar terkejut.
.
.
.
To Be Continued
*** Windzhy Kazuma ***
Masih ada kerinduan untukku? :D
Maaf, update ff nya lambat. Lagi mengalami kegalauan akademik dan kegalauan asmara. TT-TT *MalahCurcol*
Makasih buat yang review chapter kemarin. Love you :) :* Keep review yah kesayangan-kesayanganku :D
Saran, koreksi dan kritik yang membangun, silahkan di kotak review. Gamsahamnida.
