"Kau akan terkejut dengan ini!" Baekhyun duduk didepanku dan menyodorkan sebuah map berwarna cokelat kehadapanku.

"What is this?"

"Orang suruhanku mendapatkan beberapa informasi tentang Kai. Wah... This boy, He is not a joke!"

"Kau mendapatkan informasi secepat itu?"

"Kau tidak mempercayaiku? Hey, kau tidak ingat bahwa aku adalah salah satu karyawanmu yang luar biasa? Menjadi karyawan trainee di London, kau pikir aku tidak belajar banyak, huh? Asal kau tahu saja, dunia bisnis di luar negeri hampir setara dengan tingkat mafia korea. Itu menuntut perusahaan untuk memiliki karyawan khusus yang mengawasi pergerakan lawan."

"Wuah, hyung, kau benar-benar belajar banyak!" aku menatap sedikit kagum pada Baekhyun sambil tertawa kecil. Baekhyun yang sesaat merasa hebat, mengambil moccalate-ku dan meminumnya tanpa permisi. Aku kemudian mengambil dan membuka map yang berada di atas meja. Aku menarik keluar isi dari map tersebut. Ada beberapa berkas dan juga beberapa foto. Aku perlahan membaca berkas tersebut satu persatu dengan teliti.

Aku melihat ke arah Baekhyun hyung yang juga sedang memperhatikanku. Bisa kubaca dari pandangannya, ia seakan berkata 'Benarkan? Dia benar-benar bukan candaan!'

"Hyung, apa ini?!"

Dan. Aku benar-benar terkejut.


Dangerous Offer

Main Pair : KaiSoo

Warning: Typo(s), Kata-kata Kasar, Plot dan Ide masih dipikir sambil ngetik, Obrolan dewasa, OCC, kata-kata ga jelas dan gak pas bertebaran dimana-mana, DLL. Penulis baru, berantakan, harap maklum.

Disc: EXO belong to EXO-L

Don't Like, Don't Read

.

.

.

Happy Reading ^^


Chapter 6


"Hyung, apa ini?!"

"Yeah, Aku juga terkejut saat membacanya."

"Kau yakin, berkas-berkas ini dari sumber yang terpercaya?"

"Tentu saja. Anak buahku tidak akan menyerahkan hasil penyelidikannya jika mereka meragukan kebenarannya."

Aku kembali membaca berkas yang ada di tanganku. Berkas-berkas itu berisi kontrak perjanjian, dan daftar utang yang harus dilunasi oleh Kim Jongin. Yang membuatku terkejut adalah, Kai berutang pada Heart Attack Entertaiment, salah satu perusahaan majamenen artis terbesar di Korea dibawah naungan KM Group.

"Heart Attack Entertaiment? "

"Ya, Heart Attack Entertaiment. Milik Kim Minseok." Baekhyun mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali.

"Kim Minseok... yang kita kenal?"

"Ya."

"Kim Minseok?"

"Ya."

"Kim Minseok... Xiumin hyung?"

"Ya! Siapa lagi?! Menurutmu, ada berapa Kim Minseok di Korea yang menjadi CEO sebuah perusahaan? Aish..." Baekhyun menjawab dengan ketus, lelah dengan pertanyaanku.

Kim Minseok atau lebih dikenal dengan nama Xiumin, merupakan CEO dari Heart Attack Entertaiment, juga salah satu mitra bisnisku yang paling berharga. Xiumin dan aku mulai menjadi CEO perusahaan pada tahun yang sama, hanya saja pelantikan Xiumin lebih cepat beberapa bulan dariku. Aku cukup dekat dengannya setelah beberapa kali bekerjasama menyelenggarakan proyek Seni dan Kebudayaan. Dia seperti seorang hyung bagiku. Aku sangat menyukai kepribadiannya yang ramah, tenang dan konsisten. Sangat berbeda dengan hyung yang berada di depanku saat ini.

"Apa Kai seorang trainee di HA Entertaiment?" Tanyaku lagi.

"Aku pikir begitu. Saat ini, seharusnya Kai masih mengikuti pelatihan di HA Entertaiment sebagai seorang trainee. Bukannya berkeliaran di Bar dewasa seperti Black Pearl."

Aku kembali memeriksa berkas-berkas yang diberikan Baekhyun. Terdapat selembar kertas yang memuat profil dari Kai. Nama aslinya Kim Jongin. Lulus memasuki perguruan tinggi melalui jalur beasiswa prestasi di Korea National University of Arts.

"Hyung, kau tahu Chanyeol?"

"Chanyeol?"

"Bartender di Black Pearl."

"Ah... Itu..." Baekhyun berdehem sejenak. "Teman SMA mu?"

"Ya. Dia dulu sekelas denganku. Aku rasa kau pasti mengingatnya. Saat aku kabur dari rumah untuk pertama kali selama 3 hari, kau menemukanku di rumahnya."

"Hahaha. Aku ingat, aku ingat." Baekhyun tertawa mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, saat aku masih menjadi bocah pemberontak. "Dia adalah satu-satunya sahabatmu selama masuk SMA. Kau juga selalu mengekorinya kemanapun, seperti yang kau lakukan padaku. Untung saja kau tidak masuk di sekolah yang sama denganku, aku pasti akan kerepotan saat itu. Menjadi adik kelasku dari TK, SD sampai SMP, kau cukup membebaniku."

Aku segera memukul kepala Baekhun hyung menggunakan kertas-kertas yang sedang ku pegang. Namun, Baekhyun berhasil menghindarinya, sehingga pukulanku hanya mengenai pundaknya.

"Ada apa dengan Chanyeol?" Sambung Baekhyun hyung saat melihatku kembali tenang.

"Dia pernah serumah dengan Kai selama 2 tahun."

"Hah? Benarkah? Kenapa aku baru tahu..." Baekhyun terlihat berpikir sejenak.

"Yakk! Memangnya kau siapa? Aku saja yang jelas-jelas sahabat Chanyeol, baru mengetahuinya 2 bulan yang lalu." Aku mencibir.

"Oh, hehehe." Baekhyun tertawa sambil menggaruk kepalanya. "Maksudku, aku tidak pernah menyangka bahwa temanmu dan Kai memiliki hubungan yang sedekat itu."

Aku mengangkat bahuku, tak peduli.

"Chanyeol menemukan Kai tidur di emperan toko 4 tahun yang lalu. Dia membawa Kai menginap di rumahnya, dan juga memperkenalkan Kai kepada pemilik Black Pearl. Makanya, saat itu Kai mulai bekerja di Black Pearl dengan usia yang masih muda. Tapi hanya pada akhir pekan saja."

"Oh, Begitu ya... " Baekhyun memegang dagunya, terlihat berpikir lagi. "Ini hanya perkiraanku saja." Kata Baekhyun sambil menatapku. Aku balas menatapnya dengan pandangan bertanya. "Menurutmu... Apa mungkin, Chanyeol memiliki semacam ketertarikan pada... K-Kai?" Baekhyun bertanya hati-hati. Aku yang mendengarnya sontak tertawa dengan keras. Dengan tiba-tiba, aku dan Baekhyun menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung kaferia. Baekhyun melihat sekeliling dan segera menundukkan kepalanya beberapa kali kepada pengunjung kaferia, meminta maaf. "Kau puas menjadikan kita pusat perhatian? Hentikan tawamu!" Bisik Baekhyun.

"Ah, maaf. Aku benar-benar tidak bisa menahan tawaku. Chanyeol dan Kai? Pftt..." Aku berusaha keras menahan tawaku. "Hyung, aku tahu Chanyeol dengan sangat baik. Kai sama sekali tidak masuk dalam tipe idamannya. Mungkin sebagai adik kesayangan, okelah. Tapi menjadi seseorang yang disukai oleh Chanyeol? Yang benar saja..." Aku kembali terkekeh.

"Who knows, Dyo-ah? Perasaan itu bukan sesuatu yang bisa kau kontrol."

"Ya, ya, ya. Tapi untuk yang satu ini, aku bisa menjamin bahwa Chanyeol tidak akan merebut Kai dariku."

"Mengapa kau begitu yakin?"

"Chanyeol itu menyukai wanita yang cerah ceria, lucu dan menggemaskan. Sedangkan Kai? Seorang pria dengan mood naik turun dan tidak menggemaskan sama sekali." Aku berkata dengan memperhatikan beberapa foto Kai. Baekhyun mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian meminum moccalatte yang masih tersisa setengah gelas.

"Dyo-ah, mengenai perkuliahan Kai. Aku dengar, sekitar sebulan yang lalu hak menerima beasiswanya dicabut."

"Kenapa?" Tanyaku.

"Yang ku tahu, beberapa alasannya adalah Prestasi menurun, kreativitas kurang dan ketidakmampuan bersaing. Kau tahu kan bagaimana kerasnya Universitas K-arts." Baekhyun berkata sambil mengangkat bahu. "Ah, bukankah sebulan yang lalu Kai menghilang dan kemudian muncul tiba-tiba didepanmu? Aku rasa dia benar-benar bangkrut. Biaya beasiswa dihentikan, memiliki banyak utang, bekerja serawutan, dan menerima gaji yang kecil. Pantas saja dia menjadi senekat itu, menawarkan tubuhnya."

"Apa sebaiknya aku bertanya langsung pada Xiumin hyung?"

"Calm down boy. Ini baru permulaan. Masih banyak yang perlu kita cari tahu. Untuk saat ini, kau harus mengandalkan anak buahku sebagai satu-satunya sumber informasimu."


*** Windzhy Kazuma ***


Sekitar dua minggu telah berlalu. Hari-hariku masih disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk. Kai selalu datang setiap akhir jam kerja, dan beberapa kali menemaniku lembur di kantor jika pekerjaanku tidak memungkinkan untuk dibawa pulang. Jangan menanyakan bagaimana malamku dengannya. Ya, aku memang tidur dengannya, hampir setiap malam di apartemenku. Hanya tidur. Tidak ada aktivitas lain. Tapi yang mengherankan adalah, aku mendapati diriku nyaman berbicara, bercerita panjang lebar dengan Kai mengenai hal-hal ringan dan sepele, baik itu saat di tengah-tengah lembur kerjaku, atau saat menjelang tidur. Hanya ada dua orang dalam hidupku yang membuatku nyaman untuk bercerita, Chanyeol dan Baekhyun hyung. Dan sepertinya akan bertambah satu lagi, Kai. Yah, walaupun Kai menanggapinya hanya dengan kata-kata yang kelewat singkat seperti 'Oh' 'Hm' 'Ya' 'Lalu' dan sebagainya. Tapi tak jarang, ia tertawa jika mendapati sesuatu yang lucu dari ceritaku. Sifat angkuh dan arogannya sedikit berkurang. Garis bawahi, Sedikit.

Aku kembali dihadapkan pada akhir pekan. Pagi tadi, aku menemani kolega bisnisku untuk bermain tennis, kemudian mengikuti jamuan makan siangnya dan saat ini aku dalam perjalanan pulang menuju apartemen. Kai tidak menginap di apartemenku kemarin. Sepertinya ia memiliki banyak tugas kampus. Aku hampir saja lupa, bahwa ia masih seorang mahasiswa.

Aku mencari kontak atas nama Kai dalam handphoneku dan segera menghubunginya.

"Ya." Suara Kai terdengar setelah nada tunggu yang ketiga.

"Kau dimana?"

"Di rumah dengan setumpuk tugas."

"Ah, begitu..."

"Kenapa?"

"Tadinya, aku ingin menyuruhmu ke apartemenku. Apa kau tidak bisa kesini?"

"Aku masih mengerjakan tugas."

"Tugasmu sangat banyak?"

"Ya. Aku harus menyelesaikannya sebelum jam 6."

"Dan setelah jam 6, kau bisa ke apartemenku?"

"Tidak. Aku bersiap untuk ke Black Pearl setelah mengerjakan tugasku."

"Hey, kau teman kencanku selama dua bulan. Aku membayarmu dengan mahal."

"Ya. Dan jauh sebelum kita mengadakan perjanjian, aku juga menandatangani kontrak kerja dengan bosku di Black Pearl. Minggu lalu aku tidak masuk kerja karena menemanimu di kantor. Kau telah memiliku selama tiga minggu. Aku harus masuk kerja hari ini."

"Aku sudah mengatakan padamu sejak kita pertama bertemu, kan? Aku tertarik padamu bahkan secara seksual. Kesibukan dan rasa lelah karena tugas kantor membuat tiga minggu itu berlalu begitu saja." Aku terdiam, menarik nafas panjang. "Aku..." -'Menginginkan tubuhmu malam ini.' Aku melanjutkan perkataanku dalam hati. Entahlah, aku menjadi sedikit malu mengungkapkannya. Sial!

Aku terdiam lama. Kai juga tidak bersuara dari seberang telepon. Apa dia memutuskan teleponku?

"H-halo?"

"Hm."

"Huft. Oke. Temui aku hari Senin."

"Datanglah ke Black Pearl. Aku akan menemuimu nanti setelah selesai kerja."

"Huh? Ah... Baiklah."

"Sampai jumpa."

"Ya."

Kai memutuskan telepon. Aish, ada apa denganku? Setiap kali ingin membicarakan tentang 'tidur' dengan Kai, aku menjadi lebih awkward. Setelah terbiasa berbicara tentang hal-hal yang ringan dan sepele dengan Kai, kegiatan dewasa di tempat tidur merupakan perbincangan yang berat untuk dibicarakan. Padahal, sebelumnya, menyebutkan seks secara gamblang adalah hal yang biasa.


*** Windzhy Kazuma ***


Aku melangkahkan kakiku memasuki Black Pearl. Pengunjung bar masih sedikit. Wajar saja, baru jam tujuh malam. Black Pearl biasanya ramai saat jam menunjukkan pukul 22:00 atau jam sepuluh malam. Bisa ku lihat, Chanyeol dengan senyum cemerlangnya sedang membuat pesanan beberapa pengunjung yang duduk didepannya.

"Chanyeol-ah!"

"Wah, Dyo-ah!" Sedikit kaget, Chanyeol menjawab sapaanku dengan antusias. Jika saja tak ada meja bar yang menghalangi, mungkin saja saat ini Chanyeol akan melompat kearahku dan merangkul leherku dengan erat. "Kau kemana saja, huh? Kau tidak datang beberapa minggu. Terakhir kali, aku bertemu denganmu saat kau mengajakku makan siang."

"Ah, ya. Seperti biasa, urusan kantor tidak henti-hentinya menyerang kepalaku."

"Aku sudah menduganya. Kepalamu semakin besar saja dibandingkan dengan terakhir kali kita bertemu. Apa kau membawa-bawa laptop dan dokumen-dokumen didalam kepalamu?"

"Yakk! Aish, kau ini. Buatkan aku minuman seperti biasa."

"Oke!"

Aku mengedarkan ! Dan, bukankah yang duduk di sampingku adalah...

"Hyung?"

"Hehehe" Baekhyun hyung mengangkat sebelah tangannya dan melambaikannya dengan pelan. "Annyeong, Dyo-ah."

"Hyung! Sejak kapan kau disini? Kau bahkan tidak memberitahuku bahwa kau akan ke Black Pearl. Dan, apa ini? Kau bahkan datang lebih dulu dariku?"

"Yakk! Kau pikir bar ini adalah bar milikmu pribadi?"

"Kau biasanya mengajakku jika ingin pergi."

"Jadi kau sakit hati karena aku tidak memberitahumu?"

"Bukannya begitu..."

" Tadinya aku ingin mengajakmu. Tapi mengingat bahwa ini adalah akhir pekan, kau pasti akan datang tanpa ku ajak sekalipun."

"Lalu, kenapa kau datang lebih cepat? Biasanya kau baru datang jika Black Pearl penuh sesak."

"Ada sesuatu yang ku urus."

"Apa yang kau urus disini?"

"Yakk! Dyo-ah, Sejak kapan kau begitu peduli dengan aktivitasku?"

"Memangnya kenapa? Kau juga dulu sering melakukan hal yang sama kepadaku."

"Dulu, mengetahui aktivitasmu adalah sebuah kewajiban bagiku. Kesatuan antara jiwa pemberontak dan pikiran labilmu sangat berbahaya, jadi kau harus berada dalam pengawasanku."

"Aku juga sedang mengawasimu saat ini."

"Tak ada yang perlu kau awasi dariku. Satu-satunya orang yang berbahaya disini adalah kau, Dyo-ah."

"Oh ya? Jangan lupa, bahwa kau adalah orang yang pernah dikirim ke London karena membuat banyak kekacauan."

"Mengontrol pembukaan cabang kecil di daerah memang bukan gayaku. Aku terlatih untuk bekerja di kantor pusat, dengan permasalahan yang lebih kompleks. Kau tahu kan, aku bahkan masuk dalam tim khusus terbaik perusahaan di London."

"Tetap saja, kau juga seorang pembuat onar."

"Dyo-ah, keonaran yang ku buat bukan apa-apa jika dibandingkan dengan dirimu. Hangover di akhir pekan dan terbangun dengan partner seks yang berbeda-beda. Menjadi CEO perusahaan tidak menjamin bahwa kau berhenti membuat keonaran, Do Kyungsoo. Bagaimanapun juga, kau tetap dalam pengawasanku."

"Kau masih ingin meneruskan perdebatan ini?"

"Kau masih ingin berdebat?"

Aku menarik nafas panjang. Kudengar suara tawa Chanyeol yang renyah. Aku tahu, sejak tadi dia menjadi penonton perdebatanku dengan Baekhyun hyung. Aku meliriknya saat ia menyodorkan segelas minuman kepadaku.

"Chanyeol-ah, Kau sudah tahu alasan mengapa kadang aku menyebutnya 'Cabe'? Kau pasti melihat api yang berkobar keluar dari mulut dan matanya saat berdebat. Dia sangat HOT seperti cabe." Aku mengakhiri perkataanku dengan sebuah jitakan dari Baekhyun Hyung. Aku mendengar kembali tawa Chanyeol yang lebih keras.

"Hey,Dyo-ah, penari seksimu sudah datang." Kata Baekhyun hyung. Aku mengikuti arah pandangnya, dan menemukan Kai memasuki Bar tanpa menoleh sedikitpun kepadaku. Ia langsung menuju arah panggung dan kemudian bersenda gurau dengan beberapa rekannya. "Apa itu? Dia sama sekali tidak melirikmu." Sambung Baekhyun.

Aku kemudian duduk dengan nyaman di sofa favoritku di kelas VIP seperti yang selalu ku lakukan ketika mengunjungi Black Pearl, sesaat setelah berpamitan dengan Chanyeol. Aku meninggalkan Baekhyun hyung yang masih memesan beberapa minuman dengan kadar alkohol rendah kepada Chanyeol.

Semakin malam, pengunjung Black Pearl semakin banyak saja. Asap rokok mulai memenuhi ruangan. Untung saja ada penyaring udara, sehingga semua pengunjung Black Pearl tidak akan mati konyol karena asap rokok.

Malam ini, Kai telah naik ke panggung sebanyak tiga kali, berarti dia sudah menari sebanyak tiga kali. Lihat senyumannya! Tidak bisakah dia tetap memperlihatkan senyuman yang seperti itu setiap hari?

Setelah tarian terakhirnya, dia menuju ke tempatku. Pukul 23:27. Aku menghisap rokok yang masih setengah di tanganku. Musik DJ menggema, dan dance floor segera dipenuhi oleh orang-orang yang meliukkan badannya tanpa ragu. Kai duduk di depanku, mengambil minuman soda yang ada di meja kemudian meneguknya. Aku mengedarkan pandangan ke sekitarku. Beberapa pasang mata wanita bergerak elegan, memperhatikan gerak-gerik Kai dengan penuh minat. Rubah betina. Aku tetap saja memiliki banyak saingan.

"Kai-ah."

"Hm." Jawab Kai sambil menguap.

"Ada beberapa wanita yang sedang memperhatikanmu."

"Aku tahu. Aku cukup populer." Kai kembali menguap.

"Kalau begitu, kau ingin menemani mereka, tuan Populer?"

"Boleh juga. Kau mengizinkan?" Tanya Kai. Aku terkekeh mendengarnya. "Apa kau masih ingin berlama-lama disini?" tanya Kai lagi.

"Terserah padamu. Aku hanya menunggu. Kau masih akan menari lagi?"

"Tidak. Aku sudah bisa pulang."

"Baiklah. Ayo pulang." Aku segera berdiri dari sofa, menghisap sekali rokok yang ada di tanganku, kemudian meletakkan puntung rokok yang tersisa kedalam asbak.

"Kau ingin ke rumahku?" Tanya Kai tiba-tiba.

"Rumahmu?"

" Kau pernah mengatakan ingin tidur di rumahku, kan?"

"Ah, ya. Jika kau tidak keberatan." Jawabku. Kai tertawa kecil dan kemudian ikut berdiri.

"Aku sama sekali tidak keberatan. Yang perlu kau khawatirkan adalah dirimu sendiri. Rumahku bukan tempat yang nyaman."Kai tersenyum meremehkan.

"Tidak masalah. Kau bisa menjadi driver malam ini?" aku menyodorkan kunci mobil didepannya. Kai mengambilnya dan kemudian berjalan menuju pintu keluar. Aku mengikutinya.


*** Windzhy Kazuma ***


Entah berapa kali Kai menguap selama perjalanan pulang. Bocah ini, apa dia kurang tidur? Aku sudah menawarkan diri beberapa kali untuk menggantikannya membawa mobil, tapi dia menolak dengan alasan bahwa dia terlalu malas untuk memberikan petunjuk arah jika aku yang menjadi driver.

"Apa masih jauh?" tanyaku.

"Sebentar lagi sampai. Masih ada dua persimpangan lagi."

Setelah melewati dua persimpangan, Kai memarkirkan mobil di tepi jalan. Ada juga beberapa mobil yang terparkir di jalan, tetapi jaraknya sedikit berjauhan dengan mobilku.

"Kita sudah sampai?"

"Belum. Mulai dari sini, kita harus berjalan kaki." Kai menunjuk jalan setapak kecil dengan tangga batu yang dibentuk tak beraturan di sebelah kanan. Aku keluar dari mobil diikuti oleh Kai. Setelah mengunci dan mengaktifkan alarm mobil, Kai berjalan lebih dahulu. Daerah ini merupakan kumpulan perumahan yang sederhana dan sangat tenang. Tentu saja, karena mengingat ini sudah hampir tengah malam. Aku berjalan dalam diam. Disamping kiri dan kanan jalan langsung berbatasan dengan pagar tembok rumah.

"Aku sudah bilang kan, bahwa rumahku bukanlah tempat yang nyaman untuk dikunjungi." suara Kai menggema di sepanjang jalan setapak.

"Sssttt! Suaramu bisa membangunkan seisi kompleks." Bisikku.

Untuk sampai di rumah Kai, jalan setapak yang dilalui sekitar 100 meter. Tidak terlalu jauh dari jalan raya. Hanya saja, perlu ekstra hati-hati. Tangga batu tak beraturan dan juga jalan yang agak mendaki ini mulai licin karena suhu udara yang dingin, memasuki awal musim gugur.

Kai berhenti didepan sebuah pintu gerbang kecil dengan tinggi sekitar dua meter dan berwarna orange kusam. Kai mengambil kunci dari kantong jeansnya dan membuka gembok. Setelah pintu terbuka, Kai mempersilahkanku masuk terlebih dahulu.

Rumah Kai merupakan jenis rumah korea tradisional yang menggunakan kayu sebagai bahan utama bangunan. Pekarangannya cukup luas untuk ukuran sebuah rumah sederhana. Terdapat sebatang pohon rindang dengan balai-balai dibawahnya. Kemudian beberapa baskom kecil di sebelah keran yang tak jauh dari pohon. Tempat menjemur pakaian berada di samping kananku, tepat saat aku memasuki gerbang rumah.

"Ayo masuk."

Kai membuka pintu rumah. Aku disambut dengan sebuah meja pendek dengan dua bantal tempat duduk berada di kanan dan kirinya dan ada juga sebuah lemari kecil dengan televisi yang tidak begitu besar diatasnya. Di pojok kiri ruangan terdapat dua pintu yang bertemu. Salah satunya pasti kamar Kai. Aku menolehkan kepala ke sebelah kanan dan terdapat dapur serta wastafel yang serangkai. Juga sebuah pintu yang kuduga pintu kamar mandi. Ternyata rumah Kai tidak se-kuno yang terlihat dari luar.

Kai masuk kedalam salah satu kamar, dan tak beberapa lama kemudian ia keluar dengan membawa handuk dan pakaian.

"Aku ingin mandi. Kau masuk saja ke kamarku. Jika kau ingin berganti pakaian, kau bisa memakai pakaian yang sudah ku letakkan di atas meja belajar." Kata Kai sambil berjalan menuju kamar mandi. Aku segera berjalan menuju kamar dan membuka pintunya.

"Ah, jadi seperti ini kamar seorang Kim Jongin..." gumamku saat memasuki kamar Kai. Lemari, meja belajar, rak buku dan kasur gulung tertata rapi di pinggiran kamar. Aku duduk bersandar pada dinding dan meluruskan kakiku. Rasa kantuk mulai menyerang, namun aku tidak akan tidur sebelum mandi. Campuran antara bau asap rokok dan sedikit tumpahan minuman beralkohol yang melekat di tubuhku benar-benar tidak membuatku nyaman untuk tidur.

"Kau tidak mengganti bajumu? Apa bajuku terlalu besar untukmu?" Kai masuk kedalam kamar dengan heran beberapa menit kemudian. Ia memakai baju kaos berlengan panjang warna putih dan celana piyama berwarna abu-abu. Rambutnya basah. Ini adalah salah satu 'wujud' Kai yang langka. Dia terlihat seperti seorang dongsaeng kali ini. Seorang adik yang lucu. Hahaha.

"Tidak. Hanya saja Aku juga butuh mandi, Kai-ah." Kataku bangkit dari lantai dan menarik handuk yang berada di lehernya. Aku juga mengambil sepasang pakaian yang ada diatas meja belajar dan bergegas masuk kamar mandi.

Sekitar 7 menit kemudian, setelah mandi dan berganti baju, aku menuju kamar Kai. Namun Kai tak ada di dalam kamar. Aku baru saja akan keluar, saat Kai masuk tergesa dan langsung mematikan lampu kamar.

"Ada apa?"

"Ssstttt!" Kai menempelkan jari telunjuknya ke depan bibirnya sambil menatapku. Aku mengintip keluar kamar, dan lampu ruang tengah serta dapur juga padam. Rumah sangat gelap. Untung saja berkas-berkas cahaya lampu jalan yang lumayan tinggi menyelip masuk kedalam kamar, menembus kaca dan kain jendela. Aku kembali menatap Kai, menuntut sebuah alasan.

"Kau akan tahu sebentar lagi." Jawab Kai singkat sembari menutup mulutnya yang tak henti menguap menggunakan telapak tangannya.

Gedoran yang begitu keras dan kasar terdengar dari arah pintu gerbang rumah.

"YAKK! KIM JONGIN! KELUAR KAU, BEDEBAH KECIL!" seseorang berteriak dari arah gerbang.

"Hey, Siapa itu? Apa dia gila? Dia bisa membangunkan satu kompleks!" Bisikku pada Kai.

"Sejenis Dementor." Jawab Kai dengan berbisik.

"Huh?"

"Kau pernah melihat film Harry Potter? Mereka salah satu jenis dari Dementor, penghisap kebahagiaan."

"Aku tidak mengerti."

"AKU TAHU, KAU BERADA DI DALAM, KIM JONGIN! KEPARAT!" teriakan kembali terdengar dengan gedoran pintu yang semakin keras. Tapi kali ini, suaranya lebih berat. Sudah bisa dipastikan, yang berada di depan gerbang saat ini lebih dari satu orang. "YAKK! KAU TAK BISA LARI LAGI!"

"Aish, Holy Shit! Mereka benar-benar mengganggu waktu tidurku." Kai begumam. Dengan perlahan, Kai mengambil sebuah kasur gulung dan membentangkannya di lantai. Setelah itu, mengambil dua bantal dan meletakkannya diatas kasur. Ia juga mengambil sebuah selimut tebal dari atas lemarinya. Dengan santainya, ia berbaring diatas kasur dan menyelimuti dirinya. Sementara itu, orang-orang yang disebut Kai sebagai 'Dementor' belum menghentikan aksi mereka menggedor pintu gerbang. "Hey, kemari kau." Kai berbisik memandangku, dan menepuk dengan pelan bantal yang ada di sampingnya. Aku segera ikut berbaring dan masuk dalam selimut.

"Kau masih bisa tidur dalam situasi seperti ini? Hebat." Kataku heran.

"AKU AKAN MEMBERIMU WAKTU TIGA HARI! INI ADALAH PERINGATAN TERAKHIR, KIM JONGIN! KAU AKAN TAHU AKIBATNYA JIKA MELEWATKAN TIGA HARI INI! FUCK!" Setelah berteriak dengan keras, aku tahu, mereka secara bergantian menendangi gerbang rumah. Aku masih akan bertanya saat Kai menutup matanya.

"Aku tidak akan menjawab pertanyaan yang tidak berhubungan dengan perjanjian. Yang perlu kau lakukan saat ini adalah tidur dengan tenang, tanpa menimbulkan suara. Aku yakin, mereka masih akan berjaga sampai esok pagi." Kai berbisik dengan mata terpejam.

"Sinting! Bagaimana mungkin aku bisa tidur dengan kegaduhan yang menggila diluar sana?" jawabku. Kai kemudian meletakkan kaki kanannya diatas kakiku. Kemudian, ia juga menarik tubuhku, memelukku layaknya seekor koala yang bergelantungan membelit pohon.

"Bagaimana dengan ini? Kau sudah bisa tidur?" Tanya Kai lagi. Wajahku dan wajahnya sangat dekat, hampir bertemu.

"Aku tak yakin. Kurasa, kau malah membangunkan sesuatu yang lain..." Jawabku setengah bercanda. Kai terdiam beberapa saat, mencerna perkataanku. Setelah itu mendengus dan tersenyum remeh.

"Ah... Begitu ya... Kau pasti benar-benar menyukaiku." Ia melonggarkan pelukannya. Aku menguap dan mencoba untuk memejamkan mata.


*** Windzhy Kazuma ***


"Halo?"

"Aku sudah berada di depan pintu apartemenmu."

"Benarkah? Kau telah selesai bekerja?"

"Ya. Dari setengah jam yang lalu aku memencet bel apartemenmu."

"Ah, maaf. Aku masih dijalan-"

"Masih lama?"

"Hm, sekitar 20 menit lagi, aku akan sampai."

"Atau aku pulang saja?"

"Ah, tidak. Kau masuk saja dulu. Passwordnya 888888."

"Oke."

Kai memutuskan sambungan telefon. Ya, saat ini aku masih dalam perjalan ke apartemen. Aku baru saja menghadiri pembukaan resort baru salah satu rekan bisnisku.

Tadi pagi, aku terbangun di rumah Kai. Anak itu, dia mengatakan tidak pernah jatuh dari tempat tidurnya. 'Tentu saja kau tak akan jatuh, karena tempat tidurmu hampir sama rata dengan lantai.' Kataku pagi itu, dan disambut dengan tawa menjengkelkan dari Kai. Dasar!

Orang-orang yang menggedor pintu gerbang Kai juga sudah tidak ada. Aku meninggalkan rumah Kai tengah hari, saat ia masih berkelut dengan tugas kuliahnya.

Aku sampai di apartemen kurang lebih 20 menit kemudian. Kai sudah berada di dalam apartemen, terbukti dari sepatunya yang berada di rak sepatu.

"Kai-ah!" Aku memanggilnya sembari melepaskan sepatuku. Namun tak ada jawaban. Apa anak itu sudah tidur?

Aku terus ke dapur untuk mengambil segelas air mineral dan meminumnya. Apartemenku sangat sepi. Kai pasti benar-benar telah tertidur. Aku mengecek ruang tengah dan kamar mandi, namun Kai tidak ada di salah satu tempat itu. Satu-satunya tempat yang belum ku periksa adalah kamarku. Bisa di pastikan, Kai berada didalam.

Aku membuka pintu kamar. Kulihat Kai dengan posisi membelakangiku, berada di depan meja kerjaku.

"Hey, aku memanggilmu beberapa kali. Kau mengalami gangguan pendengaran, huh?" Kataku sembari menutup pintu. Kai berbalik, menatapku dengan pandangan dingin. Tangan kirinya memegang sebuah map berwarna coklat dan beberapa lembar kertas. Kemudian, di tangan kanannya ia memegang setumpuk foto. Foto –fotonya yang diambil secara diam-diam. Aish, aku lupa menyimpannya. Map cokelat itu adalah hasil penyelidikan yang diberikan Baekhyun hyung beberapa minggu yang lalu. Aku pikir, Kai tidak akan memeriksa meja kerjaku, jadi aku meletakkan map itu begitu saja diatas meja. Aku yakin, Kai telah membaca sebagian besar dokumen dan berkas-berkas itu.

"Aku bisa menjelaskannya." Kataku setelah menarik nafas panjang. Kai sama sekali tidak merubah ekspresinya.

"Do Kyungsoo. Kau... Kau memata-mataiku?" Kai menekan suaranya di setiap kata yang baru saja keluar dari mulutnya, menahan amarah yang mungkin hampir membakar tenggorokannya. Genggamannya terhadap kertas-kertas dan map coklat semakin keras, sehingga bagian yang di pegangnya menjadi kusut. Dia kemudian melemparkan setumpuk fotonya ke wajahku dengan kasar. Foto-foto tersebut berhamburan jatuh ke lantai.

Mengingat Kai adalah seseorang yang sangat mengagungkan "Privasi", kejadian hari ini tak akan dilewatkannya begitu saja. Dia sangat marah.

.

.

.

To Be Continued.


*** Windzhy Kazuma ***


Aku rindu kamu.

Thank's buat kamu yang udah review chapter kemaren *BigHug* Kalian yang terbaik.

Dan makasih banyak buat LoveHyunFamily, kamu sangat menarik perhatianku saat baca review chapter kemaren. Dari chapter 1-5, Kamu satu-satunya reviewer pertama yang bilang kangen sama akuh! :') :D *Walau aku tahu, kayaknya kamu modus aja deh* -_-"

Reviewers yang masih bertahan, masih bisa RnR?

Aku minta maaf, chapter kali ini mungkin jauh dari harapan kalian. Makin kesini, ff nya makin ga layak publish. Dan aku ngerasain banget. Sorry. :'(

Ga tau kenapa, ide menguap. Hilang. Dan aku mulai susah buat nerusin jalan ceritanya.