Aku bisa menjelaskannya." Kataku setelah menarik nafas panjang. Kai sama sekali tidak merubah ekspresinya.

"Do Kyungsoo. Kau... Kau memata-mataiku?" Kai menekan suaranya di setiap kata yang baru saja keluar dari mulutnya, menahan amarah yang mungkin hampir membakar tenggorokannya. Genggamannya terhadap kertas-kertas dan map coklat semakin keras, sehingga bagian yang di pegangnya menjadi kusut. Dia kemudian melemparkan setumpuk fotonya ke wajahku dengan kasar. Foto-foto tersebut berhamburan jatuh ke lantai.

Mengingat Kai adalah seseorang yang sangat mengagungkan "Privasi", kejadian hari ini tak akan dilewatkannya begitu saja. Dia sangat marah.


Dangerous Offer

Main Pair : KaiSoo

Warning: Typo(s), Kata-kata Kasar, Plot dan Ide masih dipikir sambil ngetik, Obrolan dewasa, OCC, kata-kata gak jelas dan gak pas bertebaran dimana-mana, DLL. Penulis baru, berantakan, harap maklum.

Disc: EXO belong to EXO-L

Don't Like, Don't Read

.

.

.

Happy Reading ^^


Chapter 7


Kai kemudian melemparkan setumpuk fotonya ke wajahku dengan kasar. Foto-foto itu berhamburan jatuh ke lantai.

"Aku tidak memata-mataimu, Kim Jongin. Dengar―"

"LALU KAU SEBUT APA INI?!"

"Bisakah kita duduk dan berbicara baik-baik?"

"Bicara baik-baik?" Kai menarik sudut bibirnya, tersenyum sinis kepadaku. "Shut your fucking mouth up, bastard!" Dengan Kasar, Kai merobek map coklat dan beberapa lembar kertas yang ada di tangannya.

"Dengar. Aku memang mencari tahu sedikit tentangmu. Tapi aku sama sekali tidak berniat memata-mataimu. Kau tiba-tiba datang menawarkan tubuhmu padaku. Kau pikir itu tidak aneh?"

"Kau mencari pembelaan?"

"AKU MENGATAKAN YANG SEBENARNYA!" Lama kelamaan, pertengkaran ini menyulut emosiku.

"AKU SAMA SEKALI TIDAK MENYUKAI INI, DO KYUNGSOO. KAU MELEWATI BATAS! KAU PIKIR KAU BEBAS MENGUTAK-ATIK PRIVASIKU SETELAH KAU MEMBAYAR TUBUHKU?"

"AKU. TIDAK. MENGUTAK-ATIK. PRIVASIMU. BRENGSEK!"

"Aku mencoba untuk melunak kepadamu, Do Kyungsoo. Aku berpikir ratusan kali untuk membuat perjanjian denganmu, mencoba ratusan kali untuk mengenyahkan rasa jijikku pada orientasi seksualmu! Tapi apa ini?!"

Jijik? Aku sedikit tersinggung mendengarnya. Tapi, tak apa. Bukankah Kai sedari awal sudah seperti ini? Ucapannya terkadang membuatmu seperti tersengat serangga beracun.

"Ah― Jadi aku menjijikkan?"

"Ya. Kau, orientasi seksualmu, dan obsesimu terhadapku. Benar-benar menjijikkan dan membuatku muak!"

Bisa kurasakan darahku naik ke wajah dan sekitar telingaku. Aku tak menyangka, Kai adalah seseorang yang terlatih untuk mengucapkan kalimat-kalimat menyakitkan.

"Aku adalah orang yang menjijikkan untukmu, kan? So, dari sekian banyak orang, mengapa kau datang kepadaku?"

"Kau tidak bisa membaca raut wajahku saat datang kepadamu? Apa 'keterpaksaan' yang kutampilkan di wajahku tidak bisa kau lihat?"

Aku segera melayangkan kepalan tanganku pada wajahnya dan berhasil meninggalkan lecet di sudut kiri bibirnya. Aku kemudian menarik kerah bajunya, menatap matanya tajam.

"Tidakkah kau berpikir bahwa kau sedikit keterlaluan? Kau merasa terpaksa saat datang kepadaku?" Aku tertawa mengejek. "Sebaiknya kau bercermin, Kai-ah. Kau juga mendesakku saat datang pertama kali. Yang sangat tidak tahu malu disini adalah, Kau."

Kai mendorongku, sehingga genggamanku pada kerah bajunya terlepas. Ia melihatku dengan tatapan menantang, tidak sedikitpun merasa bersalah atas kata-katanya.

"Kau telah menerima uangku. Tapi, tidak sekalipun kau memberikan layanan seks kepadaku, seperti yang ada dalam perjanjian. Lalu sekarang, kau menuduhku mengganggu privasimu. Yang benar saja..."

"Aku baru tahu, yang ada di kepala seorang CEO perusahan besar sepertimu hanya berisi seks."

"Ya, aku hanya berpikir tentang seks saat melihatmu. Mengapa? Karena bagiku, kau hanyalah seseorang yang ku bayar untuk melakukan seks. Wajahmu, tubuhmu, sangat cocok menjadi budak seks bagiku." Aku menutup ucapanku dengan senyuman, puas saat melihat reaksi Kai. Sangat menarik. Bahunya yang bergerak naik turun tak beraturan menjadi bukti bahwa ia sedang mencoba untuk meredam amarahnya.

"Hati-hati dengan ucapanmu. Kau hanya membuatku semakin muak, Do Kyungsoo."

"Tch. Kau benar-benar tidak tahu malu sama sekali, Kim Jongin. Kau marah? Justru yang berhak marah disini adalah aku!" Aku tetap mempertahankan senyumanku.

Kai perlahan mengusap darah yang ada di sudut bibirnya, hasil dari kepalan tangan kananku. Setelah itu, ia membuka satu per satu kancing kemejanya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Menjadi budak seksmu." Ia segera melemparkan kemejanya dan menarik tanganku, kemudian dengan kasar mendorong tubuhku ke tempat tidur.

"Ah― jadi kau tersadar dan mulai merasa tidak enak menerima uangku? Kau ingin melayaniku sekarang?" Aku mendecih melihatnya yang mulai menaiki tubuhku. Tak ada balasan yang terucap dari mulutnya. Ia melepaskan dasi dan membuka satu per satu kancing bajuku. Gerakannya terhenti saat aku menahan tangannya.

"Hentikan!" Aku merasakan tangannya bergetar menahan amarah. Ia juga mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Yang benar saja, ia akan melakukan seks dengan amarah yang siap meledak seperti itu? "Menyingkir dari tubuhku! Setelah semua yang kau ucapkan, aku tidak tertarik lagi denganmu." Aku mendorong tubuhnya ke samping. "Silahkan keluar dari apartemenku. Tenang saja, aku tidak akan meminta uangku kembali." aku bersiap untuk bangun dari tempat tidur. Tetapi Kai menarik kembali tanganku, menghempaskannya dengan kasar ke tempat tidur.

Kai menindih tubuhku dan mempertemukan bibirnya dengan bibirku, melumatnya dengan brutal. Aku seakan kehilangan diriku.

Seperti tak ada hari esok, kami saling memakan dengan kasar. Ia mengambil alih kendali atas diriku. Dan Aku... Aku tidak bisa menolaknya...

Hanya itu yang ku ingat.


*** Windzhy Kazuma ***


Deringan telepon membangunkanku. Aku meraba meja, mencari letak Handphone yang berdering tidak sabaran.

"Halo?!" Suara Baekhyun hyung.

"Hm." Jawabku malas.

"Kau dimana?"

"Di apartemen"

"Di apartemen? Aku baru saja dari sana. Aku menekan bel berkali-kali, tapi kau tidak membukakan ku pintu."

"Mengapa kau tidak masuk saja? Kau tahu password apartemenku."

"888888?"

"Hm."

"Yakk! Kau sama sekali belum menggantinya? Dasar bodoh! Perampok bisa saja masuk jika kau tidak mengubah password-mu!"

"Tak apa. Bahkan yang lebih berbahaya dari perampok, pernah masuk ke apartemenku."

"Hah? B-benarkah? Siapa? Mafia? Assassin?"

"Kau."

"Ck. Jangan merusak mood-ku hari ini."

"Salahmu. Mengapa kau menelponku pagi-pagi?"

"Pagi-pagi? Kau baru bangun ya? Ini hampir tengah hari, Dyo-ah!"

Aku memperhatikan jam weker di meja dekat kepalaku. 11:28 AM.

"Ah― maaf. Aku baru bangun."

"Kenapa baru bangun?"

"Aku tidak enak badan."

"Kau sakit?"

"Hm."

"Sakit apa? Kau mau aku ke apartemenmu? "

"Tidak. Tidak perlu. Aku hanya sedikit― kelelahan dan― kurang tidur. Kau tak perlu kesini. Kehadiranmu hanya membuat kepalaku bertambah pusing."

"Aish, brengsek!" Aku tertawa mendengar umpatan dari Baekhyun. "Kau yakin, kau tidak apa-apa?"

"Ya. Aku baik-baik saja, hyung. Mungkin dengan tidur beberapa jam lagi akan membantu. Beritahu sekretarisku bahwa aku tidak bisa hadir hari ini."

"Baiklah. Telepon aku jika kau butuh sesuatu."

"Hm."

"Oke."

Baekhyun memutus sambungan telepon lebih dulu. Aku mengecek handphone-ku. Tujuh belas panggilan dari Baekhyun Hyung, tujuh panggilan dari Irene ‒sekretarisku‒, dan terdapat tiga pesan. Dua diantaranya pesan dari Baekhyun hyung, dan yang lain dari Irene.

Dengan susah payah, aku mencoba bangun dari tempat tidur. Kai sudah tidak ada. Mungkin, dia memiliki kelas pagi tadi. Entahlah. Dia tidak menelfonku, tidak mengirimiku pesan, ataupun meninggalkan pesan. Dengan pertengkaran kami yang berujung pada seks keras tadi malam, wajar saja ia tidak akan berlama-lama tinggal bersamaku.

'Ya. Kau, orientasi seksualmu, dan obsesimu terhadapku. Benar-benar menjijikkan dan membuatku muak!'

Kata-kata Kai kembali terngiang di telingaku secara berulang, seperti sebuah kaset rusak. Jadi, begini ya akhirnya? Baiklah. Aku bisa mendapatkan puluhan orang yang seperti Kai diluar sana.

"Ahh, Damn it!" bagian bawah tubuhku sangat sakit saat aku mencoba berjalan. "SHIT! AKU BENAR-BENAR MEMBENCIMU KIM JONGIN!" Aku berteriak frustasi. Anak itu, apa dia tidak bisa melakukannya dengan lembut? Sial!

Dengan tertatih, aku berjalan memasuki kamar mandi. Sembari mengisi bathup, aku melihat pantulan tubuhku dalam cermin. Sangat kacau. Bercak merah bekas gigitan terlihat jelas di leher, dada, perut, bahkan di paha. Beberapa diantaranya masih terasa perih. Bekas remasan tangan Kai di bahuku juga meninggalkan bekas dengan warna kebiruan yang samar. Apa yang aku lakukan tadi malam? Seks atau karate? Ini gila.

Aku menghabiskan sisa hari dengan bersantai di apartemen. Aku tidak berusaha untuk menghubungi Kai. Dan Kai juga sepertinya enggan untuk menghubungiku. Ya, walaupun aku masih berharap sedikit tentang itu. Menjelang malam, si berisik Baekhyun datang dan mengomeliku habis-habisan hanya karena password apartemenku yang belum ku ganti. Mungkin di kehidupan yang lalu, dia adalah reinkarnasi dari seorang ajjummha yang cerewet dan gila urusan. Aku tersenyum saat memikirkannya.


*** Windzhy Kazuma ***


"Dyo-ah!" Xiumin hyung berseru dari pintu ketika mendapatiku duduk di sofa ruangannya.

"Hyung!" Aku menyambutnya dengan senyuman. Ia menyalamiku dan memelukku sesaat. Saat ini aku sedang berkunjung ke kantor Heart Attack Entertaiment. Beberapa hari yang lalu aku menghubungi Xiumin hyung untuk bertemu, tetapi karena jadwal kami berdua yang begitu padat sehingga aku baru bisa bertemu dengannya hari ini.

"Maaf membuatmu menunggu lama. Meeting-ku tidak berjalan mulus seperti yang ku perkirakan sehingga menyita waktu lebih lama."

"Tidak apa, hyung. Aku mengerti."

"Kau mau minum apa? Aku akan menyuruh karyawanku mem―"

"Ah― tidak perlu hyung. Aku baru saja dari kaferia sebelum ke sini. Perutku sudah sangat penuh."

"Benarkah?"

"Swear!"

"Hm, baiklah. Bagaimana kabarmu? Aku cukup terkejut juga saat kau menghubungiku. Setelah proyek terakhir, kita tidak pernah bertemu."

"Aku baik-baik saja hyung. Dan‒ wow! Kau semakin tampan dari terakhir kali kita bertemu. Berapa orang gadis yang kau miliki saat ini, hyung?"

"Hahaha. Kau benar-benar pintar memuji, Dyo-ah. Aku akan mentraktirmu makan kapan-kapan. Segeralah kosongkan jadwalmu."

"Aku tidak memiliki maksud tertentu saat menyebutmu tampan, hyung. Tapi, karena kau sudah mengajakku, okelah. Tunggu saja telfon dariku, aku akan menagih traktiranmu."

Siang itu, aku dan Xiumin hyung mengobrol tentang banyak hal. Mulai dari hal-hal sederhana seperti kesibukan kami berdua saat ini, keadaan perusahaan, peluang bisnis di pasar globalisasi, hingga membahas tentang perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi menjadi saingan bisnis.

"Jadi, saat ini kau sedang membuka Global Audition untuk menerima peserta trainee dari negara lain?"

"Ya. Itu sudah menjadi kegiatan rutin setiap dua tahun."

"Begitu ya... Ahhyung, aku ingin menanyakan tentang salah satu trainee di perusahaanmu. Namanya Kai, kau kenal?"

"Kai? Kim Jongin?"

"Ya, Kim jongin. Dia trainee di sini kan?"

"Ah, anak itu... Hm, dulu dia trainee di sini. Tapi, karena ada sedikit masalah, dia mengundurkan diri. Ada apa? Kau mengenalnya juga?"

"Dia bukannya memiliki utang pada perusahaanmu?"

Xiumin hyung yang tadinya sibuk melonggarkan dasinya segera menatapku lekat.

"Dari mana kau tahu? Apa orangtuanya juga pernah meminjam uang perusahaanmu?"

"Orang tuanya?"

"Ya. Orangtua Kai meminjam uang perusahaanku beberapa tahun lalu. Hey, kau bahkan belum menjawab satupun pertanyaanku. Kau mengenal Kai?"

"Uh m― Ya. Aku dan Kai lumayan― Dekat. Karena beberapa alasan, dia juga terlibat suatu perjanjian denganku."

"Sebuah bisnis?"

"Ya, kira-kira seperti itu. Tapi sudah berakhir. Mengenai utang Kai pada perusahaanmu, apa begitu banyak? Maksudku uang perusahaan yang ia pinjam..."

"Lumayan. Saat itu, aku belum menjadi CEO di perusahaan ini. Orang tua Kai meminjam sejumlah uang pada perusahaan untuk membangun bisnis konstruksi. Mereka menggunakan bakat Kai sebagai jaminan. Tapi, bisnis yang mereka rintis tidak berhasil dan mengalami kerugian yang besar. Orang tua Kai tidak dapat mengganti dana perusahaan yang telah diambilnya."

"Jadi?"

"Seperti yang ada dalam perjanjian, Kai harus membayar ganti rugi. Ia dipersiapkan untuk debut. Jika debutnya berhasil, uang penghasilannya akan digunakan untuk mengganti dana perusahaan. Awalnya, Kai sangat setuju. Namun, setelah kematian orangtuanya―"

"Orang tua Kai meninggal?"

"Kematian beruntun. Ayahnya meninggal karena mabuk saat mengemudi, dan ibunya karena overdosis obat tidur." Xiumin hyung menarik napas dalam sambil menggelengkan kepalanya. "Dia bunuh diri. Sejak itu, Kai sudah tidak memiliki semangat untuk berlatih. Perusahaan tidak ingin membuatnya terbebani, jadi aku tidak pernah membahas masalah utang orangtuanya. Tapi, dua tahun terakhir, dia selalu datang membayar utang keluarganya sedikit demi sedikit. Kata orang-orang, ia bekerja serawutan."

"Bukannya beberapa bulan yang lalu, anak buahmu datang menagih hutang di rumah Kai?"

"Hah? Anak buahku? Hahahaha. Apa aku seorang rentenir? Lagipula, utangnya sudah lunas."

"Jadi, yang datang saat itu bukan orang suruhanmu?"

"Perusahaanku bahkan tidak tahu dimana rumah Kai. Ia selalu berpindah-pindah."

"Hm... Begitu ya..."

"Jika kau memliki urusan yang sangat penting dengannya, aku bisa membantumu mencarinya."

"Ah, tidak perlu hyung. Aku hanya ingin mengetahui beberapa hal saja tentang Kai."

"Oke. Hubungi saja aku jika kau memerlukan bantuanku."

"Baik hyung."


*** Windzhy Kazuma ***


"Apa ini?" Aku bertanya pada Baekhyun hyung saat ia dengan santainya masuk kedalam ruanganku tanpa permisi dan meletakkan amplop cokelat diatas mejaku. Huft! Baekhyun satu-satunya karyawan di perusahaanku yang tidak memperlakukanku sebagai seorang CEO.

"Kai. Orang suruhanku membawanya pagi ini ke ruanganku."

"Buang."

"Apa?"

"Didekat pintuku, ada tempat sampah. Kau bisa membuang amplop ini disana."

"Hey, hey― Tidakkah kau penasaran? Kai, dia―"

"Aku sama sekali tidak penasaran, hyung. Maaf, tapi sebaiknya hyung segera keluar dari ruanganku. Aku masih memiliki beberapa pekerjaan yang diberikan Irene. Dan ini juga masih jam kerja, Aku bisa saja memotong gajimu jika kau berkeliaran tidak jelas seperti ini."

"Woooaah! Kau benar-benar CEO rupanya? Huuuu~ CEO-ku sangat galak hari ini."

"Hyung, Please..."

"Oke, oke. Aku akan keluar. Pastikan untuk segera membuka amplop itu setelah aku keluar."

"Hyung―" Aku memanggil Baekhyun yang hampir keluar dari ruanganku.

"Apa lagi? Kau menyuruhku kelua―"

"Kau tidak perlu memata-matai Kai lagi."

"Ck. Sebenarnya, ada apa dengan kau dan Kai? Apa terjadi sesuatu? Kau dicampakkan?"

"Yak! Aku tidak memiliki hubungan se-serius itu dengan Kai."

"Benarkah? Sejak Kai tidak berkeliaran di sekitarmu, kau menjadi orang yang lebih kaku dan membosankan. Kau bahkan tidak pernah lagi mengajak wanita ke apartemenmu. Kai benar-benar hebat bisa menaklukkanmu. Apa kau begitu patah hati?"

"Kau tidak melihat layar komputer didepanku? Apa kau tidak pernah dilempar dengan ini sebelumnya?" Aku mengetuk-ngetuk layar LCD yang ada didepanku.

"Baik. Aku akan berhenti menyelidiki Kai sesuai dengan perintahmu, dan aku akan keluar dari ruangan ini. Bye."

Aku menarik napas panjang. Segera ku bawa amplop itu dan membuangnya ke tong sampah yang terletak berdekatan dengan pintu masuk ruangan. Beberapa lembar foto menyembul keluar sebagian dari amplop. Aku menahan napas! Segera kuambil kembali amplop dan foto-foto tersebut yang telah bergabung dengan sampah-sampah kertas.

Foto-foto ini diambil disekitar kompleks rumah Kai. Aku sangat ingat, lorong sempit ini adalah jalan kecil menuju rumah Kai. Dan, Kai― di foto itu wajahnya memar kebiruan. Di beberapa foto yang lain, terlihat 4-5 orang berbadan kekar seperti bodyguard sedang menarik kerah bajunya.

Aku hampir saja menghubungi nomor Kai. Tapi, ini bukan lagi menjadi urusanku kan?

'Ya. Kau, orientasi seksualmu, dan obsesimu terhadapku. Benar-benar menjijikkan dan membuatku muak!'

Aku membuang kembali foto beserta amplop itu kedalam tong sampah setelah kata-kata Kai pada malam itu terulang kembali didalam kepalaku.


*** Windzhy Kazuma ***


"Kau sudah melihatnya? Foto-foto yang dikirim. Kau sudah melihatnya?" Baekhyun hyung mengambil tempat di depanku. Aku berada di kaferia saat ini untuk makan siang.

"Ya."

"Ya?"

"Ya. Aku sudah melihatnya."

"Lalu? Apa yang akan kau lakukan? Apa sebaiknya kita lapor pada polisi?"

"Aku tidak akan melakukan apapun, hyung. Itu urusannya. Itu masalahnya. Aku tidak perlu terlibat."

"Kau yakin? Apa kau benar-benar telah melihat foto-foto itu, Dyo-ah?"

"Tidak ada yang special dari foto itu. Aku sudah membuangnya ke tong sampah setelah melihatnya. Jika kau memberiku foto Hyuna yang sedang tidak berbusana, mungkin aku akan menyimpannya."

"Dyo-ah, aku sangat serius kali ini."

"Hyung, aku sama sekali tidak tertarik lagi dengan urusan Kai. Urus saja tugas-tugas kantormu yang menumpuk itu."

"Tenang saja, aku selalu menyelesaikan tugasku tepat waktu. "

"Oh ya? Aku akan mengeceknya."

"Tapi, Dyo-ah, kau yakin akan membiarkan kejadian seperti itu begitu saja? Bagaimana jika beberapa hari kemudian, Kai menghilang atau terbunuh?"

"Yak!"

"Aku hanya memperkirakan kemungkinan terburuk. Bisa saja terjadi, kan? Sudah beberapa minggu Kai tidak bekerja di Black Pearl. Aku selalu menanyakannya pada Chanyeol, tetapi Chanyeol juga tidak tahu. Kai tidak pernah datang, sama sepertimu."

"Sepertinya kau sudah sangat dekat dengan Chanyeol."

"Akhir-akhir ini aku sering ke Black Pearl. Tentu saja aku dekat dengan Chanyeol. Menurutmu, di Black Pearl aku akan mengobrol dengan siapa lagi jika bukan dengan Chanyeol?"

"Kau tidak tertarik dengan Chanyeol, kan?"

"Jika ku bilang kalau aku menyuka―"

"How dare you! Jangan menyentuhnya!"

"Sepertinya dia juga tertarik denganku. Apa kau cemburu?"

"Aku tidak akan membiarkan kau merusak pikiran jernihnya. Cukup kau dan aku saja yang gila."

"Lalu, bagaimana dengan Kai? Kau juga berusaha untuk merusak pikiran jernihnya."

"Berhenti mengaitkan segala sesuatu dengan Kai."

"Chanyeol selalu menanyakan tentang Kai setiap aku datang ke Black Pearl. Dia mengira Kai bersamamu selama ini."

"Kenapa harus aku?"

"Terakhir kali Chanyeol melihat Kai selalu bersamamu jika berada di Black Pearl."

"Katakan saja pada Chanyeol bahwa aku sudah tidak berurusan lagi dengan Kai."

"Kau akan menjadi tersangka utama jika Kai menghilang atau terbunuh. Kau pernah dekat dengannya, dan kau tahu bahwa Kai dihajar oleh beberapa orang berbadan besar. Ya, aku juga mengetahuinya, tapi yang memerintahkanku untuk memata-matainya adalah kau. Dan kau tidak melakukan apapun untuk menyelamatkannya."

"Yak! Sejak kapan kau menjadi pengarang novel thriller?"

"Sekali lagi, aku hanya memperkirakan kemungkinan terburuk. Who knows?"

"AishHyung, kau membuat selera makanku hilang." Aku beranjak dari tempat duduk ku menuju pintu keluar kaferia.

"Hey, Dyo-ah, kau mau kemana? Kau tidak makan siang?" Aku hanya melambaikan tangan menjawab pertanyaan Baekhyun hyung.

Tidak bisa ku pungkiri, kemungkinan terburuk versi Baekhyun hyung benar-benar meracuniku sekarang. Dasar! Bagaimana bisa Baekhyun hyung memiliki pemikiran menyeramkan seperti itu?

Ya, aku memang mengkhawatirkannya. Kai dengan mulut pedas dan keras kepalanya, orang-orang itu bisa saja menghajarnya sampai babak belur. Jangankan pria-pria berbadan besar seperti gorilla itu, aku saja ‒yang bisa mengontrol emosi dengan baik‒ melayangkan bogem mentahku ke wajahnya saat mendengar kata-katanya.

"Kai-ah..."

Tapi, bagaimanapun, aku belum bisa memaafkanmu.

.

.

.

To Be Contiued? / Discontiued?


*** Windzhy Kazuma ***


Aku minta maaf. TT^TT

Aku minta maaf udah menelantarkan ff ini selama sebulan lebih. Maap banget. T-T

Ide datang dan pergi sesuka hatinya, Ouwoh~ Kejamnya Dikau~ Kejamnya Dikau padakuh~ *MalahNyanyi*

Chapter ini agak singkat dan penuh ketidakjelasan *KayakAuthornya*, jalan cerita kurang memuaskan dan mungkin jauh dari harapan para readers, lambat update, untuk semuanya kekurangan baik yg saya sadari ataupun yang nantinya akan kalian temuin, aku minta maaf banget.

Aku udah mulai susah buat mengilustrasikan sesuatu, udah mulai susah mendeskripsikan *DariDuluKaliYee* Jadi harap maklum kalo bahasanya amburadull -_-" Sebenernya sempat sih berpikir buat Discontiued aja (Maaf banget karna udah pernah berpikir kayak gini TT-TT), tapi aku baca review dari chapter 6, ternyata masih ada aja yang nungguin *MakasihBanyakMuacchhh*

Bulan kemarin aku sibuk konsultasi-revisi-konsultasi-revisi, jadi susah buat dapet ide. Di kepala aku yang melayang-layang cuman perbaikan dan kritikan galak dosen -_-" Author tambah stress jadinya. *Curhat* Sekarang, setelah berbulan-bulan konsultasi, akhirnya ACC juga. Alhamdulillah yah. Tapi yang jadi masalah, temen-temen aku ga mau seminar proposal bareng aku. Katanya takut sama Dosen Pembimbingku. Lha, trus gue kapan Seminarnya dong kalo lu pade kaga mau nemenin gue? Tega banget. Hikss *CurhatGajeLagi* #Abaikan

Jadi gini, ff ini tetap KaiSoo dengan Kai jadi Top dan D.O jadi suami gue *ehh* maksudnya jadi Bottom. Aku ga bisa ngebayangin D.O jadi SEME buat Kai. Oh, No! It's not my style. Sorry :) Yang menginginkan adegan NC, maaf yah, Windzhy Kazuma ga bisa bikin. udah beberapa kali coba, tapi ga dapet feel-nya. Jadi ff ini mau diturunin aja ratednya jadi T? Tapi ada bahasa-bahasa kasar sih, makanya aku jadiin rated M. Gimana dong?

Trus, aku mungkin bakal gulung tikar jadi Author kalo ff ini udah kurang peminatnya. Makanya Chapter ini ada tulisan To Be Continued? / Discontinued? Hehehe. Tapi aku tetep jadi readers dan reviewers bagi karya-karya ff Author yang lain. :)

Thank's buat yang udah baca dan review chapter kemaren *BigHug* Gomawoo :* Makasih buat kritik, saran, dan semangatnya. Love you guys! :)

Dan aku minta maaf buat chapter kali ini yang mungkin kurang memuaskan. Mian TT-TT Untuk itu, kalo ada kritik dan saran yang membangun, bilang aja di kotak review yah.

So, Finally, Read and Review! :)