Kau bisa, kan?

Dan aku juga mengingat dengan sangat jelas, aku menjawab pertanyaan Baekhyun hyung dengan anggukan. Sinting.

Aku tidak pernah menyangka bahwa kehidupan Dyo bisa se-sinetron ini. Yang benar saja, hal ini muncul di sinetron saja, kan? Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang? Pahlawan kesiangan, huh?


Dangerous Offer

Created by.

Windzhy Kazuma

Main Pair : KaiSoo (Kim JongIn - Do Kyungsoo)

Warning: Typo(s), Kata-kata Kasar, Plot dan Ide masih dipikir sambil ngetik, Obrolan dewasa, OCC, kata-kata gak jelas dan gak pas bertebaran dimana-mana, DLL. Penulis baru, berantakan, harap maklum.

Disc: EXO belong to EXO-L

Don't Like, Don't Read

.

.

.

Happy Reading ^^


Chapter 11


"Bagaimana?"

"Itu terlalu jauh, Baekhyun hyung. Setelah ku pikir-pikir, Dyo terlihat baik-baik saja tanpa ada tambahan orang disekelilingnya."

"Kau sama sekali tidak tahu, Kai-ah. Saat ini semua terlihat stabil. Tapi nanti... Siapa yang tahu?"

"Rencanamu terlalu berlebihan. Aku tidak bisa."

"Pertimbangkan kembali―"

"Dengan menjadikanku asistenmu? Itu terlihat lebih mencurigakan, baik untuk orang-orang kantor atau untuk Dyo sekalipun."

"Kau sebentar lagi lulus, kan? Ini menguntungkan kedua belah pihak, kau dan aku. Kau tidak akan repot untuk mencari pekerjaan. Kau bahkan bisa belajar mulai dari sekarang."

"Apa yang akan dikatakan oleh orang-orang di kantormu? Selama menjalani kontrak, aku sangat sering menemani Dyo di ruangannya. Beberapa karyawan akan mengenali wajahku. Pria dengan ransel, celana jeans robek, dan sepatu kets lusuh."

"Ya, aku tahu. So? What's wrong? Aku tidak mengerti. Pikiranmu terlalu rumit."

"Intinya aku tidak bisa, hyung. Akan semakin banyak kesalahpahaman yang akan muncul―"

"Mungkin aku bukanlah satu-satunya orang yang akan menawarimu sebuah posisi di perusahaan." Baekhyun memelankan suaranya, terdengar sangat serius.

"Huh?"

"Kau, sepertinya ada beberapa orang yang mulai memperhatikanmu. Aish, sebenarnya aku tidak ingin menceritakan ini."

"Huh? Aku? Untuk apa?"

"Sebentar lagi akan ada rapat saham. Aku yakin, orang-orang yang kontra dengan Dyo sedang mencari cara untuk menjatuhkan Dyo dari posisinya saat ini. Mungkin, kau akan direkrut untuk masuk dalam tim mereka? Mungkin."

"Hey~ yang benar saja, hyung. Pikiranmu terlalu jauh. Aku tidakmengenal mereka sejauh itu. Biarkan saja seperti ini, aku akan tetap membantumu sebisaku. Tetapi tidak dengan menjadikanku asistenmu."

"Kai-ah, kau tahu "gangster" kan? Yeah, kau memiliki banyak pengalaman dikejar-kejar oleh gangster. Tapi, yang dihadapi Dyo bukanlah gangster. Orang-orang disekitar Dyo setingkat dengan Mafia. MA-FI-AA!"

Aku menjauhkan handphone dari telingaku. Ini adalah ketiga kalinya Baekhyun hyung menelfonku hari ini. Sejak tiga minggu yang lalu dia tidak pernah absen menemuiku, merengek untuk menjadikanku asistennya. Di club malam, rumah, bahkan kampusku ia kunjungi. Dan entah bagaimana alurnya, aku semakin akrab dengan Baekhyun, seperti telah berteman sejak lama.

"Oke. Akan ku pikirkan lagi. Hyung, kelasku akan segera dimulai. Hubungi aku nanti."

"Yakk! Aku belum selesai bicara!"

"Hyung, please. Kau benar-benar menerorku hari ini."

"Baik. Aku akan menemuimu nanti. Dan kau sudah harus memiliki keputusan. Dan keputusannya adalah 'Kau harus setuju'. Sampai jumpa, Kai-ah."

"Tapi Hyung― Halo? Baekhyun hyung? Aish!"


*** Windzhy Kazuma ***


"Hyung, aku benar-benar akan sangat marah jika kau selalu memaksaku bertemu seperti ini."

"Hey~ bocah, santai. Okey?! Lagi pula, tidak ada ruginya juga kan? Kau mendapat makan siang gratis dariku selama tiga minggu ini."

Sore ini aku dan Baekhyun hyung berada di coffe shop yang jaraknya tak jauh dari kampusku. Ia datang menjemputku di kampus. Ternyata, dia sama gilanya dengan Dyo. Jika menginginkan sesuatu, dia akan sangat gigih, melakukan berbagai cara agar keinginannya bisa terwujud.

"Jadi bagaimana? Kau bisa, kan?"

"Hyung― aku minta maaf, aku benar-benar tidak bisa―"

"Kai-ah, aku benar-benar mengandalkanmu kali ini."

"Aku benar-benar tidak bisa, hyung."

"Aku benar-benar mengandalkanmu, Kai-ah."

Aku menarik napas panjang.

"Aku rasa, kehadiranku akan membuat Dyo kurang nyaman."

"Kenapa?"

"Kau tidak mengerti, Baekhyun. Aku dan Dyo pernah terlibat dalam suatu kontrak yang 'tidak biasa'―"

"Kau tenang saja. Dyo masih tergila-gila denganmu."

"Tergila-gila apanya? Dia sepertinya sangat ingin menghindariku sekarang."

"Kai-ah, kau pikir Dyo itu seorang wanita pemalu dan akan merasa tidak nyaman? Kau pikir, dengan berakhirnya kontrak 'tidak biasa'-mu dengannya, akan membuat Dyo menjadi orang yang canggung? Yang benar saja~" Baekhyun berhenti sejenak untuk menyeruput ice coffe-nya. "Asal kau tahu, dia itu seorang Cassanova. Jauh sebelum bertemu denganmu, dia meniduri begitu banyak wanita dengan tidak tahu malu."

Aku mengusap keningku. Ya, ya. Aku tahu tentang itu. Tapi, bagaimanapun juga...

"Hmm, baiklah― akan ku pikirkan sekali lagi." Jawabku.

"Yakk! Kau sudah terlalu lama berpikir! "

"Lalu aku harus bagaimana?!" Beradu argumen dengan Baekhyun hanya akan membuatku ikut sinting.

"Kau cukup mengiyakan permintaanku, dan datanglah dengan pakaian rapi ke kantorku besok. Kau tidak punya jadwal kuliah besok, kan?"

"Kau― Wah~ kau bahkan menghapal jadwal kuliahku?! Benar-benar..."

"Aku hebat, kan?"

"Kau bangga?"

"Hm." Baekhyun hyung tersenyum sambil memasang simbol V dengan dua jarinya.

"Hyung, jika aku jadi asistenmu, apa yang akan aku kerjakan?"

"Jika perusahaan akan mengeluarkan atau memperkenalkan produk baru pada publik, kita mengurus dan menyusun pengadaan launching-nya. Ya, hal-hal seperti itu."

Aku kembali mengingat-ingat setiap mata kuliah yang telah kulewati. Apa ada yang berhubungan dengan pengadaan launching produk?

"Urat-urat di kepalamu akan mencuat satu per satu jika kau berpikir keras seperti itu Kai-ah. Kau tenang saja, aku yang akan langsung mengajarimu nantinya. Yang penting, kau setuju dulu. Apa kau tidak bosan mendengar rengekanku selama tiga minggu?"

Aku menarik napas panjang. "Baiklah..."

"Kau Setuju? Assa!"

"Asal kau tahu, aku setuju karena aku sangat-sangat terganggu dengan terorrmu."

"Terima kasih atas pujiannya, Kai-ah. Jangan lupa, besok kau harus datang ke kantorku dengan pakaian rapi. Ah― Aku penasaran, bagaimana reaksi Dyo saat melihatmu besok." Baekhyun mengedipkan sebelah matanya.

"Kau satu-satunya orang yang bersemangat tentang ini, hyung." Kataku sambil menggelengkan kepala.


*** Windzhy Kazuma ***


"Kau sudah mengerti?"

"Hm."

Aku meregangkan tubuhku. Ini baru beberapa jam saja setelah aku menjadi asisten Baekhyun hyung. Tapi, tugas-tugas yang harus ku kerjakan sebanding dengan tugas kuliah selama setahun. Oke, itu berlebihan. Tapi ini benar-benar Gila! Lebih baik aku berhenti dan bekerja club saja.

"Kau tidak berpikir untuk mengundurkan diri kan, Kai-ah?"

"Woah! Kau juga sudah bisa membaca pikiran, hyung? Aku baru saja berpikir untuk berhenti."

"Yakk!" Baekhyun memukul kepalaku dengan tumpukan kertas yang ada di tangannya. "Kau baru saja bekerja selama 6 jam Kai-ah. Aku baru tahu, kau orang yang sangat mudah menyerah."

"Hyung, pekerjaan seperti ini sama sekali tidak cocok denganku. Duduk diam di depan komputer dengan tumpukan kertas... Really, it's not my style."

"Kau hanya belum terbiasa, Kai-ah."

Aku mengalihkan tatapanku dari layar monitor komputer.

"Hyung..."

"Hm?"

"Apa Dyo tidak datang bekerja hari ini?"

"Ah― pantas saja kau selalu melirik keluar. Ternyata, kau mencari seseorang?"

"Bukan begitu, hyung. Aku... hanya penasaran saja."

"Hanya penasaran? Kau . .NYA."

Merindukan?... Mungkinkah hal seperti itu bisa terjadi dengan seseorang sepertiku? PfffttMemikirkan hal semacam itu membuatku bergidik.

"Lupakan pertanyaanku barusan―"

"Dyo itu CEO. Dia terlalu sibuk untuk sekedar berjalan-jalan keluar dari ruangannya."

"Ah... Benar juga."

"Sudah waktunya makan siang. Ayo, aku akan mentraktirmu sebagai perayaan hari pertamamu menjadi pekerja kantoran."

"Oke. Hyung pergi saja duluan. Aku ke toilet sebentar."

"Baik. Aku tunggu di kaferia."

Setelah Baekhyun hyung pergi, aku kembali meregangkan tubuhku yang terasa kaku, dan segera mengambil langkah seribu menuju toilet.

Ruang kerja Baekhyun hyung berada di lantai 3, sama dengan Dyo. Hanya saja, ruangan Dyo terletak agak jauh di bagian barat gedung. Setelah keluar dari toilet, aku berjalan agak cepat menuju arah kaferia. Saat aku tiba di lobi yang berada di lantai dasar, aku melihatnya. Dia berjalan melewati pintu utama sembari memegang 1 cup kopi dan matanya tidak beralih dari layar tab yang ada di tangannya. Dia― Do Kyungsoo.

Aku menghitung setiap langkahku dalam hati. Jarakku semakin dekat, dan wajahnya semakin jelas. Wajahnya jauh lebih pucat dari terakhir kali aku melihatnya, rambutnya juga lebih panjang.

Ada apa dengan wajahnya? Apa selama ini dia baik-baik saja? Apa dia tidak melihatku? Apa aku harus menyapanya? Apa yang harus kukatakan jika dia melihatku? Ah, sial! Berbagai pertanyaan muncul sekaligus dalam otakku. Tersisa beberapa langkah lagi dan perdebatan didalam otakku belum terselesaikan, hingga...

Pass. Dyo― melewatiku.

"Do Kyungsoo, Sajangnim!" aku membalikkan badan dan memanggilnya dengan suara yang cukup keras. Tindakan spontanitas yang bahkan belum di proses oleh otakku. Dyo berhenti dan menoleh ke arahku, mengerutkan kening, antara percaya dan tidak percaya. Tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya. Rasanya, aku ingin lari saja saking malunya.

1...

2...

3...

4 langkah. Dyo berada tepat di depanku. Matanya menatapku bingung.

"Wah~ daebak!" Ia tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Dia bahkan bisa muncul seperti ini? Sangat nyata. Sepertinya aku mengalami gejala stress hebat. Aku harus ke dokter, ini benar-benar parah." Dyo memijit keningnya, setelah itu kembali menatapku. "Kau... Bajingan kecil, enyahlah dari pikiranku. Kau sama sekali tidak membantu." Dyo menatapku tajam dan tersenyum sinis seperti orang gila.

"Jadi, kau masih mengingatku, Do Kyungsoo Sajangnim?" Mata Dyo terbuka sedikit lebih lebar saat mendengar suaraku, tapi dia sama sekali tidak berbicara. Ada apa dengannya? Membuatku malu saja, berbicara sendiri.

"Aish― benar-benar..." Aku merebut kopi yang dipegangnya dan meneguknya.

"K-Kai?!" Serunya, seakan baru saja sembuh dari amnesia.

"Kau pikir siapa?"

"Kai? Kau benar-benar... KAI? Kim Jongin?!"

"Apa belakangan ini kepalamu sering terbentur? Kau berubah menjadi idiot, Dyo-ah."

Dyo terdiam beberapa saat.

"Kau― untuk apa kau disini? Ada apa dengan pakaianmu?"

"Aku? Kau lihat, aku bekerja."

"Disini?"

"Hm."

"Di perusahaanku?"

"Ya."

Dyo mendengus, tersenyum sinis.

"Kai-ah, aku sedang tidak memiliki mood untuk bercanda―"

"Baekhyun hyung menawariku pekerjaan. Aku bekerja sebagai asistennya."

"Baekhyun... Hyung? Baekhyun hyung? Sejak kapan kau dekat dengan Baekhyun? Kau memanggilnya... 'hyung'?"

"Ya."

Kami terdiam beberapa saat.

"Sepertinya, kau harus menjelaskannya di ruanganku, Kim Jongin-ssi."


*** Windzhy Kazuma ***


"Kau mendekorasi ulang ruanganmu."

"Yeah."

"Suram." Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan Dyo. Hitam, putih dan abu-abu. Mulai dari dinding hingga perabotan yang ada dalam ruangan, semuanya didominasi oleh ketiga warna itu. Satu-satunya benda yang mencolok didalam ruangan hanyalah tumpukan portfolio warna-warni di atas meja kerja.

"Ruanganku bukan taman kanak-kanak yang harus penuh dengan warna, Kai-ah. Lagi pula, Aku bukan seseorang yang cukup ceria." Dyo duduk dengan nyaman diatas sofa berwarna hitam, sambil menyilangkan kakinya. "Aku... Benar-benar tidak menyangka, kita akan bertemu kembali. Kau bahkan menjadi karyawan di perusahaan dengan aku sebagai atasanmu."

"Bukan hal yang luar biasa. Terakhir kali, aku dan kau terlibat sebuah kontrak, dengan posisi yang sama. Kau menjadi atasanku. Dan aku, semacam... Budak?"

Dyo terdiam lagi menatapku Diam yang... Lama.

"Cukup. Aku rasa, kita tidak perlu membahas sesuatu yang telah selesai."

"Mengapa?"

"Yang kau dan aku miliki di masa lalu bukanlah kenangan yang bagus, Kai-ah. Aku merasa bersalah untuk itu."

"Oh― Oke." Aku menyeringai. "Lupakan yang ingin kau lupakan. Kau dan aku bisa membuat kenangan yang berbeda mulai dari sekarang. Mungkin, kita bisa membuat kenangan yang baik? Hubungan profesional dalam lingkungan kerja?" kataku sambil tertawa. Tak yakin.

"Aku senang, kau menjadi lebih nyaman berbicara denganku."

"Ya. Aku mengira kau tidak mengingatku saat kita bertemu di lobi."

"Aku sangat sibuk dengan pad yang kupegang. Pekerjaanku akhir-akhir ini tidak bisa lepas dari benda itu. Jadi―"

"Ini hanya perasaanku saja, atau kau benar-benar mengira bahwa aku keluar dari pikiranmu? Kau mengatakannya tadi di lobi."

"Ah― " Dyo berheni sejenak, berdehem. "Kau cukup sering muncul di pikiranku, sehingga agak sulit membedakannya dengan realita."

"Wah~ benarkah? Aku sangat tersanjung."

"Kau tidak perlu berpura-pura. Kau tahu bahwa aku sangat menyukaimu. Tapi, tenang saja. Aku sangat profesional."

"Baiklah." Aku mengangkat bahu, mengangguk beberapa kali.

"Ceritakan, mengapa kau bisa bekerja di sini. Kau tahu, aku adalah CEO di perusahaan ini dan Baekhyun hyung adalah seseorang yang sangat dekat denganku. Kau tetap memutuskan untuk bekerja, bahkan dengan mengetahui hal itu? Aku mungkin adalah seseorang yang sangat ingin kau hindari."

"Ya. Aku― menolak pekerjaan ini beberapa kali. Tapi, Baekhyun hyung..." Aku memijit keningku.

"Ah― aku mengerti. Aku sangat minta maaf jika Baekhyun membuatmu tidak nyaman."

"Tidak. Tidak masalah. Baekhyun hyung sangat baik. Hanya saja, kadang-kadang jiwa terorisnya muncul."

"Yeah." Dyo tersenyum meng-iyakan. "Kau bisa berhenti dari pekerjaan ini jika kau mau. Aku akan bicara dengan Baekhyun hyung bahwa―"

"Do Kyungsoo, bisakah kau berbicara dengan lebih santai? Ada apa denganmu? Ini seperti bukan dirimu. Aku rasa, kau yang tidak nyaman bekerja denganku." Kataku. Dugaanku benar. Dia menghindariku. "Apa kau benar-benar mengingatku? Aku Kim JongIn yang kau sewa di Club―"

Dyo, dengan sangat cepat berpindah ke arahku, mendorong tubuhku dengan keras hingga terhempas di atas sofa. Aku hampir saja lupa untuk bernapas. Tubuhnya menindih tubuhku, dan wajahnya hanya berjarak kira-kira 6 cm saja dariku.

"Maksudmu, seperti ini?" Matanya menatapku tajam.

Aku bisa mendengar degupan jantung yang keras dan kencang. Entahlah, aku tidak tahu itu dariku atau Dyo. Aku balas menatapnya. Wajahnya benar-benar dekat. Wajahnya yang pucat bisa ku lihat dengan jelas. Dia terlihat kurang tidur dan kelelahan.

"Maaf. Aku rasa aku akan membuatmu kabur." Kata Dyo sembari perlahan menjauhkan tubuhnya dariku. Sebelum Dyo benar-benar mengangkat tubuhnya menjauh, aku menariknya kembali dengan keras.

"Do Kyungsoo!― Kau bukan orang yang setengah-setengah jika melakukan ini. Kau tahu bagaimana menyelesaikannya." Aku tersenyum sinis melihat wajah terkejut Dyo, dan segera menarik lehernya, membenturkan bibirku dengan bibirnya.


*** Windzhy Kazuma ***


Aku meninggalkan ruangan Dyo begitu saja sesaat setelah aku menekan bibirku ke bibirnya. Bukan Dyo yang memulai, tapi aku! Aku?! Ini sangat... Memalukan. Wah~ kau benar-benar sudah gila Kim JongIn.

"Yak! Kim JongIn! Aku menunggumu dari tadi di caferia!" Baekhyun hyung masuk dalam ruang kerja dengan bersungut-sungut. Ia meletakkan kantongan berisi Hamburger dan munuman soda. "Kau harus berterima kasih kepadaku. Kau tahu, membawa ini dari caferia sangat melelahkan!" Baekyun menunjuk kantongan yang ada di mejaku.

"Hyung, kau tidak perlu melakukannya jika tidak ikhlas." Segera saja ku eksekusi kantongan makanan yang ada di depanku. "Aku baru saja bertemu dengan Dyo." Sambungku.

"Ah― benarkah?"

"Hm."

"Lalu, bagaimana?"

"Apa?"

"Dyo. Responnya."

Aku mengangkat bahu dan menatap monitor komputerku, kembali menyelesaikan sisa pekerjaan yang diberikan Baekhyun.

"Aish― benar-benar!" Baekhyun melayangkan kepalan tangannya, seakan ingin memukulku. Setelah beberapa kali mengeluarkan kata umpatan, ia bergegas ke meja kerjanya untuk mengangkat telepon yang berdering. "Ya?― Kenapa?― A-APA? Kapan?― Baik." Dengan wajah tegang, Baekhyun setengah berlari keluar dari ruangan.

.

.

.

To Be Continued.


*** Windzhy Kazuma ***


Annyeonghaseong~ Adakah yang merindukanku?

LAGI-LAGI, REAL LIFE Pemirsah! Real Life yang begitu menyita waktu, pikiran dan perasaan, sehingga ff ini kesannya 'terbengkalai'. Padahal aku sama sekali ga maksud. Mianhae~ TT-TT *Hempaskan Akuh*

Yang udah lupa-lupa inget sama ff ini, monggo dibaca chapter sebelumnya. :D

Seperti biasa, aku selalu menyempatkan diri buat nulis kalimat per kalimat, bahkan di memo HP aku kalo aku tiba-tiba dapet inspirasi. Makanya ff ini semakin lama. Aku ga mau publish ff yang isinya asal nulis aja. Apalagi itu buat para Readers dan Reviewers yang setia, aku mana tega~ It's not my style. Chapter yang aku publish itu berarti udah melewati standar minimal (versi aku) walau kadang belum layak baca. Hehe. Maafkan kekuranganku manteman~

Jadi, makasih banget yang masih mau baca dan bercuap-cuap di PM dan kotak Review. Itu bener-bener ngefek dan memberi kekuatan.

Anyway, Udah denger berita Dating-nya Kim JongIn sama Krystal? Gimana? Kalian sempat kena Electric Shock ga waktu berita ini dirilis? Wkwkwk. So, apa berita kencannya Kaystal ini mempengaruhi kadar ketertarikan kalian dengan couple KaiDo / KaiSoo? :) :D

Finally, aku minta maaf kalo chapter ini ga memuaskan, mengecewakan, atau jauh dari harapan. Makanya aku butuh kritik, saran ataupun masukan dari kalian.

See you in next chapter!

Keep Read and Review, Please ^^