"Dyo!" Aku menarik lengannya yang menempel rapat di sisi tubuhnya. Dia benar-benar kedinginan?

Dyo segera berbalik, menatapku dengan heran.

"Kai-ah? Apa yang kau lakukan?"

"Kau mau kemana?"

"Ke apartemen. Menurutmu kemana lagi?" Dyo memasukkan pergelangan tangannya kedalam saku celananya. "Kau ingin ikut?"

"Aku..."

"Yak! Cepat kembali ke rumahmu. Udara semakin dingin, kau akan kena flu jika―"

Aku tidak percaya ini! Am I lost my mind?! Tiba-tiba saja aku menarik wajahnya dan menempelkan bibirku dengan miliknya.

Oh God, aku pikir... Aku kehilangan akal sehat.


Dangerous Offer

Created By. Windzhy Kazuma

Main Pair: KaiSoo (Kim JongIn - Do Kyungsoo)

Warning: Typo(s), kata-kata kasar, Plot dan Ide masih dipikir sambil ngetik, obrolan dewasa, OOC, Kata-kata ga jelas dan gak pas bertebaran dimana-mana, DLL. Penulis baru, berantakan, harap maklum.

Disc: EXO Belong to EXO-L

Don't Like, Don't Read

Happy Reading


Chapter 13


Huft. Aku menghela napas panjang saat menghentikan suapan ketiga jajangmyun yang nyaris sampai ke mulutku. Aku bisa merasakan tatapan Dyo disampingku yang seolah menginterogasi. Bagaimana bisa aku makan dengan tenang?

Aku meletakkan jajangmyun kembali ke meja. Jajangmyun Dyo masih terbungkus rapi dan tak tersentuh sejak pesanan ini tiba. Aku menatapnya sambil menghela napas lagi.

"Kau tidak mau?" Tanyaku. Tak ada jawaban. "Kau ingin pesanan yang lain?" Tak ada jawaban.

3 menit berlalu setelah terakhir kali aku bersuara. Aku tidak tahu entah berapa kali aku menghela napas panjang.

"Baiklah. Kalau begitu kau ingin makan apa?" Tanyaku kembali.

"Kau." Jawab Dyo setelah aksi diamnya yang lama.

"Bloody Hell! Sorry, tapi aku bukan sejenis makanan, Sajangnim. Katakan saja apa yang ingin kau makan, aku bisa memesannya."

" Aku benar-benar tidak mengerti Kai-ah."

"Tenang saja Sajangnim, aku mengerti cara pemesanan onlinenya. Semua aplikasi untuk Delivery tersedia di handphone ku. Aku sering melakukannya. Sebutkan saja apa yang ingin kau makan, dan aku akan memesannya."

"Kau Kai-ah. Yang tidak ku mengerti itu, kau."

Baiklah, karena Dyo telah mengangkat topik ini...

"Kau tidak perlu repot-repot mengerti tentangku. Aku bukan kasus Inflasi yang perlu untuk kau mengerti karena akan mempengaruhi perusahaan." Kataku sambil mengambil handphone dan segera mencari menu makanan pada aplikasi Delivery.

"Hahaha. Kita ini seperti bermain layangan." Dyo terkekeh sembari menyandarkan tubuhnya pada dinding dibelakangnya.

"Apa?"

"Apa kau senang bermain layangan? Ah― pasti kau ahli dalam bermain layangan."

"Maksudmu?"

"Bukankah kau sedang bermain layangan saat ini, Kai-ah? Saat kudekati, kau menjauh. Saat aku berusaha untuk berhenti, kau malah kembali. Mendekat. Bukankah seperti bermain layangan, huh?"

"Kau tidak perlu berpikir banyak. Hal seperti ini―"

"Hal seperti ini terjadi berulang kali. Kau yang ingin menjauh dariku tiba-tiba datang, menciumku sebanyak 2 kali, dan itu atas inisiatifmu sendiri. Apa itu tidak berarti apa-apa?"

"Lalu bagaimana denganmu? Apa yang kau rasakan? Bukannya kau tidak percaya dengan... Cinta atau semacamnya?"

"Apa semua ini bisa dikategorikan sebagai Cinta? Jangan membuatku tertawa Kai-ah. 2 pria dewasa berbicara tentang hal seperti Cinta? Itu menggelikan." Dyo mendengus menggelengkan kepalanya.

"Berarti pembicaraan kita berakhir. Kau ingin aku menjelaskan hubungan yang terjadi diantara kita, sementara kau sendiri tidak ingin terlibat dalam sebuah perasaan."

Dyo kembali tak bersua.

"Kau menginginkanku. Kau ingin mengikatku dalam sebuah hubungan. Tapi kau tidak mau mencari tahu perasaan apa yang sebenarnya kau miliki." Aku menatapnya. Dahinya mengernyit seperti memikirkan sesuatu yang membingungkan.

"Aku menyukaimu. Apa perlu alasan lain? Kau yang membuatku bingung. Ini bisa lebih sederhana jika kau juga berterus terang."

Aku terdiam. Sebenarnya, apa yang aku inginkan?

"Baiklah." Jawabku setelah terdiam cukup lama.

"Aku pikir, kau juga menyukaiku." Katanya.

"Aku penyuka dada wanita." jawabku cuek.

"Aish, Benar-benar... Aku juga sama, penyuka dada wanita." Balas Dyo mendengus dengan senyum masam.

"Yeah, mungkin aku benar-benar mulai menyukaimu. Dan uangmu."

"Sialan!" Dyo tersenyum kembali sembari menarik mangkuk jajangmyun-nya dan mulai membuka segel plastik yang telah dipenuhi bintik-bintik uap dari mie. "Tentu. Kau lama-lama juga tidak bisa menolak pesonaku, kan?" Dyo berhenti untuk memakan suapan pertama Jajangmyun-nya. "Jika kau jujur dari dulu, semua ini akan lebih mudah, Kai-ah. Aku menyukaimu, dan kau juga menyukaiku. Kita impas. Kita berada dalam hubungan 'saling menyukai' dan tidak akan ada batasan lagi." Sambungnya.

"Simbiosis mutualisme. Kau ingin berada dalam hubungan seperti itu, kan? Baiklah."

"Yeah, kita tidak perlu berpikir terlalu rumit tentang hubungan ini. Perasaan, status, dan sebagainya. Selama kau dan aku nyaman, untuk apa berusah-susah mencari tahu kategori hubungan ataupun perasaan..."

"Hm." Aku bergumam sambil mengangguk beberapa kali.

Dan satu hal yang harus aku akui. Aku memang suka dengan dada Wanita, tapi Dyo seperti Heroin bagiku. Aku hampir tidak bisa lagi memakai otakku jika bersamanya. Pengaruhnya begitu kuat, membuat kecanduan. Dan ya, dia seorang pria.

Dan inilah hubunganku dengan Dyo, tak terdefenisi.


*** Windzhy Kazuma ***


Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana persisnya hubunganku dengan Dyo. Seolah-olah aku kembali dalam kontrak perjanjian yang pernah kulakukan dengannya. Tapi, kali ini aku benar-benar santai tanpa beban kebencian kepada si pemberi kontrak. Aku tidak pernah ragu untuk menyentuhnya, kontak fisik tidak masalah lagi buatku. Aku sering ke apartemen Dyo, dan Dyo juga sering menghabiskan malam di rumahku.

Tapi, kami tidak pernah membahas status. Kami tidak tahu kemana arah dari hubungan yang samar-samar ini. Aku dan Dyo sama sekali tidak pernah membahasnya. Bahkan, cenderung... Menghindari percakapan ini. Selama 2 bulan ini, seperti itu kami menjalaninya.

Sore ini, aku berada di kampus. Ya, pekerjaan sebagai asisten Baekhyun hanya sampingan saja. Aku tetap fokus untuk menyelesaikan kuliahku. Jika beruntung, aku bisa lulus lebih cepat dari waktu normal.

"Wah, Kai-ah, kau benar-benar belajar?" Dyo tiba-tiba saja berada di sampingku, entah muncul dari mana. Aku menghabiskan sore di perpustakaan kampus untuk keperluan tugas. Dan si 'Sajangnim-Gila' ini entah darimana dan menemukanku disini.

"Kau bolos kerja. Ini bahkan belum jam 5 sore, Sajangnim." Kataku mengalihkan pandangan dari laptop ke arloji (pemberian Dyo, walaupun aku menolaknya berkali-kali) di tanganku.

"Aku lelah." Dyo menyandarkan kepalanya keatas meja dan menatapku. "Nanti, kau yang menyetir."

"Pekerjaanmu sudah selesai? Rapat saham sebentar lagi diadakan kan?" Tanyaku mengabaikan perkataannya.

"Yeah. Menjelang akhir tahun. Dan ya, pekerjaanku hampir selesai. Tidak perlu mengingatkanku."

"Aku hanya bertanya. Dewan Kehormatan akan menendang bokongmu dari kursi CEO jika kau tidak membereskan pekerjaanmu." Aku kembali mengetik tugas kuliahku yang tersisa.

"Ya, kau benar. Makanya aku sedang berusaha keras. Jika aku bukan CEO lagi, memangnya kau mau denganku?"

"Hell no―"

"Yak! Sialan kau!"

Aku menyeringai dan tetap melanjutkan ketikanku.

"Kai-ah..."

"Hm."

Dyo tidak langsung melanjutkan perkataannya. Hanya suara tindisan keyboard laptop yang bersahutan memecah kesunyian.

"Aku rasa, saat ini ayahku mempunyai kesayangan baru." Katanya setelah lama terdiam.

Aku berhenti mengetik dan menoleh kearah Dyo dengan tatapan bertanya.

"Baekhyun hyung?"

"Bukan," Dyo berhenti sejenak untuk menelungkupkan wajahnya diatas meja. "Dia bukan seseorang dari perusahaan kita. Anak buahku sudah mulai menyelidikinya, katanya dia seorang wanita. Wanita muda."

"Dari perusahaan lain?"

"Ya. Hanya menunggu waktu saja, Ayahku akan mengenalkannya padaku."

"Cantik?"

"Sepertinya. Memang kenapa kalau cantik? Kau mau mengencaninya?"

"Mungkin. Siapa tahu, aku bisa merebut kursi CEO jika bersamanya." Jawabku.

Dyo bangkit dari tempat duduknya dan menutup layar laptopku saat aku masih mengetik.

"Yak! What the Hell, Dyo Sajangnim!"

"Kalau kau ingin mengencaninya, mungkin kau harus bersaing dulu dengan Ayahku."

"Huh?"

"Ayahku mungkin merayunya untuk dijadikan teman seranjang." Dyo mengusap rambutnya ke belakang dengan frustasi. "Yak! Tugasmu nanti saja kau selesaikan. Ayo pulang." Dyo telah bangkit dari kursinya dan berjalan kearah pintu perpustakaan. "Kai-ah, tangkap ini! Kau yang menyetir."

Dengan sigap, aku menangkap Kunci mobil yang dilemparkan Dyo secara asal.

"Aish, Dasar! CEO gila!"

Selama perjalanan ke apartemen, Dyo hanya terpaku pada ipad-nya. Sesekali ia memijit keningnya, dan sesekali memandang kosong keluar jendela mobil. Sesekali bergumam, tidak begitu jelas apa yang dikatakannya, kemudian terdiam.

"Ah~ rasanya ingin kabur saja..." Dyo menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi.

"Kemana?"

"Kemana saja. Yang penting jauh dari kesibukan kota, jauh dari kantor, jauh dari orang-orang..." Dyo memejamkan matanya.

"Kau mau rekomendasi tempat?"

"Ya, apa rekomendasimu?"

"Ke kutub utara saja sana."

"Aish, kau sama sekali tidak membantu." Dyo meletakkan lengannya diatas wajahnya dan tertidur..

Kurang lebih 20 menit kemudian kami tiba di Apartemen. Aku membangunkan Dyo yang terlelap sepanjang sisa perjalanan. Setelah memarkirkan mobil di Basement, kami mengambil lift menuju lantai G1 untuk Lobby Apartemen, karena Dyo ingin mengambil sebuah dokumen yang telah dititipkan oleh pegawai kantor. Aku duduk di sofa terdekat, menunggu Dyo yang sementara berbicara kepada bagian resepsionis di Lobby Apartemen.

Aku baru saja akan duduk saat melihat seseorang yang kukenal lewat. Chanyeol. Ia berjalan sembari menatap layar ponselnya. Ada keperluan dia kesini?

"Chanyeol!" Aku memanggilnya dengan agak keras. Chanyeol berhenti berjalan dan menoleh dengan agak kaget ke arahku.

"Kai-ah!" Dia berlari kecil dengan senyuman lebar di wajahnya. "Wah, kebetulan sekali kita bertemu disini!" Aku merangkulnya dan bersalaman layaknya sahabat yang sudah lama tidak bertemu. "Mana Dyo?"

Aku melirikkan mataku ke arah Dyo yang masih berbicara dengan resepsionis.

"Ah~ kalian baru pulang dari kantor? Kau juga sudah kerja paruh waktu di Kantornya, kan?"

"Dari mana kau tahu kalau aku kerja part-time di perusahaan Dyo?"

"Baekhyun. Dia memberitahuku."

"Hmm." Aku mengangguk dua kali. "Sebenarnya aku tidak masuk kantor hari ini. Dyo datang ke kampusku dan akhirnya aku pulang dengannya." Aku mengangkat bahu.

"Ah~ begitu ya..."

"Kau sedang apa disini? Ingin bertemu Dyo?"

"Tidak, aku ditelfon oleh―"

"Chanyeol-ah!" Dyo menghampiri Chanyeol dan segera berpelukan dengannya. "Ya! Chanyeol-ah, tumben kau datang!"

"Dyo-ah, ada apa dengan wajahmu? Kau seperti zombie saja!" Chanyeol menatap wajah Dyo horor.

"Kerjaan kantor." Dyo mengusap wajahnya. "Ayo ke apartemenku! Kau jarang sekali mengunjungiku!"

"Oke! Tapi aku menemui Baekhyun dulu. Dia ada perlu."

"Baekhyun hyung?!" Aku dan Dyo berseru bersamaan.


*** Windzhy Kazuma ***


"Hyung, aku tidak mau kau mendekati Chanyeol." Dyo menuang air mineral kedalam gelas dan meminumnya dalam 3 kali tegukan.

Aku, Dyo dan Baekhyun hyung sedang berada dalam ruang apartemen Dyo. Chanyeol juga tadinya disini. Setelah bercengkrama dan minum kurang lebih satu setengah jam, Chanyeol ke apartemen Baekhyun untuk beristirahat. Malam ini dia tidak bekerja. Dan dia libur sampai besok.

"Yak! Mengapa kau melarangku segala?" Kata Baekhyun sewot sambil berbaring diatas sofa. "Kai-ah, kau mau nonton apa?" Baekhyun menekan tombol remote tv berulang kali.

"Apa saja hyu―" Aku belum menyelesaikan perkataanku saat mendengar gelas dihentakkan keatas meja.

"Aku benar-benar serius, hyung!" Dyo menatap Baekhyun dari meja mini bar.

Baekhyun segera bangkit mengambil posisi duduk. kaki kanannya a angkat untuk bertumpu ke kaki kirinya.

"Apa masalahmu?" Baekhyun bertanya dengan suara yang dalam dan tenang.

"Seriously, He's my best friend, hyung!"

"So, what? I didn't do anything bad."

"He's not a fucking new game for you!"

"He's not a game for me. Between me and Chanyeol is a serious relationship."

"Seperti aku baru mengenalmu kemarin saja, Hyung. Kau bisa berhenti sekarang. Aku benar-benar tidak bisa mentolelir yang satu ini."

"Mengapa kau begitu mencemaskan Chanyeol? Lalu apa yang kau lakukan dengan Kai? Kau memulai permainan yang baru untuk Kai? Kau tidak berpikir bahwa sebenarnya Chanyeol juga bereaksi yang sama seperti kau saat ini, saat kau mulai berniat untuk 'bermain' dengan Kai? Kau tahu bahwa Kai adalah sahabat Chanyeol, kan? Menurutmu, apa yang Chanyeol pikirkan?" Baekhyun mendengus dan berbalik menatap Dyo dengan marah. "Kau menghakimi aku sementara kau bahkan tidak pernah menanyakan pendapat Chanyeol?" Aku bangkit perlahan, berniat untuk keluar dari ruang apartemen. Sepertinya ini bukan sesuatu yang harus aku dengar. "Kau mau kemana, Kai-ah? Kau tidak penasaran dengan jawaban Dyo Sajangnim?" Aku hanya berjarak tiga langkah lagi ke arah pintu keluar saat aku mendengan Baekhyun hyung menyebut namaku.

"Aku membahas kau dan Chanyeol. Kai tidak ada hubunga―" Dyo masih berbicara saat Baekhyun membalasnya.

"Kau melakukan apa yang persis aku lakukan dengan Chanyeol. Perbedaannya adalah antara aku dan Chanyeol tidak ada permainan. Kami memiliki komitmen." Baekhyun berdiri dari tempat duduknya dan mengambil wine yang tersisa didalam gelas yang ada di depannya. Ia mengangkat tinggi-tinggi gelasnya ke arah Dyo dan kemudian meminumnya. "Sepertinya pekerjaan membuatmu benar-benar stress hingga kau bahkan ingin menghajarku, saudaramu sendiri. Aku sedikit tersinggung dengan sikapmu yang seperti ini, Dyo-ah. Ku akui, aku memang pembuat onar. Tapi, aku tidak akan pernah mengorbankan kepercayaanmu kepadaku hanya karena sebuah permainan. Chanyeol berbeda untukku." Baekhyun meletakkan gelasnya di meja dan tersenyum tipis. "Aku kira kau mempercayaiku. Aku kira kau cukup mengenalku, Dyo-ah. Tidak bersamamu selama 2 tahun benar-benar membuat perubahan rupanya. Baiklah, Aku pergi." Baekhyun mengangguk padaku dan segera menghilang dibalik pintu.

Aku berbalik menatap Dyo. Dia sedang mengambil satu botol bir dingin dari lemari pendingin dan meneguk langsung dari botolnya.

"Kau benar-benar kacau, Sajangnim."

"Yeah..." Dyo duduk dan menyandarkan lengannya ke meja. Ia menutup matanya dan meremas rambutnya yang sudah terlihat berantakan. "Aku membuat kekacauan baru."

.

.

.

To Be Contiued


*** Windzhy Kazuma ***


Annyeonghaseonggg~

Selamat Tahun Baru readerku dan reviewerku ter-sarang! *telat amat*

Sorry for long waiting guys. Saya benar-benar sedang kesusahan untuk membangun rasa antara aku dan FF ini. Wkwkwk. Aku greget banget pengen nyatuin kedua insan per-FF-an ini (KaiSoo dan ChanBaek) tapi selalu kurang apa, kurang apa~ gituh. Makanya FF ini tersendat-sendat dan lemot banget bikinnya, seperti lemotnya jaringan telko**el.

Dan inilah hasilnya. Maaf kalau mengecewakan yah *Mianhae*

Yang jadi wanita "Kesayangan" si Bapaknya CEO kira-kira siapa ya? Ada ide gak? *malah nanya* Wkwkwk *Author Sableng*

Aku minta kritik ataupun masukan dari kalian dong, gimana kelanjutan FF ini. Kalian pengennya FF ini bergulir seperti apa? Dan ceritanya gimana? Aku lagi nyari-nyari ide juga. Siapa tau masukan kalian bisa bikin ide baru buat aku. Hehehe.

Segera isi kolom review ya! Gomawongg~