"Aku kira kau mempercayaiku. Aku kira kau cukup mengenalku, Dyo-ah. Tidak bersamamu selama 2 tahun benar-benar membuat perubahan rupanya. Baiklah, Aku pergi." Baekhyun mengangguk padaku dan segera menghilang dibalik pintu.

Aku berbalik menatap Dyo. Dia sedang mengambil satu botol bir dingin dari lemari pendingin dan meneguk langsung dari botolnya.

"Kau benar-benar kacau, Sajangnim."

"Yeah..." Dyo duduk dan menyandarkan lengannya ke meja. Ia menutup matanya dan meremas rambutnya yang sudah terlihat berantakan. "Aku membuat kekacauan baru."


Dangerous Offer

Created By. Windzhy Kazuma

Main Pair: KaiSoo (Kim JongIn - Do Kyungsoo)

Warning: Typo(s), kata-kata kasar, Plot dan Ide masih dipikir sambil ngetik, obrolan dewasa, OOC, Kata-kata ga jelas dan gak pas bertebaran dimana-mana, DLL. Penulis baru, berantakan, harap maklum.

Disc: EXO Belong to EXO-L

Don't Like, Don't Read

Happy Reading


Chapter 14


Tiga hari setelah insiden pertengkaran Dyo dan Baekhyun hyung, keadaan menjadi sangat hening dan mencekam. Baiklah, itu berlebihan. Tapi, yah~ Dyo dan Baekhyun tidak pernah berbicara. Saat bertemu pun, keduanya memilih untuk menghindari tatapan satu sama lain. Baekhyun masih mengobrol denganku di ruangan dan selalu bercanda seperti biasa, hanya saja dia tidak pernah menyinggung nama Dyo, Chanyeol ataupun insiden di apartemen 3 hari yang lalu. Segala bentuk berkas, dokumen dan laporan yang kami kerjakan untuk diserahkan kepada Dyo, aku yang mengantarnya. Selalu aku yang mengantarnya ke ruang CEO.

"Laporan hari ini." Aku meletakkan satu portofolio diatas meja kerja Dyo. Dyo hanya meliriknya dan menggumamkan kata 'hm' sembari mengangguk pelan. Matanya kembali pada layar laptop, dan tangannya menopang dagu sambil mengusap wajahnya sesekali. "Hey, kau belum bicara dengan Baekhyun Hyung?"

"Belum. Apa dia berkata sesuatu?"

"Tidak. Apa kalian selalu seperti ini jika bertengkar? Hahaha. Usia benar-benar tidak bisa menjamin kedewasaan. Ckck..." Aku berdecak dan menggelengkan kepala.

"Biasanya dia akan lebih dulu mendatangiku. Kau tahu Baekhyun Hyung, kan? Dia tidak akan tahan tidak mengobrol denganku sehari saja."

"Ini sudah tiga hari, Sajangnim."

"Yah, ini merupakan rekor baru." Dyo mundur, menyandarkan tubuhnya pada kursi dan meregangkan tangannya keatas.

"Tentang Chanyeol... Aku pikir, kau tidak perlu mencampuri urusan mereka, Dyo-ah. Itu privasi."

"Chanyeol pribadi yang sangat cerah dan polos. Aku yakin, Baekhyun bisa membuatnya terpesona dan bertekuk lutut. Hanya saja, aku tidak yakin, Chanyeol akan bisa kembali bangkit jika Baekhyun meninggalkannya. Aku... tidak bisa membiarkan itu terjadi. Dan sebelum semuanya terlambat, aku harus mencegahnya, bukan?"

"Menurutku, sepertinya hubungan mereka bukanlah hal yang perlu kau khawatirkan. Aku juga mengenal Chanyeol, dan dia tidak akan membangun sebuah hubungan tanpa komitmen yang jelas. Dengan sikapmu yang seperti ini, kau hanya memperburuk keadaan."

"Wah~ aku tidak menyangka kau akan sepeduli ini. Kau bahkan menceramahiku. Daebak!"

"Fuck up! Kau harus memperbaiki relasimu dengan setiap orang di perusahaan ini. Sebentar lagi rapat saham, dan Baekhyun adalah satu-satunya orang yang bisa kau andalkan. Dia seratus persen tidak akan mengkhianatimu."

"Dan sekarang, kau peduli dengan pekerjaanku?"

"Well, aku selalu peduli."

"Denganku?"

"Tepatnya, uangmu." Jawabku sedikit nyengir.

"Sialan." Dyo tersenyum masam. "Ngomong-ngomong aku mulai memikirkannya, Kai-ah. Kau hampir selalu mengatakan bahwa kau sangat peduli dengan uangku dan juga jabatanku." Dyo menarik napas dan menatapku lekat. Aku balas menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat, menunggu penjelasan selanjutnya. "Kau mungkin menyukaiku karena apa yang ku miliki."

"Aku menyukaimu. Uang dan kekuasaan adalah bonus karena menyukai seorang CEO, kan."

"Apa kita harus membuat komitmen yang kuat, seperti yang dilakukan Chanyeol dan Baekhyun hyung?"

"Komitmen seperti apa yang kau inginkan, Sajangnim? Kau telah melihatku, secara menyeluruh. Kau sudah melihat tubuhku dan bagaimana kehidupanku. Kita sudah melewati batas privasi masing-masing. Itu bahkan melebihi hubungan percintaan sepasang kekasih." Kututup perkataanku dengan seringai tipis dan kedipan mata. Dyo balas tersenyum dan menggelengkan kepala.

"Ya― seperti ini, Kai-ah. Kau seperti sedang bermain. Aku membutuhkan hubungan yang lebih serius."

"Looking for love? Kau sendiri mengatakan bahwa kau tidak percaya dengan hubungan seperti itu. Tahap paling serius dari hubungan kita adalah ketika kau merasa bahwa kau jatuh cinta. Denganku." Aku berjalan mendekati meja kerjanya dan membungkuk, memposisikan wajahku didepan wajahnya.

Wajahnya kecil untuk ukuran pria, masih terlihat garis-garis keras kepala yang tersirat. Mirip denganku. Bibirnya tipe kissable― kau tahu, bibir yang memang tercipta untuk dicium. "Dan kau HANYA menyukaiku." Aku mengecup bibirnya dengan cepat dan kembali berdiri seperti semula. "Kau belum mencintaiku."

"Bagaimana kau tahu? Memangnya ada tolak ukurnya?"

"Kau menyukaiku karena kau merasa tertantang. Kau tidak pernah mendapat penolakan dari orang lain sebelumnya. Kau terpacu untuk mendapatkanku. Dan itu bukan cinta, Sajangnim."

"Bagaimana denganmu. Kau mencintaiku?" Tanya Dyo tiba-tiba. Aku tidak pernah menyangka Dyo akan menanyakan hal ini. Dari awal, dia bukanlah orang yang percaya dengan hal semacam 'cinta'.

Aku menatap lagi wajahnya. Matanya yang besar terbuka, menunggu respon dariku. Pertanyaan Dyo bukanlah hal yang sulit bagiku, karena aku sudah memiliki jawabannya. Dan...

Tok. Tok. Tok.Terdengar beberapa kali ketukan dari arah pintu.

"Ya?" Jawab Dyo tanpa mengalihkan pandangannya dariku.

"Maaf, Sajangnim. Direktur perusahaan Rosa Oscuro ingin membuat janji dengan Anda." Irene muncul dibalik pintu dengan sebuah map dan pena di tangannya.

"Baik, atur saja jadwalnya"

"Bagaimana jika sore ini, Sajangnim? Anda memiliki jam kosong dari jam 4 hingga akhir jam kerja perusahaan." Jawab Irene sambil membaca kertas yang penuh dengan tabel. Jam kerja berakhir pukul 18:00 atau jam 6 sore.

"Oke. Sore ini, jam 4."

"Apa ada dokumen yang harus saya persiapkan, Sajangnim?"

Aku berdehem dengan agak keras. Irene dan Dyo mengalihkan pandangannya kepadaku. "Sajangnim, Aku akan kembali ke ruanganku. Permisi." Aku tersenyum dan mengangguk sekaligus kepada Irene dan Dyo. Setelah keluar dan menutup pintu, aku masih bisa mendengar dengan samar suara Irene yang bertanya lagi tentang dokumen― entah dokumen apa― pada Dyo.

"Kenapa kau lama sekali?" tanya Baekhyun begitu aku tiba di ruangan. Aku hanya mengangkat bahu sembari menggeleng sekali. "Kau cerita apa dengan si Sajangnim itu?" Tanyanya lagi.

"Dia bertanya 'Apa Baekhyun hyung berkata sesuatu?'."

"Lalu kau jawab apa?"

"Aku tidak menjawab apa-apa."

Aku melihat Baekhyun telah membuka mulutnya seperti hendak berbicara, kemudian dia terdiam lagi.

"Kau mau bertanya apa lagi?" Tanyaku gemas.

"Lalu, apa yang sedang dilakukannya?"

"Well, saat aku masuk tadi, dia sedang menatap layar laptopnya dengan muram. Kemudian Irene-ssi datang dan membuatkan jadwal meeting dengan Direktur Rose Escuro―"

"Rosa Oscuro, Kai-ah." Potong Baekhyun.

"Ya, maksudku itu."

"Kapan meetingnya?"

"Sepertinya sore ini"

"Jam berapa?"

"Jam empat. Yak! Kau pergi saja langsung ke ruangan Sajangnim jika masih ada yang ingin kau tanyakan." Aku berdecak sambil duduk kembali di depan layar komputerku.

"Yak! Aku kan hanya bertanya! Dasar..." Baekhyun balas mengomel.


** Windzhy Kazuma **


Sepanjang sore itu, aku hanya tersenyum melihat Baekhyun mengintip-intip keluar, tepatnya ke arah jalan menuju ruangan Dyo. Baekhyun benar-benar sangat peduli dengan Dyo. Tapi, dia juga bisa gengsi ternyata.

"Hyung, jika kau mengintip seperti itu, matamu bisa bintitan."

"Aish― Aku tidak mengintip! Aku sedang melihat keadaan diluar ruangan kita."

"Kau bisa langsung ke ruangan Dyo, jika kau penasaran."

"Aku bilang, aku sedang melihat-lihat keadaan diluar ruangan kita." Baekhyun cemberut dan kembali duduk di kursinya. "Kai-ah..."

"Hm."

"Nanti, kau pulang ke tempat tinggalmu, atau ke apartemen Dyo?"

"Apartemen Dyo juga tempat tinggalku, hyung."

"Wah― kau mengakui itu sekarang?"

"Ya."

"Bukankah dulu kau penderita penyakit 'Alergi Dyo'? Jika Dyo berada di dekatmu, kau akan mengindarinya seperti menghindari sebuah virus... Hahaha." Baekhyun terkekeh pelan.

"Ya, seperti yang kau lihat. Sekarang, virus itu sudah menyebar dan mendarah daging. Aku tidak bisa kemana-mana."

"Kau sungguh menyukainya sekarang."

"Sepupumu itu seorang Casanova. Sulit untuk menolak pesonanya." Aku mengalihkan pandanganku dari layar komputer ke arah Baekhyun. "Bagaimana kabar Chanyeol?"

"Ahhm, ya Chanyeol baik-baik saja." Baekhyun berdehem pelan sebelum menjawab pertanyaanku.

"Apa dia tahu kau sedang bertengkar dengan Dyo?"

"Kai-ah, kami tidak bertengkar. Kami hanya menjaga jarak. Itu saja. Dan ya, Chanyeol tahu bahwa aku dan Dyo sedang tidak berkomunikasi."

"Chanyeol masih tinggal di apartemenmu?"

"Tidak. Aku yang ke rumahnya. Akan lebih buruk jika Dyo melihat Chanyeol masih berkeliaran di sekitar apartemenku setelah insiden tiga hari lalu. Dyo akan menganggap bahwa aku menantangnya."

"Kau masih tetap orang kepercayaannya, hyung."

"Entahlah. Dia benar-benar tidak suka jika Chanyeol berhubungan denganku. Chanyeol orang yang berharga untuknya. Dan Dyo tidak ingin aku masuk. Itu sudah memberi penegasan bahwa sebenarnya Dyo tidak begitu percaya denganku."

"Kalau menurutku, Dyo hanya bersikap sangat hati-hati. Kau dan Chanyeol adalah orang-orang yang paling berharga untuknya. Dia tidak ingin berada ditengah-tengah jika sesuatu yang buruk terjadi dalam hubungan kalian. Dia tidak bisa memihak. Dan mungkin, Dyo merasa cemas jika hal itu malah membuat kalian berdua menjauh darinya."

"Menurutmu begitu?"

"I think so."

"Ini sudah tiga hari, dan dia bahkan tidak ingin menghubungiku. Saat aku bertemu, dia hanya diam saja, mengangguk seperti bertemu dengan orang asing."

"Dia menunggumu untuk mengajaknya lebih dulu berbicara."

"Dia menungguku lebih dulu untuk berbicara dengannya? Hah― dasar! Yak! Mengapa bukan dia saja yang lebih dulu! Dia kan lebih muda dariku! Anak itu benar-benar..." Baekhyun mendengus kesal dan setengah tertawa. "Kai-ah..."

"Ya, hyung."

"Kau seperti sudah sangat mengenal Dyo."

Baekhyun menatapku dengan pandangan menyelidik. Ia bangkit dari kursinya dan berdiri didepan mejaku. Sesaat aku pikir Baekhyun akan memukul kepalaku, tetapi dia menempelkan telapak tangannya di dahiku sambil berdecak, mengerucutkan bibirnya.

"Kau tidak demam. Jika kau bukan paranormal atau dukun― yang tahu segala sesuatu―, maka aku benar-benar yakin jika kau jatuh cinta pada sepupuku." Dia berkata sambil berganti meletakkan tangannya di dahinya, kemudian kembali ke dahiku.

"Ya."

"What?" Baekhyun setengah berteriak. Aku menarik tangannya dari dahiku.

"I think I am..." Aku mengangkat bahu lagi dan tersenyum tipis.

"What you mean bro? Ya? 'Ya'― dalam artian apa?" Baekhyun segera menarik kursi kosong di sebelah meja dan duduk didepanku. "Tell me right now. Tell me everything, bro." Baekhyun menjadi sangat antusias. Jika dibandingkan sejak tiga hari yang lalu, saat inilah Baekhyun kembali menjadi 'real' Baekhyun yang ku kenal.

"I don't know man. It's difficult to explain. But I think, I'm kind of that... thing..." Aku merasa begitu aneh untuk menjelaskannya.

"Oh man!" Baekhyun tertawa sambil meninju lenganku. Dan sedetik kemudian yang membuatku heran adalah, Wajahnya berubah panik. Ia memegang kepalanya seperti teringat sesuatu. "Oh Man! You're in big trouble..." sambungnya muram.

Aku mengusap lengan yang sempat ditinju dengan begitu antusias oleh Baekhyun. Apa lagi ini? Baekhyun terkadang sangat berlebihan dalam mengekspresikan sesuatu. "What?" Tanyaku datar.

"Dyo tidak percaya dengan perasaan seperti 'cinta', or something like that."

Aku terdiam. Aku tahu ini. Dyo dan aku begitu mirip, jadi aku tahu betul bagaimana tanggapannya tentang hal seperti 'cinta' dan sebagainya. Aku bahkan tidak percaya pada diriku sendiri, tentang perasaan yang muncul dengan begitu nyata, tanpa bisa ku larang. Aku menyadarinya sampai tahap bahwa aku, sangat peduli bahkan ingin melindunginya. Dyo.

"It doesn't matter." Jawabku singkat. Aku tidak ingin berpikir tentang respon Dyo. Aku mengalihkan pandanganku keluar ruangan. "Hyung, bukankah itu, ayah Dyo?" Aku melihat ayah Dyo berjalan bersama beberapa orang kearah ruangan Dyo. Baekhyun mengikuti arah pandangku dan bergegas bangkit dari kursinya.

"Ya, itu Paman. Dan... Mengapa banyak sekali orang mengikutinya? Sepertinya, Ini bukan pertanda hal yang baik..." Baekhyun menjeda ucapannya dan menatapku. "Baiklah, kau disini saja. Aku akan ke ruangan Dyo." Baekhyun berjalan cepat, menyusul ke arah ruangan Dyo.


** Windzhy Kazuma **


Jam 6 sore. Aku menunggu Dyo di lobby perusahaan. Baekhyun hyung juga belum kembali ke ruangan saat jam kerja berakhir. Terpaksa, aku menitipkan ransel dan laptopnya pada Irene. Ada lemari minuman di dekat meja resepsionis. Wah, kebetulan sekali! Aku punya beberapa uang koin.

Aku berjongkok memasukkan beberapa koin kedalam mesin sembari menatap lemari kaca yang menawarkan berbagai pilihan minuman. Aku masih menunggu minumanku keluar saat kudengar senda gurau beberapa orang keluar dari lift.

Ayah Dyo. Ia berjalan, tertawa dengan beberapa rekannya. Aku menunggu kemunculan Dyo, tetapi rupanya Dyo tidak bersama ayahnya. Yah, mereka memang tidak memiliki hubungan yang baik, jadi untuk bersenda gurau bersama ayahnya, kemungkinannya sangat kecil. Mendekati Nol.

Dengan sekaleng moccacino dingin, aku kembali duduk nyaman di sofa. Semenit, dua menit, tiga menit... Karyawan satu persatu keluar dari lift, menyongsong jam pulang kerja dengan gembira. Aku selalu menoleh, kemudian berdiri, kalau-kalau Dyo keluar dari pintu Lift. Dan akhirnya, dari rombongan karyawan-karyawan yang berlalu-lalang, aku melihat seseorang yang kukenal. Tapi, sangat mustahil bertemu dengannya disini!

Dia juga melihatku. Dengan tatapan tidak percaya, dia berlari kecil memamerkan gummy smile-nya yang sangat cantik.

"Kai oppa?! Apa yang kau lakukan disini?" Sapanya bersemangat.

"―Jennie?"

.

.

.

To be continued.


** Windzhy Kazuma **


Annyeonghaseong! Siapa yang nunggu ff ini, ayoo angkat keteknyaaa!

Maaf udah nunggu lama. Ada yang rindu ngga? *nggaak*

Jangan lupa review^^