Happy Reading.
Aku Tidak Menyesal
"Perhatikan lagi langkahmu, Naruto-kun."
"Benar juga."
"Ayunanmu masih kaku. Sekali lagi."
"Okey."
Setelah menyelesikan latihannya secara berpasangan dengan Alice untuk beberapa set, Naruto menjatuhkan shinai miliknya. Duduk pada salah satu sisi lantai dojo dan membuka pelindung kepala. Peluh membasahi berbagai sisi wajahnya. Pandangannya tertuju pada lantai kayu.
'Rasanya sudah setahun lebih di sini. Tapi aku merasa tidak ada perkembangan. Entah apa alasannya?'
Sebuah benda dingin tiba-tiba saja menyentuh atas kepalanya. Di sana Alice memberikannya sebuah minuman berenergi dingin sambil tersenyum. "Kerja bagus hari ini!"
"Terima kasih, Alice.." Jawaban itu tidak seantusias pemberinya. Pandangannya kembali menurun. Gadis itu menyadari sesuatu.
"Naruto-kun."
Naruto ternyata menoleh dengan panggilan tersebut. "Ya?"
Mengambil napas sebentar, seolah menguatkan niatnya. Ini dia, "Kalau tidak terlalu nyaman, kenapa tidak keluar kendo saja, Naruto-kun?"
"Huh?"
Alice mendudukkan dirinya di sebelah pemuda itu. Handuk putih sudah ada ditangannya. Mulai mengusap wajah tan milik Naruto.
"Aku hanya merasa. Kamu semakin tidak menikmati kendo lagi. Sejak kita..menjadi sepasang kekasih." Jujur saja Naruto menikmati perlakuan tersebut. Namun, kalimat gadis di sebelahnya seperti sebuah pukulan. Dengan arti apa yang dirasakannya memang benar.
"Aku..."
Meski keringat sudah hilang dari kulit wajahnya. Alice masih senantiasa mengusap, terutama bagian kumis milik Naruto.
"Tidak apa-apa. Aku hanya tidak ingin kamu membuang waktumu di sini. Bukankah kamu pernah bilang punya keahlian bela diri tangan kosong? Oh, tunggu dulu." Alice melepas tangannya, menempelkannya di dagu. Pemuda itu menaikkan sebelah alisnya. Menunggu kelanjutan kata-kata kekasihnya.
"Apa kamu sebenarnya tidak bisa memegang senjata? Karena sudah terbiasa dengan tangan kosongmu?"
"..."
Naruto melongo. Huh? Tapi jika dipikirkan benar juga. Kenapa tidak pernah terpikirkan olehnya? Lagipula alasan terbesar dia masuk kendo juga karena gadis ini. Bukan ketertarikannya dengan pedang bambu. Selain itu, dulu dia berpikir tidak ada salahnya mencoba hal baru. Naruto tertawa terbahak.
"Hahahaha! Kurasa kau benar. Kenapa aku tidak pernah sadar?" Sangat berbeda dengan dirinya, Alice memang cukup memiliki kemampuan bahkan sampai diakui oleh klubnya sendiri.
Moodnya naik secara otomatis. Mulai tersenyum, sembari menatap Alice yang sedang membersihkan peluhnya sendiri dengan handuk lain.
"Mungkin benar harusnya aku keluar. Tapi, bukan berarti aku menyesal sudah mendatangi klub ini. Buktinya…" kali ini gadis berambut pirang itu yang menaikkan alisnya.
"..ada di depan mataku."
Alice tertahan, wajahnya memanas. Itu benar-benar tidak diduga. Dan senyumnya. Oh, tuhan.
"Ayo kita cepat pulang! Aku mau berganti dulu."
Gadis itu dengan cepat memalingkan pandangannya dan mulai pergi. Hal itu tentu tidak terlewatkan oleh Naruto.
TBC
tidak tahu kapan bakal selesai. (Peace). Mungkin setelah puluhan chapter.
no Runa opening and outro
