Happy Reading.
Jangan Paksakan Dirimu
Naruto berjalan perlahan dengan kedua tangan di dalam saku sweater oranye gelap favoritnya. Berjalan pelan setelah meninggalkan Sasuke dengan kerumunan fangirls-nya. Langkahnya tertuju ke salah satu gedung yang terpisah dengan bangunan utama sekolah, dojo. Hari ini memang terdapat jadwal kendo, namun pemuda itu memutuskan untuk berhenti dari anggota sejak beberapa hari lalu.
Mengeratkan tasnya sekali lagi, kakinya melangkah masuk dan pemandangan yang dia temui tidak jauh berbeda dengan yang pernah dilalui olehnya. Naruto hanya berdiri di sana, pada papan setapak coklat yang membatasi dirinya dengan lantai kayu yang lebih gelap, setelah batas tersebut maka harus melepas sepatu.
Mengedarkan pandangannya sejenak, sensei yang mengajar kendo hari ini mungkin sedang tidak datang. Hal itu ditunjukkan dari seorang siswa yang terlihat memimpin latihan tersebut.
Atau lebih tepatnya seorang siswi.
Naruto mengenali suara ini. Suara lantang yang juga sekaligus seperti alunan nada untuk telinganya. Tapi hal itu sepertinya tidak berlaku untuk para anggota kendo.
"Ayunkan lebih keras lagi!"
Alice terlihat meng-komando para anggota yang lebih banyak masih murid tahun pertama dan beberapa murid tahun kedua. Kemampuannya yang cukup mumpuni mungkin membuat sensei yang mengajar dapat mempercayai Alice sebagai pengajar penggantinya, pikir Naruto.
Sayang sekali wajah putih gadis itu harus tertutupi oleh pelindung kepala. Kalau tidak, Naruto bisa saja terbawa ke satu tahun lalu, dimana dia pertama kali melihat gadis itu mengayunkan pedang bambunya dengan gerakan yang menurut pemuda itu…sangat elegan.
Kepala gadis itu terlihat sedang tertuju ke arahnya. Kemudian saat itu juga, Alice membubarkan latihannya sambil berkata pada para anggotanya untuk beristirahat. Lalu langkahnya menuju pemuda itu.
"Ayo." Sambil menarik tangan Naruto dan keluar dari bangunan dojo. Naruto hanya menurut saja, sambil matanya belum lepas dari gadis tersebut. Beberapa anggota kendo lain sepertinya sedang menatap dirinya dan Alice pergi. Namun Naruto tidak hiraukan itu.
"Alice-senpai terlihat galak sekali."
"Menurutku dia bukan galak. Tapi mungkin perlakuannya agak sedikit keras."
"Tidak ada bedanya kalau di mataku."
"Mungkin memang diantara yang lain, Alice-senpai termasuk yang paling keras."
Itu hanyalah beberapa cuitan dari adik kelasnya yang pernah dia dengar ketika dirinya, yang sudah dibebastugaskan dari kendo, hanya mampir untuk menyapa para anggota lain. Memang dirinya juga berpikir kalau Alice mungkin sedikit keras pada mereka, tapi memang seperti itulah gadis itu. Alice juga tahu batasan para anggotanya seperti apa, jadi tidak akan mungkin Alice menjadi seperti 'pelatih setan' yang sering di-stereotype oleh anggota klub.
Mereka duduk bersebelahan pada bangku kosong, Alice membuka pelindung kepalanya dan Naruto memberi minuman. Gadis itu menyeka peluh yang senantiasa masih berlinang pada wajahnya. Naruto mengamati seksama, ingin sekali memotret wajah ayu dari Alice yang masih sibuk dengan handuknya.
"Haaah, aku lelah Naruto-kun." Alice mengeluarkan suaranya dari balik handuk. Naruto dapat mendengar itu, lebih seperti napas berat. Pemuda itu tersenyum dan merentangkan kedua tangannya. "Sini."
Alice menatap sebentar, namun akhirnya mendekat dan melingkarkan tangannya sampai ke punggung pemuda pirang di hadapannya. Menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Naruto yang dilapisi sweater oranye gelapnya. Naruto mendekap badan ramping gadis di pelukannya, menopang dagu pada pucuk kepala Alice.
"Aku lelah, Naruto-kun."
"Aku tahu, kau sudah berusaha keras, Alice. Tapi, bisakah kamu bersikap sedikit lebih lembut pada kouhai-mu?" Naruto berkata dengan nada pelan, Alice tidak menjawab.
"Jangan memaksakan dirimu juga."
Setelah kalimat itu, gadis itu malah memperdalam eratannya. Naruto juga mengusap rambut panjang milik gadis itu.
"Akan kucoba."
"Nah, begitu dong."
Saat itu lah Naruto menyadari sesuatu. Di belakangnya beberapa pasang mata memperhatikan mereka, meski agak jauh, dan kebanyakan dari pasang mata tersebut adalah perempuan. Terlihat banyak dari para adik kelasnya wajahnya bersemu merah. Dan Alice sama sekali belum menyadari mereka.
"Umm…Alice, sepertinya istirahatnya kita sudahi dulu."
"Humm, tunggu sebentar lagi. Aku masih butuh pengisian tenaga." Naruto menghela napas pasrah. Bukannya terlepas, eratannya justru semakin mengencang. Menambah kikikan tawa dari para kouhai-nya. Serta mengetahui fakta mengejutkan mengenai senpai mereka yang terkenal serius tersebut.
t b c
