Narcissa kembali menatap tubuh Harry yang sudah terbalut kemeja dengan rapih.
Harry bersyukur karna ia tidak harus memakai gaun untuk keluar dari hutan seperti sebelumnya.
'Sret'
"Eh?" beo Harry heran.
"Saat di kerajaan nanti. Identitas aslimu tetap harus dirahasiakan Harry, kamu tidak bisa memberitahukan ataupun menunjukkan identitasmu yang asli ke orang lain,"
Hal yang selalu di sembunyikan dengan rapat dan rapih, dapat terbongkar dengan mudahnya.
Bahkan sekalipun sihir yang tak pernah terdeteksi oleh siapapun akan mudah ditemukan oleh musuh yang sedang mengincarnya.
Jika hal itu terjadi?
Apa yang akan kalian lakukan?
Bersembunyi?
Berlindung?
Melarikan diri?
Atau...
Melawan dan menghadapinya?
HARRY POTTER belongs to
THE KING OF THE EMERALDIA KINGDOM belongs to Farida Lil Safana
PAIR is Draco x Harry (Drarry)
Sequel of Emeraldia
Harry mengembungkan kedua pipinya dengan kesal.
Ia mengerti dengan perkataan Narcissa yang berarti ia harus menjadi seorang gadis lagi dengan meminum ramuan yang dibuat Severus untuknya.
'Set'
Narcissa menarik Harry kedalam pelukannya.
"Aku tidak menyangka jika kau masih hidup. Harry, Aku sangat mengkhawatirkan dirimu yang dikabarkan hilang dan mati oleh binatang buas," jelas Narcissa.
Harry tersenyum sambil mengangguk.
Narcissa melepaskan pelukannya lalu menatap Harry lekat.
"Tenang saja Harry. Aku dan Lily pernah membuat gaun untukmu-" jelas Narcissa dengan semangat. Harry menelan ludahnya dengan sulit, "-Aku tidak sabar untuk memiliki seorang putri dikeluargaku," tambah Narcissa dengan kedua mata yang berbinar.
Narcissa melangkahkan kakinya ke arah Lucius lalu kembali mengatakan sesuatu.
Draco berjalan kearah Harry seakan meminta pertanggung jawaban.
"Kenapa banyak hewan buas di sekitar gubuk Harry? Bukankah mereka berbahaya?" tanya Draco tajam.
"Berbahaya?" tanya Harry bingung sambil memiringkan wajahnya.
Draco menahan dirinya untuk tidak mencium Harry saat ini juga. Bagaimana bisa Harry membuat wajah polos seperti ini.
'Set'
Draco menyentuh kedua pundak Harry pelan.
"Mereka bisa membunuhmu kapan saja. Harry James Potter," jawab Draco.
Harry menggeleng lalu tersenyum. Kedua tangan Draco yang ada di pundaknya ia genggam lembut.
"Mereka tidak berbahaya. Dray," balas Harry lembut.
Draco menghela napasnya pelan, kedua matanya menatap iris kedua mata Harry lembut. Mencium kedua tangan Harry, lalu tersenyum dengan sosok dihadapannya.
"Aku selalu percaya padamu. Arry," ujar Draco.
Wajah Harry memerah seketika, dengan cepat Harry memalingkan wajahnya ke samping karna malu.
"Baiklah. Anak-anak, saatnya kita pergi," ujar Narcissa lembut.
"Aku percayakan padamu. Lucius, dan aku yang akan menjaga hutan ini," jelas Hagrid pelan.
Lucius mengangguk mengerti.
"Aku masih mengirim seluruh mata-mata untuk mencari keberadaan penghianat itu. Dan kau tidak perlu khawatir, Harry aman bersama kami dibawah perlindungan keluarga Malfoy," jelas Lucius setengah berbisik saat Harry menatap ke arah mereka berdua dengan tatapan heran.
Hagrid tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Harry yang dibalas senyuman lebar oleh Harry.
"Itu yang aku harapkan. Lucius," balas Hagrid setengah berbisik.
Lucius mengangguk lalu pamit untuk kembali ke kerajaannya.
~The King of The Emeraldia Kingdom~
"Bagaimana perkembangannya?"
Beberapa orang dihadapan pria itu menunduk takut.
'Brak'
"Ma- Maaf Tuan. Tidak ada pergerakan sihir yang menandakakan kehidupan anak itu," jawab seseorang dengan terbata.
Sosok itu menyeringai tipis.
"Bagaimana dengan jasad anak itu?" tanyanya.
Mereka menggeleng pelan.
"Bagus. Mungkin anak itu sudah mati dan jasadnya dimakan oleh ikan di laut," ujarnya lalu tertawa keras.
Mereka hanya mampu memandang sosok tuannya tanpa berkomentar apapun.
"Kalian boleh pergi!" perintahnya lalu kembali meminum anggurnya dengan tersenyum senang.
"Setelah bertahun-tahun lamanya. Aku berhasil mengalahkannya,"
~The King of The Emeraldia Kingdom~
'Brak'
"Maafkan aku," ujar Harry menyesal dengan kepala yang masih menunduk.
"Tidak apa-apa," balas gadis itu lembut.
"Kau baik-baik saja?" tanya Draco lembut pada Harry. Yang dijawab dengan anggukan.
"Draco," panggil gadis itu ceria.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Draco tajam.
"Tentu saja menemuimu," jawabnya ceria.
Harry penasaran untuk melihat wajah gadis yang tadi ditabraknya itu.
Wajah cantik, dengan senyuman yang mengembang diwajahnya. Berambut pirang indah, siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis itu.
Namun, tanpa Harry sadari. Ia hanya kagum dengan kecantikan gadis itu tanpa menyukainya.
"Aku ada urusan," ujar Draco dingin lalu membawa tubuh Harry dengan mendorongnya lembut ke arah kamarnya.
"Benarkah? Apakah akan lama?" tanyanya kecewa.
"Tentu. Kau bisa datang di lain hari. Astoria," jawab Draco tegas.
Harry menatap wajah Draco dengan bingung.
"Baiklah," ujarnya sendu lalu meninggalkan Draco dan Harry.
Draco menghela napasnya pelan.
"Kenapa kau mengusirnya. Draco? Kau hanya perlu mengantarku ke kamarmu dan bisa bermain dengan gadis itu," ujar Harry pelan.
Draco tidak mempedulikan perkataan Harry dan terus mendorong tubuh kecil Harry menuju ke kamarnya.
'Blam'
Draco menutup pintu itu dan menguncinya. Ia harus waspada entah apa yang akan dilakukan gadis itu untuk masuk ke kamarnya tiba-tiba.
Harry membuka jubahnya dengan tatapan heran. Berbeda dengan Draco yang membuka jubahnya lelah dan langsung duduk di atas kasur.
"Dray. kau belum menjawab pertanyaanku," ujar Harry kesal.
Draco menatap Harry sebentar.
"Anggap saja. Karna aku ingin menghabiskan waktuku denganmu," jawab Draco pelan.
Harry mengangkat satu alisnya heran. Setelah menaruh jubahnya untuk digantung ia berjalan kearah Draco.
"Kau sudah menghabiskan waktumu denganku kemarin. Dray," balas Harry.
"Kenapa kau ingin aku menghabiskan waktuku dengan gadis itu?" tanya Draco tajam.
"Karna, dia sudah datang jauh untuk ke sini. Dray, lagi pula gadis itu cantik dan kau bisa bersamanya nanti," jawab Harry ragu.
Bersamanya?
Harry ragu untuk mengatakan itu. Tapi bagaimanapun juga saat melihat gadis itu yang sedih karna jawaban Draco membuat hatinya luluh.
Draco tertawa pelan.
"Bersamanya? Maksudmu hingga pernikahan nanti aku dengannya?" tanya Draco.
Harry mengangguk pelan.
"Lalu, bagaimana dengan hatiku?" tanya Draco dengan suara tercekat.
"Eh?" beo Harry bingung.
"Bagaimana dengan hatiku yang menyukaimu? Arry," tanya Draco tajam sekaligus kesal.
Harry menatap ke arah Draco dengan bingung lalu menyentuh pipi Draco lembut.
"Menyukai apa maksudmu? Dray. Aku juga menyukaimu sebagai sahabat bukan? Kau tidak perlu khawa-"
'Set'
Draco menarik tangan Harry dengan kuat hingga menibani tubuh Draco. Harry tersentak pelan berusaha untuk bangkit namun, gagal karna Draco menahannya.
"Bagaimana jika rasa sayang itu bukan sebagai sahabat. Harry?" tanya Draco.
Harry tampak berpikir sebentar. Ia tidak mengerti dengan perkataan Draco. Namun, tak butuh waktu lama Harry tersenyum cerah.
"Apa maksudmu sebagai adik? saudara? kakak? Ayah? Paman? Tapi kau terlalu muda untuk menjadi seorang ayah dan pa-"
"As Lover," potong Draco dengan cepat.
Wajah Harry memerah seketika saat mendengar pernyataan Draco terlebih jarak wajah Harry dari wajah Draco terbilang cukup dekat, hanya berjarak 5 centi.
"Jangan bercanda! Dray," perintah Harry tajam.
"Aku tidak bercanda Harry. Aku menyukaimu," ulang Draco lagi.
"Ini tidak lucu! Dra-"
Draco langsung mencium bibir Harry dengan cepat. Tangan kanannya ia gunakan untuk menahan tekuk Harry untuk memperdalam ciumannya.
Harry masih membuka kedua matanya lebar sambil menatap kedua mata Draco yang terpejam.
Ciuman Draco kali ini tidak lembut seperti dihutan. Terlalu kasar dan terburu-buru.
Draco menghisap bibir itu dengan kuat, mengigit kecil bibir Harry yang mulai terbuka dan berniat protes Draco tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung memasukkan lidahnya kedalam mulut Harry.
Dalam hitungan detik posisinya kini telah berubah dengan Draco yang ada di atas tubuh Harry.
Harry terus meronta agar Draco melepaskannya. Namun, Draco tidak melepaskan tubuh Harry dengan mudahnya.
Draco yang masih kesal dengan jawaban Harry, ia tidak melepaskan Harry saat ini. satu tangannya ia gunakan untuk menahan kedua tangan Harry diatas kepalanya dan satu tangan lagi ia mulai membuka kancing kemeja Harry.
"Enghh.. Dray.. Ber- Ber.. Hen.. Ti.." ujar Harry di sela ciumannya.
Draco melepaskan ciumannya dan kembali menciumnya di leher Harry, membuat beberapa tanda di sana yang akan berbekas untuk waktu yang lama.
Tangannya tidak berhenti sampai disana hingga seluruh kancing kemeja itu terbuka.
Ciuman Draco mulai berpindah turun kebawah kedadanya.
"Hiks... Kumohon Dray. Berhenti," lirih Harry dengan terisak.
Draco tersentak pelan lalu menatap wajah Harry yang sudah memerah sempurna akibat menangis bercampur malu.
"Aku mohon," lirihnya kembali dengan suara tercekat.
Draco kembali memerhatikan bibir Harry yang sudah membengkak karna ciumannya, bahkan ujung bibirnya berdarah karna ciuman Draco yang kasar.
Draco langsung memeluk tubuh Harry erat. Tidak mempedulikan junior yang dibawah sana yang sudah bangun.
"Maafkan aku," lirih Draco.
Harry mengangguk pelan. Hingga ia terjatuh tidur.
Draco melepaskan pelukannya dan mencium kening Harry lembut.
"Maafkan aku. Harry, seharusnya aku mengerti dirimu," ujar Draco lalu bangkit dan masuk kedalam kamar mandi untuk menidurkan juniornya kembali.
~The King of The Emeraldia Kingdom~
Narcissa menepuk tangannya senang lalu menatap kearah ruangan yang ada dihadapannya.
"Sempurna," ujarnya senang.
"Kenapa kau membiarkan Harry sekamar dengan Draco? Cissa," tanya Lucius cemas.
"Karna ruangan ini belum rapih. Lucius," jawab Narcissa tenang.
"Bagaimana jika mereka melakukan hal yang aneh di sana?" tanya Lucius horor sambil membayangkan hantu gentayangan James yang akan menerornya karna menghilangkan perjakaan anak semata wayangnya tanpa sebuah ikatan pernikahan.
Narcissa menggeleng pelan.
"Itu tidak mungkin terjadi. Lucius, lagi pula kita dapat melihat keadaan Harry besok pagi," jelas Narcissa dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.
Lucius menghela napasnya pelan lalu mebawa istrinya ke kamar untuk istirahat.
Tbc~
(Maaf jika terjadi kesalahan kata/typo dalam penulisan cerita)
~Farida Lil Safana~
