HARRY POTTER belongs to
THE KING OF THE EMERALDIA KINGDOM belongs to Farida Lil Safana
PAIR is Draco x Harry (Drarry)
Prev Chapter~
"Kenapa kau membiarkan Harry sekamar dengan Draco? Cissa," tanya Lucius cemas.
"Karna ruangan ini belum rapih. Lucius," jawab Narcissa tenang.
"Bagaimana jika mereka melakukan hal yang aneh di sana?" tanya Lucius horor sambil membayangkan hantu gentayangan James yang akan menerornya karna menghilangkan perjakaan anak semata wayangnya tanpa sebuah ikatan pernikahan.
Narcissa menggeleng pelan.
"Itu tidak mungkin terjadi. Lucius, lagi pula kita dapat melihat keadaan Harry besok pagi," jelas Narcissa dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.
Lucius menghela napasnya pelan lalu mebawa istrinya ke kamar untuk istirahat.
The Next Chapter~
Lucius meminum tehnya dengan tenang. Disampingnya ada Narcissa yang sama halnya meminum tehnya dengan anggun.
Sesekali para pelayan akan menaruh segala macam hidangan makanan yang di taruh di atas meja.
"DRACO!" teriak seseorang di pagi hari.
Lucius hampir saja tersedak minumannya saat mendengar jeritan seseorang yang berasal dari kamar Draco.
Severus menghela napasnya pelan dan langsung berjalan menuju ke ruangannya untuk mengambil ramuan.
Narcissa dan Lucius dengan cepat berjalan ke arah kamar Draco.
'Brak'
'Grep'
Harry memeluk tubuh Narcissa dengan erat.
"Harry?" panggil Narcissa heran.
Lucius menatap tajam ke arah Draco yang hanya menggunakan celana panjangnya tanpa baju atasannya.
"Apa yang kau lakukan? Son," tanya Lucius sambil menahan emosinya.
"Apa? Harry menendangku," jawab Draco malas sambil menatap Harry yang masih memeluk Narcissa erat.
Lucius terus menatap anak semata wayangnya itu tajam. Apa yang akan dikatakan James di sana?
Mungkin James akan menghantui dirinya di alam mimpi karna Draco telah melakukan hal yang mengerikan pada anak kesayangannya itu.
"Baiklah. Aku salah, maafkan aku Mom, Dad, Arry," ujar Draco menyesal.
Lucius menghela napasnya pelan lalu meminta Narcissa untuk membawa Harry ke kamarnya.
"Jaga perilakumu. Son, Jika tidak. Aku akan membawa Harry kembali ke hutan," anacam Lucius tegas.
Draco menelan ludahnya sulit sekaligus menatap horor ke arah ayahnya.
"Tidak akan terulang. Dad," balas Draco pelan.
Lucius menangangguk lalu berjalan ke arah pintu.
"Satu lagi. Pakailah bajumu, kau terlihat bukan seperti seorang Malfoy," ujar Lucius dingin sebelum menutup pintu kamarnya.
Draco menghela napasnya pelan.
Memang salahnya karna melakukan hal tiba-tiba pada Harry kemarin. Namun, ia juga kesal karna Harry mengatakan dengan mudahnya jika ia dapat menikahi Astoria ataupun mencintainya.
Dan kejadian tadi pagi, mungkin Harry terkejut karna terbangun dengan posisi dipeluk Draco yang keadaannya tidak memakai baju atasannya sehingga terlihat tubuh bagian atas dan perutnya yang sudah terbentuk sempurna.
Draco mengambil sebuah handuk lalu berjalan ke arah kamar mandi.
Meyakinkan Harry jika dirinya mencintainya akan sangat sulit.
~The King of The Emeraldia Kingdom~
Narcissa tersenyum saat melihat perubahan pada diri Harry setelah meminum ramuan yang diberikan Severus padanya.
"Aunt Cissy. Kenapa aku harus menyamar lagi?" tanya Harry dengan kesal sambil mengembungkan kedua pipinya.
Narcissa tersenyum lalu meminta Severus untuk keluar dari kamarnya. Setelah itu ia memilihkan sebuah gaun putih yang terlihat sederhana namun terdapat sebuah gambar ukiran dibawah dan pergelangan tangannya.
Gaun itu memang sederhana, namun terlihat anggun di saat bersamaan.
Narcissa memeluk erat tubuh Harry yang kecil.
"Aku sangat senang. Harry, aku bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang putri," ujar Narcissa bahagia.
Harry mengangguk mengerti sambil tersenyum.
"Aunt. Cissy belum menjawab pertanyaannku," ujar Harry.
Narcissa melepaskan pelukannya lalu menyentuhkan pipi Harry dengan kedua tangannya.
"Kami ingin menyembunyikanmu dari orang-orang yang mengincar nyawamu. Harry," jelas Narcissa lembut.
Harry menatap ke arah Narcissa dengan bingung.
"Mengincar nyawaku? Tapi aku tidak mengingat pernah melakukan sebuah kesalahan pada seseorang. Maksudku, aku tidak pernah bertemu dengan orang lain selain Hagrid dan-"
"Aku mengerti. Harry, dan kau tidak perlu tau orang-orang itu sekarang. Selama kau di sini, kamu akan selalu aman,"
Harry mengangguk mengerti lalu tersenyum.
"Jadi, selama kau menggunakan ramuan ini. Siapa namamu Harry?" tanya Narcissa dengan kedua mata yang berbinar.
"Eraldia. Emeraldia," jawab Harry pelan.
Narcissa mengangguk lalu mengajak Harry ke ruang makan.
Dalam perjalanannya, Narcissa tiada henti bercerita panjang pada Harry sekaligus menatap Harry gemas saat Harry mengerutkan keningnya bingung.
Harry a.k.a Emeraldia hanya dapat menjawab pertanyaan Narcissa dengan gumaman ataupun anggukan karna Narcissa menceritakannya dengan semangat sekaligus kedua mata yang berbinar.
Sehingga, ia tidak tega untuk memotong cerita Narcissa.
"Setelah ini. Aku akan mengajakmu ke sebuah taman, Eraldia. Pasti kau akan senang saat melihatnya," ujar Narcissa lembut.
Emeraldi mengangguk mengerti.
'Ceklek'
Pintu itu terbuka oleh pelayan.
Dengan anggun Narcissa melangkahkan kakinya ke salah satu kursi di sana, Sedangkan Emeraldia duduk di samping Draco dengan canggung.
"Eraldia. Aku-"
'Trang'
Sendok terjatuh saat Emeraldi terkejut mendengar suara Draco di sampingnya.
"Ma- Maafkan aku," lirih Emeraldia pelan.
Draco melihat Emeraldia yang terdiam karna tingkahnya yang gugup saat duduk di samping Draco. Kejadian semalam sekaligus tadi pagi terus terbayang diingatannya.
Lucius menatap tajam ke arah Draco yang menganggu suasana sarapan paginya.
Draco mengenggam tangan mungil itu dengan lembut. Ia dapat merasakan Emeraldia tersentak kecil saat Draco mengenggam tangannya.
"Aku minta maaf," lirih Draco pelan.
Bagaimanapun juga ia tidak ingin orang yang ia sayang benci padanya.
Emeraldia menatap ke arah Draco lalu tersenyum lembut.
"Aku memaafkanmu. Dray," ujar Emeraldia pelan.
Narcissa tersenyum saat melihat interaksi keduanya.
Lucius terbatuk pelan untuk mengintrupsi keduanya yang dihadiahi tatapan tajam dari Narcissa karna menganggu kegiatan Draco dan Harry yang sedang menyamar menjadi Emeraldia.
"Sebaiknya kalian habiskan sarapan kalian," ujar Lucius dingin lalu kembali memakan sarapannya.
Emeraldia mengangguk malu karna sejak tadi kegiatannya diperhatikan oleh orang tua Draco.
~The King of The Emeraldia Kingdom~
'Brak'
Astoria menatap ke arah dua orang tuanya tidak terima.
"Aku sudah memberitahukannya pada temanku. Jika aku akan bertunangan dengan Pangeran Draco," ujar Astoria tidak terima.
Daphne memijat keningnya pelan ia tidak mengerti kenapa adiknya menjadi seorang gadis yang keras kepala.
"Astoria! Mereka orang tuamu. Jaga perkataanmu," perintah Daphne tajam.
"Tidak. Kak, kau harus tau impianku menikah dengan pewaris Malfoy itu," ujar Astoria dengan sendu.
Daphne menatap adiknya jengah. Ia tahu akan keobsesian adiknya saat pertama kali bertemu dengan pewaris Malfoy itu.
"Astoria. Keputusannya ada di tangan Draco. Jika kau ingin melanjutkan pertunanganmu dengannya. Kau harus bisa membuatnya yakin," ujar sang ibu lembut.
Astoria tersenyum saat mendengar pernyataan dari ibunya.
"Kau benar. Mom, Belum ada gadis yang berinteraksi dengan Draco sedekat aku. Dan tidak ada yang mengalahkan pesonaku bukan?" tanya Astoria dengan kedua mata yang berbinar.
Daphne memang mengakui adiknya cantik. Namun kini ia mulai meragukan kewarasan adiknya yang terobsesi dengan pewaris keluarga Malfoy.
Ia tidak buta saat melihat tingkah Pewaris Malfoy dengan adiknya itu. Dari tatapan Draco saja ia tidak menyukai Astoria berbeda dengan adiknya yang menatap Draco dengan kedua mata berbinar sekaligus penuh cinta.
Daphne berharap jika Astoria cepat sadar akan usahanya yang sia-sia.
"Astoria. Aku harap kau berhenti memimpikan pewaris Malfoy itu," ujar Daphne dingin.
'Deg'
Kedua bola mata Astoria membulat seketika saat mendengar perkataan kakaknya sendiri. Bukankah seorang kakak seharusnya mendukung?
Bukannya menyuruhnya berhenti saat ia sedang berusaha memenangkan hati seorang pangeran yang dipuja oleh banyak orang?
"Ada apa? Daph, bukannya kau harus mendukungku?" tanya Astoria dengan tatapan terkejut.
"Aku selalu mendukungmu jika kau melakukan hal yang baik. Tapi tidak kali ini Asto," ujar Daphne dingin.
"Kukira kau kakakku yang akan selalu mendukungku," desis Astoria tidak suka.
"Kau harus sadar. Astoria, Draco tidak menyukaimu," ujar Daphne tajam.
Daphne berharap jika adiknya tidak lagi mengejar hal yang mustahil. Ia tidak ingin adiknya terjatuh ke dasar jurang yang membuatnya jatuh dan sakit.
Mungkin saja Astoria akan dendam dengan seseorang pilihan Draco nantinya.
Daphne menggeleng kuat, ia berharap jika Astoria tidak melakukan hal yang gila ataupun membuat semua orang terlibat hanya karna ulahnya.
Tbc~
(Maaf jika terjadi kesalahan kata/typo dalam penulisan cerita)
~Farida Lil Safana~
