HARRY POTTER belongs to

THE KING OF THE EMERALDIA KINGDOM belongs to Farida Lil Safana

PAIR is Draco x Harry (Drarry)


Prev Chapter~

Draco menghela napasnya pelan.

Ia tidak menyangka sosok yang sejak tadi dicarinya kini tengah tertidur dengan tenangnya di bawah pohon.

"Siapa namanya? Dray," tanya Pans antusias yang diikuti anggukan semangat dari Theo dan Blaise.

Draco hanya dapat memijat keningnya pelan saat berhadapan dengan 3 sekawan itu.

Kenapa mereka harus bertemu dengan Emeraldia di saat yang tidak tepat?

Draco berharap jika hari ini cepat berakhir saja.

.

.

.

The Next Chapter~

.

.

.

Kedua mata itu terbuka perlahan memperlihat warna biru langit yang terlihat cerah itu.

Menatap 4 orang dihadapannya dengan tatapan heran.

"Draco. Siapa mereka?" tanya Emeraldia bingung.

Draco menghela napasnya pelan terpaksa memperkenalkan Emeraldia dengan 3 sekawan itu walaupun ia tidak rela.

"Gadis ini bernama Pansy Parkinson," ujar Draco sambil menunjuk kearah Pans yang tersenyum senang ke arah Emeraldia lalu mengulurkan tangannya.

"Kau bisa memanggilku Pans,"

Draco memutar kedua bola matanya malas.

"Sebelah Pans ada Theordo Nott dan sampingnya lagi Blaise Zabini," lanjut Draco demgan berat.

Blaise dan Theo berebut untuk mendapatkan salaman lebih dulu dari Emeraldia.

"Kau bisa memanggilku Blaise,"

"Panggil saja Theo,"

Puas berselaman dengan Emeraldia.

"Emeraldia. Kau bisa memanggilku dengan panggilan Eraldia," ujar Emerladia memperkenalkan dirinya dengan senyuman manis menghias wajahnya.

Draco menatap tajam kearah 3 sekawan itu yang menatap ke arah Emeraldia dengan tatapan berbinar.

"Kenapa kalian ada di luar?" tanya Emeraldia bingung.

"Er- Itu-.. Kita-"

Emeraldia menatap kearah Theo dan Blaise dengan bingung.

"Kita sedang berjalan-jalan Eraldia," ujar Pans sambil tersenyum.

"Bagaimana jika kita masuk kedalam? Aku akan membuatkan teh untuk kalian," ajak Emeraldia.

Theo dan Blaise mengangguk setuju. Yang dibalas dengan kekehan kecil yang justru mengalun merdu dari suaranya.

Emerldia berjalan lebih dulu lalu disusul Theo yang berada di kanan Emeraldia dan Blaise di sebelah kiri.

Draco menatap tajam kearah Blaise dan Theo.

"Aku tidak tau jika ada seorang putri yang sangat cantik di kerajaanmu. Draco," ujar Pans lalu tertawa pelan.

Draco tidak menjawab melainkan berjalan menyusul Emerladia yang sudah lebih dulu berjalan.

"Mungkin, Blaise dan Theo juga menyukainya," tebak Pans sambil melirik kearah Draco yang tatapannya berubah menjadi tatapan membunuh dengan aura mencekam disekitarnya.

Pans terkekeh geli. Ia sangat tau sifat Draco, wajar saja jika Draco lebih menyukai gadis itu dibandingkan Astoria.

Gadis itu memang sama cantiknya dengan Astoria, namun keramahan dan kebaikan gadis itu lebih tulus dibandingkan Astoria yang dibuat-buat.

Walaupun seperti itu. Pans masih bisa merasakan aura kebangsawanan yang melekat di gadis itu sekaligus terlihat anggun di saat bersamaan.

~The King of The Emeraldia Kingdom~

Tatapan Theo dan Blaise terus terarah ke sosok yang kini ada dihadapannya sambil meminum tehnya anggun. Disampingnya ada Draco yang tengah menatap tajam ke arah mereka berdua.

"Eraldia. Aku baru bertemu denganmu di disini, kamu berasal dari mana?" tanya Theo membuka percakapan.

Bahkan Blaise yang suka mencuri waktu untuk tertidur kini menajamkan pendengarannya. Mungkin saja ia akan berkunjung ke rumah Emeraldia dan menawarkan diri ke orang tuanya sebagai calon menantu.

"Aku-"

"Jauh. Asal tempat ia tinggal sangat jauh, akan membutuhkan waktu 3 hari 2 malam untuk sampai," sela Draco dingin.

Theo menulikan pendengarannya seketika, tidak mempedulikan jawaban yang diberikan oleh Draco.

"Eraldia. Apa kamu sudah memiliki seorang kekasih?" tanya Blaise yang kini menatap Emeraldia dengan kedua mata yang berbinar.

Draco hampir tersedak minumannya dan bersikap tidak malfoy-ish sekali. Bisa-bisa ia dicoret dari pewaris Malfoy.

"Bel-"

"Tentu saja. Sudah, kau tidak melihatku?" tanya Draco angkuh dengan cepat ia memeluk Emeraldia dengan satu tangannya.

Emeraldia menatap tajam ke arah Draco, ia tidak suka diperlakukan seorang gadis walaupun ia sedang menyamar menjadi seorang gadis.

"Lepaskan! Draco," perintah Emeraldia tajam dengan setengah berbisik.

Draco menjawabnya dengan menyeringai tipis sambil mengeratkan pelukannya.

'Bugh'

Emeraldia memukul Draco tepat dikepalanya yang berhasil membuat pewaris Malfoy itu meringkuk kesakitan.

Pans menatap ke arah Emeraldia dengan tatapan berbinar karna dapat memukul kepala Draco dengan mudah.

"Kami tidak membutuhkan jawabnmu. Draco, kami bertanya pada Emerldia," ujar Theo pelan. Dengan anggukan setuju dari Blaise.

"Aku belum memiliki kekasih. Blaise," jawab Emeraldia lembut.

"Bagaimana dengan pesta dansa yang di selenggarakan malam nanti? Eraldia, kau akan datang dengan siapa?" tanya Blaise dan Theo secara bersamaan lalu mereka memandang satu sama lain dengan tajam.

Emeraldia menatap ke arah mereka berdua dengan tatapan heran.

"Aku-"

"Aunt. Cissy, sudah menemukan pasangan yang cocok untukmu, Eraldia," ujar Narcissa tepat berada dibelakang Emeraldia dan Draco.

"Eh?" beo Emeraldia dengan bingung.

"Sudahlah Mom. Biarkan Emeraldia memilih pasangannya sendiri, aku akan ke perpustakaan ada informasi yang ingin kucari," ujar Draco dingin dan meninggalkan ruangan itu.

Emeraldia menatap bersalah ke arah Draco karna sudah memukulnya tadi.

"Dengan siapa? Aunt Cissa," tanya Theo sopan.

"Seseorang," jawab Narcissa lalu tertawa pelan saat mengingat rencananya.

Pans melihat punggung Draco dengan tertawa kecil.

"Dan Eraldia. Sebaiknya kau menyusul Draco, Aunt. Cissy takut ia lupa waktu saat berada di perpustakaan," ujar Narcissa lembut.

Emeraldia terdiam sebentar sambil memainkan jarinya. Sesekali ia akan menatap ke arah pintu dengan tatapan ragu.

"Tapi-"

"Draco akan mendengarkanmu,"

Emeraldia mengangguk lalu berjalan ke arah perpustakaan.

"Aunt. Cissa, aku kira tidak ada seorang gadis secantik itu di sini," ujar Theo dengan heran.

"Bukankah Astoria juga cantik?" tanya Blaise.

Narcissa tersenyum sambil melihat 3 sekawan di hadapannya.

"Emeraldia belum lama tinggal di sini. Wajar jika kalian baru melihatnya," jawab Narcissa.

Pans mengangguk mengerti.

"Aunt. Cissa, apakah acara itu berlangsung malam ini?" tanya Pans dengan semangat.

Narcissa mengangguk.

"Benar. Pans, jangan lupa berpakaian yang cantik," saran Narcissa.

Pans mengangguk.

"Aku pamit pulang. Aunt Cissa, aku akan mulai bersiap sore ini. Selamat sore," pamit Pans sopan lalu meninggalkan ruangan itu.

Theo dan Blaise ikut pamit untuk bersiap acara nanti malam.

Narcissa tersenyum lalu mulai melangkahkan kakinya ke sebuah ruang untuk mencari gaun yang cocok untuk Emeraldia.

Mengingat rencananya untuk acara malam ini. Membuatnya terus tersenyum senang entah apa yang diberikan reaksi keduanya, Narcissa tidak sabar untuk menantikannya.

~The King of The Emeraldia Kingdom~

Draco kembali membuka lembaran kertas baru di hadapannya. Ia yakin jika informasi tentang Kerajaan Emeraldia itu tersimpan di sana.

Draco membaca buku itu dengan satu persatu kata teliti.

"Dray," panggil Emeraldi lembut.

Draco tidak mempedulikan panggilan itu dan terus membaca bukunya.

"Maafkan aku. Yang telah memukulmu tadi," sesal Emeraldia.

Tatapannya kini terarah pada Draco yang masih sibuk membaca satu persatu kata dengan cermat seakan tidak ingin ada yang terlewatkan satupun.

Emeraldia berjalan hingga sampai dihadapan Draco.

"Apa kamu masih marah padaku?" tanya Emeraldia dengan menaruh tangannya diatas buku yang dibaca Draco.

Draco menatap Emeraldia sebentar lalu menghela napasnya pelan. Mengenggam tangan itu lembut lalu menatap mata birunya.

"Ya. Aku marah, karna kau memukulku," ujar Draco terus terang.

Emeraldia menatap bersalah ke arah Draco.

"Maafkan aku. Dray, tindakanmu terlalu terburu-buru dan aku hanya-"

"Sudahlah. Eraldia," potong Draco sambil memdesah lelah lalu menutup buku itu dan berniat membawanya ke kamar.

Draco berdiri dan mulai melewati Emerladia.

'Set'

"Apa yang harus aku lakukan agar kau memaafkanku? Dray," tanya Emeraldia sungguh-sungguh.

Draco tersenyum miring saat mendengar tawaran yang diberikan Emeraldia.

"Benarkah?" tanya Draco kini menatap Emeraldia lalu mendekatkan wajahnya hingga berjarak 5 centi.

"Asal kau memaafkanku," jawab Emeraldia serius.

"Berikan aku sebuah ciuman," ujar Draco cepat.

Emeraldia menatap ke arah Draco dengan terkejut.

"Jika kau tidak mau. Aku tidak akan memaafkanmu," balas Draco seakan tau apa yang dipikirkan Emeraldia saat ini.

Emeraldia mencium pipi Draco dengan cepat.

"Bukan di pipi. Arry, melainkan di bibir," goda Draco sambil memanggil nama kecilnya tanpa nama penyamarannya.

'Bugh'

Draco terjatuh sambil menyentuh pipinya yang berdenyut sakit.

"Kau memang mesum! Malfoy. Dasar Ferret sialan!" Teriak Emeraldia dengan kesal lalu berlari ke arah kamarnya dengan wajah yang memerah.

Draco tertawa pelan lalu kembali meringis saat merasakan sakit di pipi kirinya akibat pukulan Emeraldia.

Menggoda pujaan hatinya memang menyenangkan. Walaupun ia harus mendapatkan efek sampingnya untuk terkena pukulan.

Tbc

(Maaf jika terjadi kesalahan kata/typo dalam penulisan cerita)

~Farida Lil Safana~