Narcissa menatap khawatir kearah Draco dan Harry secara bergantian. Begitupun dengan Severus yang masih tidak setuju dengan keputusan Harry dan Draco yang sama sekali tidak memberitahukan mereka terlebih dahulu.
"Tidak. Son," jawab Lucius tegas.
Narcissa mengangguk, kali ini ia sangat menyetujui jawaban Lucius, tidak menentang seperti biasanya.
"Dad!" Panggil Draco mencoba membujuk dan berharap Lucius menyetujui permintaan dirinya dan Harry.
Narcissa menatap kearah Lucius, lalu kini menatap kearah Harry yang masih terdiam enggan untuk berbicara.
Kedua tangan Harry mencengkram tasnya begitu erat sampai membuat tangannya memerah.
"Harry?" Panggil Narcissa lembut membuat Harry tersentak kecil, dirinya sudah tau jika Narcissa pasti akan membujuk dirinya tidak lama Draco meminta persetujuan pada orang tuanya.
"Aku .." Harry menatap kearah Narcissa yang memohon agar Harry sama sekali tidak pergi, dan menahan agar Draco tidak juga pergi, "Aku ingin pergi." Jawab Harry setelah berhasil melihat kearah Narcissa yang kini hanya dapat menghela napasnya pelan.
"Akan lebih baik jika aku yang mencarinya sendiri!" Ujar Harry tiba-tiba dengan nada yang tinggi, sontak membuat orang-orang yang ada di dalam ruangan menatap kearahnya.
Termasuk Lucius dan Draco yang tengah berdebat.
"Aku.. Aku memiliki sihir yang sama dengan Mom. Dan juga, aku bisa merasakan inti sihir hutan sama seperti Dad. Aku pasti bisa menemukan rumahku yang hilang!" Jelas Harry percaya diri dengan nada suara cukup tinggi.
Lucius kini menghela napas pelan, semua perkataan yang di ucapkan oleh Harry benar adanya.
Akan sangat sulit untuk menemukan kerajaan yang hilang jika sama sekali tidak mengetahui sihir yang ada di dalam kerajaan tersebut.
Lucius yakin, jika James sudah menyiapkan semua ini. Setelah tau akan ada penghianat yang akan mendeklarasikan perang terhadap kerajaannya.
"Aku masih tidak setuju!" Ujar Narcissa memecah keheningan.
"Aku baru menemukanmu Harry. Bertahun-tahun lamanya," jelas Narcissa kini berdiri di depan Harry dan mengusap wajah Harry lembut. "Aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Aku selalu merasa bersalah pada Lily. Kau tau itu bukan?" Tanya Narcissa masih enggan menerima kenyataan jika Harry harus meneruskan perjalanannya untuk mencari rumahnya yang di sembunyikan oleh ayahnya.
"Aunt Cissy," panggil Harry lembut membuat Narcissa tertegun, "Ada banyak peninggalan kenangan tentang aku dan keluargaku di sana. Aku harap Aunt Cissy mengizinkanku pergi dan Draco untuk menemaniku," harap Harry dengan senyuman manisnya.
Narcissa tertegun, Harry tidak pernah meminta apapun padanya sejak dulu. Baru kali ini Harry meminta sesuatu padanya, suatu hal yang sangat berat untuk Narcissa berikan.
"Mom. Aku akan menjaga Harry." Ujar Draco kembali meyakinkan Narcissa yang masih ragu.
"Baiklah." Jawab Narcissa membuat Harry dan Draco sama-sama menghela napas lega dan tersenyum satu sama lain.
"Tapi, biarkan ketiga temanmu juga ikut," jelas Narcissa membuat Draco menggeleng tanda tidak setuju.
"Aku menolak!" Pekik Draco tidak terima.
Sedangkan Harry?
Dirinya setuju saja, selama diizinkan Narcissa dan Lucius untuk pergi. Dirinya tidak ingin membuat kedua orang yang sama berharganya seperti orang tua khawatir akan dirinya lagi.
"Harry?! Kau setuju?! Kau setuju mereka bertiga merusak kencan kita?!" Tanya Draco hororr saat melihat Harry yang hanya diam tanpa menolak.
"He? Memangnya kenapa Dray?" Tanya Harry bingung tidak mengerti kenapa Draco sangat menolak kehadiran ketiga temannya.
Bukankah akan lebih baik jika pergi bersama?
"Argh! Bukan itu maksudku! Bukankah lebih baik jika hanya kita berdua saja?" Tanya Draco kembali membuat Harry semakin kebingungan tidak mengerti.
Narcissa menyentuh pundak anaknya, mencengkeramnya kuat membuat Draco mau tak mau tidak berteriak kesakitan untuk saat ini.
Draco tidak ingin terlihat menjadi laki-laki lemah di depan Harry.
"Justru, Mom yang khawatir jika hanya kalian berdua yang pergi."
.
.
HARRY POTTER Belongs to
THE KING of THE EMERALDIA KINGDOM Belongs to Farida Lil Safana
.
.
Sesekali Draco akan menendang batu di hadapannya, dan entah sudah berapa kali batu itu akan mengenali Blaise yang berjalan di hadapannya.
"Aw. Hentikan Drake!" Teriak Blaise kesal.
Parkinson mengabaikan Draco yang sejak tadi memasang aura permusuhan pada mereka, Parkinson jelas tau penyebab kenapa Draco sangat membenci kehadiran mereka bertiga.
Aura kebencian sama seperti mereka bersama dengan Emeraldia.
"Jadi ..." Parkinson menatap kearah Harry yang menatapnya heran, kedua manik Emeraldnya terlihat cerah karna terpantul sinar matahari. Sama seperti yang di jawab Draco saat di kelas.
Kedua manik Harry, berwarna Emerald bercampur Zamrud indah. Layaknya sebuah permata yang paling berharga di seluruh dunia.
Parkinson kini menatap kearah Draco penuh dendam. Pantas saja Draco menyembunyikan Harry padanya dan kedua temannya yang lain.
"Kau benar pangeran yang hilang itu?!" Tanya Parkinson dengan kedua mata berbinar membuat Harry tersenyum canggung.
Sebenernya Harry ingin menceritakan semuanya, jika dirinya adalah orang yang sama dengan Emeraldia yang bermain bersama mereka beberapa hari yang lalu.
Namun, Harry terlalu malu untuk mengakuinya. Dan Draco tidak perlu cemas karna Harry tidak mungkin memberitahukannya.
"Benar," jawab Harry tersenyum manis, membuat Parkinson tanpa sadar tersipu.
Semburat merah menghias wajahnya, sudah banyak pria yang mendekatinya dengan senyuman karna kedudukannya sebagai seorang pejabat penting di ibu kota.
Namun, senyuman yang diberikan Harry padanya kali ini berbeda dengan senyuman pria yang sering kali mendekatinya.
Senyuman Harry terlihat manis dan terkesan tulus, sama sekali tidak memiliki maksud tujuan tersembunyi.
Tulus, jika Harry tersenyum sebagai salam perkenalan antara dirinya.
Draco yang melihat hal tersebut tanpa sadar mengangkat tangan Harry cepat lalu menunjukkannya pada Parkinson yang kini menatap kesal kearah Draco.
"Drake!" Pekik Parkinson tidak terima.
"Maaf Pans. Kau tidak bisa menyukainya, dan jangan mencoba. Harry dan aku sudah bertungan sejak kami belum di lahirkan!" Peringat Draco dengan tatapan tajam.
Parkinson memutar kedua bola matanya kesal. Jelas ia tau jika Draco dan Harry bertunangan sejak mereka masih kecil.
Sementara Harry?
Harry ingin sekali memukul Draco saat itu juga. Bagaimana bisa Draco mengatakan hal tersebut?
Harry jelas masih ingat dan tidak akan pernah lupa, saat awal pertama pertemuan mereka. Draco sangat sulit untuk di dekati bahkan tidak ingin di ajak bermain, ataupun mengejar Phoenix sebentar bersamanya.
"Aku jelas sudah tau! Pangeran Draco Malfoy yang terhormat." Balas Parkinson kesal.
Parkinson sama sekali tidak habis pikir. Bagaimana bisa Narcissa menyandingkan Harry yang seperti malaikat suci bersama dengan Draco yang seperti iblis?
Parkinson menghela napas pelan, jika saja keluarganya berteman dengan keluarga Harry lebih lama dari Draco. Dirinya pasti sudah menjauhkan Harry dari jangkauan Draco.
"Hei! Kalian yakin arahnya kearah sini?" Tanya Blaise menengahi pertengkaran Draco dan Parkinson.
Harry mengangguk tanpa sadar.
Theo menggeleng tidak setuju.
"Memangnya apa yang salah dari jalan ini? Theo." Tanya Draco heran tidak mengerti.
"Aku tidak terkejut kau tidak tau. Kau menghilang saat itu, dan kami mati-matian mencarimu." Jelas Theo pelan sekaligus kesal.
"Kami tersesat saat melewati arah ini. Drake," jawab Blaise.
Harry tersenyum mendengarnya, hutan yang ada di hadapan mereka, adalah hutan yang di penuhi dengan sihir sehingga orang-orang yang tidak memiliki kesamaan pada sihir yang ada di dalam hutan.
Akan kesulitan untuk mencari jalan.
Harry mengulurkan tangannya, mencoba menjadikan dirinya menyatu dengan sihir yang ada di dalam hutan.
Memejamkan kedua matanya, Harry dapat merasakan sihir yang sangat dirinya hapal.
Saat itulah sebuah jalan setapak muncul di hadapan mereka berlima.
Blaise dan Theo menatap kagum, sedangkan Parkinson menatap dengan kedua mata berbinar. Draco menatap bangga kearah Harry.
"Kita bisa lewat sini," ujar Harry ramah berbeda dengan Draco yang masih tidak setuju Harry terlihat ramah pada ketiga temannya.
Tidak- Draco hanya ingin melihat sikap Harry yang ramah itu, untuk dirinya sendiri. Bukan orang lain!
"Kau yakin aman?" Tanya Theo khawatir dan tidak ingin tersesat seperti dulu lagi.
Harry tersenyum manis, mendahului Draco yang ingin marah karna Theo tidak mempercayai jalan yang di tunjukkan oleh Harry.
"Tenang saja. Jika kita percaya dan menyatu dengan sihir alam. Mereka yang akan menunjukkan jalannya padamu," jelas Harry tersenyum manis, lalu berjalan lebih dulu dan di susul dengan Draco.
"Kau harus ingat jika Harry adalah tunangan Drackie." Jelas Parkinson saat melewati Theo yang kesulitan menyembunyikan semburat merah yang menghias wajahnya.
~THE KING of THE EMERALDIA KINGDOM~
"Cepat!"
"Argh! Bisakah kau tidak menginjak jubahku?!"
"Oh! Ayolah Ron! Jubah itu bisa di cuci nanti!" Pekiknya kesal.
"Kau sangat berisik! Nanti kita akan ketahuan! Harmione!" Jelas Ron kesal, karna Harmione sama sekali tidak mendengarkannya.
Sedangkan Harmione kesal karna Ron membuat mereka hampir ketahuan sejak awal mengikuti kelima orang di depannya sejak di pasar ibu kota.
"Menyebalkan sekali! Ugh. Kenapa kita harus bersembunyi seperti ini?!" Tanya Harmione lalu berlari cepat saat portal di hutan itu akan menutup.
Tangannya menarik tangan Ron cepat saat portal itu akan tertutup.
'Bruk'
Mereka jatuh berdua karna Ron menabrak Harmione sehingga mereka berdua terjatuh dan masuk ke semak-semak.
"Argh! Menyingkir dari tubuhku! Ron." Pekik Harmione kesal saat melihat rombongan Draco sudah menjauh dari penglihatan mereka.
Ron bangkit lalu membersihkan jubahnya.
"Maafkan aku. Salahmu juga yang menarikku tiba-tiab sekali!" Balas Ron tidak terima membuat Harmione memutar kedua bola matanya jengah.
"Kau yang terlalu lama untuk masuk! Bagaimana jika portal hutan itu tertutup?! Pasti kita tidak dapat lagi masuk ke dalam hutan ini!" Ujar Harmione mengingatkan.
Ron kembali meminta maaf, lalu menatap sekitar sebelum kembali menghela napas kesal.
"Kita kehilangan mereka lagi," jelas Harmione lelah sambil melihat sekitar saat tidak menemukan keberadaan kelompok Draco.
"Ini semua salahmu!" Ujar Harmione kembali sambil menatap tajam kearah Ron.
"Berhenti menyalahkanku terus! Mione. Kau yang terlalu lama berdandan di depan cermin!" Seru Ron jengkel.
Harmione memutar kedua bola matanya bosan, alasan sama yang selalu di ucapkan pria itu sejak pagi tadi.
"Teruslah mencari alasan. Ron," balas Harmione kesal lalu mulai berjalan. Ron mengikutinya di belakang.
"Itu bukan alasan! Tapi, memang benar jika kau yang berdandan sangat lama!" Jelas Ron kesal.
Harmione berhenti tiba-tiba, membuat Ron mengehentikan langkahnya terpaksa.
"Terlalu lama? Ron! Kita akan bertemu dengan pangeran yang hilang! Pangeran Harry James Potter dari kerajaan Emeraldia?! Dan kau memberikan alasan jika aku terlalu lama?! Kita harus memberikan kesan yang baik di hadapan Pangeran!" Pekik Harmione kesal tidak terima.
Ron memutar kedua bola matanya jengah.
"Mione, Pangeran Harry sudah menghilang bertahun-tahun lamanya bersamaan dengan kerajaan Emeraldia yang terkubur entah dimana. Tidak ada satupun pengawal yang dulunya pengawal kerajaan itu tau dimana kerajaan Emeraldia berada. Berhenti mengharapkannya! Mione," balas Ron berharap.
"Tidak Ron! Kali ini aku sangat yakin. Orang tersebut adalah pangeran Harry yang aku temui di pasar saat itu!" Jelas Harmione penuh harap.
"Mione," panggil Ron namun tidak di dengarkan gadis itu yang kini sedang berjalan kembali di depannya dan berusaha mencari keberadaan Harry yang iya yakini bersama dengan sekelompok Draco.
"Harmione! Dengarkan aku!" Panggil Ron namun tidak di pedulikan oleh gadis itu.
"Mione!"
"Tenang saja Ron! Jika dia benar pangeran Harry! Jangan meragukan penglihatan ku!" Balas Harmione keras.
"Mione!"
Harmione masih melihat sekitar, berharap ia dapat menemukan jejak Harry di jalan yang beru di lewati.
"Jika kita sudah bertemu dengannya dan aku berhasil mendekatinya. Pasti dia bisa menemukan kerajaan Emeraldia. Dengan begitu aku bisa mendekatinya dan membantu keluargaku!" Jelas Harmione menyingkirkan semak-semak yang menghalangi jalannya.
"Mione kau belum mendengar sesuatu?" Tanya Ron pelan namun terdengar cukup jelas oleh gadis itu.
"Berhenti mengada-ada ataupun memberikan alasan lain padaku. Ron," balas Harmione lalu memutar kedua bola matanya malas.
"Kalaupun pangeran Harry ketemu dan kembali pada kita. Tidak memungkinkan jika Pangeran Harry akan mau bersamamu!" Balas Ron membuat langkah Harmione berhenti.
"Apa maksudmu? Ron," tanya Harmione heran.
Seingat Harmione, dulu keluarganya cukup dekat dengan keluarga kerajaan. Karna keluarganya termasuk ke dalam menteri pendidikan yang penting, selain itu. Keluarganya jugalah yang mengurus perpustakaan kerajaan.
"Memiliki pangeran Harry adalah untuk membangun kerajaan Emeraldia seperti dulu lagi. Mione, kau harus ingat itu!" Peringat Ron. Kini ia berjalan di hadapan Harmione.
Gadis itu masih terdiam, membuat Ron hanya bisa menghela napasnya pelan.
"Kita bisa mewujudkan impian mereka jika itu benar Pangeran Harry. Pangeran yang hilang dan tidak pernah di ketahui tanda kehidupannya bertahun-tahun lamanya."
.
.
See you next chapter~
(Maaf jika terjadi kesalahan kata ataupun typo dalam penulisan cerita)
Farida Lil Safana
