Draco menghela napas pelan, lega saat mengetahui 2 orang yang sejak tadi mengikuti mereka sudah tidak terlihat lagi jejaknya.
Theo menatap kearah Blaise meminta jawaban, Blaise menggeleng sebagai tanda jawaban.
"Bagaimana kau tidak sadar jika sejak tadi kita diikuti?! Theo," tanya Parkinson dengan nada sedikit tinggi.
"Berhenti terus mengomeliku! Pans. Mereka menyembunyikan mana mereka sehingga sulit di ketahui!" Jawab Theo tidak terima.
Parkinson mendecih tidak peduli, jika saja ia belajar lebih giat tentang mempelajari mana seorang penyihir. Sudah pasti dirinya akan mengetahui lebih mudah keberadaaan selain mereka saat ini.
"Bagaimana? Blaise," tanya Draco.
"Mereka menghilang," jawab Blaise.
Draco kembali menghela napasnya lelah, baru saja mereka keluar dari kerajaan dan masuk ke dalam hutan. Sudah ada yang mengikuti mereka entah tau apa tujuannya.
Draco menatap kearah Harry yang masih melihat sekitar, merasaka sihir alam yang mencoba menyatu dengannya.
Bahkan beberapa makhluk seperti peri tertarik akan sihir yang dimiliki oleh Harry, mereka sesekali akan tertawa pelan lalu berbisik-bisik lembut.
Draco menatap tidak terima, bukan karna para peri yang bersikap senang dan ramah atas kedatangan Harry ke rumah mereka.
Melainkan, senyuman manis Harry yang selalu di perlihatkan kepada para peri tersebut.
"Drake! Kau benar-benar menggelikan!" Ujar Parkinson kesal, sama sekali tidak mengerti kenapa Draco sangat mudah cemburu jika berkaitan dengan Harry.
"Diam! Pans." Perintah Draco kesal.
Parkinson memutar kedua bola matanya jengah, sudah jelas jika Draco sangat mudah cemburu jika Harry berdekatan selain dengan dirinya. Terlebih, saat Harry tersenyum ramah dan manis pada orang lain.
Puncak kemarahan Draco meninggi seketika.
Harry tertawa pelan saat mendengar bisikan para peri, tidak lama tiba-tiba raut ekspresi wajahnya berubah menjadi serius, namun tidak lama kembali tersenyum manis dan mengangguk mengerti.
"Mereka mengabariku jika kedua orang itu tidak akan mengikuti kita dalam waktu yang lama karna kehilangan jejak kita," Parkinson menghela napas lega, "Tapi-" Harry menatap kearah pohon besar yang tidak jauh di sampingnya. "Apakah kalian tidak lelah berada di atas sana sejak tadi?" Tanya Harry tersenyum manis.
Harry menatap kearah Draco dengan tatapan heran, Harry berpikir. Mungkinkah jika Draco juga sudah mengetahui jika mereka sejak tadi diikuti?
"Dray?" panggil Harry pelan saat melihat ekspresi Draco yang mesih menujukkan amarah, emmbuat Harry ragu untuk bertanya.
Parkinson memutar kedua bola matanya malas, Parkinson selalu menyayangkan jika Harry memiliki dan ditakdirkan berpasangan dengan Draco.
"Tenang saja, pangeran. Dia hanya marah karna sesuatu yang konyol," jelas Parkinson tersenyum ceria kearah Harry dan tersenyum mengejek pada Draco yang menatap kearahnya dengan tatapan tidak percaya.
Theo menghela napas lelah, belum lama mereka berjalan masuk ke dalam hutan, Parkinson dan Draco sudah bertengkar hanya karna masalah kecil. Theo sudah pasrah akan bagaiamana lagi ke depannya mereka habiskan waktu.
Sementara Draco dan parkinson masih bertengkar, saat itulah Harry merasakan sihir yang terasa Familiar olehnya. Sihir yang sangat di kenalinya sekalipun dirinya tidak pernah bertemu dalam waktu lama.
"Sepertinya aku sudah tau kita akan kearah mana," jelas Harry.
Theo dan Blaise menghela napas lega, mereka tidak perlu bermalam di tengah hutan. Draco tersenyum bangga pada Harry, dia selalu percaya jika Harry selalu bisa diandalkan. Parkinso menatap Harry dengan kedua mata yang berbinar, dirinya sejak tadi sudah takut jika akan bermalam di tengah hutan yang gelap dan banyak binatang buas.
"Kau yakin? Harry." tanya Draco tanpa sadar, Harry menatapnya sebentar, lalu membalasnya dengan sebuah senyuman.
"Kau bisa percayakan hal ini padaku," Harry menatap lurus kedepan lalu menutup kedua matanya perlahan dan merasakan sihir itu kembali, "Aku merasa familiar ..." Harry membuka matanya lalu menatap yakin kearah depan yang akan di tujunya, "Sihir ini aku mengenalinya, dan sihir ini juga yang akan menuntunku ke depannya," jelas Harry tenang.
HARRY POTTER belongs to
THE KING OF EMERALDIA KINGDOM belongs to Farida Lil Safana
PAIR is Draco x Harry (Drarry)
"Bagaimana?"
Sesosok berjubah hitam tersebut meremas jubahnya gugup, tidak sanggup untuk melihat langsung tuannya. Dirinya tidak mungkin berbohong, saat melihat seorang tepat di samping tuannya yang tengah menatapnya tajam, meminta sebuah jawaban.
"Tuanku ... begini -"
seakan tahu apa yang akan di ucapkan selanjutnya, sosok yang di panggil tuan itu melempar gelas yang ada di genggamannya dengan kesal. Dirinya tidak menyangka sangat sulit untuk mengatur.
"Bunuh dia!" perintahnya dingin.
"Tuan?!"
"Tuanku?!" teriaknya tidak terima dan meminta di selamatkan.
ruangan yang selalu hening itu, menjadi ruangan penuh teriakan kesakitan yang menjelang maut, membuat setiap yang mendengar dan melihatnya merinding ketakutan dan tidak berani untuk membuka suara sedikitpun.
"Sial! Selalu saja gagal! Lihat saja! Akan aku temukan pangeran itu! Dan akan aku bunuh dengan kedua tanganku sendiri!" bentaknya dengan nada tinggi lalu meninggalkan ruangan tersebut, membuat beberapa bawahannya diam-diam menghela napas lega.
"Gila?! sebenarnya apa yang diinginkan oleh Tuan?!" tanya salah satu bawahannya dengan teriaka yang tertahan.
"Kau yang gila! kau ingin suaramu sampai terdengar oleh Tuan?!"
"Kau bercanda? Tuan sudah pergi jauh! Dan untuk apa Tuan mencari pangeran mati-matian?! Bukankah Tuan tidak menyukainya?!"
temannya menepuk kening kesal, benar-benar orang baru yang sama sekali tidak tahu peraturan dan mengatakan sesuai apa yang dipikirkan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya.
"Sudahlah! Kau harus ingat! Tempat ini memiliki banyak mata bahkan telinga! Dinding yang sellau diampun dapat mendengar dan melaporkan pada Tuan!" balasnya kesal lalu meninggkan orang baru tersebut yang saat ini tengah memandang dinding tepat di belakangnya.
"Dinding baik .. dinding baik," ujarnya, layaknya sebuah mantra sampil mengusap dinding itu dengan tangan yang bergetar ketakutan lalu pergi dengan cepat, meninggalkan ruangan tersebut.
"Aku sama sekali tidak tau apa yang di pikirkan ketua saat menerima orang baru itu,"
THE KING OF EMERALDIA KINGDOM
"Ara~ Apakah kalian pengembara?" tanya seorang wanita paruh baya dari dalam rumah.
Harry tersenyum manis, mengabaikan keempat orang yang tengah kelelahan tepat di belakangnya.
Parkinson sudah bergelayut pada Draco, sedangkan Draco sudah mencoba berulang kali melepas tangan Parkinson dari tangannya. namun, gagal karna tenangannya sudah habis. Theo dan Blaise sudah duduk terkapar di tanah tidak berdaya, bahkan mereka saat ini lebih sekarat dari apapun.
Harry tersenyum ramah kearah wanita paruh baya tersebut, berharap wanita paruh baya tersebuut dapat memaklumi mereka yang tengah kelelahan karna kehabisan tenaga.
keempat orang tersebut menatap kearah Harry tajam diam-diam.
Mereka masih sama sekali tidak menyangka jika Harry masih terlihat biasa saja setelah perjalanan yang sangat panjang, bahkan mereka tidak menyangka tempat yang di katakan Harry tempat paling terdekat, adalah tempat yang sangat jauh di luar perkiraan mereka.
Terlebih hal yang mereka kejutkan adalah, Harry sendiri. Harry dengan mudahnya melompat dari satu dahan pohon ke pohon lainnya, lalu masih sanggup untuk berlari agar tidak bermalam di dalam hutan, Harry mempercepat lajunya. Membuat mereka mau tidak mau juga ikut mempercepat lajunya tanpa sadar hanya untuk mengejar Harry yang sudah jauh di depan.
"Harry.. Kau benar-benar.."
Draco tumbang terlebih dulu saat itu.
Parkinson memutar kedua bola matanya jengah, bagaimana bisa laki-laki duluan yang tumbang di bandingkan dirinya yang seorang wanita?
Parkinson berakhir melepaskan tangan Draco dan membiarkan Draco jauh membentur tanah, namun hebatnya, Draco sama sekali tidak terganggu akan hal tersebut.
"Kalian pasti lelah sekali~ Silahkan masuk," ajak wanita paruh baya tersebut dengan senyuman tipis menghias wajahnya, membuat Harry mengangguk sebagai tanda terima kasih.
Theo dan Blaise menghela napas lega, mereka berjalan dengan sisa tenaga mereka untuk masuk ke dalam rumah setelah Parkinson yang masuk terlebih dahulu.
Harry menatap kearah Draco yang masih tidak sadarkan diri, Harry menghela napas pelan, dirinya sama sekali tidak tau jika fisik Draco akan selemah ini.
Harry sama sekali tidak menyadari jika, bukan fisik Draco yang lemah. melainkan, Harrylah yang membuat tenaga Draco sangat mudah terbuang.
"Bagaimana dengannya? Mau aku bantu?" tanya wanita tersebut tersenyum ramah kearah Harry yang menggeleng tanda menolak.
"Anda sudah sangat membantu banyak pada kami, biar aku saja yang melakukannya," jelas Harry sopan membuat wanita tersebut tertawa pelan.
"Kau sangat sopan sekali anak muda, jarang sekali aku menemukan anak muda sepertimu. Aku senang dapat menyambutmu di rumahku ini. Masuklah," saran wanita tersebut yang di jawab anggukan oleh Harry.
Harry benar-benar merasa sangat tertolong.
Setelah wanita paruh baya itu masuk ke dalam rumah, Harry menatap kearah Draco yang terlihat sangat mengenaskan karna berbaring kehabisan tenaga.
"Draco," panggil Harry sambil menggoyangkan tubuh Drcao, memastikan apakah Draco masih hidup atau sudah mati karna kehabisan tenaga.
Hening ..
Draco sama sekali tidak merespon, sampai dengan Harry melihat kerutan yang ada pada kening Draco.
"Harry" panggil Draco tanpa sadar membuat Harry terdiam beberap saat. Entah apa yang dimimpikan Draco saat ini, yang pasti. Harry merasa bersalah pada sosok itu.
Harry sama sekali tidak menduga jika Draco sangat merasa kehilangan seperti saat ini.
"Berhenti tidur di luar, dan istirahatlah di dalam! Tuan besar." ujar Harry dengan senyuman tipis menghias wajahnya lalu mengangkat tubuh Draco pelan-pelan dan menuntunnya untuk masuk ke dalam rumah wanita paruh baya.
Walaupun sedikit kesulitan, namun Harry berhasil membawa masuk Draco membuat Parkinson menatap kagum kearah Harry.
wanita paruh baya yang menatap kearah Harry kini tersenyum lembut.
"Saat itu Anda telah membantu saya, sekarang biarlah saya membantu pangeran muda. Rajaku,"
THE KING OF EMERALDIA KINGDOM
Ruangan keluarga yang biasanya terasa hangat berkat kehadiran Harry di tengah-tengah mereka sebelumnya, mendadak menjadi mencekam tidak seperti biasa. Bahkan hanya beberapa pengawal saja yang berada di depan pintu.
Lucius memijat keninngnya pelan, kepalanya terasa sakit luar biasa saat ini. Dirinya tidak pernah menyangka akan menjadi sangat serius saat ingin diabaikan.
Narcissa masih mencoba memasang senyuman ramahnya pada keluarga Grenggrass yang datang tanpa pemberitahuan lebih dahulu, karna kepala pelayan hanya mengetahui jika keluarga tersebut adalah calon tunangan pangeran.
Tanpa rasa curiga seidkitpun, kepala pelayan tersebut mengizinkan keluarga itu masuk sebagai tamu terhormat kerajaan.
Astoria melihat sekeliling, berharap menemukan Draco di sudut ruangan yang tengah membaca buku, namun nihil. Draco sama sekali tidak ada di sana. membuat dirinya bertanya-tanya, kemanakah Draco pergi?
Daphne sudah mengatakan berulang kali pada Astoria untuk melepaskan Draco, dan membiarkan Draco memilih pasangannya sendiri tanpa harus melakukan perjodohan. Sejak awal Daphne sangat tahu jika Draco merasa keberatan dengan perjodohan ini.
"Asto!" panggil Daphne dengan nada sedikit tinggi.
"Ratuku, dimanakah Pangeran Draco?" tanya Astoria tidak mempedulikan panggilan Daphne sama sekali, membuat Daphne marah dan ingin menarik tangan Astoria saat ini juga dan membawanya pulang.
Narcissa masih tersenyum ramah, walaupun dalam benaknya masih menyusun rencana agar mengusir keluarga Grenggrass saat ini.
"Dia sedang pergi," jawab Narcissa tenang lalu dengan anggunnya meminum tehnya perlahan.
"Apakah ada lagi yang ingin kalian sampaikan?" tanya Lucius pada akhirnya setelah membuat ruangan tersebut sunyi untuk beberapa saat.
"Rajaku! Harap pertimbangkan lagi!" Harap Ayah Astoria, namun tidak dipedulikan oleh Lucius, "Bukankah ini akan menjadi menguntungkan 2 pihak? Keluarga Astoria mengurus pertambangan kerajaan Gressyia. Bukankah sangat baik jika mereka dapat bersama?" tawarnya.
Daphne menatap ayahnya dengan tatapan tidak percaya, ayahnya sampai merendah seperti ini pada Raja hanya agar Astoria dan Draco dapat bersama.
Daphne ingin pulang saat ini juga.
Lucius menghela napas pelan, dirinya sudah tau jika hal ini akan di bahas saat akan menolak keluarga Grenggrass dalam perjodohan.
"Tidak." jawab Lucius tegas, membuat Narcissa tersenyum lega diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga Grenggrass yang akan meledak marah saat ini.
"Rajaku! Kita bisa .."
"Aku ingatkan kembali! Kau hanya mengurus pertambangan kerajaan dan bukan memilikinya. Kau bisa saja tergeser dari kedudukanmu sekarang," jelas Lucius membuat orang tua Astoia dan Daphne menatap terkejut kearah Lucius.
Daphne berpikir cepat saat ini, mencari cara agar ayahnya tidak kehilangan kedudukkannya saat ini, hanya karna Astoria yang sudah gila dibutakan oleh cinta, yang bahkan Draco sama sekali tidak emncintainya.
"Rajaku! Pikirkanlah kembali! Ini demi Pangeran dan putriku juga! Bagaimana kita bicarakan kembali! .."
Lucius menatap tajam kearah kepala keluarga Grenggrass yang langsung terdiam beribu kata, merasa terintimidasi oleh tatapan Lucius.
"Kepala Penjaga!" panggil Lucius dengan nada tinggi.
Kepala penajga yang sejak tadi sudah menunggu di depan pintu langsung masuk dan menghadap kedua keluarga tersebut,
"Bawa keluarga Grenggrass ke keratas kudanya. Aku rasa mereka sudah lelah, terlebih kepala keluarga Grenggrass," jelas Lucius yang di balas dengan anggukan, "Dan juga .. Kepala keluarga Grenggrass, anda tidak perlu datang ke pertambangan kerajaan. Dan sudah sangat jelas bukan?Perjodohan ini di batalkan! Selamat siang," perintah Lucius lalu meninggalkan ruangan bersama dengan Narcissa.
Daphne kehilangan kata-kata saat mendnegar perintah Lucius yang terakhir, dirinya sama sekali tidak menyangka jika kedudukan ayahnya dapat hilang hanya dapat beberapa detik saja, bahkan Lucius sama sekali tidak berpikir dua kali untuk melakukannya.
"Kita pulang Asto!" perintah Daphne dengan nada tinggi sambil menarik tangan Astoria kasar.
Astoria menolak dan mencoba menarik tangannya kembali dari Daphne namun gagal, "Lepas! Aku ingin bertemu dengan Pangeran Draco!" balas Astoria tidak terima.
"Pangeran! Pangeran! Pangeran! Kau selalu mengatakan hal yang sama berulang kali! Aku muak! Astoria Grenggrass!" bentak Daphne kesal penuh kebencian membuat Astoria terkejut hingga terdiam beberapa saat kemudian.
"Da- .. Daphne" panggil Astoria dengan nada suara bergetar.
"Pangeran sama sekali tidak mencintaimu. sedikitpun tidak, bangunlah!" perintah Daphne dingin membuat kedua manik Astoria berkaca-kaca tidak terima.
"Lihat! Apa yang sudah aku perbuat! Ayah kehilangan kedudukkannya sebagai kepala pertambangan akibat sikapmu yang egois! Ini semua karnamu! Astoria!" pekik Daphne kesal membuat Astoria hanya dapat menangis dengan tubuh yang bergetar.
"Kau harus mengingat dalam otak sempitmu itu! Pangeran Draco Lucius Malfoy. Sama sekali tidak mencintaimu!"
TO BE CONTINUE~
(Maaf jika terjadi kesalahan kata/typo dalam penulisan cerita)
Farida Lil Safana
