Pertama kali Harry menatap Desa yang ada di hadapannya, adalah sihir yang menyambut dirinya kembali pulang.

Sihir yang sudah menuntunnya sejak berada di dalam hutan, membawanya ke desa.

Harry tidak pernah menyangka akan tiba saatnya dirinya akan pulang ke rumah, walau bukan kerajaan tempat tinggalnya dulu. Tapi, dengan adanya keberadaan sihir di dalam desa yang ia rasakan. Harry merasa sudah pulang ke rumah.

"Anak muda? Bagaimana? Walaupun desa ini terlihat kecil, tapi kami semua bisa bertahan hidup dari alam. Bukankah hebat? Terlebih ada banyak tanaman obat yang sulit di temukan di luar sana." Jelas pria tersebut bangga.

"Wah benar! Lihat Pans! Dari sini aku bisa menciun tanaman obat yang tidak pernah aku temui!" Seru Theo semangat.

"Benar! Benar! Penciumanku sangat bagus! Anak muda. Begitulah kenapa aku sangat menyukai semangat anak muda!" Balas pria tersebut lalu tertawa kembali.

Harry masih mematung, enggan untuk masuk. Selain ada perasaan rindu yang mendalam dalam hatinya, ada perasaan bersalah yang berada di dalam hatinya.

Perasaan bersalah yang sulit untuk diartikan dengan kata-kata.

"Harry?" Panggil Draco cemas.

Harry masih terdiam, tidak mendengar panggilan Draco. Membuat sosok itu kembali teringat dengan kejadi pagi tadi.

"Harry!" Panggil Draco kali ini lebih keras sambil memegang tangan Harry lebih kuat.

Parkinson, Theo dan Blaise kembali menatap belakang dengan tatapan bingung.

"Drake?" Panggil Parkinson bingung. Tidak seperti biasanya Draco akan memanggil Harry dengan nada tinggi.

Mengingat setiap kali Draco memanggil Harry selaku dengan nada lembut, membuat Parkinson muak setiap kalinya.

"Draco?" Panggil Harry dengan nada sedikit terkejut, kedua maniknya berkaca-kaca, membuat Draco yang melihatnya merasa bersalah.

Dirinya tidak bisa mencegah Harry untuk tidak menangis kembali.

"Harry?! Kenapa?" Tanya Draco semakin cemas.

Harry menggeleng pelan sambil tersenyum tipis, seakan mengatakan jika dia baik-baik saja. Namun, Draco tidak percaya akan hal itu.

"Rumah.." jawab Harry akhirnya dengan nada terisak membuat Draco bingung, namun tak lama kemudian ia mengerti.

Sihir yang ada di dalam desa persis milik seperti sihir milik Harry sendiri.

"Senang mendengarnya! Anak muda!" Ujar pria itu dengan senyuman lebar, "Tugasku telah selesai!" Serunya kembali membuat Parkinson, Theo, Blaise, Draco dan Harry menatap bingung.

"Selesai?" Beo Parkinson tidak mengerti.

"Selesai maksudmu kau adalah hantu?!" Tanya Theo dan Blaise secara bersamaan dengan nada tinggi sekaligus ketakutan.

"Jadi, kau yang tadi di hutan? Sengaja mengantar kami?" Tanya Draco mencoba mencocokkan.

"Benar! Tidak!- aku bukan hantu. Dan, memang sihirku yang menuntun anak muda seperti kalian untuk sampai ke desa ini, termasuk kau, pangeran kami. Pangeran Harry James Potter." Jelasnya dengan senyuman tipis menghias wajahnya.

Harry membulatkan kedua matanya terkejut.

"Kau-" ucapan Harry terputus saat melihat pria tersebut tersenyum padanya.

"Benar ini saya, peri yang dulu pernah anda selamatkan saat anda dan keluarga anda berkunjung ke hutan di kala itu," jawab pria tersebut lalu Tubuhnya mulai mengeluarkan sinar hijau.

Draco kembali mengingat warna sinar yang tadi pagi menganggu tidur Harry.

"Kau!-" teriak Draco bersiap dengan sihir untuk membunuh jika pria di hadapannya akan mencelakai Harry.

"Tenanglah anak muda! Keberadaan ku hanya untuk mengantar pangeran muda ini sampai ke desa. Bukan hanya aku yang membantu pangeran ini, pasti ada banyak makhluk dari berbagai ras yang membantunya," jelas pria tersebut.

"Terima kasih .." lirih Harry dengan suara tercekat, "Telah membawaku pulang ke rumah.." ucap Harry tulus.

"Sama-sama, senang membantu anda. Pangeran muda."

Harry Potter by

The king of Emeraldia Kingdom by Farida Lil Safana

Pair is Draco x Harry

"Harmione, benar apa yang dikatakan ibumu. Kau tidak perlu merasa bersalah. Kau tau? Menemukan pangeran yang hilang bahkan tidak di temukan tanda-tanda kehidupannya bertahun-tahun lamanya memang sangat sulit." Jelas Ron namun Harmione hanya terdiam.

Ron menghela napas pelan.

"Harmione, jangan membebankan dirimu sendiri. Kita teman bukan?" Tanya Ron.

Harmione masih terdiam.

"Harmione, mungkin memang kau dan Pangeran Harry yang mengenal lebih dulu dibandingkan aku. Tapi bukankah aku yang lebih lama bersamamu setelahnya?" Ucap Ron kembali.

Kali ini dirinya tidak peduli sekalipun Harmione tidak mendengarkannya.

Ron menghela napas untuk kesekian kalinya, berniat ingin menghibur Harmione. Justru yang ia dapatkan gadis itu tengah terdiam di teras rumahnya.

"Argh! Memangnya apa hebatnya dengan adanya pangeran yang hilang itu?! Apa dia seorang yang kuat seperti Raja kita sebelumnya?! Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh pangeran hilang yang lemah itu?! Tidak hanya satu orang atau dua orang yang pernah bertemu dengannya!"

"Pangeran hilang hanyalah pangeran muda yang manja dan lemah! Tidak bisa melakukan apapun dan hanya berkeliaran untuk bermain! Kau yakin akan membiarkan pangeran tersebut memimpin kerajaan Emeraldia?!"

Tanya Ron dengan tinggi lalu terengah-engah.

Harmione hanya terdiam namun tak lama membulatkan kedua matanya terkejut.

"Dia datang ..." Ucap Harmione dengan suara yang pelan saat merasakan sihir yang sangat ia kenal sejak kecil dulu.

"Apa?" Tanya Ron heran.

"Dia kembali...!" Pekik Harmione dengan kedua mata yang berkaca-kaca lalu kembali mencoba memfokuskan dimana sihir itu berasal.

"Mione ...! Kau.. sama sekali tidak mendengarkanku?" Tanya Ron dengan tatapan sulit dipercaya.

"Mione.. setelah semua kalimat yang aku ucapkan.. kau masih mau mencari pangeran yang hilang itu?" Tanya Ron tidak percaya.

"Kali ini aku tidak akan salah!" Seru Harmione semangat. Kedua manik yang berkaca-kaca digantikan dengan kedua mata yang berbinar semangat.

"Dia ada di sini!" Seru Harmione kembali.

"Apa?" Tanya Ron tidak mengerti.

"Pangeran Harry... Sudah pulang!"

.

The king of Emeraldia Kingdom
.

Harry melihat sekeliling, senyuman tidak pernah terlepas dari wajahnya. Harry merasa nyaman di tempat ini, temapat ini benar-benar terasa seperti rumahnya sendiri.

Draco yang diam-diam melihat kearah Harry hanya dapat tersenyum, tidak ada yang lebih membahagiakan saat melihat orang yang di sayangnya merasa bahagia dan nyaman.

Draco sempat khawatir Harry akan terluka saat mencari kerajaan Emeraldia, rumah Harry. Tidak hanya satu atau dua orang yang mengincar nyawa Harry.

"Draco! Lihat! Ada tanaman obat yang memiliki efek untuk menyembuhkan luka!" Pekik Harry senang, melupakan fakta jika sihir Harry lebih ampuh dalam pengobatan sekalipun luka dalam.

"Kau benar. Itu akan sangat membantu," jawab Draco enggan mengingat sihir milik Harry.

"Harry! Lihat! Aku menemukan gaun-gaun yang sangat manis di sini!"

"Oh! Bahkan aku menemukan banyak hiasan rambut yang sangat cantik!"

"Harry! Lihat! Lihat! Aku menemukan banyak sekali barang-barang indah! Ah.. kira-kira mana yang cocok untukmu ya?~"

Harry seketika membeku di tempat saat mendengar perkataan Parkinson, perkataan tersebut mengingatkan dirinya saat sedang menyamar sebagai seorang gadis bernama Eraldia.

"Harry? Kenapa?" Tanya Draco bingung saat melihat Harry yang tiba-tiba saja bersembunyi di belakang Draco sambil mencengkram jubah milik Draco kuat.

"Harry?" Panggil Draco ulang saat melihat Harry sama sekali tidak mendengarnya.

"Dra.. Dray.. selamatkan aku!" Pinta Harry dengan suara Harry tercekat sambil melihat kearah Parkinson yang tengah semangat melihat-lihat gaun yang ada.

Draco terdiam sebentar, sebelum tertawa pelan.

"Bukankah kau sudah terbiasa memakainya?" Gida Draco yang berhasil membuat wajah Harry memerah sempurna.

"A.. apa? Apa maksudmu dengan terbiasa?! Dray!" Tanya Harry galak dengan semburat merah yang tidak juga hilang dari wajahnya.

"Mengingat dirimu menyamar menjadi gadis selama bertahun-tahun apa lagi yang bisa disebutkan dengan terbiasa?" Gida Draco kembali membuat Harry menundukkan kepalanya dengan wajah yang sudah memerah sempurna.

"A... A... Diam!" Perintah Harry pelan dengan rasa malu yang luar biasa.

"Sepertinya Pans sudah mengetahui sejak awal jika Eraldia dan dirimu adalah satu orang yang sama, mengingat jika dirinya sangat sensitif dengan sihir seseorang" jelas Draco sambil meminum tehnya tenang.

"Kau sama sekali tidak membantu Dray!" Balas Harry kesal sambil mengembungkan kedua pipinya marah lalu kembali duduk di depan Draco.

"Kau tidak ingin lagi bersembunyi di belakang tubuhku? Oh.. atau di dalam jubahku? Aku sangat senang jika kau melakukannya~" ujar Draco senang.

"Hanya dalam imajinasimu! Malfoy mesum!" Balas Harry menatap tajam kearah Draco.

"Oh.. berarti kau juga mengatai Ayahku mesum?" Tanya Draco sambil menyeringai tipis.

"Tidak! Tapi anaknya yang bernama Draco Lucius Malfoy yang menyebalkan dan suka seenaknya lah yang mesum stadium akhir!" Balas Harry kesal.

Draco tertawa pelan mendengarnya, walaupun sedikit kesal karna Harry sejak tadi hanya mengatainya mesum walaupun faktanya memang benar.

"Tapi kau tetap menyukaiku kan?" Goda Draco akhirnya membuag Harry memalingkan wajahnya tidak berniat melihat Draco sama sekali.

Draco kembali tertawa melihat sikap Harry yang terlihat sangat manis di hadapannya.

Sikap malu-malu tapi sukanya sama sekali tidak pernah membuat Draco bosan, justru membuat Draco semakin menyukainya.

Parkinson yang melihat kearah Draco dan Harry tersenyum lega, mood Draco selaku menjadi lebih baik jika bersama dengan Harry.

Parkinson tau sejak awal ia mengenal Eraldia, gadis tersebut memiliki ikatan kuat dengan Draco.

Lalu tak lama muncul Harry James Potter, seorang pangeran dari kerajaan Emeraldia yang telah lama hilang. Walaupun samar, namun Parkinson dapat merasakan sihir Eraldia dan Harry sama persis.

Dari sanalah Parkinson mengetahui jika Eraldia dan Harry adalah satu orang yang sama.

Parkinson kembali melihat kearah Theo dan Blaise yang masih menawar harga daging panggang dengan harga rendah, namun perkataan dari dua orang itu sama sekali tidak membantu.

Karna hanya keluar nada mengajak berkelahi.

Parkinson memijat keningnya pelan, "mereka itu.. benar-benar" ujar Parkinson pelan lalu tiba-tiba membulatkan kedua matanya terkejut saat merasakan sihir yang datang menuju kearah Draco dan Harry berada.

"Sihir..?" Parkinson seketika langsung berlari kearah Draco dan Harry. "Awas!" Teriak Parkinson.

'Bruk'

"Siapa kau?!" Teriak Draco dingin dengan pedang sihir yang sudah dikeluarkannya.

"Kau siapa?!" Tanya Theo dengan nada tinggi sambil bersiap mengeluarkan sihirnya.

Begitupun dengan Blaise yang bersiap dengan sihir pertahanannya jaga-jaga jika sosok tersebut akan menyerang mereka.

"Aku menemukanmu.." Isak gadis tersebut. Sambil memeluk Harry erat.

Harry terdiam sebentar dengan keadaan bingung, namun tak butuh waktu lama untuk Harry mengenal sihir dari gadis yang tengah memeluknya saat ini.

"Aku menemukanmu! Harry.." pekik gadis tersebut kembali lalu menangis.

Tangan Harry tanpa sadar terulur lalu mengusap Surai gadis tersebut lembut.

"Har... Mione?" Panggil Harry dengan suara tercekat lalu kembali mengingat bayangan gadis kecil yang selalu bermain bersamanya sebelum dirinya mengenal dengan Draco.

Harmione membulatkan kedua matanya terkejut saat nama itu kembali di sebut, suara yang ia rindukan. Sihir yang ia rindukan.

Hari ini semua terbalaskan.

"Harry!" Pekik Harmione kencang lalu menangis dengan memeluk Harry erat.

Tanpa sadar air mata menetes dari kedua manik Harry, "Mione.. aku pulang.."

To be Continue

(Maaf jika terjadi kesalahan kata/typo dalam penulisan cerita)

Farida Lil Safana