Entah sudah berapa kali Pans menghela napas setiap kali menatap ke arah Draco yang kini moodnya kembali buruk.
Kini tatapannya kembali ke arah 2 sosok yang berada berjalan di hadapan.
Sesekali Harry akan tertawa saat Harmione menceritakan masa lalunya.
"Drake, kau sangat menyebalkan saat..."
'sret'
Pans membulatkan kedua matanya terkejut saat sebuah anak panah yang meluncur cepat menggores pipinya.
Setetes demi setetes darah mengalir namun Pans masih tidak menyadarinya dan membiarkannya begitu saja.
"Pans!" Teriak Theo cepat dengan tatapan terkejut.
"Sial! Anak panah dari mana ini?!" Tanya Draco kesal lalu menatap kearah Blaise meminta jawaban, "bagaimana?" Tanyanya.
"Aku tidak bisa mengetahuinya, tidak ada energi sihir yang tertinggal," ujar Blaise lalu tanpa sengaja tangannya mematahkan anak panah tersebut menjadi 2 bagian.
Draco mengepalkan kedua tangannya kuat, jika saja Pans saat itu tetap diam tanpa melihat sekitar, di pastikan anak panah tersebut menancap sempurna di keningnya.
"Pans! Jangan mati!" Pekik Theo cepat.
'plak'
"Pipiku hanya tergores! Bukan berarti aku bisa langsung mati!" Balas Pans kesal setelah menampar Theo cukup keras.
"Aww.. aku hanya mengkhawatirkanmu!" Balas Theo tidak terima.
Baru saja Pans akan membalas, dirinya sudah jatuh terduduk lemas di atas rumput.
Pans benar-benar merasa kesal saat ini, dirinya sama sekali tidak sadar jika sedang di incar.
"Sial.." gumam Pans saat merasakan tubuhnya yang semakin melemas, Pans sangat yakin jika mata anak panah tersebut sudah di lumuri racun.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Harry khawatir lalu mulai menyentuh pipi Pans perlahan dengan sinar hijau di tangannya.
Harry sebisa mungkin melakukan sihir penyembuhan agar racun Pans dapat dihilangkan sebelum menyebar lebih jauh.
"Apa yang kau lakukan? Pangeran Harry?!" Tanya Ron terkejut sekaligus kesal.
Harry menatap heran ke arah Ron yang menatapnya tajam sekaligus tidak suka.
"Kau tidak perlu membantu mereka!" Sambungnya kembali.
"Ron!" Panggil Harmione cepat sambil memegang tangannya cukup kuat lalu menggeleng pelan ke arah Ron cepat.
"Apa? Aku benarkan! Untuk apa membantu para penghianat?!" Tanya Ron tidak terima saat Harmione melarangnya.
"Kita masih belum tau! Jangan menuduh mereka lagi! Ron!" Perintah Harmione dengan suara berbisik.
Harmione menatapnya tajam lalu menggeleng cepat, kini tatapannya kembali ke arah luka Pans yang sedang di obati oleh Harry dengan sihir.
Harmione berinisiatif berjalan ke arah Pans, tidak mempedulikan panggilan ataupun yang di berikan oleh Ron sejak tadi.
"Mione!" Panggil Ron tidak terima.
"Tanaman ini bisa membantumu.." ujar Harmione sambil mengoleskan tanaman yang sudah di olah menjadi obat dari salah satu botol miliknya.
Pans tersenyum lega, "terima kasih," setidaknya Harmione tidak seperti sosok yang tengah berteriak tidak terima dari tempatnya berada.
Harmione hanya tersenyum membalasnya lalu kembali menyimpan botol obatnya di dalam tas miliknya.
"Aku tidak percaya?! Kenapa kau juga menolongnya?!" Tanya Ron kesal sambil menarik tangan Harmione untuk menjauh.
"Aku sudah tidak peduli lagi apa yang akan di lakukan pangeran Harry! Tapi kau?!- kenapa kau juga membantu mereka?!" Tanya Ron tidak terima.
Harmione menatap heran, "dia terlihat baik.. dan sedang terluka," jawab Harmione jujur.
"Harmione! Kau tidak boleh lupa!" Ujar Ron memperingatkan.
Harmione menatap tajam ke arah Ron, "Saat kerajaan Emeraldia di serang dulu, mereka adalah orang-orang dari .."
Harmione menatap tajam kearah Ron dan menggeleng cepat, "kerajaan greyssia!" Sambung Ron menatap kearah Harry yang menatapnya terkejut.
Harry Potter by
The king of Emeraldia Kingdom by Farida Lil Safana
Pair is Draco x Harry
Harry masih terdiam, dirinya masih tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Ron beberapa saat lalu.
Harry sangat yakin jika kerajaan Greyssia tidak mungkin menyerang kerajaan nya, mengingat 2 kerajaan tersebut memiliki kerja sama yang sangat baik.
Harry juga masih ingat jika saat itu Narcissa dan Lucius sangat baik padanya.
Tapi, kenapa Ron mengatakan jika orang-orang dari kerajaan Greyssia lah yang menyerang kerajaan Emeraldia?
Harry sama sekali tidak mengerti!
Harry lebih tidak mengerti saat dirinya menerima perkataan Ron, Harry lebih tidak mengerti saat dirinya kini ragu akan semua perkataan Draco ataupun ketiga temannya yang lain.
Ada salah satu bagian dari ingatannya yang belum terkumpul.
Ada sesuatu yang Harry belum ingat sepenuhnya ...
"Tapi apa?" Gumam Harry pelan sekaligus kesal.
Harry menggigit bibir bawahnya kuat, kedua tangannya mengepal sejak tadi.
Harry semakin bingung denga. Kejadian saat ini.
"Harry..." Panggil Draco namun Harry justru menatapnya tajam.
"Harry.." panggil Draco kembali dengan nada lirih, Harry terkejut lalu kembali menatap seperti biasa ke arah Draco dengan senyuman tipis miliknya.
"Maaf.. aku lelah.." ujar Harry laku meninggalkan Draco dengan ribuan pertanyaan.
'sret'
Draco dengan senang hati melepas rangkulan yang diberikan oleh Theo untuknya.
Theo menghela napas pelan.
"Kau benar-benar tidak tau? Atau sengaja tidak memberitahukan pada kami?" Tanya Theo, namun langsung menutup mulutnya rapat saat melihat tatapan tajam yang diberikan oleh Draco.
"Maaf.. aku hanya bingung." Balasnya takut lalu mulai mundur selangkah, berniat pergi saat ini juga.
Theo menyesal sudah bertanya hal tersebut pada Draco.
"Aku tidak tau," jawab Draco akhirnya saat Theo akan pergi.
Theo memilih terdiam di bandingkan membalas, takut-takut salah kata dan dirinya berkahir di serang oleh Draco.
"Sejak dulu, aku selalu mengira mereka membawaku untuk berkenalan dengan Harry dan berupaya agar aku dekat dengannya. Aku sama sekali tidak tau maksud lain dari mereka," jelas Draco.
Walaupun Draco memiliki kecurigaan dengan orang tuanya, di sisi lain Draco masih percaya dengan orang tuanya yang tidak mungkin menyerang kerajaan Emeraldia.
Draco mengepalkan kedua tangannya kuat.
"Aku akan mencari kerjaan Emeraldia, dan mencari tau kebenarannya," gumam Draco dingin.
Mereka terdiam cukup lama setelah Draco memutuskan sesuatu, Theo kembali menatap ke arah Draco lalu menghela napas pelan.
"Draco," panggil Theo memberanikan diri.
Draco menatapnya dengan tatapan tajam miliknya.
"Ini hanya seandainya.." gumam Theo pelan, Draco masih mendengarkan dengan jelas.
"Bagaimana jika benar kerjaan Greyssia yang telah menyerang kerjaan Emeraldia? Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Theo terdengar seperti suara bisikkan.
Draco mendengarnya sangat jelas walaupun Theo berbisik sekalipun.
"Aku .." Draco mulai bimbang saat ini, tatapannya kini menatap ke arah langit yang di hias bintang.
"Apa yang akan kau pilih nantinya? Memilih rumahmu atau kekasihmu, Draco."
-The King of Emeraldia Kingdom-
"Ada satu sihir pertahanan yang terkenal sangat kuat. Sehingga sihir manapun tidak dapat menembusnya."
"Sihir pertahanan yang sangat sulit di kendalikan, sihir yang dapat menyerang pemiliknya sendiri namun akan menjadi sihir pertahan yang sangat kuat saat dapat di kembangkan dengan baik,"
"Sihir pertahanan kuat itu hanya ada satu yang berhasil mengembangkannya, dia menggabungkan sihir pertahanan dengan sihir alam di sekitarnya sehingga sihir pertahan menyatu dengan sihir alam. Membuat sihir itu menjadi sangat kuat,"
"Tidak aneh saat tidak ada satupun sihir yang dapat menembusnya. Sihir pertahanan yang sangat sempurna."
Kini tatapan tajam itu menatap serius dengan seringai menghias wajahnya.
"Kau bisa mengambilnya! Kau bisa memilikinya! Kau bisa mengambil alih! Hanya kau! Orang yang paling di percayai olehnya!"
Suara tawa menggema di seluruh ruangan, membuat siapa saja merinding mendengarnya.
"Hanya kau yang bisa melakukannya! Malfoy."
Lucius terbangun saat itu dengan napas yang terengah-engah, tidak menyangka perkataan yang hampir ia lupakan akan kembali masuk dalam mimpinya.
Narcissa ikut terbangun dan menatapnya cemas, terkejut saat melihat suaminya tengah berekspresi ketakutan.
"Ada apa?" Tanya Narcissa cemas.
"Mimpi itu.." gumam Lucius pelan dengan suara yang bergetar.
"Mimpi?" Gumam Narcissa bingung.
"Ya... Tentang kejadian tepat sebelum kerajaan Emeraldia benar-benar menghilang," jelas Lucius membuat Narcissa menatapnya terkejut.
Narcissa menutup mulutnya dengan tatapan tidak percaya.
"Orang itu .."
"Dia masih hidup!" Gumam Lucius pelan dengan kedua tangan yang mengepal kuat.
"Seharusnya dia sudah mati akibat serangan sihir milik James, entah apa nasib yang menyelamatkannya dari kematian."
-The King of Emeraldia Kingdom-
"Harry," panggil Draco pelan saat melihat Harry terduduk dalam diam seorang diri di dekat sungai.
Harry tidak membalas ataupun menjawab, Harry hanya terdiam mengabaikan panggilan yang di berikan oleh Draco.
Draco menghela napas pelan, Harry sama sekali tidak memberitahu apa kesalahannya.
Draco memilih duduk di samping pria itu, tubuh Harry menegang seketika karna terkejut.
Draco tidak pernah menyangka jika akan melihat Harry yang menjadi sangat waspada dengannya.
Draco masih ingat saat pertama kali bertemu dengan Harry dalam wujud gadis, Harry sama sekali tidak mewaspadainya.
Tidak seperti saat ini.
Draco sangat yakin jika saat ini Harry selalu menatapnya ragu dan sangat sulit untuk bercerita sesuatu padanya.
Bahkan Harry memilih Harmione atau Ron hanya untuk memberitahu jika akan terjadi sesuatu di depan sana.
Jujur saja, tidak di percayai kembali oleh Harry.. adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidup Draco.
"Harry.. kau kena-"
"Bagaimana jika apa yang di katakan Ron benar?" Tanya Harry dengan suara bergumam pelan.
Ada jeda dengan pertanyaan yang di berikan oleh Harry, bahkan Draco ikut terdiam cukup lama. Lalu tersadar dengan pertanyaan yang di berikan oleh Harry.
Draco terdiam menatap Harry terkejut, "bagaimana jika memang orang-orang kerajaanmu.. yang menyerang orang-orang kerajaanku? Draco," tanya Harry menatap tajam.
"Harry.." panggil Draco dengan tatapan tidak percaya.
Harry yang tersadar langsung menutup mulutnya rapat dan bangkit saat itu juga.
"Sebaiknya kita tidak berbicara untuk beberapa saat," saran Harry laku meninggalkan Draco dengan tatapan terluka.
To be Continue
(Maaf jika terjadi kesalahan kata/typo dalam penulisan cerita)
Farida Lil Safana
