Sesekali Draco akan menatap kearah Harry yang berjalan lebih dulu di depan mereka, mencari petunjuk jalan untuk menemukan rumah Harry, atau tepatnya Kerajaan Emeraldia. Kerajaan yang selalu dikabarkan telah menghilang bertahun-tahun lamanya.
Draco tersenyum tanpa sadar, Harry terlihat sangat bebas. Sesekali Harry akan berlarian saat menemukan petunjuk jalan yang benar untuk menuju rumahnya, seperti anak kecil yang tidak sabar untuk pulang ke rumah.
"Harry," panggil Pansy dengan nada tinggi saat melihat Harry akan tercebur ke dalam sungai, "kau bisa terpeleset dan terjatuh jika tidak hati-hati!" peringat Pansy marah karna Harry masih sama seperti biasanya, Harry masih sering ceroboh.
Harry meminta maaf tanda menyesal lalu tersenyum kembali seperti biasa. Pansy hanya dapat menggelengkan kepalanya pelan, lalu kembali mengikuti lankah Harry yang terlihat ringan setiap kali melangkah.
"Kau yakin dengan keputusanmu? Drake," tanya Theo berbisik pelan berharap tidak ada yang medengarnya.
"Kau bisa di anggap sebagai penghianat kerjaanmu sendiri," sambung Blaise ikut berbisik lalu melihat sekitar untuk memastikan tidak ada yang mendengar.
"Apa orang tuamu sudah setuju?"
Draco menghentikan langkahnya seketika, membuat Blaise dan Theo ikut berhenti dan saling pandang tidak mengerti. Draco menghela napas pelan, dirinya sulit untuk mengambil keputusan yang tepat saat ini.
Jika dirinya memilih Harry untuk membangun kembali kerajaan Emeraldia dan membantu rakayatnya, sama saja dia membawa kerajaan Greyssia keambang ke hancuran dan mempertaruhkan rakyatnya sendiri.
Jika dirinya menyerah dengan Harry, dirinya akan sepenuhnya kehilangan sosok Harry yang selalu di tunggunya bertahun-tahun lamanya selama ini.
"Bisakah kalian berhenti?" tanya Draco dingin lalu mulai berjalan mengikuti jejak langkah yang lain yang mulai menjauh dan menghilang di balik pohon-pohon besar yang berada di hutan.
Draco sebisa mungkin mengabaikan kehadiran Theo dan Blaise yang saling berbisik di belakangnya.
Theo dan Blaise berharap jika Draco mengambil keputusan yang baik untuk semua orang dan tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, mereka berdua berharap jika Draco tidak di butakan oleh sesuatu sehingga tidak dapat berpikir dengan tenang.
"Drake!" panggil Theo namun di abaikan.
"Draco!" kali ini Blaise yang memanggil.
"Draco Lucius Malfoy!"
"Diam!" perintah Draco penuh amarah tidak dapat lagi menampung emosinya, wajahnya memerah dengan menatap tajam kearah Theo dan Blaise, bahkan tangannya sudah bersiap mengambil pedang yang selalu di bawanya, "kalian benar-benar ingin mati di sini?" tanya Draco dingin tidak main-main.
Theo dan Blaise terdiam seketika, menggeleng pelan dengan tubuh yang gemetar ketakutan, aura yang di berikan oleh Draco tidak main-main seperti sebelumnya, dirinya sangat yakin jika Draco dapat membunuh mereka saat ini tanpa mengingat siapa mereka.
"Drake!" panggil Parkinson terkejut saat melihat Theo dan Blaise yang hampir di bunuh oleh Draco sendiri, bahkan Parkinson tidak tau apa penyebabnya, dirinya merasakan ada yang tidak beres dengan ketiga temannya sehingga memutuskan untuk kembali melihat keadaan mereka, dan benar saja dengan firasatnya beberapa saat lalu.
"Drake!" panggil Pansy kembali dengan nada tinggi saat melihat Draco yang sama sekali tidak mendengarnya.
Theo dan Blaise memberikan pandangan meminta untuk Pansy menjauh agar tidak ikut terlibat.
"Jika memang akan terjadi nantinya. Apa yang akan kau pilih? Rakyatmu? Atau kekasihmu?" tanya Theo pelan yang di tatap Blaise dengan tatapan tidak percaya.
Blaise memuji keberanian Theo yang masih berani bertanya hal seperti itu dalam keadaan gawat darurat seperti saat ini.
'Dasar tidak tau situasi!' omel Blaise dalam hati, mengutuk agar Theo tidak bisa b erbicara lagi.
"Apa?" tanya Draco pelan dengan tatapan tidak percaya, bahkan dirinya tanpa sadar sudah mengeluarkan pedang miliknya.
"Drake!" panggil Pansy kembali dengan nada panik, berharap kali ini Draco mendengar panggilannya. Dirinya tidak lagi peduli saat Blaise memintanya untuk tidak lagi memanggil Draco seperti saat ini.
"Drak-"
"Kau tidak tau bukan? Jika pilihan itu juga di berikan pada orang tuamu?" tanya Theo pelan menatap membuat Draco menatapnya tidak percaya.
"Apa maksudmu?!" tanya Draco marah.
"Dia datang! Dia sudah datang! Dan dia memberikan pilihan yang sama sepertimu! Kini dirinya berada di kerajaanmu!" ujar Theo lalu tertawa keras.
"Tidak mungkin .."
".. benar .. tuanku, Tom Riddle,"
HARRY POTTER belongs to
THE KING OF THE EMERALDIA KINGDOM belongs to Farida Lil Safana
PAIR is Draco x Harry (Drarry)
Blaise menendang Theo dengan cepat hingga membuat Theo terlempar cukup jauh lalu berakhir terbentur pohon besar yang ada di belakangnya.
"Ugh ..." Theo mendesis pelan saat merasakan punggungnya remuk, bahkan dirinya dapat mendnegar suara retakan tulang saat akan terbangun.
Tak lama keluar bayangan hitam dari tubuh Theo hingga membuat Theo tidak sadarkan diri, Pans dengan cepat berlari kearah Theo dan memebrikan pertolongan dengan ra,uan yang ada di dalam tasnya.
Blaise yang melihat mendesis kesal karna tidak sadar jika ada bayangan hitam yang masuk ke dalam tubuh temannya, terlebih sejak tadi Theo berada di sampingnya dan tidak pergi kemanapun.
Blaise merutuki kecerbohannya.
"Maafkan aku .." sesal Blaise pelan saat sudah di samping pans yang sedang mecoba menyembuhkan Theo karna terbentur pohon cukup kuat akibat tendangan dari Blaise, "aku ceroboh. Jika saja aku sadar .."
Pansy menggeleng pelan tanda mengerti, Pansy jelas tau jika saat ini Theo sedang cemas, tidak hanya Theo. Blaise dan dirinya juga merasakan perasaan yang sama, ragu untuk memilih apa yang akan terjadi nantinya.
"Simpan maafmu nanti! Kita harus mengejar bayangan hitam itu sebelum-.." Pansy menatap keberadaan Harry dengan tatapan terkejut sekaligus tidak percaya, " .. Harry?" tanya Pansy pelan saat melihat Harry yang saat ini menatap mereka dengan tatapan tidak percaya.
"Harry .. " panggil Draco pelan namun terhenti saat melihat Harry yang justru mundur perlahan merasa terancam, "Harry?" panggil Draco kembali dengan tatapan tidak percaya jika saat ini Harry sedang mencoba menjauhinya.
Harry hanya menunduk tidak berniat menatap kearah Draco yang sedang berusaha memanggilnya.
"Kita harus mengurus bayangan itu! Drake!" perintah Pansy berharap Draco mendengarnya. Namun, tidak. Draco sama sekali tidak peduli.
"Drake!" teriak Pans kesal sekaligus emosi karna Draco termakan egonya saat ini, ".. jangan .." ucap Pans pelan saat melihat bayang hitam itu akan menyerang Harry dari belakang Draco. "Harry awas!" teriak Pansy cepat.
'Zrash'
Bayangan hitam itu menghilang dengan cepas bersmaan dengan tebasan pedang bersinar terang milik Ron, "menjauh! Penjahat!" perintah Ron menatap tajam kearah Draco yang kini terpaku karna tidak mneyelamatkan Harry.
"Harry! Kau baik-baik saja?" tanya Harmione semas sekaligus panik, tubuh Harry di putar cepat oleh gadis itu untuk melihat takut-takut Harry terluka oleh bayangan hitam yang di bunuh Ron beberapa saat lalu.
"Syukurlah!" pekik Harmione senang saat melihat Harry tidak terluka, gadis tersebut memeluk Harry erat tidak ingin kehilangan sosok Harry untuk kedua kalinya, " kau hidup! Kau tidak terluka! Aku senang sekali! Harry!" ujar Harmione berulang kali.
Harry tersenyum tipis lalu mengusap surai gadis tersebut lembut, "terima kasih .." tatapan Harry kini jatuh pada Draco yang masih mematung menatap kearahnya kosong, "telah menyelamatkanku.." Harry memilih untuk menatap Harmione, " Harmione .." ujar Harry tulus.
~The King of Emeraldia Kingdom~
"Ini sangat mengerikan! Tidak! Bahkan sangat menjijikan! Bagaimana bisa tubuhku yang seksi ini di masuki bayangan hitam yang menjijikan?!" teriak Theo histeris mengabaikan tatapan kesal dari Pans.
"Ya ya .. teruslah seperti itu, beruntung aku menyadarkanmu," balas Blaise tersenyum tanpa dosa.
"Menyadarkanku?! Kau bilang menyadarkanku?! Kenapa aku merasakan tubuh dan tulangku hampir patah semua?! Hah!" teriak Theo tidak terima.
"Kau terjatuh dari pohon," balas Blaise.
"He? Benarkah?" tanya Theo polos lalu percaya.
Blaise menahan tawa saat itu juga.
Pansy hanya dapat menggeleng pelan melihat interaksi kedua sahabatnya yang kembali sepert biasa, awalnya Pans sempat cemas jika Blaise akan menyalahkan ataupun kembali menyerang Theo.
Namun, tidak. Blaise sadar jika sepenuhnya bukan kesalahan Theo, sehingga Blaise dapat memaafkan dan mengerti keadaan beberapa saat lalu.
Kini tatapan Pansy mengarah pada Draco yang sejak tadi hanya terdiam sambil menatap kearah harry yang saat ini bersama dengan Harmione, dirinya kembali menghela napas pelan saat Draco masih belum bisa jujur pada Harry.
Walaupun seperti itu, diam-diam Pansy tersenyum lega saat melihat Harmione, gadis itu tidak menyangka, jika Harmione ternyata tipe gadis yang pintar dan tidak mudah percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya.
Kini tatapan Pansy mengarah pada sosok pria yang sesekali akan menatap kearah mereka dengan tatapan tajam, Pansy menghela napas pelan. Berbeda dengan Harmione, teman Harmione yang bernama Ron, justru masih tidak terima apa yang terjadi beberapa saat lalu.
"Apa kita perlu membunuh orang itu?" tanya Theo sedikit kesal.
"Atau mungkin kita hilangkan saja tanpa jejak!" usul gila Blaise.
Pansy menatap kearah mereka dengan kesal, tidak menyangka jika temannya sama sekali tidak merasa menyesal setelah apa yang terjadi beberapa saat lalu.
Theo dan Blaise hanya dapat tersenyum canggung lalu mundur perlahan tidak ingin terkena marah Pansy yang begitu mengerikan.
pansy menghela napas pelan, sudah bagus mereka masih dapat ikut bersama dengan Harry menjalankan misi mencari kerajaan yang hilang setelah membahayakan nyawa pria itu beberapa saat lalu.
Pansy kembali membayangkan, mungkin jika itu dirinya, akan sulit untuk percaya kembali dengan seseorang yang dapat membahayakan nyawanya walaupun orang tersebut dalam keadaan tidak sadar.
"Kita sampai," ucap Harry pelan tepat di depan air terjun besar dengan danau yang terlihat indah dan begitu tenang, sangat cocok di gunakan untuk beristirahat.
"Kau meminta kami untuk beristirahat di sini?" tanya Theo dengan nada setengah tertawa sambil melihat sekitar yang terlihat sangat cocok untuk berpiknik bersama keluarga.
"Tempat ini lebih cocok seperti taman wisata," sambung Blaise namun terdiam seketika saat merasakan aura sihir asing yang menuju ke arah mereka.
"Ada yang datang .." Pansy menatap kearah pohon-pohon yang ada di belakangnya, ".. mereka .." ujar Pansy pelan dengan kedua mata yang membulat terkejut.
"Mustahil!" Ujar Harmione pelan karna sejak tadi dirinya sama sekali tidak merasakan aura sihir orang lain selain mereka.
Draco yang lebih dulu sadar akan situasinya, langsung mengambil pedang yang tersimpan, sebisa mungkin dirinya melindungi apapun yang akan mengancam nyawa Harry nantinya, Draco berjanji tidak akan mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
"Apa yang kalian inginkan?" teriak Ron dengan setengah emosi.
"Bodoh .." tatapan mereka menatap ke arah air terjun yang berada di hadapan mereka lalu tersenyum miring, "kalian sudah tau jawabannya, jika kami mengincar kerajaan itu," ujar salah satu dari mereka lalu tertawa keras.
"Jadi .." Harmione menatap terkejut, "kalian sejak tadi mengikuti kami?!" Harmione menunjuk lalu menatap garang, "bahkan yang melukai Harry!" teriak Harmione marah sekaligus kesal tidak terima.
"Benar. Itu kami," jawab salah satu dari mereka lalu ikut tertawa keras karna rencana mereka berhasil dan tidak ada yang menyadarinya satupun.
"Ha?! Kalian bodoh? Di sini tidak apapun selain pemandangan hutan, danau dan air terjun. Sama sekali tidak tanda-tanda keberadaan kerajaan itu!" jawab Theo keras dengan penuh percaya diri.
Namun, pernyataan Theo justru di balas oleh tawa mereka yang terdengar lebih keras di bandingkan sebelumnya, "kalian yang bodoh!" ujar salah satu dari mereka berteriak keras setelah berhasil menghentikan tawanya.
"Air terjun itu .." kini salah satu dari mereka bertubuh besar menunjuk ke arah air terjun, "kalian tidak tau apa yang ada di baliknya bukan?" tanyanya lalu tersenyum miring.
"Dunia lain?" tanya Blaise spontan tanpa berpikir dua kali, membuat Theo harus memukul kepalanya keras saking kesalnya.
"Kau bodoh?!" tanya Theo marah namun justru di balas dengan tatapan kesal oleh Blaise.
"Ternyata kalian memang tidak tau," ujar salah satu dari mereka yang memakai jubah lebar.
Harry hanya menunduk, menggigit bibir bawahnya kuat, berharap jika ketiga orang pengganggu itu pergi dan membiarkan dirinya memberitahu tata letak kerajaan Emeraldia.
"Harry .. tidak ada apapun di sanakan?" tanya Pansy menatap penuh harap kearah Harry, membuat Harry tidak berani menjawab pertanyaan gadis tersebut.
"Bahkan teman-temanmu tidak dapat mempercayainya bukan?" tanya salah satu dari mereka yang bertubuh besar, "hanya satu orang yang memeprcayaimu, tapi kau tidak pedulikan," ujarnya pelan.
"Bukan tidak peduli! Dia yang-"
Ucapan Harry terpotong saat dirinya merasakan aura membunuh dari orang-orang di hadapannya, "Tuan kami tidak pernah salah!" ujar mereka serempak dengan aura yang berbeda di bandingkan sebelumnya.
"Sepertinya kekasihmu bahkan tidak tau apapun tempat ini," ujar salah satu dari mereka yang memakai jubah lebar lalu tersenyum miring.
"Apa maksudmu?" tanya Draco dengan menatap tajam bersiap menebas, terlebih suasana hatinya sedang tidak baik sejak tadi.
"Benar dugaan kami ternyata .." kini salah satu dari mereka yang bertubuh besar menatap ke arah air terjun yang ada di hadapannya lalu tersenyum miring, "yang ada di balik air terjun itu adalah .. Kerajaan Emeraldia,"
To be Continue ...
(Maaf jika terjadi kesalahan kata/typo dalam penulisan cerita)
Terima kasih yang udah mau ngikutin cerita ini (^o^)/
Farida Lil Safana
