Sesekali Harry akan melempar batu ke arah danau, kedua pipinya mengembung besar dengan bibir yang dimajukan beberapa senti.

Harry tidak menyangka untuk pertama kalinya, orang tuanya tidak percaya dengan perkataannya seperti beberapa saat lalu, "Menyebalkan." Gumam Harry dengan nada kesal tidak suka.

"Kau bisa membunuh semua ikan jika terus melempar ke sana," peringat seseorang yang diiringi dengan suara tawa lembut namun tidak bagi Harry, dirinya mendengar kalimat itu hanya untuk mengejeknya.

"Jadi ikan-ikan kecil itu lebih berharga dari pada aku?" tanya Harry pelan terdengar samar.

"Bukan seperti itu-" pria yang berdiri di belakang Harry kecil hanya dapat menghela napas pelan lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, dirinya tidak tau kali ini apa yang membuat Harry marah.

"Jadi?" tanya Harry kesal kini menatap pria yang lebih tinggi darinya di belakang, "aku tidak berharga? Kau menyebalkan Tom!" ujar Harry kesal dengan tatapan tajam namun terlihat lucu di mata Tom.

"Tidak-" Tom memilih duduk di samping Harry, mengabaikan teriakan Harry yang melarangnya untuk duduk karna Harry masih ingin sendiri melempar-lempar batu ke arah danau, "kau berharga Harry. Tapi ikan-ikan itu bisa mati terkena lemparan batumu," jelas Tom lelah.

Harry menatap kearah Tom sekilas, lalu kembali menatap kearah danau di hadapannya tanpa minat. "kali ini apa lagi?" tanya Tom mencoba menebak alasan yang membuat Harry marah yang merajuk enggan di ganggu.

"Mereka mengatakanku berbohong. Padahal aku tidak berbohong .." jelas Harry menatap sendu ke arah pantulan dirinya dari air danau yang terlihat mulai tenang karna Harry berhenti melemparkan batu-batu ke arah danau.

"Mereka tidak percaya saat kau mengatakan tidak mencuri kue dari dapur?" tebak Tom dan sukses mendapatkan pukulan kesal dari Harry yang saat ini tengah menatapnya kesal dan bersiap memukul lagi jika Tom tidak menghalangi dan meminta maaf lalu memintanya berhenti.

"Aku tidak mencuri!" pekik Harry menatap kesal, Tom tertawa mendengarnya, sangat mudah untuk menjahili Harry seperti saat ini.

"Baik-baik .. lalu apa?" tanya Tom saat tawanya mereda, Harry kecil menghela napasnya pelan layaknya orang dewasa.

"Aku mengatakan aku juga memiliki cahaya hijau, tapi mereka tidak percaya dan mengatakan aku hanya salah lihat," jawab Harry dengan suara tercekat, mengingat orang tuanya tidak percaya lalu memilih pergi untuk menghadiri pertemuan.

Harry menunduk sedih, padahal saat itu ia ingin memberikan kejutan pada ayahnya, jika ia juga bisa memiliki sihir persis seperti sang ayah. Namun sang ibu mengatakan jika itu adalah suatu yang mustahil, dan sang ayah mengatakan jika dirinya hanya salah lihat.

'Puk'

Usapan lembut Harry dapat merasakannya, rasa sedihnya berangsur menghilang. Senyum tipis kini menghias wajahnya, Harry melupakan kejadian beberapa saat lalu untuk sementara, "aku mempercayaimu,"

Kedua bola manik Harry membulat lucu, terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya. Menatap ke arah sosok memilih tubuh lebih tinggi di bandingkan dirinya, Harry ingin berkata sesuatu namun Tom justru mengacak rambutnya gemas.

"Kau tidak percaya padaku? Aku mempercayaimu, Pangeran muda Harry James Potter," jelas Tom dengan senyum menghias wajahnya.

Garis bibir yang sejak tadi melengkung ke bawah, kini perlahan di tarik ke atas, "Benarkah?" tanya Harry memastikan dengan kedua bola manik berwarna emerald berbinar cerah, cantik seperti sebuah kristal hijau yang menjadi harta karun kerajaan emeraldia.

"Kau meragukanku?" tanya Tom tersenyum geli tapi menggunakan nada sedih, Harry menggeleng cepat mendengarnya, lalu tersenyum senang saat mengetahui ada seseorang yang mempercayainya.

"Terima kasih Tom!" pekik Harry senang, kini membiarkan Tom mengacak rambutnya sesuka hati.

"Tapi kau tidak bisa mempercayaiku sepenuhnya Harry," gumam Tom berbisik pelan, dan Harry sama sekali tidak dapat mendengarnya.

HARRY POTTER belongs to

THE KING OF THE EMERALDIA KINGDOM belongs to Farida Lil Safana

PAIR is Draco x Harry (Drarry)

Harry sebisa mungkin menghindar dengan cepat saat beberapa serangan kutukan sihir akan mengenai tubuhnya, kedua maniknya membulat menatap ngeri pada batu yang terkena kutukan tersebut kini menghilang layaknya sebuah asap.

"Kami tidak akan menyakitimu jika kau bersedia ikut dengan kami," jelas salah satu pria bertubuh besar tersenyum miring ke arah Harry yang masih berusaha menghindar tanpa memberikan sebuah perlawanan.

"Harry! Jangan dengarkan!" perintah Harmione yang di balas dengan anggukan cepat oleh Harry.

Ron menatap kearah Blaise dan Theo yang masih menangani beberapa hewan yang menyerang mereka dengan membabi buta, karna sebuah kutukan pengendali. Dengan kedua mata yang memerah, hewan-hewan buas itu tidak berhenti menyerang mereka secara bergantian.

"Kalian yakin itu bukan teman kalian?" tanya Ron dengan nada setengah berteriak.

"Kau gila?!" Blaise memaki marah, " jika memang itu benar teman kami, untuk apa mereka berniat membunuh kami juga?!" tanya Blaise kesal, gerakan tubuhnya dengan cepat menghindar dari serangan.

"Bisa saja-"

"Bisakah kau tidak memberikan suatu ide yang aneh ataupun pertanyaan yang tidak masuk akal?" tanya Theo kesal, "kita sedang kesulitan! Sebaiknya kau tetap awasi sekelilingmu!" perintahnya, lalu dengan cepat menendang salah satu hewan buas yang melompat kearahnya.

Draco mencoba fokus, lalu menyerang dengan beberapa sihir ke arah seorang pria yang memakai jubah lebar yang kini masih tersenyum lebar kearahnya, "apa kau ingin tau hubungan tuanku dan pangeran muda kerajaan Emeraldia?" tawarnya namun Draco enggan mendengarkan.

Beberapa sihir yang diberikan Draco berhasil dihindari dalam gerakan cepat, bahkan Draco sempat kehilangan fokus karna fokusnya kini terbagi menjadi 2, dirinya dan juga Harry yang tidak jauh dari tempatnya berada.

Sesekali Draco akan menatap kearah Harry yang menyerang orang terakhir dalam kelompok tersebut dengan sihir tanaman di sekitarnya, menggunakan pedang saat mendekat, lalu mencoba menghindari beberapa kutukan sihir.

"Kau mengkhawatirkannya? Huh," tanya sosok pria yang memakai jubah lebar di hadapan Draco, tersenyum lebar khasnya sewaktu-waktu membuat Draco semakin muak melihatnya, terlebih saat pria tersebut mengatakan sesuatu.

"Biar aku ceritakan sesuatu," mulainya setelah berhasil menghindari sihir Draco dan sihir kutukan miliknya mengenai tubuh Draco, "Mereka adalah 2 orang yang saling dekat, saling mengisi dan melengkapi," Draco berguling berusaha untuk menghindari sihir kutukan.

"Sampai kau datang. Dan keluarga kerajaan tidak mengusir tuan kami secara paksa, sehingga 2 orang tersebut tidak dapat lagi bertemu. Kau-! Kau yang membuat mereka tidak dapat lagi bersam seperti dulu!" pekiknya mengakhir cerita sambil melempar sihir kutukan.

'Bruk'

Lagi-lagi Draco terjatuh saat kutukan sihir tersebut mengenai tubuhnya, mencoba bangkit, tapi tubuhnya menolak saat merasakan sakit yang luar biasa hingga dirinya terbatuk dan mengeluarkan darah.

"Drake! Kita harus mencari cara untuk cepat pergi dari sini!" perintah Pansy yang mulai cemas dengan keadaan kerajaan Greyssia yang berada dalam bahaya, mengingat ketiga orang pengikut Tom di depannya mengatakan tuan mereka ada di kerajaan Greyssia.

"Aku tau-" Draco berhasil berdiri, namun tak butuh waktu lama dirinya kembali terjatuh saat kembali terbatuk dan merasakan tubuhnya yang terasa sakit luar biasa.

"Drake!" panggil Pansy setengah berteriak setelah bersil menebas beberapa hewan yang menyerangnya lalu berlari ke arah Draco dengan cepat.

Harry menatap ke arah Draco dengan tatapan terkejut, kondisi Draco adalah kondisi dimana dirinya saat itu melihat keadaan orang tuanya yang terkena serang beberapa kutukan sihir dari musuh.

Harry mengepalkan kedua tangannya kuat, marah sekaligus tidak suka dengan apa yang dilihatnya saat ini, "Tidak.." gumamnya pelan.

Sosok pria di hadapannya menatap ke arah Harry dengan tatapan heran, karna Harry hanya terdiam tidak seperti sebelumnya. Tersenyum miring saat melihat Harry yang mulai terlihat melemah, sosok tersebut bersiap melempar sihir lalu membawa Harry pergi untuk menemui tuannya.

'Deg'

Kedua bola manik emerald yang selalu bersinar indah layaknya permata dan mudah hancur, kini menggelap layaknya sebuah pedang tajam. Bersamaan dengan tubuhnya yang mengeluarkan sinar hijau dan ebberapa tanaman yang mulai melilit tubuh pria tersebut.

"A-.. Apa?!" sosok pria tersebut memberontak, berusaha untuk melepaskan diri namun gagal. Lilitan tanaman tersebut mencengkram erat tidak terlepas dengan mudah, Harry menatap dingin melihatnya.

"Aku tidak akan membiarkan hal lalu, terulang kembali!" janjinya.

~The King of Emeraldia Kingdom~

Lucius emnatap ke arah luar kerajaan dengan tatapan cemas, semakin gelisah tidak tau apa yang harus dipilih olehnya. Rakyat, atau sosok Harry sebagai calon menantunya, Lucius sangat menyayangi keduanya, dan dirinya sudah berjanji pada alrmahum James dan Lily.

"Lucius.." panggil Narcissa cemas, ingin bertindak egois untuk menyelamatkan Harry. Namun, dirinya tidak bisa lepas tanggung jawab untuk mengorbankan rakyat demi kepentingan pribadi.

"Waktu kalian tersisa sedikit~" ujar Tom dengan nada senang, menikmati setiap pertunjukkan yang tersaji di hadapannya.

Tom menunggu, apa yang akan dipilih akkhirnya oleh Ratu dan Raja kerajaan Greyssia yang selalu dihormati dan dijunjung tinggi oleh rakyatnya. Tak butuh waktu lama untuk Tom kembali tertawa keras, membayangkan jika mereka berdua akan memilih menyelamatkan Harry.

Tom tidak sabar untuk melihat bagaimana ekspresi ketakutan serta ekspresi kecewa pada rakyat mereka karna Raja dan Ratu mereka bertindak egois, menyelamatkan satu nyawa dan mengorbankan ratusan nyawa.

Awan hitam mulai menyelimuti kerajaan dan desa, beberapa pasukan mayat hidup mulai datang dari berbagai penjuru, teriakan rakyat dari bawah mulai terdengar ketakutan, berlarian mencari perlindungan.

Beberapa dari mereka, mencari tempat sembunyi, sebagian juga membawa harta barang mereka lalu melarikan diri sebisa mungkin. Merapal doa tiada henti, agar mereka dapat selamat dan Raja serta Ratu mereka menolong dengan cepat, Tom tertawa melihatnya.

"Kau gila!" umpat Lucius ke arah Tom dengan tatapan marah dan berniat untuk turun ke bawah dan langsung mayat-mayat hidup yang berjalan dan mulai menyerang ke arah rakyatnya tanpa memandang usia.

"Melangkah satu jalan ke arah luar kerajaan-" Tom tersenyum miring, "ku pastikan nyawa Harry tidak akan selamat," ancam Tom, lalu tersenyum puas saat Lucius menurutinya dengan berat hati.

"Raja baik, kita lihat sampai akhir. Sampai kapan kau akan memilih Harry dengan mengorbankan nyawa rakyatmu~"

~The King of Emeraldia Kingdom~

'Sret'

"Argh!" teriak sosok pria yang sejak tadi menyerang Harry, bersamaan dengan tubuhnya yang mulai menghilang bersamaan dengan angin yang bertiup kencang.

Kini langkah Harry ke arah sosok yang sedang tertawa keras melihat kondisi Draco yang tidak bisa lagi menyerang dan menahan rasa sakit di tubuhnya yang terkena sihir kutukan.

"Harry? Kau baik-baik saja?" Pansy tersenyum lega melihatnya, "Syukurlah .. bagaimana jika-" ucapan Pansy terputus saat melihat tubuh pria berjubah lebar itu telah tertebas oleh pedang milik Harry.

"Harry?" panggil Draco ragu, tidak percaya dengan sosok yang ada di hadapannya saat ini. Sosok yang berbeda dari sosok yang selalu dikenalnya.

Harry menatap ke arah Draco sebentar, lalu berjalan ke arahnya. Menyentuh luka Draco hingga membuat Draco menahan diri untuk tidak berteriak karna rasa sakit. Hingga cahaya berwana hijau menyinari telapak tangan milik Harry.

Cahaya hijau tersebut perlahan masuk ke dalam tubuh Draco, cahaya lembut dan hangat, menyembuhkan tubuhnya perlahan. Draco tersenyum lembut melihat ke arah Harry, meskipun saat ini yang dilihatnya adalah sosok yang berbeda, tapi Draco dapat merasakan sihir milik orang terkasihnya.

"Harry .." panggil Draco kembali dengan senyuman khas miliknya, namun tidak butuh waktu lama untuk Draco memandangi wajah manis kekasihnya.

'Bruk'

Tubuh Pansy terlempar jauh hingga terbentur pohon yang tidak jauh dari tempatnya berada, terbatuk pelan hingga mengeluarkan darah, Harmione yang melihatnya dengan cepat menyelamatkan gadis tersebut dengan sihir penyembuhan.

"Kau-!"

'sret'

'bruk'

Sosok tersebut terjatuh dengan pedang yang menusuk tepat di jantungnya, Draco kembali menajatuhkan tubuhnya ke rumput lalu bernapas lega. Setidaknya dirinya berhasil menyelamatkan Harry sebelum terlambat.

Harry terpaku sebentar, lalu mengedipkan kedua bola matanya cepat yang terlihat lucu di mata Draco. jika saja mereka sedang tidak dalam keadaan genting seperti saat ini, Draco sudah mencium Harry saat ini.

"Dray?" panggil Harry terkejut lalu dengan cepat berdiri dan membantu Draco untuk bangun dan berdiri, "kau baik-baik saja?" tanya Harry cemas lalu menatap ke arah Draco dari atas sampai bawah.

"Apa aku terlihat terluka?" tanya Draco tersenyum geli, Harry menggeleng pelan tanpa sadar air matanya sudah jatuh saat dirinya memeluk Draco erat.

Draco mengusap punggung Harry lembut, lalu tersenyum. "Aku senang kau selamat,"

~The King of Emeraldia Kingdom~

Lucius mengepalkan kedua tangannya kuat, lalu menatap ke arah beberapa orang yang mulai di serang, Tom tersenyum senang melihatnya. Mendapatkan Harry sudah ada di depan mata, dan dirinya akan mendepatkanya sebentar lagi.

Lucius menghela napas pelan, lalu menatap kearah Narcissa, "aku-.."

Senyum Tom kini melembar tanda kepuasan, berhasil melakukan penawaran pada Lucius, namun terhenti sata mleihat awan gelap perlahan menghilang, digantikan matahari yang kini bersinar cerah.

Beberapa mayat hidup bahkan menghinlang layaknya sebuah debu yang di tiup oleh angin, raykat bersorak melihatnya.

Lucius tersenyum lega, teror pada kerajaan kini menghilang, tatapannya kini menatap tajam kearah Tom yang menatap marah tidak terima.

"Seharusnya tidak seperti ini! Sial!" pekik Tom marah kesal lalu dengan cepat menghilang dari balik kegelapan, dan cahaya matahari mulai masuk ke dalam ruangan, menjadi cerah dan keberadaan Tom benar-benar menghilang.

Lucius mendesis melihatnya karna kehilangan jejak Tom yang beberapa saat lalu mengamcan bahkan sampai memberikan teror pada rakyatnya.

'Bruk'

Pintu kini akhirnya terbuka, Severus menatap kearah Lucius dan Narcissa dengan pandangan cemas, lalu tak butuh waktu lama, ekspresinya kini kembali berubah menjadi datar.

"Pintu akhirnya bisa di buka!" pekik Hagrid cepat bersorak senang, beberapa pengawal masuk dengan cepat dan langsung memeriksa tempat sekitar, mencari keberadaan Tom untuk diadili karna membuat kekacauan.

"Dia menghilang .." gumam Lucius, mendesis kesal.

"Ada yang terpenting selain hal itu .." Severus emnatap serius kearah Lucius, "kami sudah menemukan jejak Harry dan Draco," lapornya, Narcissa tersenyum lega mendengarnya, dan .. juga keberadaan kerajaan Emeraldia," jelas Severus.

To be Continue .. For the Last Chapter.

(Maaf jika terjadi kesalaha/typo dalam penulisan cerita)

.

.

Preview Last Chapter..

Harry tersenyum, terlihat manis dengan aura sihir yang terasa hangat. "Terima kasih, telah menemaniku hingga sampai rumah," ungkap Harry tulus, "terima kasih untuk selalu setia sampai saat ini pada kerajaanku- kerajaan Emeraldia,"

.

"Pelindung sempurna, James benar-benar mengembangkannya hingga menjadi suatu yang luar biasa yang belum pernah ada!" pekiknya bangga, karna awal mula ide tersebut adalah berasal darinya.

.

Draco mengepalkan kedua tangannya kuat, dirinya mulai bangkit walaupun masih menahan tubuhnya dengan sebuah pedang miliknya, "Harry .."

.

"Tidak lagi!" jawab Harry pasti, "kini Emeraldia bukan lagi menjadi sebuah kerajaan hilang, melainkan kerajaan yang benar-benar ada!" ujar Harry tersenyum manis.

.

Hagrid ikut tersenyum, karna dapat melihat kerajaan itu kembali, "The King of Emeraldia Kingdom,"

...

Sampai jumpa di chapter terkahir~

-Farida Lil Safana-