Exercise: It's Time to Restore My Old Body !!

Beberapa hari setelahnya.

"Ya ampun!Apa yang terjadi sini?"

Seorang perawat memasuki kamar Ensei, hanya untuk matanya terbuka lebar karena terkejut.

Pasien baring tergeletak di lantai, sementara lantai basah di mana-mana sejauh yang dia bisa lihat. Tak hanya itu, pasien juga berkeringat. Pakaiannya dibuang entah kemana.

Nona perawat melemparkan grafik medis di tempat tidur dan segera menekan bel darurat.

"Tolong, seseorang segera ke sini!"

Segera, dokter Furiyama Naoki yang menangani kasus Ensei bergegas masuk ke dalam ruangan.

"Apa yang terjadi? Ada apa dengan Ensei-san?", dokter Furiyama gugup.

"Entahlah. Semuanya baik-baik saja sampai tadi malam, tapi tadi pagi...", Perawat yang mengawasi Ensei tercengang melihat situasi tak terduga ini. Selama 3 tahun Ensei tinggal di bangsal rumah sakit jiwa ini, dia tidak pernah tidur di lantai dalam keadaan seperti ini, kaki kirinya di atas ranjang sementara yang lain di lantai. Apakah sesuatu terjadi pada pasien Ensei?

"Untuk saat ini, mari kita pindahkan dia kembali ke tempat tidur. Satu, dua!"

Dua orang mengangkat Ensei dari lantai dan meletakkannya kembali di tempat tidur. Selama proses tersebut, Ensei langsung tidak sadarkan diri.

"Mari lihat"

Dokter Furiyama kemudian dengan hati-hati memeriksa kondisi Ensei. Namun, dia tidak dapat menemukan sesuatu yang salah dengan pemuda itu.

"Apa sih ... Bukankah dia hanya sedang tidur nyenyak?"

Sudut mata nona perawat berkedut saat dia mengatakan itu.

Dokter Furiyama akhirnya menghela nafas lega. Jika sesuatu terjadi pada satu-satunya pewaris keluarga Ensei, apa yang bisa dia jelaskan? Sialnya, hari ini tuan muda Ensei benar-benar hampir membuat jantungnya jatuh.

Sore itu, pukul 14.30 WIB.

Di ruang VIP di bangsal di rumah sakit jiwa, kita dapat melihat protagonis kita dengan sungguh-sungguh memikirkan cara untuk memulihkan tubuhnya seperti Chu Yunfei di kehidupan sebelumnya dengan membentuk perut six pack.

Di sana, dia ditemani oleh dua hantu Nona Shizuka dan gadis loli Alice, gadis blasteran Belanda (Ya, Ensei sudah tahu nama mereka)yang menjadikan kamar tidur Ensei sebagai rumah mereka sendiri.

"Seumur hidupku, saya belum pernah masuk dan tinggal di kamar mewah seperti ini..."

Alice berkomentar sembari melompat-lompat atas katil empuk.

"Ufufu...apa itu seumur hidup? kamu sudah mati ...loh", komen Shizuka sekena-kenanya.

Wajah Shizuka yang sebelumnya jelek dan tidak bermata sekarang terlihat sangat cantik ketika dia mengembalikan wajahnya seperti sebelum dia mati. Bahkan saat pertama kali Ensei melihatnya, dia cukup tercengang dan mengira hantu yang dilihatnya adalah orang lain, bukan gadis cantik yang kini berada di kamarnya.

"Choi! Sudah tentu saya tahu!Tidak perlu mengingatkan saya lagi. Hmph!!"

Alice menggeram marah dan dia segera meninggalkan kamar Ensei. Ia tidak suka diperingatkan bahwa dia sudah mati karena itu akan mengingatkan Alice pada hari kematiannya. Jadi dia keluar dari kamar Ensei menembus dinding, meninggalkan Ensei dan Shizuka sendirian di kamar.

Shizuka terkikik geli saat dia memainkan rambutnya yang menutupi separuh wajahnya. Dia berbalik dan melihat pemilik kamar tidur. Kontak, wajahnya yang pucat bersemu merah. Astaga, betapa tampannya pemuda ini...

Ensei: "..."

Ensei mengabaikan tatapan berapi-api dari tamu/hantu dan segera bangkit dari bermalas-malasan di tempat tidur. Dia pergi ke cermin besar seukuran manusia yang dipasang di dinding dan lihat tubuh bagian atasnya yang bertelanjang dada. Itu tampak lembut, tidak ada otot yang solid sama sekali. Benar-benar memalukan.

Ensei hanya bisa mengeluh, dia menggosok lengannya yang kurus dan bergumam: "Dengan kekuatanku saat ini, mustahil untuk melanjutkan karirku sebagai hunter. Setidaknya aku harus menunggu sampai tahun depan sampai aku benar-benar kuat."

"Ufufu...aku juga setuju, Ryota-kun~ Lihatlah tubuhmu yang kurus dan tidak berotot sama sekali. Perjuanganmu tadi malam masih butuh waktu sebelum benar-benar tercapai..."

Jawab Shizuka, memecah keheningan di antara mereka berdua.

Ensei: "...", Kenapa terdengar salah ketika mendengar komentar Shizuka? Komentarnya seperti membawa makna tersirat.

"Ne, kapan kamu akan melakukannya lagi? Aku tidak sabar untuk melihatnya ~"

"Berhentilah mengatakan sesuatu yang bisa membuat orang salah paham !", Telinga Ensei memerah. Meskipun apa yang Shizuka katakan adalah tentang olahraga Ensei tadi malam, tapi otak Ensei di mana-mana membayangkan hal-hal yang tidak seharusnya.

"Hehehe.. Ryota-kun. Apa yang kamu pikirkan. Kamu mesum~"

Shizuka tersenyum manis.

"Berisik !"

Sekarang wajah Ensei benar-benar merah seperti kepiting rebus dan dia mencoba mengabaikan hantu ini daripada terus mempermalukannya.

"Ara ara, apakah kamu malu Ryota-kun?"

Shizuka melayang ke belakang Ensei dan langsung memeluknya dengan sensual yang langsung dibalas dengan pukulan keras Ensei kepada hantu tak tahu malu itu sehingga tubuh transparannya terpental dan menempel di dinding tapi anehnya, Shizuka terlihat biasa-biasa saja seperti tidak pernah mengalami kekerasan.

Dan yang lebih aneh lagi, Ensei, dia entah bagaimana bisa menyentuh mereka. Sampai saat ini Ensei bertanya-tanya bagaimana hantu yang tidak bisa dilihat dan disentuh menjadi hal yang begitu mudah baginya untuk melihat dan menyentuh mereka.

"Aaww~, kamu tak asik, Ryota kun~" Shizuka mengerucutkan bibirnya.

"Berisik! Aku mau olahraga. Jangan ganggu fokusku", Ensei mendengus.

"Ya, ya ~ terus bekerja dengan baik sayang. Aku akan memantaumu dari sini ~"

Shizuka berbaring di tempat tidur Ensei. Sambil mengatakan itu, dia menepuk permukaan kasur seolah mengundang Ensei ke sana.

Ensei: "..."

Tentu saja Ensei mengabaikan hantu wanita tak tahu malu ini.

Sejak mengenal Alice dan hantu tak tahu malu ini minggu lalu, kehidupan suram Ensei menjadi lebih lebih hidup dari biasanya.

Meski dia berpura-pura tidak menyukainya, tapi nyatanya Ensei merasa bahwa dengan Shizuka dan Alice di sisinya, mungkin tinggal di rumah sakit jiwa ini tidak membosankan seperti yang dia pikirkan. Setidaknya dia punya teman baru. Ehem, meskipun mereka berdua hantu.

Oke, ayo lupakan hantu tak tahu malu ini dan lebih fokus pada pelatihan olahraga.

Seperti yang Shizuka katakan berulang kali tadi malam, Ensei memulai latihan pertamanya dengan berolahraga sepanjang malam di kamar jadi tidak heran lantai di kamar basah dengan air karena dia sibuk press-up, sit-up, squart, jumping jack, elbow plank dan berbagai jenis olahraga lain yang dapat membantunya membangun stamina dan membangun otot. Dan setiap gerakan olahraga harus dilakukan sebanyak 60 kali sebelum beralih ke jenis latihan olahraga lain.

Hari ini, meskipun tubuhnya lesu dan sakit, Ensei tetap tidak berhenti dan tekadnya untuk berolahraga belum pudar sama sekali. Semangatnya akan membara jika dia membayangkan dirinya di masa depan memiliki otot perut six-pack.

Jadi, olahraga hari ini dimulakan dengan push-up 60 kali. Yah, selama dia punya cukup waktu, dia pasti bisa menyelesaikan "Quest Membentuk Tubuh Yang Sempurna" yang merepotkan ini dalam masa 6-7 bulan, meski tubuhnya mungkin sedikit menderita. Ensei turun ke lantai kali ini dan mulai menekan.

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

Tiga puluh detik kemudian,

"Sepuluh."

"Sebelas."

"Dua belas."

Sekarang Ensei akhirnya menyadari mengapa ada yang disebut pelatihan neraka untuk amatir. Sial, ini benar-benar melelahkan!

'Hah ... Beri aku istirahat.'

Ensei mengeluh, tetapi tidak menghentikan latihan.

"Delapan belas."

"Sembilan belas."

"Dua puluh."

Dia masih memiliki 40 push-up tersisa.

Tiba-tiba tubuhnya terasa berat, seperti ada lemari es yang diletakkan di atas punggungnya hingga ia tidak bisa bergerak sama sekali. Segera setelah itu, hawa dingin menjalar ke sekujur tubuhnya padahal saat itu ruangan sudah terpasang mesin pemanas.

Ensei mendongak dan menemukan Shizuka duduk di punggungnya, duduk sambil memutar-mutar rambut panjangnya. Wajah Ensei penuh dengan garis hitam dan bertanya dengan kesel: "Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Tentu saja aku membantumu berolahraga ~"

Shizuka terkekeh dan berhoho-ria sambil membenarkan posisi duduknya di punggung Ensei. Tentu saja tindakannya tersebut tidak membuat Ensei tergiur dengan tubuh hantu wanita yang duduk di punggungnya namun ia merasa sesak nafas karena beban di tubuhnya semakin berat hingga ia tidak bisa bergerak.

Ensei akhirnya jatuh ke lantai dan mengutuk Shizuka di dalam hatinya: Dia ni... sebelum dia mati makan nasi atau truk? Kenapa tubuhnya bisa begitu berat?

"..."

Merasa bosan karena Ensei tidak melayaninya, Shizuka berhenti menggodanya dan perlahan melayang pergi dengan keluar ruangan, pergi kemanapun dia mau dan meninggalkan Ensei yang akhirnya bisa bernafas lega setelah gadis hantu itu berhenti menggodanya.

Ensei melanjutkan olahraganya yang terhambat karena gangguan Shizuka tadi.

Setelah menyelesaikan push-up, Ensei melanjutkan dengan sit-up, jongkok, dan berlari mengelilingi situs senatorium sebanyak 10 kali hingga kehabisan tenaga. Satu hal yang membuatnya senang adalah bisa berbagi rasa sakit dan lelah dengan perawat yang harus menyusulnya karena Ensei adalah pasien di bawah pengawasannya.

Dan, tiga jam kemudian.

Ensei yang lelah tiba kembali di depan kamarnya. Dia saat ini membungkuk dan terengah-engah. Jantungnya terasa seperti akan meledak setiap saat, tapi dia belum bisa menyerah.

"Aku bekerja sangat keras sampai sekarang, jadi bagaimana mungkin aku akan mengalah begitu saja..."

Ensei entah bagaimana berhasil membuka pintu dan maju selangkah. Ketika dia melakukan itu ...

Itu akhirnya berakhir, pelatihan olahraganya untuk hari ini.

Ensei jatuh berlutut. Napasnya berbau sesuatu yang manis dan pahit. Wajah dan punggungnya basah oleh keringat.

"Apakah kamu senang, Ryota-kun?"

Shizuka pergi ke sisi Ensei dan menyapanya segera setelah dia kembali ke kamar

"Ah ... huff.. jangan tanya. Aku merasa seperti akan mati ...", jawab Ensei. Dia terus berbaring di lantai terengah-engah.

Saat Ensei mencoba mengatur napasnya yang berat dan kasar, keringat tebal terus menetes dari tubuhnya ke lantai.

Ini benar-benar melelahkan, Ensei menghela nafas. Sebelum dia meninggal dia adalah Hunter tipe jarak dekat. Yang dia butuhkan adalah kekuatan, kecepatan, atau bahkan stamina.

Masih butuh banyak usaha, latihan dan kecepatan reaksi sebelum dia bisa debut sebagai bounty hunter.

Ensei meneteskan air mata laki-lakinya dan mengeluh kepada Tuhan: Sial, Kurasa aku protagonis transmigrasi paling malang yang tidak memiliki jari emas seperti di novel ...

Sementara protagonis menangis dengan depresi, hantu cantik itu menatapnya dengan heran, memikirkan apa yang membuat Ensei tiba-tiba emosional. Segera setelah itu, Alice akhirnya kembali ke kamar setelah pikirannya tenang dan dia mulai bersorak lagi hanya untuk melihat situasi tak terduga ini.

Alice memiringkan kepalanya, lucu. "Apa yang terjadi?"

Di lounge, tempat karyawan rumah sakit jiwa bersantai.

"Apa yang terjadi, Kitagawa-san?", Asisten dokter Furiyama yang sedang mencarinya untuk mengetahui status terbaru kondisi Ensei hari ini menatap heran pada perawat yang memantau Ensei kembali dalam keadaan baju berkeringat, rambut kusut, merona wajah dan sesak napas.

"Huff... huff..nona Yukawa, halo... huff.. kurasa Ensei-san mencoba melecehkanku.. selama lima jam dia berolahraga dan berlari 10 kali di sekitar halaman rumah sakit. Aku lelah mengejarnya. ..", Perawat Kitagawa menghela nafas dan mulai mengungkapkan ketidakpuasannya.

Nona Yukawa menatap Perawat Kitagawa dengan aneh dan berkata:

"Kenapa kamu mengejarnya? Kamu tahu Ensei-san akan berulang kali memutar sanatorium jadi kamu bisa menunggunya di satu tempat atau mengejarnya dengan mengendarai sepeda motor, kan? Kalau tidak salah, di tempat ini masih ada sepeda motor yang masih bisa dikendarai di garasi"

Perawat Kitagawa: "..."

Dia terdiam dan berpikir sejenak.

Oh ya, kenapa dia melakukan semua itu tanpa berpikir? Apakah ini karena dia bekerja begitu lama di rumah sakit jiwa sehingga cara berpikirnya juga menjadi tak bener?