Chapter 10

.

.

Sirzechs dan Naruto tampak sudah sampai di sebuah apartemen yang ternyata adalah milik Sirzechs.

Dia menekan kombinasi angka untuk membuka pintu tersebut.

"Ayo kita masuk Naruto" ajak Sirzechs.

Sementara orang yang diajak hanya mengangguk saja.

"Tadaima..." Teriak lelaki berambut merah.

Terdengar ada suara anak kecil yang datang dari arah dapur.

"Selamat datang Tou-sama" sambut seorang anak kecil setelah mendengar suara orang yang dikenalnya.

"Kemarilah Milicas-kun" Sirzechs merentangkan tangannya, si anak kecil langsung menyerbu ke pelukan Sirzechs.

"paman itu siapa ?" dia bertanya setelah menyadari ayahnya tak datang sendiri.

"Oh dia teman lama tou-sama, namanya Namikaze Naruto... ucapkan salam" Sirzechs memperkenalkan Naruto.

"Senang bertemu dengan anda paman Namikaze" salam dari Milicas hormat.

"Ah iya, salam kenal Milicas-kun" membalas salam dari anak Sirzechs.

.

.

Lalu tak berselang lama datanglah seorang wanita dari arah dapur. "Kau sudah pulang, anata ?" ujar seorang wanita cantik berambut silver mengenakan baju lengan panjang berwarna hijau muda dilapisi apron warna putih.

Tapi perhatiannya dari sang suami teralihkan dengan kehadiran pria berambut pirang dibelakang Sirzechs.

"Tunggu... apa kau Naruto-kun ?" wanita yang kita ketahui bernama Grayfia itu bertanya.

"Ahahaha selamat malam Grayfia-san, lama tak berjumpa" balasnya sambil menggaruk belakang kepala.

Sebenarnya Naruto baru tau kalau Sirzechs sudah menikah dan mempunyai anak.

.

.

.

"Orang ini aku undang untuk makan malam bersama kita, oh iya apa dia sudah sampai disini ?" Tanya Sirzechs kepada istrinya sambil sudah menggendong Milicas.

"Katanya dia akan datang terlambat, mari masuk... kasian tuh Naruto-kun sepertinya pegal berdiri terus" dia langsung melengos menuju daput.

"Mari Naruto, kita masuk" ajak Sirzechs.

Naruto hanya mengikuti dari belakang menuju dapur. Setelah sampai Sirzechs menyuruh Naruto untuk duduk dan tak lupa menawarkan minuman apakah ingin kopi atau teh.

"Ngomong-ngomong, kapan kau menikah Sir ?" tanya Naruto.

"Itu sekitar 5 tahun lalu, pokonya saat Rias masih kuliah di semester awal" Sirzechs mengingat pernikahannya.

"Ini kopi kalian" Grayfia datang menyajikan kopi untuk kedua pria tersebut.

"Terimakasih" ucap Naruto sambil langsung mencicipi minumannya.

"Ne, Tou-sama apakah sekantor dengan paman Namikaze ?" Milicas bertanya pada Sirzechs, biasanya ayahnya itu tidak pernah mengajak siapapun berkunjung jadi dia cukup penasaran.

"Naruto ini bukan teman sekantor tapi bisa dibilang dia adalah mitra kerja tou-sama juga dia ini adalah teman lama Tou-sama dulu, dia juga jago main basket loh... walaupun tidak sehebat Tou-sama" untuk bagian terakhir Sirzechs berbisik didekat telinga anaknya namun tetap saja itu bisa di dengar oleh yang bersangkutan.

"Cih... kau hanya menang beberapa kali dan tadi pun cuma beruntung, terus kau juga seperti mengganggap diriku musuh saja saat bermain tadi" Naruto sedikit kesal dengan kesombongan orang ini.

"Tentu saja aku menganggap dirimu musuh, jika yang kau minta padaku adalah sebuah jam mahal yang harganya saja bisa digunakan untuk membeli 3 unit mobil, padahal mobil dan jam tangan yang kau pakai sekarang itu itu sudah sangat mahal terus dari yang aku lihat kalau kau mau membeli jam itu tidak perlu menjadikannya taruhan, kenapa kau meminta jam mahal padahal kau bisa beli apa ada alasannya ?" cibir Sirzechs pada si rambut pirang.

"Lagipula aku juga tak berniat memakai jam itu, aku hanya akan menjualnya lagi saja kan lumayan uangnya" rupanya itu niat tersembunyi Naruto, karena dia tidak mau bertaruh uang jadi dia meminta benda mahal untuk bisa dijual lagi, memang cerdas sekali.

"Kau sendiri kenapa hanya memintaku untuk ikut makan malam bersama sebagai hadiah taruhan ?. Padahal kau bisa minta yang lain, juga kalau kau memang mengajakku makan malam aku bisa saja tanpa harus taruhan seperti tadi, walaupun mungkin dilain hari tidak langsung hari ini" Naruto penasaran kenapa Sirzechs berani mempertaruhkan jam tangan mahal hanya dengan sebuah makan malam.

"Kalau untuk itu aku sengaja memintamu makan malam hari ini bersamaku sebagai hadiah kemenangan karena memang hanya ingin mengobrol lebih lama saja dan aku tau kalau tadi aku ajak untuk makan malam hari ini maka kau akan mencari alasan untuk menolak, ayolah aku sudah tau apa isi otakmu itu" jelas Sirzechs yang lumayan tau perangai si pirang.

"Cihhh sepertinya kau sangat tau semuanya yang menjadi kebiasaanku, aku heran apa kau memang bisa membaca gelagat orang lain." Naruto memutar matanya bosan.

"Tentu saja, aku bahkan banyak belajar tentang psikologi dan aku juga melakukan hal yang sama ke semua mitra kerjaku, supaya aku dapat tau kalau mereka berbohong atau tidak dari cara mereka berbicara atau bergerak, apalagi itu juga bisa digunakan untuk menjebak dirimu yang lumayan bodoh itu" jelas Sirzechs.

Naruto menyipitkan matanya atas apa yang Sirzechs katakan, dia sedikit menganggap kalau Sirzechs ini cukup mengerikan jika dia bisa mengetahui cara ataupun perilaku orang lain ketika berbohong.

Mereka berdua melanjutkan berbincang kadang diisi pertanyaan dari anak si merah kepada ayahnya ataupun Naruto, sedangkan Grayfia masih sibuk dengan masakannya karena malam ini sebelum kedatangan Naruto sebenarnya dia dan Sirzechs akan makan malam dengan orang lain, tapi orang yang dimaksud juga belum sampai kesini, mungkin dia terjebak macet atau apalah.

Saat sedang memasak Grayfia mendengar sayup-sayup suara tertawa dari ketiga lelaki yang ada di meja makan, sepertinya Milicas lumayan bisa cepat akrab dengan Naruto karena terdengar juga dia tampak sangat senang dan antusias ketika Naruto bercerita hal lucu.

.

.

"Sir, toilet di sebelah mana ? Aku kebelet" ucap Naruto menanyakan toilet.

"Oh itu disebelah sana" tunjuk Sirzechs pada pintu yang berwarna putih.

"Terimakasih" Naruto langsung bergegas pergi.

Setelah Naruto masuk, tak lama Sirzechs mendengar pintu depan dibuka dan benar saja seseorang yang dia tunggu telah datang.

.

.

.

.

.

Dengan Rias, tampak saat ini dia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini.

"Akeno temani aku yuk !" dia langsung merayu temannya itu dengan mengalungkan tangannya di pundak Akeno. Tampak si rambut hitam hanya melirik lewat ekor matanya.

"Ayolahhhh... Apa kau masih marah hanya gara-gara tadi pagi ?" tanya Rias.

Akeno nampak pura-pura tidak mendengar Rias, sebenarnya dia tidak marah hanya saja mungkin sedikit jengkel kalau bisa dibilang. Bagaimana tidak, dia lagi-lagi harus terlempar dari ranjang karena menerima tendangan maut dari Rias. "Ayolah Akeno, mau yah menemaniku" si merah masih mencoba membujuk.

"Tidak Rias, ini sebagai hukumanmu. Lagipula sampai kapan sih kau akan menendangku jatuh dari ranjang ?" Akeno memijat kepalanya bingung, kenapa bisa orang secantik dan seanggun sahabatnya ini ternyata punya cara tidur yang brutal.

Si rambut merah hanya tertawa renyah karena ya dia memang beberapa kali membuat Akeno terlempar dari ranjang, karena pada dasarnya ranjang Akeno adalah untuk satu orang.

Rias tersenyum, kemudian menyatukan kedua telapak tangannya untuk meminta maaf pada Akeno.

"Lain kali tidak akan aku ulangi, dan kau tau sendiri kan kalau apartemenku masih dalam tahap renovasi, jadi aku masih akan menginap untuk beberapa waktu"

Akeno kemudian berdiri dan hendak pulang ke kediamannya. "Akeno apa kau benar-benar tidak mau menemaniku ?", mendengar itu Akeno menoleh kebelakang "Tidak, dan kemarikan kunci mobilmu ?"

"Untuk apa ?" dia merogoh tas dan langsung memberikan kunci mobil kepada Akeno.

"Kau berangkat naik taksi atau kendaraan umum lain untuk pergi ke acara makan malamu itu,oh iya... ini juga bagian dari hukuman dan penebus dosamu jika kau masih ingin menginap di apartemenku" Akeno pergi dengan membawa kunci mobil itu.

"Akeno... tapi tempatnya cukup jauh" Rias nampak merengek, "Itu penderitaan mu" ujar Akeno sambil mengangkat bahu seakan tidak peduli

.

.

Dan itulah alasan kenapa saat ini Rias menggunakan taksi.

Nampak dia sudah sampai di depan sebuah hunian yang bisa dibilang harga sewanya cukup tinggi karena itu berada di kawasan elit. Dia langsung masuk kedalam dan memasuki lift untuk sampai dilantai yang dituju yaitu di lantai 12.

Rias sudah sampai di depan pintu bernomor 122, dia langsung saja memasukan sandi dan membuka pintu.

"Aku tiba~ onii-sama" Teriaknya.

Terdengar orang yang dipanggil kakak tadi menyuruhnya untuk langsung kedapur saja.

Dia melepaskan heels yang dia kenakan dan menuju dapur.

Saat sudah di dapur nampak Sirzechs sudah tersenyum padanya, "Kau cukup lama juga sampainya".

"Tadi aku naik taksi dan di jalan lumayan macet" Rias berjalan kearah Milicas yang tersenyum padanya. "Apa kau merindukan Onee-sama mu ini hm Milicas-kun ?", dibalas dengan anggukan oleh si kecil.

Rias mencubit gemas pipi keponakannya itu tapi dia sedikit teralihkan saat ada suara seseorang yang keluar dari kamar mandi.

.

.

"Kamar mandi kalian sangat bagus Sir...zechs" dia terpaku dan terkejut melihat siapa yang di depannya kali ini, seorang wanita berambut merah panjang dengan raut wajah yang seperti juga sama terkejutnya.

Sementara dengan si wanita berambut merah dia hanya bisa diam mematung melihat seorang pria berperawakan tinggi, dan jangan lupakan mata birunya yang indah... orang yang sangat dia rindukan dan kadang menghiasi mimpinya. Jika saja dia berani, jika saja dia punya tekad yang lebih kuat, dia ingin sekali menerjang maju dan memeluk pria tersebut tapi mengingat apa yang terjadi dulu itu membuat tubuhnya hanya diam mematung.

'Naruto-kun' itulah yang dia katakan dengan suara yang sangat pelan bahkan tidak bisa di dengar oleh siapapun dan lebih seperti bisikan.

.

.

Sirzechs hanya tersenyum penuh arti melihat pertemuan dua orang itu, sebenarnya rencana awal pada malam ini dia hanya akan makan malam bersama adiknya tapi kedatangan Naruto tadi siang seperti sebuah hadiah, makanya dia berani mempertaruhkan harga yang sangat mahal agar bisa membawa Naruto dan mempertemukannya dengan Rias.

"Hoi... sampai kapan kalian akan saling berdiri mematung ?, Ayo kemari dan duduklah" ajak si merah. Naruto buru-buru mengendalikan dirinya dari keterkejutan dan langsung berjalan menuju tempat duduknya tadi yaitu di sisi sebelah kiri Sirzechs.

"Rias ?, Apa kau masih akan berdiri seperti itu disana ? Seperti orang yang yang berdemo saja saja" Rias yang sadar dari keterkejutannya langsung duduk di kursi yang kosong namun sialnya itu tepat berada di depan Naruto.

Sirzechs semakin gemas saja dengan keduanya, mereka ini seperti malu-malu tapi mau, padahal umur mereka sudah beranjak 24 tahun tapi masih saja kelakuannya mirip anak remaja yang baru menginjak masa pubertas.

Tak lama Grayfia tiba dengan membawa makan malam, tapi karena sepertinya cukup banyak yang harus dihidangkan Sirzechs membantu membawa beberapa. Tampak saat ini mereka sedang menikmati makan malam yang dibuat Grayfia, untuk Naruto dan Rias keduanya tampak beberapa kali mencoba untuk mengalihkan pandangan saat tidak sengaja mata mereka bertemu.

Sirzechs menjadi orang yang banyak bicara baik itu bertanya pada Naruto ataupun adiknya tapi terkadang dia akan ditegur oleh Grayfia karena terlalu banyak bicara.

Sesudah makan malam mereka habis Grayfia langsung membereskan peralatan makannya dan di simpan di bak cuci piring, Rias membantu kakak iparnya itu tapi alasan sebenarnya karena dia menghindar dari pria pirang yang sedang duduk di meja makan.

.

.

.

"Kaa-sama aku mengantuk", Grayfia yang melihat anaknya itu langsung membawa Milicas ke kamar dan menemani anaknya itu, sementara Sirzechs dia masih di meja makan untuk menemani Rias dan Naruto.

.

.

Sirzechs beranjak dari meja makan dan membuka lemari, ternyata dia mengambil sebuah botol anggur. "Nahhh bagaimana kalau kita minum-minum dulu" ajak Sirzechs.

"Baiklah tapi aku tidak akan terlalu banyak" Naruto menerima gelas yang diukurkan Sirzechs.

"Apa kau akan ikut Rias ?" tanya sang kakak dan dibalas anggukan oleh Rias.

Sirzechs mengisi gelas mereka dan punya dia sendiri, "bersulang" ujar mereka menempelkan gelas masing-masing. Mereka menyesapnya dengan pelan sambil menghirup aroma anggur tersebut.

"Hey kalian dari tadi tidak saling bicara sama sekali" Sirzechs bersidekap dada melihat dua pasangan muda itu. Naruto menghembuskan nafas "Jadi kami harus apa ?".

"Ya setidaknya kalian bisa menyapa walaupun hanya sekedar say 'hi' atau apalah itu... Kalian seperti bertemu dengan orang asing saja" Sirzechs kembali menyesap anggurnya.

"Bagaimana kabarmu Rias ? Sudah lama kita tidak bertemu" Naruto langsung mempraktekkan sindiran Sirzechs tadi. Sementara Rias terlihat gelagapan untuk membalas sapaan Naruto walaupun terdengar dipaksakan.

"A-ah aku... Kabarku baik" Rias cukup gugup menjawab Naruto. "Tidak buruk" Sirzechs menilai sapaan mereka.

Nampak si pria merah sepertinya punya rencana bagus untuk membuat Naruto dan Rias berdua saja.

"Maaf aku izin ke kamar mandi dulu sebentar" Sirzechs langsung pergi dari sana tapi niat sebenarnya dia hanya ingin membuat mereka berduaan, siapa tau ada hal menarik yang terjadi saat dia tidak ada. Sirzechs bersembunyi dibalik tembok dapur dan mengawasi mereka karena dia mengerti sebenarnya mereka ingin saling bercengkrama cuma ego mereka terlalu besar dan Sirzechs tau akan hal itu.

.

.

Setelah kepergian Sirzechs terlihat mereka berdua masih hanya diam tak bersuara.

Rias hanya menundukkan kepalanya sementara Naruto dia mengalihkan perhatian dan pandangan pada tempat lain seperti lampu, dapur dan benda lain. Tapi sepertinya dia kurang nyaman dengan suasana canggung itu dan ingin mencoba mencairkan suasana.

"Rias...", sontak Rias yang mendengar suara itu menganggat kepalanya dan melihat kearah Naruto, saat menyadari itu dia sedikit malu dan mengakibatkan pipinya sedikit memerah.

Naruto kembali bicara "Aku rasa sapaan tadi terdengar tidak sopan jadi akan aku ulangi lagi, bagaimana kabarmu Rias ?". "Ahhhh itu, hmm kabarku baik Naruto-san" Rias masih tampak gugup berbeda dengan Naruto yang mulai sedikit rileks.

"Sudah lama tidak bertemu rupanya kau tidak banyak berubah, tapi aku rasa kau sekarang pasti sudah menjadi wanita yang sukses dan mandiri" Naruto kembali menyesap anggurnya. Rias seperti belum siap untuk bertemu Naruto, walaupun dia sudah tau kalau Naruto ada di Jepang tapi pertemuan ini terlalu mendadak.

"Ti-tidak juga ko haha, aku belum menjadi orang hebat ataupun sukses".

"Hmm begitukah" Naruto memegang dagunya, sementara Rias yang ditatap semakin gugup saja apalagi dengan Naruto tampak semakin hot saja dimatanya. Bayangkan saja dulu pria yang terlihat urakan, cerewet, hangat dan masih kekanak-kanakan saja bisa membuatnya jatuh cinta apalagi sekarang auranya tampak tegas dan dewasa ditambah dengan perilaku yang lebih tenang itu tidak mengurangi aura hangat Naruto malah membuatnya tampak seperti alpha male yang cukup dominan.

Naruto mencoba banyak membuka obrolan walaupun hanya dengan pertanyaan kecil tapi itu lama-lama membuat Rias cukup bisa menghilangkan kegugupan yang dia alami.

.

.

Sirzechs yang merasa situasi sudah cukup mencair akhirnya memutuskan kembali.

"Aduh maaf agak lama" dia mendudukan pantatnya di kursi tadi.

Mereka melanjutkan acara minumnya dengan ditemani obrolan santai dan ringan, karena suasana yang sudah mencair dan kadang mereka akan bercanda juga walaupun tidak sampai menimbulkan suara tawa yang keras dan hanya kekehan kecil saja tapi itu sudah cukup ada peningkatan daripada tadi yang hanya saling terdiam.

Waktu berjalan dan hari semakin larut, jam juga sudah menunjukkan pukul 22:05.

"Sir, ini sudah semakin larut dan aku harus pulang, apalagi besok juga aku harus pergi ke kantor". Sirzechs melirik kearah jam dan memang sudah cukup malam apalagi jarak ke Tokyo lumayan jauh juga.

"Rias apa kau mau menginap ?" tanya kakaknya. "Ah aku tidak bisa onii-sama, besok aku ada rapat dengan yang lain membahas untuk acara musim dingin nanti" Rias membereskan tasnya.

"Baiklah jika kalian berdua mau pulang dan tidak mau menginap". Sirzechs bangkit dan mengantar keduanya sampai ke pintu depan.

.

.

.

"Aku pulang dulu Sir, sampai jumpa" Naruto berpamitan.

"Aku juga pulang dulu onii-sama, sampaikan salam juga pada Onee-sama".

"Baiklah... hati-hati dijalan kalian berdua, oh iya jika kalian memang tidak pulang ke rumah dan memilih menginap di hotel berduaan saja aku tidak keberatan loh" goda Sirzechs.

Naruto langsung pergi saja diikuti Rias. Nampak mereka saat ini tidak bersuara sama sekali, sepertinya suasana cair diantara mereka kembali membeku.

Setelah tanpa ada kata atau suara diantara merek berdua sekarang keduanya sudah berada di depan gedung apartemen Sirzechs. Naruto yang melihat rias celingak celinguk akhirnya memberanikan diri untuk membuka mulut "Apa kau tidak membawa kendaraan ?'. Dibalas gelengan kepala oleh Rias.

Naruto tau sekarang rupanya Rias sedang menunggu taksi. Sepertinya tidak ada salahnya bagi Naruto untuk mengantar Rias, lagian ini juga sudah cukup malam dan bisa berbahaya bagi wanita seperti Rias jika pulang sendiri.

"Apa kau pulang ke arah Tokyo ?". Rias menoleh mendengar pertanyaan Naruto, dia mengangguk mengiyakan pertanyaan tadi.

"Tunggu disini, aku mau mengambil mobil dulu" setelah itu Naruto pergi kearah basemen tempat mobilnya terparkir.

.

.

"Ayo cepat masuk !, Aku juga pulang kearah Tokyo jadi kita sekalian saja bareng" ajak Naruto sambil membukakan pintu. Rias sempat ragu tapi sepertinya tidak masalah juga kalau dia ikut nebeng.

Setelah Rias masuk dan menggunakan sabuk pengaman Naruto langsung menginjak pedal gas mobilnya dan menjalankannya dengan kecepatan sedang.

Tampak mereka kembali saling diam, entah kemana suasana cair yang sempat terjadi diantara mereka tadi. Rias juga cukup gugup bisa berduaan di mobil seperti ini dengan Naruto. Aura Naruto terlalu kuat dan menggoda membuat Rias bisa saja bertingkat aneh jadi dia memutuskan untuk berdiam diri.

Untuk Naruto, dia sebenarnya juga ingin mengajak Rias untuk berbicara tapi dia seperti ragu dan pikirannya berkecamuk, dia sangat ingin kembali akrab dengan wanita ini tapi dia takut kalau ternyata Rias akan merasa terganggu.

Kurang lebih 15 menit mereka saling terdiam dan sibuk dengan pemikiran dan dunia masing-masing namun akhirnya Naruto sudah membulatkan tekadnya untuk berbicara pada gadis di sebelahnya.

Saat ini mobilnya terhenti karena lampu lalulintas sedang berwarna merah. "Hey Rias..." "Naruto-san..." keduanya secara kebetulan saling memanggil dan terjebak dengan saling terdiam mengagumi keindahan sosok masing-masing.

Naruto seolah tersihir melihat gadis dihadapannya ini, wajah yang cantik ditambah mata bulat berwarna blue green itu sangat menenangkan jika dilihat, pipi yang sedikit chubby dengan hidung kecil yang mancung dan ditambah bibir tipis berwarna merah muda yang sedikit terbuka seolah mengundang untuk dijelajahi.

Rias juga terpaku melihat wajah pria yang selama ini selalu hadir di mimpinya itu, wajah yang terpahat sempurna dengan mata berwarna blue sapphire yang jika ditatap seakan menarikmu untuk terus menjelajahi dalamnya mata itu, pipi yang tampak tegas dan sudah tak terlihat lagi baby fat diwajahnya. Bibir yang sedikit berisi itu membentuk curva seperti senyuman tipis.

Jangan lupakan juga bahunya tampak lebar dan kokoh menunjukkan bahwa otot didalamnya terpahat sempurna.

.

.

Keduanya secara tak sadar memejamkan mata dan mulai mendekatkan wajah satu sama lain.

Jarak kian terkikis diantara keduanya, Naruto tampak menaruh tangan kanannya di bau Rias sementara tangan kiri mencoba menyingkirkan rambut yang sedikit mengganggu. Begitupun dengan si rambut merah dia mengelus dada Naruto yang kian mendekat.

Mereka menahan nafas saat jarak kurang lebih 5cm lagi dan tampak sepertinya rasa saling cinta diantara mereka tidak memudar walaupun beberapa tahun mereka berpisah malah rasa rindu yang kian mendalam mendera mereka.

.

.

Tiiiiiittttt... Tiiiiiiit...

Terdengar suara klakson kendaraan di belakang mobil Naruto, cukup gemas juga melihat kendaraan di depan mereka tidak kunjung bergerak juga padahal lampu sudah berubah hijau.

Naruto dan Rias yang terkejut langsung memisahkan diri, Rias juga mendorong dada Naruto agar menjauh. Keduanya sadar atas apa yang hampir mereka lakukan, tampak wajah Rias sudah sangat memerah karena menahan malu, bagaimana bisa dia hampir berciuman dengan Naruto padahal ini pertama kali mereka bertemu kembali.

Untuk Naruto dia sama malunya seperti Rias, dia tidak menyangka hampir lepas kendali seperti tadi, dia seakan melupakan semuanya. Dia mencoba menenangkan diri sambil fokus menyetir, matanya mencoba melirik kearah samping tempat wanita berambut merah berada dan terlihat Rias baginya tampak semakin cantik saja jika malu-malu seperti itu, oh Naruto merasa dia tak akan bisa tidur malam ini dan akan terus terbayang momen memalukan tadi.

Saat keadaan mulai tenang dan mereka sudah ada di wilayah Tokyo, Naruto mencoba bertanya pada Rias "Rumahmu dimana ?".

Rias mencoba melihat kearah jendela rupanya saat ini sudah sampai di Tokyo, "Ah nanti aku turun saja 2 blok sesudah taman kota, aku akan ke apartemen temanku".

"Ahhh aku kira kau mau aku antar sampai rumah" ujar Naruto. Dia sebenarnya tau letak rumah Rias hanya saja dia mencoba memastikan daripada so tau, bisa saja kan kalau selama dia tidak ada Rias pindah rumah.

.

.

Tak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai di gedung apartemen yang Rias maksud. Naruto sepertinya cukup familiar dengan tempat ini, "Ini seperti gedung apartemen Akeno-chan tinggal".

Rias yang hendak turun dari mobil Naruto sedikit terhenyak bagaimana Naruto bisa tau Akeno tinggal disini, "Kenapa kau tau Akeno tinggal disini ?".

Naruto menoleh "Ya aku pernah mengantar Akeno-chan pulang, dan beberapa kali kami juga makan bersama serta terlibat pekerjaan langsung".

Rias mencerna perkataan Naruto barusan. Tunggu, Naruto dan Akeno terlibat pekerjaan langsung ? Kapan ? Padahal selama ini Akeno selalu bersamanya kecuali pas dia izini kerja karena ada kencan buta dari sang ibu.

Atau jangan-jangan saat itu mereka bertemu ?.

"Kapan kalian bekerjasama ?" Rias mencoba memastikan. "Hmmm saat sedang proses syuting di mall Starlight, Aku dan Akeno yang mengawasi proses itu" jelas Naruto.

Ternyata benar pemikiran Rias, 'Sialan kau Akeno, kau merahasiakan ini dariku dan tidak bicara apapun tentang Naruto' hardik Rias dalam hati.

"Terima kasih atas tumpangannya" Rias langsung membuka pintu mobil, tapi saat hendak membuka pintu tiba-tiba Naruto memegang tangannya, "Tunggu sebentar, ada yang ingin aku tanyakan" Naruto mencegah Rias pergi.

"Mau menanyakan apa ?" Rias kembali duduk mencoba mendengar pertanyaan Naruto.

Naruto menarik nafas kemudian menghembuskan nafasnya perlahan, "Saat kau memutuskan untuk berpisah denganku, kalau boleh tau... apa alasannya ?".

Rias terdiam mendengar pertanyaan Naruto, dia kembali mengingat momen itu dimana dia harus berpisah dari lelaki ini. Jujur dia juga sangat menyesal, dia mendapatkan perlakuan yang berbeda dari Naruto, jika orang lain melihatnya sebagai anak dari Lucius Gremory sang pengusaha di bidang distribusi dan memiliki banyak cabang mall ataupun hotel ataupun ada juga yang melihatnya sebagai murid peringkat nomer 1 di sekolah dan karena kecantikannya, banyak murid yang menjadi minder untuk berteman dengannya sehingga dia tidak banyak memiliki teman selain Akeno yang selalu ada di sampingnya.

Tapi saat itu pria ini berbeda, dia selalu ada cara untuk mengganggu dan mendekati Rias dan dia jugalah yang bisa melepaskan topeng Rias. Dia yang selalu tampak dewasa dan berfikiran serius namun pada kenyataannya dia hanyalah gadis biasa yang ingin memiliki teman untuk diajak bercanda dan dia juga ingin berkumpul seperti gadis lain membicarakan seperti kekasih atau hal yang terdengar naif lainnya.

Dia ingin seperti itu tapi sangat sulit, dan bersama Naruto lah dia bisa melakukan semua itu seperti bermain di play zone bersama, membicarakan hal konyol dan saling berbagi rahasia juga layaknya remaja biasa tanpa melihat status keluargamu ataupun penampilan dan fisikmu.

.

.

Rias masih belum menjawab pertanyaan Naruto, dia bingung apakah harus berbicara jujur atau malah kembali berbohong seperti dulu.

"Aku rasa jawabannya masih sama seperti dulu" Rias memalingkan wajahnya.

"Benarkah... Apa kau memutuskanku hanya karena kau bosan dan merasa kalu itu hanya membuang waktumu untuk belajar ?", tampak Rias melihat sedikit raut sedih dan kecewa dari Naruto.

"Aku tak percaya, aku rasa kau memiliki alasan lain... Jika kau memang bosan denganku terus kenapa setiap kita bersama kau selalu bisa melepaskan semua perasaanmu yang selalu kau sembunyikan" Naruto masih belum puas dengan jawaban Rias, baginya itu terlalu sepele dan mengambang jika mereka putus dengan alasan bosan dan mengganggu waktu belajar, bahkan Naruto juga selalu ikut belajar bersama di perpustakaan menemani Rias.

Rias melepaskan cengkraman Naruto, dia lalu membuka pintu "Maafkan aku tapi itulah alasan kenapa kita berpisah", dia melengos pergi menuju pintu masuk.

Naruto melihat kepergian Rias dengan perasaan yang campur aduk, dia bertekad akan mencari tahu alasan mereka putus dulu. Setelah dia melihat Rias sudah masuk Naruto memutuskan untuk pergi pulang ke kediamannya.

Tak disadari oleh Naruto sebenarnya Rias berjalan sambil menahan tangis dan tampak air mata juga sudah keluar dari matanya, dia menggigit bibir bawahnya mencoba menahan suara yang akan keluar.

Dia ingin memberitahu Naruto alasan sebenarnya tapi entah mengapa dia tak sanggup, dia tak ingin membebani Naruto yang saat itu masih remaja jika dia memberitahu hal yang sebenarnya.

Rias mempercepat langkahnya lalu masuk kedalam apartemen, Akeno yang memang sedang menunggu Rias tampak terkejut melihat temannya sedang menahan tangis, dia langsung memeluk Rias dan pecahlah semua tangisan yang dari tadi dia tahan.

Akeno kembali melihat sisi rapuh Rias setelah terakhir kali dia melihatnya adalah saat putus dari Naruto. "Akeno... Aku kembali membohongi dia, dan rasanya sangat sakit" Rias menangis sesenggukan di pelukan sahabatnya, tanpa diberitahu lebih lanjut Akeno sudah faham kenapa temannya ini bisa menjadi seperti ini. Akeno sedikit tersenyum bukan karena dia senang Rias menangis tapi dia senang kalau mereka sudah bertemu dan itu berarti mereka bisa menyelesaikan masalah mereka. Akeno hanya menenangkan Rias dengan mengelus punggung gadis merah itu.

Setelah beberapa menit Rias menangis kina tampak sudah tak terdengar lagi suaranya diganti dengan nafas pelan yang teratur, Akeno melirik sepertinya Rias tertidur. Dia langsung meluruskan tubuh temannya itu dan menarik bagian depan sofanya agar menjadi lebih seperti kasur. Mewah juga apartemen Akeno ini.

Habis itu dia beranjak menuju kamar untuk mengambil selimut, lalu dia merebahkan diri disamping Rias dan tidur bersama.

.

.

.

Naruto saat ini sudah sampai dirumah, dan dia tampak sedang di kamar mandi.

Dia mengguyur badannya menggunakan air dingin dari shower. Naruto menundukkan kepalanya, namun jika dilihat lebih dekat nampak daei kedua matanya mengalir air mata bercampur dengan air dari shower. Setelah beberapa saat dia nampak sudah tenang dan menyudahi acara mengguyur diri sendiri itu.

Dia pergi menuju lemari dan memakai baju tidur berwarna kuning cerah, dia merebahkan dirinya di kasur mencoba untuk pergi kealam mimpi namun tak kunjung bisa.

Dia menghela nafas, sepertinya malam ini dia akan begadang.

.

.

.

.

.

.

.

TBC