Chapter 11

.

.

.

Terlihat Naruto belum juga bisa untuk tidur, padahal dia sudah mencoba beberapa cara tapi nyatanya tak ada yang berhasil.

Dia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul setengah 3 dini hari.

"Huhhhh kenapa susah sekali untuk tidur" Naruto cukup stress juga karena matanya tak kunjung mengantuk. Naruto bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju dapur.

Dia melihat sekeliling rumah yang gelap karena sudah kebiasaan sang ibu jika akan tidur dia akan mematikan semua lampu mulai dari ruang tengah, dapur dan ruangan lain.

Memang sedikit menyeramkan suasana gelap begini apalagi Naruto yang takut akan hantu, tapi dia tetap mencoba memberanikan diri untuk mengambil minuman di kulkas dan duduk di meja makan. saat sedang duduk tiba-tiba Naruto merasakan ada tangan yang menyentuh bahunya, sontak dia langsung pucat dan berkeringat dingin.

Naruto mencoba meraih tangan yang bertengger di bahunya itu walaupun dalam hati dia sangat takut, tapi dia merasakan tangan itu sangat lembut dan terasa hangat, tunggu... Apa tangan hantu memang hangat ?.

Naruto memberanikan diri melihat apa yang ada dibelakangnya namun setelah mengetahui siapa pemilik tangan tadi perasaan takut yang sempat melanda langsung sirna, karena itu adalah tangan sang ibu.

"Kau belum tidur Naru-chan ?" Kushina mendudukkan diri disamping putra sulungnya.

"Aku tidak bisa tidur Kaa-chan" Naruto menyenderkan kepalanya di pundak sang ibu. Kushina mengelus kepala anaknya ini, sudah lama sejak terakhir kali Naruto tampak manja seperti sekarang.

"Apa yang membuatmu tidak bisa tidur hmm ?" sambil melanjutkan elusannya.

"Aku kembali bertemu dengannya Kaa-chan" Naruto semakin nyaman dengan elusan ibunya.

Kushina tau siapa orang yang dimaksud Naruto, gadis berambut merah panjang dan sangat cantik dan sedikit pemalu itulah yang kesanKushina saat bertemu pertama kali dengan gadis itu.

Dan dia masih ingat bagaimana dulu Naruto sangat senang dan bangga saat mengenalkan dia sebagai pacar pada Kushina.

Itulah pertama kali bagi Kushina melihat Naruto membawa sorang gadis dan sampai sekarang pun dia adalah satu-satunya wanita yang Naruto kenalkan sebagai kekasih.

.

.

"Jadi bagaimana perasaanmu saat bertemu kembali dengannya ?" Kushina meraih kepala putranya itu dan menyentuh kedua pipinya.

Naruto nampak memejamkan matanya, "Aku bingung Kaa-chan. Di satu sisi aku sangat senang bisa berjumpa dengan dia tapi di sisi lain aku masih merasakan sakit bagaimana hubungan kami berakhir saat itu, bahkan aku kembali bertanya alasan dia memutuskanku tapi jawabannya masih sama"

"Apa kau masih mencintainya ? Kalau memang iya maka kerjarlah dia sama seperti dulu tapi jika kau menyerah dan merasa lebih baik kalau kalian tidak bersama lagi maka jauhi dia dan jangan terlibat kedalam sesuatu yang berkaitan dengan dia lalu coba buka hatimu bagi orang lain, Kaa-chan yakin pasti banyak yang menyukaimu ko" Kushina memberikan saran untuk putra sulungnya.

Naruto mendengarkan semua saran ibunya, dan dia juga akan memutuskan apakah kembali mencoba bersama dengan Rias atau akan mencoba membuka lembaran baru dengan mencari wanita lain yang bisa mengisi hatinya.

"Sudah... sekarang kau kembali ke kamar dan tidur, besok kan harus bekerja" Kushina mengecup kening Naruto.

Naruto hanya tersenyum mendapat perlakuan penuh kasih sayang dari ibunya. Walaupun disuatu waktu dia bisa menjadi sangat kejam namun sisi keibuan seperti ini yang membuat Naruto bersyukur dia dilahirkan oleh Kushina.

"Kaa-san kembali ke kamar dulu ya" Kushina pergi dari sana. Sedangkan Naruto menghabiskan minumannya terlebih dahulu sebelum kembali ke kamarnya.

.

.

Dia langsung bergelung dengan selimut dan tak lama kemudian dia sudah pergi ke alam mimpi dengan senyuman yang terpatri diwajahnya.

.

.

.

.

Pagi hari di rumah Namikaze.

Nampak setiap pagi sepertinya selalu ada saja hal yang menarik dan heboh dirumah keluarga yang satu ini.

Kali ini kehebohan itu terjadi karena ada kunjungan tiba-tiba dari orang tua Minato yaitu Jiraiya dan Tsunade.

"Heyyy Minato ayolah ikutlah denganku, dan aku jamin kau akan melihat surga disana" nampak Jiraiya berbisik di telinga putranya.

"Aku tidak mau ikut !.. Lagian apa kau lupa ?, Terakhir kali kesana kita harus berakhir dengan menginap di rumah sakit ketahuan dan dihajar oleh Kaa-san maupun istriku" tolak Minato atas ajakan Jiraiya.

"Tapi aku jamin, untuk kali ini kita tidak akan ketahuan. Aku sudah punya tempat terbaik untuk bersembunyi" sepertinya Jiraya belum menyerah mengajak Minato. Dan hanya gelengan kepala saja yang Jiraya dapatkan sebagai balasan.

"Aish... Kau tidak asik Minato" hela nafas Jiraiya. "Aku tak mau mengambil resiko dihajar Kushina, tou-san" Minato memberitahu alasan dia tak mau ikut.

Jiraya mengerti namun dia teringat sesuatu dan mencoba mengambilnya di saku bajunya. "Baiklahhh tapi, untuk yang satu ini kau tidak akan menolak kan ?".

Minato menerima pemberian Jiraya yang ternyata adalah sebuah buku bersampul hijau, dia membuka buku itu dan sedikit membaca namun tiba-tiba wajahnya memerah.

"Hehe... Itu adalah novel terbaru Icha-icha miliku, dan ini masih belum di rilis loh" Jiraya merangkul pundak anaknya itu, ini merupakan harta karun bagi Minato jika dia bisa punya novel ini sebelum dirilis di pasaran, dan dia juga berencana untuk memamerkan ini pada Kakashi asistennya yang merupakan penggemar berat dari seri novel cha-icha ini.

Minato akui kalau ayahnya ini bisa dibilang sangatlah hebat selain dulu dia menjadi pebisnis sukses yang membuat Namikaze Corp punya nama besar tapi setelah pensiun pun dia tetap bisa menjadi hebat di bidang lain seperti menulis, walaupun yang dia tulis adalah novel erotis. Dan hebatnya lagi novel buatannya selalu bisa menjadi best seller dan tidak hanya berbahasa Jepang saja tapi sudah dicetak dalam beberapa bahasa lain juga, memang tidak main-main kehebatan Jiraiya ini. Padahal dulu Minato kira sesudah pensiun Jiraya hanya akan bersenang-senang dengan minum ataupun bejudi tapi dia bisa mencari kegiatan lain yang menguntungkan.

Minato melanjutkan bacaannya sambil terkekeh pelan ditemani oleh Jiraiya, sementara Tsunade saat ini dia membantu Kushina memasak di dapur.

"Kushina apa cucu-cucu ku sudah bangun ? Mereka belum keliatan dari tadi" Tsunade penasaran kenapa tak cucunya tak kunjung muncul juga padahal ini sudah cukup siang.

"Paling sebentar lagi mereka akan muncul kaa-san" balas Kushina.

Benar saja tak membutuhkan waktu lama terdengar suara dari lantai atas, rupanya itu dari Naruko dan Menma.

"Selamat pagi" ucap mereka berdua... Dan nampak keduanya melihat seseorang bersama Minato.

"Selamat pagi cucu-cucu ku tercinta" Jiraiya membalas sapaan pagi kakak beradik itu.

"Waaaaa ada Oji-chan" Naruko berlari dan langsung disambut oleh Jiraiya dengan pelukan hangat. "Cucuku ini semakin cantik saja".

Menma hanya berjalan santai dan menghampiri mereka di meja makan "Kapan Oji-chan datang ?".

"Ah belum lama, nenekmu katanya sangat merindukan cucu-cucunya jadi kami kesini saja" terang Jiraya, Menma hanya mengangguk faham.

Kushina datang dari arah dapur membawa kopi dan susu untuk mereka tapi dia belum melihat putra sulungnya, sepertinya dia belum bangun karena tidak bisa tidur semalam.

"Ne Ruko-chan, bisa tolong bangunkan Nii-san mu ? Sepertinya dia masih belum bangun" pinta Kushina dijawab dengan anggukan dan Naruko langsung melesat ke kamar kakaknya.

.

.

Kamar Naruto

Naruko langsung membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu dan benar saja kakaknya masih belum bangun. Dia naik ke kasur dan mencoba membangunkan Naruto.

"Nii-chan bangun, ini sudah siang" Naruko mengguncang tubuh kakaknya supaya bangun, namun sepertinya itu masih belum cukup dibuktikan dengan Naruto yang hanya menggeliat saja. Naruko mencoba menepuk pipinya namun tiba-tiba dia malah dipeluk oleh Naruto.

"Jangan berisik Rias... Aku masih mengantuk" dia semakin menyamankan pelukannya, sementara Naruko mencoba berontak karena tidak nyaman apalagi Naruto membenamkan kepalanya di ketiak.

"Nii-chan ini aku Naruko... bukan Rias" dia terus mencoba melepaskan kepalanya dari ketiak Naruto.

Gadis kecil itu semakin berontak dengan memukul dan menendang pelan kakaknya, namun Naruto yang sedikit jengkel karena dari tadi terus mendapatkan pemberontakan dari orang yamg sedang dalam pelukannya itu yang di dalam mimp Naruto adalah Rias. Lalu dia semakin merapatkan kepala itu di ketiaknya.

"Hm..." Naruto bergumam tak jelas tapi dia merasakan ada yang janggal saat dia menyentuh kaki orang yang dia peluk, tunggu... perasaan dia sedang memeluk Rias tapi kenapa rasanya seperti memeluk anak kecil. Dia membuka matanya dan mengerjap beberapa kali, setelah kesadarannya terkumpul dia sadar itu hanya tapi sepertinya ada yang memberontak di pelukannya, dia melirik dan terlihat sebuah kepala berwarna kuning sedang mencoba lepas dari ketiaknya.

"Naruko...!?" dia refleks melepaskan kepala itu. "fuah... Akhirnya kepalaku terbebas juga, dan juga ketiakmu bau sekali Onii-chan" keluh Naruko sambil menutup hidung.

"Apa yang sedang kau lakukan di kamar Nii-san ?" Naruto bertanya pada adiknya.

"Tentu saja untuk membangunkan mu, tapi siapa itu Rias nii-chan ?" Naruko bertanya dengan pose penasaran.

Naruto memegang kepala adiknya "kau masih kecil untuk bisa mengerti".

Naruko menggembungkan pipinya tanda tidak puas karena pertanyaan tadi tidak dijawab oleh kakaknya. "Cepat mandi saja sana Onii-chan, semuanya sudah ada di meja makan... oh iya dibawah ada Oji-chan sedang berkunjung" setelah mengatakan itu Naruko bergegas turun dan pergi menuju meja makan.

"Heh tumben sekali mereka berkunjung bukan di hari libur" Naruto lalu pergi mandi.

.

.

Pindah ke meja makan

.

.

Terlihat semua orang kecuali Kushina, melihat kearah Naruko yang sehabis kembali dari membangunkan kakaknya, namun sepertinya penampilan Naruko sedikit berbeda karena rambutnya nampak acak-acakan.

"Ruko-chan kenapa rambutmu berantakan ?" tanya Tsunade yang sudah selesai membantu memasak bersama Kushina tadi.

"Ini semua karena onii-chan, dia menjepit kepalaku dengan ketiaknya yang bau itu obaa-chan" Naruko mengadu dengan eksepsi jengkel yang sangat imut.

"Sudah kemarilah, biar obaa-chan perbaiki rambutmu" dan dituruti oleh Naruko, dia saat ini duduk dipangkuan Tsunade yang sedang mengepang rambut pirang cucunya itu.

.

.

Tak butuh waktu lama bagi Naruto untuk menyelesaikan ritual paginya, kini dia sedang berjalan menuju meja makan.

"Akhirnya pangeran tidur kita sudah bangun" ujar Jiraiya, Naruto hanya mengangkat bahu saja.

"Kapan kalian sampai ji-san, baa-san ?" Naruto bertanya pada nenek dam kakeknya. "Kami sampai pukul 6 tadi, dan apa-apaan itu hah kau seperti biasa saja melihat kakek dan nenekmu ini berkunjung" Tsunade nampak kesal dengan cucu pertamanya itu.

Naruto memutar bola matanya bosan, ayolah padahal sebelum dia pulang ke Jepang justru orang yang paling sering mereka berdua kunjungi adalah Naruto kadang juga mereka berdua akan menginap selama beberapa minggu di rumah Naruto yang dulu apalagi kakeknya Jiraiya itu, mungkin Naruto berani bilang kalau Jiraiya lebih sering mengunjungi dia daripada ke rumah utama Namikaze.

Langsung saja dia berjalan menuju kursi yang kosong tepat di samping Menma. Naruto melihat adiknya itu yang terlihat cukup sibuk membaca sebuah buku, "tumben sekali kau membaca buku pelajaran" karena setau Naruto adiknya ini jarang sekali mau untuk belajar secara mandiri tanpa harus menunggu titah Kushina, yah tidak beda jauh seperti Naruto dulu.

"Karena hari ini ada ulangan di jam pertama dan jika nilaiku jelek kau tau sendiri lah siapa yang akan mengamuk, jadi terpaksa" jawab Menma tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku.

.

.

Kushina kembali lagi daei dapur dan membawa sarapan pagi mereka, dibantu oleh Minato.

Setelah semua mendapat porsi dan bagian masing-masing dimulailah acara makan pagi bersama keluarga besar Namikaze itu.

.

.

.

Dengan Rias dan Akeno

.

.

Mereka saat ini sedang berada di lift menuju tempat kerja mereka.

Rias tiba-tiba teringat dengan kejadian semalam "Akeno ?" tegurnya dengan pelan.

Akeno menanyai sahabatnya itu, "kenapa ? apa ada yang mengganggu pikiranmu Rias ?".

"Ya aku ingin bertanya... Kapan kau bertemu dengan dia ?" tanya Rias tanpa melihat kearah orang yang dia ajak bicara itu.

Akeno mengerti dengan siapa yang dimaksud Rias, "hmmm apa kau ingat saat aku pulang terlambat ?... aku bertemu dengan dia saat itu" jawab Akeno yang kali ini menatap langit-langit lift.

"Hah ??? Jadi kau bertemu dengan dia bukan karena pekerjaan ?" Rias kembali bertanya namun dengan wajah yang sedikit kesal.

Akeno tidak menjawab tapi hanya terkekeh pelan.

"Tega sekali kau, tidak memberitahu ku kalau sudah bertemu dengannya" Rias menatap Akeno dengan ekspresi marah yang dibuat-buat.

"Eh... Bukannya aku sudah pernah bertanya padamu apakah mau aku ceritakan dengan siapa saat itu mengobrol di taman ?" Akeno mencoba mengingatkan Rias.

"Aish... Jadi pada waktu itu ya" Rias mengusap wajahnya dengan telapak tangan. "Salahmu sendiri kenapa tidak mencoba menggali info lebih lanjut fufufu" tawa khas Akeno.

"Terus kalau yang kalian bekerja mengawasi syuting untuk produk makanan yang baru itu bagaimana ?" Rias cukup penasaran sepertinya dengan Akeno dan Naruto.

"Tidak ada hal besar yang terjadi hanya saja..." Akeno menjeda omongannya.

"hanya saja apa ?" Rias makin penasaran. "hanya saja sepertinya Shion juga bertemu Naruto-kun, dan dari apa yang aku duga sepertinya dia juga sudah menghubungi Naruto-kun soalnya saat itu dia tampak merencanakan sesuatu" Akeno berbicara dengan nada pelan.

Rias sedikit terdiam saat tau kalau Naruto juga Shion sudah saling berjumpa.

"Kalau kau memang ingin dia kembali padamu sepertinya kau harus bergegas, soalnya kali ini Shion juga pasti akan bergerak cepat" Akeno memberikan saran lalu dia menambahkan "atau bisa juga aku ikut dalam mendekati Naruto-kun".

"Kau mau bertanding denganku ?" Rias sedikit galak kali ini pada Akeno.

"Ara-ara... Aku hanya bercanda, tapi jika memang kau tidak mau ya mungkin aku akan berlomba dengan Shion".

.

.

Ting...

.

.

Lift berbunyi tanda mereka sudah sampai lalu pintu terbuka.

Akeno dan Rias berjalan keluar dan nampak sepertinya si rambut merah sedang memikirkan sesuatu. Akeno yang melihat itu hanya tersenyum kecil dan dia cukup mengerti alasan temannya begitu.

.

Mereka lalu memasuki ruangan kerjanya tapi di dalam ternyata sudah ada yang menunggu.

"Kalian cukup rajin juga sudah sampai jam segini" ujar seorang lelaki paruh baya berambut merah.

"Tou-sama ??, Kenapa ada disini ?" tanya Rias terkejut dengan kedatangan ayahnya.

"Aku hanya melakukan sidak ketempat mu ini Rias-chan, ayolah kemari dan duduk kau juga Akeno" ajak pria itu yang bernama Zeoticus Gremory.

Rias kali ini duduk di depan Zeoticus yang secara pekerjaan adalah atasan mereka.

"Jadi ada keperluan apa sampai kesini pagi-pagi sekali ?" tanya Rias to the point. Zeoticus belum langsung menjawab, dia melihat Akeno mendekat membawa minuman, "ini minuman anda Zeoticus-sama".

Zeoticus memilih meminum dulu minuman buatan asisten anaknya itu "hm... seperti biasa teh buatanmu selalu enak Akeno" ujar Zeoticus.

"Aku tidak yakin kalau tou-sama hanya melakukan sidak saja ke sini, pasti ada sesuatu yang harus dibicarakan" Rias kembali bertanya kepada ayahnya.

Zeoticus meneguk lagi tehnya sebelum menjawab. "aku kesini karena akan memberikan ini" Zeoticus mengeluarkan amplop berisikan dokumen.

Rias membukanya dan membaca sampai tuntas "bukankah ini rencana kerjasama dengan Namikaze ?, Kenapa memberikannya padaku ?.

"itu adalah kerjasama baru antara kita dengan Namikaze Corp karena mereka akan mengeluarkan produk kecantikan jadi kita berhasil meyakinkan mereka untuk menjadi distributor utama produknya" jelas Zeoticus.

"Tapi bukankah ini pekerjaan nii-sama ?"

"Memang, tapi karena saat ini dia sedang sangat sibuk karena pekerjaannya sudah banyak bahkan tou-sama juga harus turun tangan membantu dia jadi dia memintamu untuk membantu dengan proyek bersama Namikaze".

"Tou-sama tapi pekerjaanku juga sudah sangat banyak, ada even musim dingin dan akhir tahun juga tahun baru pasti akan lebih sibuk belum lagi nanti akan ada acara fansign disini dan itu pasti akan sangat menyibukkanku" Rias mencoba menolak.

"Untuk even musim dingin sekaligus akhir tahun kalian kan sudah pernah melakukannya tahun lalu jadi pasti sudah tahu bagaimana cara menyelesaikan dan juga alasan lain memilihmu untuk proyek Namikaze agar kau bisa belajar bagaimana membangun kemitraan dengan korporasi lain ditambah jarak Namikaze Corp tidak jauh dari sini kan" Zeoticus memberi alasan yang cukup kuat.

"Tapi tou-sama tetap saja..." Rias mencoba terus mengelak dari tugas kali ini.

"Tidak ada tapi-tapian gadis muda... bukankah ada Akeno yang bisa membantu dan juga tou-sama dengar dari kakakmu kalau yang memegang proyek Namikaze itu adalah kenalanmu dan Akeno, nah dengan melihat fakta itu maka sudah sangat tepat kau yang akan memegang proyek ini dan daei segi komunikasi pasti juga lebih lancar karena sudah saling mengenal" jelas Zeoticus semakin membuat Rias tidak bisa mengelak.

Akeno yang dari tadi hanya mendengarkan seperti melihat ada maksud tersembunyi dari kakak Rias kenapa sampai meminta dia untuk menangani kerjasama kali ini.

"Intinya kau tidak bisa menolak perintah kali ini, kakakmu bilang bahwa kau tidak perlu bekerja sampai selesai, dia hanya meminta sedikit bantuanmu saja di awal dan setelah dia menyelesaikan semua urusannya maka dia yang akan kembali mengambil alih proyek ini" tambah Zeoticus.

Rias menghela nafas panjang, sepertinya dia memang tidak bisa mengelak dan harus menerima kenyataan.

"Baiklah kalau begitu, tapi ini hanya sampai nii-sama bisa menyelesaikan tugasnya" tegas Rias.

Zeoticus cukup senang akhirnya putri kecilnya mau juga, apalagi setelah dia diberitahu oleh Sirzechs bahwa orang yang akan bekerjasama dengan Rias nanti adalah lelaki yang disukai olehnya.

Untuk Akeno sepertinya dia semakin yakin ada niat terselubung dari Sirzechs apalagi dengan bilang kalau Rias tidak perlu terlibat sampai selesai.

"Karena kau sudah menyetujuinya tou-sama izin pamit dulu, kakakmu butuh bantuan soalnya" pamit Zeoticus sambil berlalu meninggalkan ruangan itu.

.

.

.

"Hahhhhh Akeno, pekerjaan kita bertambah lagi" ujar Rias. Akeno hanya melihat sahabatnya itu dia tampak tidak menyadari ada maksud lain dibalik ditunjuknya dia.

"Tenang saja, lagipula aku akan membantumu" Akeno menepuk pundak Rias.

"Terimakasih, aku bersyukur memiliki sahabat sepertimu" Rias tersenyum lemah pada Akeno.

"Yasudah supaya pekerjaan kita tidak semakin menumpuk ayo kita langsung saja mulai" ajak Akeno.

"kau benar, mari kita selesaikan pekerjaan hari ini dengan cepat" balas Rias tak kalah semangat.

Dan pekerjaan hari itupun mereka mulai namun Rias masih belum menyadari dengan siapa dia akan bermitra nanti.

.

.

.

.

.

Kantor Namikaze.

Tampak hari ini para dewan direksi sedang rapat perihal produk baru mereka yang akan launching nanti, karena saat ini mereka sedang gencar-gencarnya melakukan promosi dan sedang mengumpulkan banyak feedback dari konsumen yang mencoba produk ujicoba mereka.

Saat ini Naruto dia sedang menjabarkan hasil dari penelitian produk dan feedback dari masyarakat untuk produk mereka, dan nampak banyak respon positif yang diberikan dan ada beberapa saran jiga untuk membuat produk mereka lebih sempurna.

Para dewan sepertinya sangat senang karena proyek ini bisa menghasilkan profit besar bagi perusahaan dan akan melonjaknya harga saham mereka nanti, semakin menggiurkan saja proyek ini. Mereka juga terkesan dengan terobosan baru dari Naruto dan timnya, mereka tidak sabar menunggu ide dan gagasan apa lagi yang akan dibuat oleh Naruto.

.

.

"Saat ini kita belum bisa memproduksi secara massal karena kita masih menunggu sertifikasi dulu dari badan terkait, jadi saat nanti kita sudah dapatkan itu maka bisa langsung kita launching dan produksi secara massal"

Tutup presentasi Naruto dan dia melihat kesemua orang disana tampak sangat puas dengan apa yang dia jabarkan.

Karena tidak ada lagi informasi yang harus dipresentasikan maka rapat pun diakhiri.

.

.

Ruangan Naruto.

.

.

"Fiuhhh... Aku tak menyangka ternyata pergerakan disini sangat cepat, baru beberapa waktu kebelakang dan aku menyampaikan idenya untuk membuat produk kecantikan tapi mereka langsung mewujudkan itu, perusahaan ini sangat mengerikan" Naruto berbicara sendiri.

"Ah, lalu untuk distribusi aku harus menanyakan pada Sirzechs di negara mana saja mereka punya pusat perbelanjaan, semoga saja ada beberapa di negara besar supaya produk kecantikan ini bisa menjangkau orang lebih banyak" dia mencoba menghubungi Sirzechs.

Tak lama menunggu dia dapat balasan namun disitu Sirzechs bilang kalau saat ini dia menugaskan seseorang untuk mengurus kerjasama antara mereka dan bukan Sirzechs langsung, dia juga memberikan kontak dari orang itu.

Naruto langsung menghubungi orang yang dimaksud Sirzechs, dia ingin bertemu dan membahas rencananya tadi, untungnya orang itu cepat menanggapi dan bisa bertemu hari ini.

Mereka berencana bertemu nanti di jam makan siang, untuk tempat orang itu mengajak Naruto bertemu di tempat yang sama dengan waktu Naruto makan siang bersama Akeno kemarin.

Setelah selesai membuat janji Naruto melanjutkan pekerjaannya sebelum nanti berangkat kesana.

.

.

.

Mall Starlight.

"Akeno nanti temani aku bertemu dengan orang dari Namikaze Corp" Rias menatap Akeno dengan sedikit ekspresi memaksa. Akeno yang melihat itu hanya tertawa saja dan dia juga sebenarnya penasaran apakah orang yang dimaksud oleh Zeoticus-sama adalah orang itu.

"Baiklah nanti aku temani" balas Akeno membuat Rias cukup tenang kalau-kalau orang nanti tidak ramah.

Akeno sepertinya cukup penasaran jika memang benar orang itu maka bagaimana ekspresi Rias kali ini setelah semalaman dia menangisi orang itu, semakin tidak sabar saja Akeno.

.

.

.

.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu itu membuat dia mengalihkan perhatian dari banyak kertas diatas mejanya itu.

Lalu dia masuk saja tanpa menunggu jawaban dari dalam.

"Apa benar kalau lelaki itu adalah orang yang Rias suka ?" tanya seorang pria paruh baya itu.

"Begitulah tou-sama, bahkan mereka dulu juga sepasang kekasih cuma karna ada masalah itu mereka jadi berpisah" jelas seorang peria yang ternyata adalah Sirzechs.

"Bagaimanapun juga aku hanya ingin membuat putri kecilku itu bahagia, keputusan yang dulu kuambil ternyata adalah kesalahan besar yang membuat dia terluka" Zeoticus mendudukan tubuhnya di sofa.

"Kau benar tou-sama, aku sering melihat mereka bersama duku dan Rias juga sangat bahagia namun saat dia mengetahui hal itu dia jadi lebih pendiam dan lebih pemarah" Sirzechs menerawang dimasa adiknya bermasalah.

'Bruk...' Zeoticus menggebrak meja. "Sialan, andai saja aku tak menerima tawaran itu". Sirzechs hanya melihat sekilas kearah ayahnya "baguslah kalau kau menyesalinya tou-sama, jadi sekarang kita beri akses bagi mereka apakah akan kembali atau tidak".

"kau benar, tapi jangan sampai ibumu tau soal ini... kau tau sendiri bagaimana dia kalau menyangkut pria yang dekat dengan putrinya itu" Zeoticus memperingatkan Sirzechs.

"aku tau, bahkan kalau sampai dia tau bisa-bisa mereka langsung dinikahkan saat itu juga" Sirzechs berkeringat membayangkan ibunya itu.

"Dia bahkan kadang masih marah padaku karena dulu, katanya Rias jadi tidak bisa mendekati lelaki lain" Zeoticus masih mengingat bagaimana dulu istrinya begitu murka atas kebodohannya.

"Oh iya Sirzechs, ngomong-ngomong acara pesta atas kerja sama kita itu kapan digelarnya ? Aku juga penasaran lelaki seperti apa yang Rias dulu pacari itu?" tanya Zeoticus.

"Kata Minato-dono lebih baik itu diadakan di akhir tahun, karena dia ingin para karyawan kita bisa membawa keluarga jadi bisa lebih meriah" jelas Sirzechs.

"Ah ternyata orang itu belum berubah ya" Zeoticus cukup senang dengan ide Minato.

"Begitulah" Sirzechs kembali fokus mengerjakan dokumen yang ada di meja kerjanya 'andai kau tau siapa yang dulu dipacari oleh Rias kau akan semakin menyesal saja tou-sama' Sirzechs tersenyum jahat, sebenarnya dia juga baru tau kalau Naruto adalah anak dari Minato soalnya dari dulu Naruto lebih dikenal oleh orang lain sebagai Uzumaki Naruto dan hanya beberapa teman sja ayang tau siapa keluarga Naruto.

.

.

.

Bali ke Naruto.

.

.

Naruto masih saja berkutat dengan tumpukan kertas dan dokumen yang sepertinya tak pernah sepi dari mejanya.

Dia melepaskan kacamata bacanya dan menghembuskan nafas lelah, lalu melirik kearah jam ternyata hari sudah semakin siang dan sebentar lagi waktu istirahat dan makan siang, Naruto merapikan beberapa dokumen yang tadi berantakan sebelum pergi dari sana karena akan bertemu perwakilan perusahaan induk Starlight.

Dia telah sampai diparkiran dan menuju ke mobilnya.

Tampak Naruto menaiki sebuah mobil Toyota GR Supra berwarna biru tua, rupanya Naruto punya mobil sports selain Mercedes dan Ferrari miliknya kemarin.

Langsung saja dia menjalankan mobilnya menuju lokasi yang mereka sepakati, untungnya Naruto sudah pernah kesana jadi dia tidak terlalu pusing mencari tempatnya.

Dia berkendara dengan kecepatan sedang.

.

.

.

.

"Akeno ayo kita turun, untuk makan siang sekaligus bertemu mitra kita" ajak Rias. "ok tunggu sebentar" Akeno merapihkan dulu mejanya.

Setelah selesai dia menghampiri Rias yang sudah menunggu, mereka lalu berjalan bersama dan turun ke lantai bawah menggunakan eskalator sekaligus ingin melihat apakah para staf bekerja dengan baik.

"Ne Akeno, menurutmu bagaimana penampilan orang dari Namikaze ?" tanya Rias. Akeno tampak pura-pura berfikir "sepertinya dia nanti adalah orang yang tampan dan masih muda".

"kalau menurutku paling dia orang yang sudah cukup berumur dan pastinya akan cukup keras kepala" Rias memberikan prediksinya. Mendengar itu Akeno berfikir apakah Rias tidak mendengar omongan Zeoticus-sama kalau orang yang dimaksud adalah kenalan atau teman dari mereka berdua.

Akeno semakin yakin saja kalau orang yang dimaksud adalah dia, soalnya melihat dari daftar teman Rias yang memnag sedikit ditambah Naruto kan bekerja di Namikaze Corp.

Tak butuh waktu lama mereka berjalan dari Starlight menuju restoran dan mereka masuk dan mencari tempat kosong.

"kita duduk disana saja Akeno" tunjuk Rias pada sebuah meja yang terletak didekat dinding, Rias tidak memilih yang dekat jendela kaca karena tidak mau kalau saat mereka makan orang yang di luar bisa melihat mereka.

Akeno mengangguk mengikuti Rias dari belakang.

"Kita memesan dulu saja lah aku sudah kepalang lapar" ajak Rias.

"Terserah kau saja, lagipula aku heran bukankah tadi pagi kau makan cukup banyak, terus saat bekerja kau juga sering ngemil dan sekarang sudah lapar lagi ? Kemana coba larinya semua makanan tadi" Akeno cukup heran dengan kapasitas perut sahabatnya ini, walaupun banyak makan tapi badannya tetap segitu saja walaupun memang ada bagian dari Rias cukup menonjol dan diapun sama tapi kalo soal perut malah bisa dibilang punya rias lebih ramping dari Akeno.

"humm entahlah aku juga tak tau" Rias mendelikan bahu tanda tidak mau tau.

Ponsel Rias berbunyi dan itu rupanya dari orang Namikaze, "apa amda sudah tiba di lokasi ? Kalau iya, bisa beritahu dimana lokasi duduk anda" isi pesannya itu. Rias membalas dengan terperinci dimana lokasi dia duduk dan warna baju yang dia kenakan.

.

.

.

.

.

Terlihat seorang pria memasuki restoran, dia nampak celingak celinguk mencari orang yang janjian dengan dia.

Dia melihat sebuah meja yang diduduki oleh dua orang perempuan yang satu berambut merah dan yang satu berambut hitam, dari meja yang mereka duduki ditambah dress code yang mereka kenakan semakin meyakinkan dirinya bahwa mereka orangnya. Dia berjalan mendekat dan langsung duduk di depan mereka, namun dia tak menatap langsung tapi mencoba mengambil terlebih dahulu barang yang tak sengaja terjatuh.

"maaf saya sedikit terlambat, tadi lalu lintas cukup padat" dia mengalihkan pandangannya ke depan setelah mengambil barang jatuh tadi namun saat melihat siapa yang ada di depannya dia mencoba melirik ke kanan dan kiri.

"hahhhh ?...apa aku salah masuk restoran atau meja ya ?"

Dua orang itu terutama yang berambut merah juga nampak celingak celinguk dengan momen awkward itu sementara si rambut hitam hanya tersenyum manis.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC