Chapter 12

.

.

.

"maaf saya sedikit terlambat, tadi lalu lintas cukup padat di sekitar sini" dia mengalihkan pandangannya ke depan setelah mengambil barang jatuh tadi namun saat melihat siapa yang ada di depannya dia mencoba melirik ke kanan dan kiri.

"hahhhh ?...apa aku salah masuk restoran atau meja ya ?"

Kedua orang yang sudah duduk di sana duluan terutama yang berambut merah juga nampak celingak celinguk dengan momen awkward itu sementara si rambut hitam hanya tersenyum manis, dia sudah memprediksi sebelumnya dan ternyata benar.

"Hai Naruto-kun, apa kabar ?" sapa Akeno.

"Ah iya hai, kabarku baik dan dari yang kulihat begitu juga denganmu Akeno-chan. Maaf sepertinya aku salah tempat duduk" saat Naruto akan segera beranjak namun tangan Akeno menahannya supa tidak pergi.

"Mau kemana Naruto-kun ?, duduk saja dulu" Akeno mendudukkan Naruto di depan dia dan Rias.

"Tumben sekali kau makan siang sampai ke sini ?, Apa karena waktu itu kita makan di sini dan kau jadi ketagihan atau kau memang sengaja siapa tau bisa kebetulan bertemu denganku ? fufufu". Rias hanya melotot mendengar Akeno menggoda Naruto, Akeno dia sengaja melakukan itu supaya memanasi Rias.

"Aku kesini karena ada janji dengan seseorang, tapi dia entah dimana. Dan untuk kalian apa hanya sekedar makan siang saja ?" ujar Naruto.

"Kami biasanya makan di kantor atau restoran yang ada di dalam mall tapi karena sahabat merahku ini ada janji dengan orang lain makanya aku menemaninya" jelas Akeno sambil tiba-tiba mencubit pipi Rias.

"Aww ! Sakit bodoh" Rias cukup kaget dengan Akeno yang tiba-tiba mencubit dirinya.

.

.

"Mungkin bisa kau coba hubungi lagi" Naruto mengikuti ucapan Akeno, dia menelfon orang itu. Tapi tiba-tiba terdengar suara ringtone dari ponsel warna merah yang tergeletak di atas meja.

Naruto yang melihat itu dia melirik layar ponselnya dan benar dia menghubungi mitra kerjanya, Rias langsung menolak panggilan itu dan menyimpan ponselnya di saku blazer kerjanya.

"Ara-ara... sepertinya orang kau maksud ada di depanmu saat ini Naruto-kun" Akeno tersenyum senang.

"Rupanya yang dimaksud oleh Sirzechs adalah kalian berdua ? Hahhhh" Naruto menyenderkan punggungnya di kursi sambil menghela nafas pelan.

"Wah apakah ini sebuah kebetulan kalian mengerjakan proyek bersama, awas jatuh cinta" Akeno mencoba menggoda mereka berdua.

"Diam kau, mulutmu ini dari tadi..." Rias membekap mulut Akeno karena ayolah yang dibicarakan Akeno itu sangat memalukan bagi Rias.

Sementara di sisi Naruto dia juga tampak sedikit malu atas yang dibilang Akeno tadi.

"Permisi... Ini makanan anda, silahkan" pelayan itu tiba-tiba datang membawa makanan pesanan dua wanita itu. "Terimakasih, dan Naruto-kun kau silahkan pesan saja ya... Maaf kami tidak memesankan untukmu" ucap Akeno yang berhasil membebaskan diri dari Rias.

Naruto membuka buku menu dan langsung dicatat oleh pelayan yang masih ada di meja mereka tadi.

Tak membutuhkan waktu lama akhirnya Naruto juga mendapat pesanannya.

Mereka memakan menu itu dengan santai namun tampak hanya Akeno dan Naruto saja yang lebih sering berbincang sementara Rias seperti menjadi pendengar saja dan itu disadari oleh Naruto.

15 menit kurang lebih waktu yang dihabiskan oleh mereka untuk menyantap makan siangnya. Kali ini semuanya sudah selesai dan hanya mengobrol ringan.

Beberapa kali juga Akeno mencoba memancing Rias tapi dia masih belum bisa mencoba berbaur rupanya maka tidak ada pilihan lain bagi Akeno.

"Naruto-kun maaf sepertinya aku tak bisa lama-lama soalnya masih ada pekerjaan yang menunggu, aku izin pamit dulu" Akeno berdiri dan hendak pergi tapi Rias memegangi baju Akeno.

Akeno melihat ekspresi Rias yang seperti anak yang hendak ditinggalkan pergi oleh orang tuanya semakin gemas saja, habisnya dari tadi dia hanya diam saja makanya Akeno pikir kalau dia tinggalkan maka Rias terpaksa harus berinteraksi dengan Naruto secara langsung. Dia melepaskan tangan Rias dari bajunya "maaf nona, tapi banyak pekerjaan yang menunggu jadi aku tinggal dulu daaaahhhh" Akeno langsung pergi membuat Rias terpaku.

.

.

.

Beberapa saat setelah kepergian Akeno nampak mereka berdua sama sekali belum bersuara. Naruto yang biasanya cukup banyak bicara kini terlihat sedang asik mengamati wanita berambut merah di depannya, sama seperti kemarin pertemuan mereka rumah Sirzechs. Padahal sesudah itu mereka cukup bisa mengobrol dengan lancar tapi sekarang bahkan Rias sama sekali tidak melihat kearahnya.

Sedangkan Rias saat ini lebih memilih menundukkan kepalanya melihat kedua tangannya sedang saling remas, dia dalam hati mengutuk Akeno karena meninggalkannya berdua bersama Naruto padahal tadi sudah janji mau menemani.

"Akeno sialan !, Bagaimana aku bisa menghadapi Naruto atas apa yang semalam terjadi" batin Rias.

.

Naruto yang merasa sudah cukup hanya diam kini mencoba untuk mengajak Rias berbicara apalagi dia kesini karena ada urusan pekerjaan dan kalau tidak dimulai kapan akan selesainya.

Dia berdehem pelan sebelum memulai pembicaraan "Jadi apa bisa kita mulai pembahasan kerjasama kita Rias-dono" ucap Naruto dengan nada tenang itu sukses membuat Rias mengalihkan atensinya dan menatap Naruto.

"Aku tahu mungkin kau merasa tidak nyaman hanya berdua saja denganku tapi, kita bertemu disini karena akan membahas masalah pekerjaan saja jadi aku harap kau bisa profesional Rias-dono dengan melupakan dulu sejenak permasalahan atau kecanggungan diantara kita berdua" Naruto mengakhiri dengan senyuman kecil yang bagi Rias itu sangat menawan.

.

.

Rias Pov

.

Naruto benar, aku harus bisa bersikap profesional.

Ayo Rias Gremory kau bisa, lagipula kita bertemu disini juga hanya sebatas pekerjaan saja, ayo buang rasa gugupmu itu.

Aku tak boleh mempermalukan perusahaan Tou-sama dan membuat mereka malu ataupun kecewa, apalagi sekarang didepanku adalah mitra dari perusahaan yang sangat besar, jika semua lancar maka ini akan berakibat baik bagi perusahaan.

Ayo kau bisa Rias dan untukmu Akeno... Awas saja kau nanti aku akan membalas kau nanti.

Ok ayo kita mulai.

Aku menegakkan kepalaku mencoba menatap Naruto namun aku terkesima bagaimana pria yang ada di hadapanku ini tersenyum, oh sial kenapa dia malah terlihat semakin hot. Jantung Rias semakin berdebar kencang.

Rias pov end

.

.

Setelah perkataan Naruto tadi tampak Rias sudah mulai bisa mengontrol dirinya.

"Jadi apa yang ingin perusahaan anda diskusikan dengan kami ? Naruto-dono" Rias sudah sepenuhnya beralih ke mode serius.

"Ah ini terkait proses distribusi nanti namun apakah sebaiknya kita mencari tempat yang lebih sedikit orang ? Soalnya ini ruang publik" Naruto melihat ke kanan dan ke kiri.

"Baikalh kalau begitu, bagaimana kalau kita diskusikan di ruanganku saja. Disana kita bisa mendapatkan lebih banyak privasi" ajak Rias.

"Baiklah aku setuju".

Lalu mereka beranjak pergi menuju kantor Rias di mall Starlight tentunya setelah membayar makanan masing-masing. Berjalan bersebelahan seperti ini membangkitkan ingatan masa lalu bagi mereka.

Baik Naruto maupun Rias mereka tampak senang bisa berjalan berdua seperti ini walaupun tidak berpegangan tangan seperti saat masih pacaran tapi ini sudah cukup bagi mereka.

.

.

.

Mereka akhirnya sampai di lokasi.

Naruto tampak cukup terkesan dengan ruangan ini, walaupun tidak terlalu luas namun tertata rapih dan bersih, membuat dia nyaman ditambah aroma strawberry lembut yang tercium di ruangan.

"Silahkan duduk Naruto-san" Rias mempersilahkan Naruto untuk duduk.

"Ah terima kasih, ngomong-ngomong kau diruangan ini bekerja berdua ?' tanya Naruto setelah melihat ada satu meja lagi diruangan itu.

"Begitulah, ini adalah tempat kerjaku dan Akeno" Rias menjawab setelah membawakan Naruto minuman, terlihat tangannya cukup gemetar saat menarut itu di meja.

"Akeno ? Bukankah dia wakil manajer di mall ini, jadi... Kau adalah manajernya ?" tanya Naruto sedikit terkejut.

Rias hanya mengangguk mengiyakan, dalam hati dia sebenarnya masih sangat gugup parah namun dia mencoba menenangkan diri dengan selalu berfikir kalau dia melakukan ini hanya demi pekerjaan dan citra baik perusahaannya.

"Ok baiklah, sepertinya kita langsung saja membahas masalah pekerjaan kita" Naruto tiba-tiba menjadi serius, Rias cukup terpukau dengan perubahan Naruto yang sangat cepat.

Naruto mengeluarkan laptop dan dokumen yang ada di dalam tas kerjanya.

"Ada hal yang ingin aku tanyakan kepada kalian dari perusahaan mitra" Naruto memberikan sebuah dokumen salinan pada Rias.

Rias membukanya dan disana terdapat daftar mall yang dimiliki oleh perusahaan mereka.

"Ini daftar cabang mall Starlight ? Apa ada yang salah ?" tanya Rias.

"Ya dan dari semua daftar itu aku sudah menandai beberapa cabang yang ingin aku diskusikan lebih lanjut soal distribusi produk kecantikan kami yang akan rilis nanti" Naruto sedikit merunduk kearah depan.

"Dari yang aku lihat di daftar ini, banyak diantaranya adalah cabang kami di kota-kota besar negara tetangga" Rias masih melihat daftar yang ada di kertas.

"Tepat sekali, jadi maksudnya adalah aku ingin bernegosiasi apakah Mall kalian bisa memberikan slot atau menyediakan tempat lebih bagi produk kami" Naruto mulai menjabarkan tujuan utamanya.

"Um... Kalo untuk penambahan slot untuk suatu mereka dagang kami harus membahasnya lebih lanjut nanti di dalam rapat dan untuk menentukan apakah bisa atau tidaknya memberikan itu, dan ketika ada perusahaan yang ingin produk mereka di jual lebih banyak di mall kami maka akan ada proses lain seperti penambahan nilai kontrak" Rias cukup lancar menjelaskan tanpa perasaan gugup sama sekali.

"Kalau masalah nilai kontrak itu tidak menjadi masalah, karena dari list yang aku tandai itu semua merupakan kota yang pengguna atau konsumen terhadap alat kecantikan lumayan tinggi"

Naruto dan Rias terus berdialog selama beberapa jam, mulai dari membahas penambahan slot bagi produk kecantikan dan beberapa mengenai hal distribusi.

Belum lagi ada hal mengenai perpanjangan kontrak kerjasama beberapa fashion store Namikaze di mall Starlight juga.

.

.

.

.

Dengan Akeno

.

.

Setelah meninggalkan Rias bersama Naruto di restoran Heartburry dia langsung menuju kantornya dan mengerjakan beberapa dokumen, setelah beberapa saat berlalu dia sudah selesai.

"fiuh... Akhirnya pekerjaan ini selesai juga lebih cepat" Akeno meregangkan otot tubuhnya. "Ah aku hampir lupa kalau masih harus berkeliling dan memeriksa semuanya apalagi katanya ada beberapa perbaikan di lantai 3" Akeno bergegas pergi untuk berkeliling dan melihat apakah perkerjaan di lantai 3 sudah selesai.

Dia memeriksa keadaan dari semua lantai dan menghampiri beberapa kasir.

Tak terasa waktu berlalu cukup cepat saat dia berkeliling tadi padahal dia merasa baru beberapa saat lalu dia pergi tapi ternyata sudah cukup lama, mungkin karena keasyikan mengobrol dengan beberapa staf.

Akeno memutuskan untuk kembali ke ruangan dia dan Rias, dia membuka pintu dan mencoba berjalan menuju mejanya tapi terdengar ada suara orang yang sedang berbicara dan itu suara seorang pria, dia mencoba mendengar lebih jelas dan selain suara pria ada juga suara seorang wanita yang Akeno pastikan itu suara Rias.

Sepertinya mereka berbicara tentang distribusi dan sebagainya, Akeno cukup kagum dengan profesionalisme mereka berdua padahal tadi masih belum mau saling bicara satu sama lain apalagi sahabatnya Rias yang seakan menghindari Naruto. Tiba-tiba ponsel Akeno bergetar tanda ada ada notifikasi baru, dan saat dia buka itu dari staf yang dari lantai 3, dia meminta Akeno untuk langsung kesana.

"Padahal aku masih ingin menguping mereka berdua tapi ada saja gangguan" Akeno berbicara sangat pelan supaya tidak disadari oleh Naruto dan Rias kalau dia ada di situ.

Akeno langsung pergi dari sana menuju lantai 3.

.

.

.

Rias dan Naruto.

.

Akhirnya mereka berdua sudah selesai melakukan diskusi.

Naruto melirik Rias sekilas dan sepertinya dia sudah tidak secanggung sebelumnya.

"Rias-san apa kau mau menemaniku berkeliling mall ?" Naruto menanyakan kesediaan Rias.

"Hmm... boleh saja, tapi kenapa ?" tanya Rias.

"Aku hanya sedang malas untuk kembali ke kantor dan lagipula sebentar lagi waktunya pulang jadi aku ingin membolos saja di sisa hari ini" mendengar itu Rias sedikit tertawa pelan, ternyata dibalik perubahan Naruto sifatnya yang dulu masih ada atau bisa jadi dia hanya berubah secara penampilan saja.

"Baiklah aku temani, tapi mau kemana ?".

Naruto berfikir sejenak, kalau dia mengajak Rias pergi ke bioskop disini maka itu namanya bukan berkeliling.

"Ahhh ayo ikut sajalah temani aku hari ini" Naruto langsung berdiri dan menarik tangan Rias.

"Hey hey tunggu" tapi Naruto tak mendengarkan dan tetap manarik tangan Rias tanpa membuat empunya tangan kesakitan.

Mereka turun ke lantai 2 dimana tempat Timezone dan beberapa stand restoran berada.

Naruto terus menggandeng tangan Rias saat berjalan di sisi lain Rias juga tampak senang, dia menyukai saat tangan Naruto yang besar dan hangat itu menyentuh atau menggengam tangan kecil Rias.

.

.

.

"Hey Rias, bagaimana kalau kita bermain games saja ?" Naruto berhadapan dengan Rias, tangan mereka masih menyatu entah itu disengaja atau tidak.

"Boleh saja... tapi aku ingin kita berlomba" tantang si rambut merah.

"Baiklah, bagaimana kalau yang kalah harus mentraktir orang yang menang"

"Setuju".

.

Setelah selesai membeli cukup banyak koin games mereka langsung memulai pertandingan itu mulai dari bermain melempar bola basket yang dipastikan Naruto yang akan menang tapi walaupun begitu Rias rupanya cukup jago juga memasukan bola karena ya dulu dia diajari oleh lelaki berambut pirang itu.

Dilanjutkan dengan games Maximum tune yang merupakan games balap mobil dan justru berhasil dimenangkan Rias.

"Apa ?... Aku kalah dalam game ini ?" Naruto masih syok dan tidak percaya dia dikalahkan Rias dengan cukup telak.

"Aku yang menang kali ini" Rias tersenyum lebar pada Naruto atas kemenangannya, sedangkan Naruto masih tetap terdiam seakan belum bisa percaya dia kalah.

"Ayo kita main yang lain" ajak Rias dibalas anggukan oleh Naruto.

Mereka mulai menjajal beberapa games lain mulai dari Animal Kaiser, Puzzle bobble, Hockey meja dan beberapa lagi yang lain.

Nampak kebersamaan mereka cukup membuat para staf yang ada disana penasaran dengan orang yang tampak akrab dengan atasan mereka Rias.

"Nozomi-chan itu siapa yang bersama Rias-sama ?"

"Entahlah tapi dari yang aku lihat sepertinya mereka berpacaran"

"Kalau memang begitu Rias-sama sangat beruntung bisa punya pacar setampan dia"

"Kau benar... Lihat itu bagaimana dia memperlakukan Rias-sama aish begitu manis sekali, andai aku punya pacar seperti itu pasti aku akan sangat bahagia"

"Heh kau dan mimpimu itu, bangun hey ini masih siang"

"Halah kau juga pasti mau kan kalau punya pacar seperti itu"

.

.

"Ekhem"

Saat sedang asik bergosip mereka dikejutkan dengan suara deheman seseorang

"Akeno-san ?" ucap mereka serempak.

"Hai... Hayoloh kalian sedang bergosip tentang apa ?" tanya Akeno pada kedua karyawan tadi.

"Ah tidak Akeno-san... Kami hanya penasaran dengan pria yang sedang bersama Rias-sama" jelas salah satu karyawan.

"Hah ? Rias bersama pria ?" Akeno mencoba mencari keberadaan sahabat pirangnya dan ternyata dia memang sedang bersama pria yang adalah Naruto.

"Hehhh... Jadi mereka sudah akrab saja, padahal tadi dia malu-malu" Akeno mengamati mereka.

"Akeno-san memangnya siapa pria itu ?" kedua karyawan itu sepertinya sangat penasaran.

"Ara... lelaki itu adalah mantan pacar sari Rias"

"Apa ? Jadi mereka hanya mantan pacar saja ?" tanya keduanya seakan tak percaya padahal dari pandangan mereka Rias dan pria itu cukup mesra untuk bisa dikatakan sebagai sepasang kekasih.

"Sudahlah jangan menggosipkan mereka, nanti aku beri tahu kepada Rias baru tau kalian" Akeno pergi dari sana ingin mencari tempat yang lebih menguntungkan untuk mengamati sepasang manusia.

.

.

.

"Ahhhh kenapa dari tadi aku lebih sering kalah si ?" rutuk Naruto pada dirinya sendiri.

"Hooo jangan lupa kalau yang kalah harus mentraktir" Rias memanasi lawannya.

"Aku akan mentraktir saja lah, soalnya sudah pasti aku kalah... Lihat bahkan kau beberapa kali mendapatkan jackpot dan tiketmu sudah banyak" Naruto menunjuk tiket digenggaman Rias.

"Jadi Naruto Namikaze yang dulu tak terkalahkan akhirnya mengakui kekalahannya ?" ucap Rias dengan nada sarkastik.

"Iya aku kalah, jadi aku akan mentraktir nona Rias Gremory yang bisa mengalahkan Naruto dengan apapun yang dia inginkan" Naruto balik sedikit mengejek. "tapi sebelum itu ,aku masih punya koin jadi... mari kita mencoba dancer dance revolution (DDR)" Naruto langsung membawa Rias tanpa mempedulikan apakah yang diajak mau atau tidak.

.

.

Keduanya sudah siap dan berdiri diatas mesin.

"Naruto apa kau yakin ? Bisa ganti permainan lain saja ?" Rias mencoba meminta Naruto mengganti permainan.

"Kenapa ? Bukankah dulu kau sangat suka ?" Naruto tampak sedikit melakukan peregangan.

"Tapi melakukan ini di usia sekarang aku malu"

Naruto berbalik menatap wanita disampingnya. "tenang saja, lagipula kau tidak melakukannya sendiri dan kita hanya akan melakukan ini sekali saja" Naruto tetap bersikukuh untuk melakukannya.

"Baiklah..." Rias hanya bisa pasrah.

Lalu games mereka dimulai dengan lagu yang mulai terdengar dan di layar nampak sudah menampilkan tombol yang harus mereka pijak.

Naruto sengaja memilih lagu yang ritmenya pelan untuk mereka karena mempertimbangkan gerakan mereka nanti soalnya baik Naruto maupun Rias masih menggunakan pakaian kerja, dia melirik kearah Rias yang tampak sudah mulai bisa mengikuti ritme dan dapat menari dengan baik. Rias tak dapat menahan senyumnya saat mulai terbiasa sejak terakhir kali dia memainkan ini adalah dengan orang yang sama.

Akeno yang mengawasi dari tempat yang tersembunyi terlihat cekikikan sendiri melihat kedua orang itu, dia tak habis pikir bisa-bisanya mereka cepat akrab padahal tadi seperti tak mau saling menatap.

Dia mencoba merekam kebersamaan keduanya, siapa tau dia bisa mengambil keuntungan dari Rias saat menunjukkan video nanti.

.

.

"Heh katanya malu tapi malah kau yang semakin bersemangat di bagian akhirnya, jadi apa mau minta traktir sekarang ?" diajawab anggukan Rias.

"Tapi sebelum itu aku mau menukarkan tiketnya dengan hadiah dulu" Rias menunjuk tempat penukaran.

"Baiklah ayo" ajak Naruto.

Mereka berdua berjalan bersebelahan sampai tempat penukaran.

"Selamat datang Rias-sama, apa ada yang bisa kami bantu ?" sapa kedua pegawai yang ada disana.

"Aku mau menukarkan ini" Rias menyerahkan tiket yang dia punya.

"Wah tiket anda lumayan banyak juga Rias-sama" mereka langsung memasukkan tiketnya ke mesin penghitung.

Dan setelah dihitung Rias mendapatkan pilihan sebuah bantal leher berwarna abu-abu.

"Jadi sekarang mau ditraktir apa ?"

"Hm... Ah aku mau itu, ayo !" Rias menunjuk sebuah stand makanan dan berjalan lebih dulu.

"Dasar tidak sabaran... Oh iya, aku juga mau menukarkan tiketku" Naruto menyerahkan miliknya.

Setelah dihitung ternyata Naruto hanya mendapatkan sebuah ikat rambut berwarna biru.

"Kemampuan bermain game ku menurun sepertinya..." dia langsung beranjak dari sana menyusul Rias.

.

Nampak Rias sudah duduk di salah satu kursi disana, Naruto berjalan mendekat dan ikut duduk di depan gadis merah itu.

"Kau mau pesan apa Naruto ?" Rias menyerahkan kertas menu pada Naruto.

Dia melihat beberapa menu dan sudah menemukan pilihannya "aku burger biasa saja dan cola ukuran sedang, kau sendiri mau pesan apa ?".

"Aku beef burger dengan extra keju dan saus tomat, kentang goreng ukuran sedang dan cola" Rias menunjuk menu pilihannya.

"Baiklah tunggu sebentar" Naruto beranjak untuk membeli pilihan mereka.

Tak butuh waktu lama akhirnya Naruto kembali ke meja sambil membawa pesanan mereka.

"Ini pesananmu" Naruto menyerahkan burger, kentang goreng dan cola milik Rias.

"Kenapa kentang gorengnya ukuran besar ?" tanya Rias setelah Naruto meletakkannya di meja.

"Oh itu... Karena kalau aku beli untuku sendiri rasanya terlalu banyak jadinya aku beli itu supaya kita bisa berbagi saja" ujar Naruto sementara Rias hanya mengangguk mengerti.

"Selamat makan"

Rias langsung menggigit burgernya, namun dia beberapa kali terlihat mencoba menyingkirkan beberapa helai rambut yang menggangu wajahnya.

Naruto yang belum menyentuh makanannya sama sekali langsung berdiri dan berjalan kearah belakang Rias. Tanpa permisi dia langsung mengambil rambut Rias yang menggangu tadi dan mengikatnya dengan ikat rambut dari tempat penukaran tadi.

Rias menghentikan kunyahannya, dia merasakan tangan Naruto yang mencoba mengikat rambutnya.

Setelah selesai dia kembali duduk di tempatnya, saat melihat kearah Rias dia menemukan gadis itu sedang diam menatapnya dengan mulut menggelembung dan ada sedikit saus tomat di sudut bibirnya. "Haduh padahal kau sudah besar tapi masih makan belepotan ?" Naruto menyeka saus tomat itu dengan ibu jari dan langsung memasukan jarinya ke mulut.

Rias masih diam membeku setelah menerima perlakuan Naruto barusan.

"Hey ? Hayo kau melamun" Naruto mengetuk jarinya di meja dan sukses membuat Rias kembali dari lamunannya.

"Kau bilang kalau manajer dari mall ini adalah dirimu, terus bagaimana bisa kau menjadi orang yang mengurus proyek ini bersamaku ?" Naruto menanyakan alasan kenapa Rias yang menggantikan Sirzechs.

Rias meminum minumannya setelah menelan makanan yang ada di mulut.

"Entahlah... Hanya saja katanya onii-sama sudah terlalu banyak pekerjaan dan dia memberikan tanggung jawab ini kepadaku, padahal aku sendiri juga sudah banyak pekerjaan apalagi sebentar lagi musim dingin dan akan ada juga fansign salah satu grup idol disini dan sudah pasti itu akan membuat pekerjaanku semakin banyak" sepertinya Rias tanpa sedikit mengeluarkan uneg-unegnya.

Naruto mengangguk tanda mengerti "sepertinya pekerjaanmu itu sangat berat ya... aku berjanji tidak akan membuatmu kesulitan saat menjalin kerjasama ini".

"Baguslah kalau begitu" Rias kembali memakan burgernya.

.

.

.

"Fufufu ini sangat menarik" Akeno tak berada terlalu jauh dari Naruto dan Rias dan untung saja dia berada di tempat yang menguntungkan sehingga tak bisa terdeteksi oleh Rias maupun Akeno.

"Ini bisa jadi alat yang bagus untuk mendapatkan keuntungan dari Rias"

Dia lalu beranjak pergi dari tempatnya mengintip Rias.

"Lebih baik pulang duluan, biar mereka bisa lebih lama bersama fufu".

.

.

Setelah makanan mereka habis Naruto dan Rias masih berada di tempat tadi.

"Hari sudah sore rupanya" Naruto melihat arloji di tangan kirinya.

"Apa kau mau langsung pulang ?" tanya Rias.

"Tadinya begitu Cuma kalau kau masih ingin aku temani ya aku rasa bisa lah" Naruto sedikit menggoda lawan bicaranya itu.

"E-eh apa ?... Kalau kau mau pulang ya silahkan saja" Rias memalingkan wajahnya.

Naruto yang melihat Rias gelagapan tadi cukup terhibur dengan tingkah laku gadis itu yang malu-malu.

"Aku akan menunggumu dan mengantar kau pulang"

"Hah ? Tapi kan tadi katanya kau mau pulang dan lagipula aku bisa pulang sendiri" Rias mencoba menolak.

"Aku tidak menerima penolakan, dan juga aku harus memastikan jika kolega kerjaku pulang dengan selamat nanti"

"Baiklah kalau itu maumu" Rias menerima dengan pasrah.

"Nah begitu dong, jadi gadis yang baik dan penurut"

.

Naruto mungkin sedang mencoba mengikuti saran sang ibu semalam jika dia memang masih menyukai gadis ini maka dia akan mengerjarnya lagi tapi jika memang ada penolakan dari Rias maka dia juga sudah bersiap untuk menyerah.

.

Ponsel Rias berbunyi dan ada pesan masuk dari Akeno "Rias aku pulang duluan... oh iya mobil juga aku bawa, kau jalan kaki saja ya".

Rias menghela nafas kasar, dia tak habis pikir kenapa Akeno sedang menyebalkan sekali hari ini.

Dia menatap kearah pria kuning di depannya "Naruto nanti antar aku pulang"

"Heh... Bukankah aku memang sudah bilang akan mengantarmu pulang"

"Aku pergi ke ruanganku dulu untuk mengambil tas dan yang lainnya, kau tunggu disini" Rias segera pergi menuju keruangannya meninggalkan Naruto yang hanya duduk manis di meja.

.

.

Tak butuh waktu lama bagi Rias mengambil tasnya, kini dia sudah kembali.

"Mau pulang sekarang ?" tanya Naruto sambil bangkit dari duduknya.

Rias hanya mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu ayo" mereka berdua berjalan berbarengan.

Tak ada obrolan saat mereka berjalan menuju parkiran.

.

Saat ini mereka sudah di parkiran dan mencari mobil Naruto, tapi tiba-tiba tangan Rias ditahan.

"Mau kemana ?" tanya Naruto yang memegang tangan Rias.

"Tentu saja mencari mobilmu, memangnya mau apa lagi ?" jawab Rias.

"Kita baru saja melewatinya" Naruto membawa Rias menuju mobil yang tadi terlewati. "Heh bilang dong kalau mobilnya berbeda dari yang kemarin" Rias menatap Naruto tajam.

"Habisnya kau tidak bertanya, sudahlah ayo" Naruto membukakan pintu bagi Rias. Setelah gadis merah itu masuk Naruto mengikutinya.

"Apa kita langsung pulang saja ?" tanya Naruto.

"Terserah kau saja lah" balas Rias seakan tak tertarik.

Naruto hanya mengangkat bahu tanda tidak mengerti dengan wanita disampingnya ini, kenapa moodnya gampang sekali berubah. Mobil itu langsung melaju membelah jalanan dengan kecepatan sedang.

Rias melihat kearah luar namun tampaknya ini bukanlah rute menuju aparteme Akeno membuat dia bertanya "Kita mau kemana ?".

"Karena kau tadi bilang terserah makanya aku membawamu pergi ke suatu tempat" Naruto tetap fokus mengemudi tanpa menoleh kearah Rias.

"Tapi kemana ?" Rias meminta penjelasan.

"Lihat saja nanti".

.

.

.

Setelah kurang lebih berkendara selama 35 menit akhirnya mereka sampai disebuah bukit yang terletak di pinggiran kota Tokyo.

"Kenapa kita kesini ?" Rias melihat kearah sekeliling yang bisa dibilang cukup sepi.

"Tak ada alasan khusus, hanya sedang ingin saja mengajakmu kesini" Naruto melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari mobil diikuti oleh Rias.

.

"Huahhhh udaranya cukup segar" Naruto menikmati udara disana yang cukup segar karena banyaknya pohon dan tanaman, dia pergi menuju kursi yang ada di dekat tebing.

"Ayo kemari dan duduklah". Rias mendekat dan mendudukkan dirinya di sisi sebelah kanan pria itu.

Mereka berdua hanya duduk diam saja menikmati udara sejuk karena musim dingin akan datang sebentar lagi.

Rias menengadah ke atas dan melihat langit yang berwarna jingga, tanpa sadar dia tersenyum kecil dan itu dilihat oleh Naruto.

Sudah lama Rias tidak santai seperti sekarang, karena biasanya habis pulang bekerja dia hanya akan menonton drama atau hanya makan-makan bersama Akeno. Dia lalu memejamkan mata dan menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya cantiknya.

Naruto merebahkan dirinya kearah belakang karena kursi kayu itu sangat luas bahkan mungkin bisa diduduki oleh 6 orang sekaligus.

"Apa kau menyukainya ?" Naruto menginterupsi kegiatan Rias barusan.

"Ya... Terima kasih sudah membawaku ke sini"

"Hmm.. sama-sama" Naruto bangkit dari rebahnya.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu Rias"

"Apa itu ?" Rias masih menatap Naruto.

"Apa kau mau menjadi temanku lagi ?" Naruto bertanya dengan sungguh-sungguh.

"Hah ?"

"Aku serius, mungkin ini terdengar aneh dan jika melihat kejadian hari ini mungkin bisa dibilang agak telat tapi... aku ingin kita berteman lagi" dia menatap mata Rias yang masih terdiam.

"Alasannya ?" Rias bertanya dengan cukup serius.

"Aku tahu hubungan kita setelah putus memang kurang baik, apalagi di awal masa putus kita tapi aku ingin kembali akrab denganmu bahkan jika proyek ini selesaipun kita masih bisa menjalin komunikasi" Naruto menjelaskan alasannya.

"Dan lagipula kalau kita berteman mungkin dalam komunikasi kita tidak akan sungkan atau canggung lagi" tambah Naruto.

Rias masih diam setah mendengar pertanyaan Naruto tapi dalam hati dia cukup senang jika bisa kembali akrab dengan pria ini.

"Baiklah aku mau, aku rasa sudah cukup kita saling mencoba menjauh" Rias tersenyum manis.

Naruto langsung merebahkan tubuhnya lagi "Wahhhh senangnya, padahal aku tadi cukup malu untuk menyatakan itu tapi bisa lancar juga". Rias mengikuti Naruto dan merebahkan tubuhnya.

"Kemarikan tanganmu" dia menarik tangan Naruto dan malah menjadikannya sebagai bantal. "Jangan bertanya, karena kita sudah resmi berteman lagi jadi ini hal yang wajar".

"Baiklah-baiklah". Keduanya menatap langit yang kian berwarna gelap.

Mereka menghabiskan waktu cukup lama hanya dengan berbaring bersebelahan walaupun tanpa kata tapi dari raut wajah masing-masing sudah dapat menjelaskan bagaimana suasana hati keduanya.

.

.

.

.

Apartemen Akeno

.

.

"Sepertinya mereka berdua lanjut berkencan fufufu" Akeno menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 18:50.

"Tapi, apakah mereka memang berkencan atau ada hal lain ? Bisa saja Naruto membawa Rias ke suatu tempat dan malah membuangnya" Akeno malah berfikir hal absurd.

.

.

.

.

.

TBC

.Mohon maaf masih banyak Typo