Chapter 13

.

.

.

Saat ini Naruto dan Rias sudah ada di depan apartemen Akeno.

"Apa kau yakin tidak mau berkunjung dulu ?" Rias masih berada di dalam mobil.

"Lain kali saja, lagipula ini sudah malam" Naruto menolak ajakan Rias.

"Baiklah..." Rias langsung membuka mobil Naruto dan keluar. "Aku pulang dulu" pamit Naruto dan langsung menginjak pedal gas begitu mendapat anggukan dari Rias.

Setelah mobil Naruto tak terlihat Rias pergi menuju apartemen Akeno.

.

.

"Aku pulang" dia membuka pintu namun tak ada jawaban dari dalam.

Rias berjalan dan duduk di sofa tak lama kemudian Akeno datang dari arah kamar mandi, "wah... Ini dia yang tadi berkencan".

"Siapa yang kencan ?"

"Tentu saja kau" Akeno mendudukkan dirinya didekat Rias.

"Kami tidak berkencan, lagipula aku dan Naruto hanya berteman saja".

"Ara-ara... Padahal aku tidak bilang kau berkencan dengan siapa ataupun hubunganmu dengan Naruto-kun" Akeno semakin menggoda Rias yang tadi keceplosan.

"Jadi kalian hanya berteman saja ya ?, Kalau begitu apa boleh aku membuat Naruto-kun menjadi kekasihku ?" Akeno mencoba memancing Rias.

Rias menatap galak kearah Akeno lalu memutar matanya, "silahkan saja kalau mau".

"Benarkah ?, kalau begitu jangan sampai nanti kau iri ya"

"Untuk apa aku iri ?, Sudahlah aku mau mandi dulu" Rias langsung melengos menuju kamar mandi.

Sekitar beberapa menit Rias mandi akhirnya dia sudah selesai dan langsung menghampiri Akeno.

"Akeno persiapan untuk menyambut musim dingin dan tahun baru sudah berapa persen ?" dia mendudukkan diri dan langsung meminum bir milik Akeno.

"Hey itu punyaku..." Akeno tampak tidak rela.

"Nanti aku ganti, jadi sudah berapa banyak progressnya ?".

Akeno menyandarkan punggungnya pada sofa "Sudah berjalan lebih dari setengahnya, hanya saja apa kau yakin nanti kita akan membuat pohon natal setinggi itu ?, Apa tidak kita kurangi saja ketinggiannya ?".

"Aku rasa tak masalah untuk ketinggiannya, 15 meter sudah cukup besar menurutku" Rias kembali meminum bir itu.

"Apa tidak bisa dikurangi saja jadi 10 meter ? Atau kau bisa membangun lebih banyak dan juga kita bisa sedikit memangkas anggaran jika pohonnya sedikit lebih kecil" Akeno masih sedikit tidak yakin dengan usulan Rias.

Rias tampak sedikit memikirkan pendapat Akeno. "Tapi aku rasa kalau anggaran itu tak akan jadi masalah, apalagi nanti akan ada fansign maka aku yakin itu bisa menambah daya tarik tersendiri dan juga kita akan mendapatkan eksposur lebih".

Akeno mengangguk paham atas penjelasan Rias barusan.

"Oh iya Akeno, mulai besok aku akan kembali ke apartemenku"

"Apakah renovasinya sudah selesai ?" tanya Akeno.

"Begitulah... padahal aku masih ingin tinggal di sini" Rias membuat raut wajah sedih, namun sayang itu tidak membuat Akeno bersimpati "Lebih baik kau cepat pergi ke apartemen milikmu itu, supaya aku tidak perlu kau tendang lagi setiap pagi".

Mendengar itu wajah Rias memerah malu, "Ternyata orang secantik kau juga masih ada minusnya" tambah Akeno.

"Sudah hentikan Akenoooo".

.

.

Kediaman Namikaze.

.

.

Naruto saat ini sedang duduk santai di kursi yang ada di balkon kamarnya setelah selesai makan malam dan mandi.

Dia nampak sedang melihat-lihat media sosialnya yang sudah lama jarang dia buka. Ada banyak notifikasi di media sosialnya namun yang terbaru adalah foto yang di upload oleh Kiba yang menandai dia dan beberapa temannya.

Foto itu adalah saat mereka bermain basket bersama, dan setelah dilihat ternyata salah satu orang yang menyukai foto mereka adalah Rias.

Naruto langsung mestalking akun media sosial Rias, nampak Rias cukup banyak mengunggah foto, namun kebanyakan hanya foto pemandangan atau makanan saja. Juga ada beberapa foto Rias namun itu sudah cukup lama.

Naruto juga lumayan penasaran dengan isi komentar dari foto Rias, dan setelah dia melihat dan membaca komentar dari beberapa foto itu sepertinya membuat dia cemburu, bagaimana tidak kalau setiap foto Rias selalu dipenuhi kolom komentar yang seperti mengajak Rias berkencan atau sebagainya.

"Sialan orang-orang ini" dia cukup kesal lalu menyimpan ponselnya.

"Hah... Waktu tak terasa berlalu bahkan sebentar lagi produk baru akan dilaunching ke pasar, sepertinya ayah mendapat deal yang bagus dengan pihak ke 3 sehingga ini bisa cepat selesai" Naruto berbicara sendiri sambil menatap langit malam.

.

.

.

Hari kian berganti dan progres antara hubungan pertemanan Rias dan Naruto juga kian membaik seiring dengan intensnya pertemuan kedua insan tersebut.

Walaupun ada batasan-batasan yang ada diantara mereka namun itu tetap tidak menggangu keduanya.

.

.

Namikaze Corp tepatnya ruangan Minato.

.

Naruto tampak sedang duduk di sofa berhadapan dengan pemimpin perusahaan yang adalah ayahnya sendiri.

"Tidak terasa kerja kerasmu selama beberapa waktu kebelakang ini sangat bagus, bahkan lusa adalah hari peluncuran produk kecantikan kita" Minato berbicara dengan nada bangga pada putranya.

"Tapi justru pertarungan yang sebenarnya baru akan dimulai Tou-san" Naruto merilekskan badannya di kursi.

"Itu benar... tapi tou-san salut kau bisa menyelesaikan semuanya dengan sangat cepat dan efisien"

"Aku tidak sehebat itu, semuanya juga berkat para karyawan yang lain belum lagi ada kerjasama dengan pihak ketiga yang merupakan perusahaan kosmetik juga" obrolan mereka tampak santai walaupun membahas sesuatu yang cukup serius.

"Tapi jujur aku tidak menyangka kalau brand ambassador kita kali ini adalah nona Koyuki Kazahana, padahal aku sempat mengira justru artis muda yang dijadikan brand ambassador".( Koyuki Kazahana karakter yang muncul di Naruto movie : Ninja Clash in the Land of Snow.)

Minato terlihat sedang berfikir untuk mencari alasan. "sebenarnya tidak hanya nona Koyuki saja yang jadi kandidat tapi ada beberapa artis muda, hanya saja nona Koyuki memiliki citra yang lebih baik ditambah dengan semua prestasinya baik itu di bidang seni ataupun yang lain menjadikannya banyak dilihat tidak hanya sebagai idola tapi juga panutan" jelas Minato membuat Naruto mengangguk mengerti. "Tapi tentu saja kita tidak bisa hanya terfokus pada satu orang saja, kita juga sudah menjalin kontrak dengan beberapa artis dan influencer jadi proses promosi kita bisa berjalan dengan lancar".

"Naruto nanti kau akan menjadi narasumber saat ada sesi tanya jawab di acara launching kita" Minato menatap putranya.

"Hah ? Tunggu... Kenapa harus aku ?" Naruto menanyakan maksud Minato.

"Tentu saja karena semua ini adalah gagasan kau dan timmu" jawab Minato.

"Tapi kan ini hanya acara launching produk saja, kenapa harus ada tanya jawab dengan audiens ?". "Heh tentu semua orang pasti ingin tau alasan kenapa kita melebarkan sayap di industri kecantikan, dan pasti akan banyak wartawan nanti" Minato menerangkan pada sang putra. "tapi tenang saja Naruto, kau tidak sendiri karena nona Koyuki sudah bersedia berada di sesi itu denganmu, dan katanya beberapa influencer akan menayangkan langsung proses launching di media sosial mereka".

Setelah selesai berbincang dengan sang Ayah, Naruto memutuskan pergi untuk melihat persiapan acara lusa. Sesampainya disana terlihat ada beberapa penyanyi yang sedang melakukan rehearsal untuk penampilan mereka, ada juga staf yang masih menyelesaikan hal-hal kecil seperti pencahayaan dan sound untuk acara nanti.

Selain ada pertunjukan langsung penyanyi tapi ada beberapa acara lain seperti diadakannya sesi tanya jawab ataupun bisa mencoba pruduk baru mereka nanti, dan acara ini diadakan untuk umum jadi siapa saja bisa datang untuk melihat.

Saat tengah berkeliling Naruto dikagetkan oleh seseorang yang menarik tangannya untuk masuk ke sebuah ruangan.

"Ternyata aku tidak salah melihat" orang itu langsung memeluk erat Naruto.

Naruto masih belum sepenuhnya tau siapa orang yang memeluknya ini tapi dari suaranya terdengar tidak asing. Orang itu mengendurkan pelukannya dan menatap wajah orang yang dia peluk.

"Kau sepertinya tidak terlalu senang bertemu denganku Naruto-kun" ternyata orang yang memeluk Naruto tadi adalah seorang wanita.

"Shi-Shion ?.. maaf aku tidak langsung mengenalimu, soalnya warna rambutmu berbeda dari terakhir kita bertemu". wanita itu ternyata adalah Shion.

"Kau sedang apa di sini Shion ?" Naruto menanyakan alasan keberadaan Shion.

Shion menarik Naruto menuju sebuah kursi yang ada di ruangan itu dan mendudukkan diri mereka disana.

"Aku akan jadi salah satu performance sekaligus orang yang menjadi salah satu ambassador produk kalian". "Ah begitukah... Jadi bukan hanya nona Koyuki ternyata yang jadi brand ambassador kami".

"Ya begitulah, nyatanya ada 3 orang yang menjadi brand ambassador utama brand kalian dan aku adalah salah satunya tapi nona Koyuki dia adalah yang nomer 1" jelas Shion sambil memeluk lengan sebelah kanan Naruto.

"Apa kau akan bertanggung jawab dalam acara lusa, Naruto-kun ?" tanya Shion penasaran.

"Ah tidak, aku hanya datang kemari untuk melihat-lihat saja dan lagipula aku tidak punya waktu kalau harus ikut bertanggung jawab atas acara ini" terang Naruto.

"Ne, Naruto-kun ? Kenapa kau tidak pernah menghubungiku lebih dulu sih... padahal aku selalu menghubungimu lebih dulu tapi kau jarang membalas pesan dariku" Shion tiba-tiba menanyakan hal itu.

"Maafkan aku Shion, soalnya aku terlalu sibuk menggarap proyek ini jadinya lupa untuk membalas pesanmu, tapi lain kali aku akan coba usahakan membalas pesanmu". Shion yang mendengar barusan tak menjawab dan hanya semakin memeluk lengan Naruto erat dan hanya dibiarkan saja oleh yang bersangkutan.

Tok...tok...tok

Suara pintu diketuk dari luar, "Shon-san apa kau sudah selesai bersiap ? Ayo sebentar lagi giliranmu untuk rehearsal" tampak seorang wanita membuka pintu dan dia melihat Shion yang tengah bergelayut dilengan seorang pria tampan berambut pirang.

Shion menatap wanita itu yang merupakan salah satu asistennya. "berapa lama lagi giliranku ?". "sekitar 5 menit lagi Shion-san" jawab asistennya.

"Baiklah aku akan kesana" Shion melepaskan lengan Naruto.

"Padahal aku masih ingin menghabiskan waktu denganmu tapi kenapa selalu saja ada gangguan" Shion nampak cemberut, Naruto yang melihat itu hanya mengacak poni Shion.

"Sudahlah jangan mengeluh dan bersiap, kalau begitu aku pergi dulu" Naruto berdiri dan hendak keluar.

"Tunggu Naruto-kun" orang yang dipanggil hanya menoleh. "janji lain kali kau tak akan mengabaikan pesanku ?" Shion memastikan perkataan Naruto tadi.

"Iya aku berjanji, sudahlah aku pergi dulu".

"Aku harus mendapatkan dirimu Naruto-kun". Setelah itu Shion langsung meninggalkan ruangan itu menuju panggung untuk rehearsal.

.

.

.

Naruto saat ini dia sudah meninggalkan lokasi dan malah sedang bingung harus kemana.

"Kira-kira Rias sedang sibuk tidak" Naruto langsung mengambil ponselnya dan mencari kontak wanita merah itu. Dia memberi pesan kepada Rias dan tak butuh waktu lama untuk Rias membalasnya.

Setelah mendapat balasan Naruto langsung memacu kendaraannya.

Well setelah mereka memutuskan berteman kembali, Naruto jadi lebih sering menghabiskan waktu bersama, baik itu makan bersama, menonton film, ataupun hanya berkendara berkeliling saja di waktu libur atau senggang mereka.

Saat ini dia sudah sampai di mall Starlight dan langsung membawa mobilnya menuju parkiran.

Setelah parkir Naruto berjalan pelan dan tak langsung menuju ruangan Rias tapi dia membeli beberapa makanan ringan untuk dia dan Rias nanti.

Beberapa karyawan memang sudah tak asing dengan Naruto karena terlihat beberapa kali dia berkeliaran disini tentunya dengan Rias, baik itu untuk urusan pekerjaan atau hanya bertemu biasa saja tapi lebih sering karena masalah pekerjaan dan dari seringnya mereka bersama memunculkan spekulasi dari karyawan kalau mereka berdua adalah sepasang kekasih.

Sesudah membeli beberapa makanan Naruto segera menaiki lift menuju ruangan Rias. Setelah berada di depan pintu ruangan itu dia segera mengetuk pintu dan mendapat balasan dari dalam.

Dia menyelonong masuk setelah mendapat balasan dari dalam, sesudah di dalam matanya menangkap Rias yang tengah serius menatap monitor komputer.

Naruto semakin terpana kala melihat wajah Rias yang sangat cantik walaupun sedang serius dengan kacamata kecil menghiasi wajahnya ditambah riasan wajah yang simple dan bibir yang dibalut lip gloss membuat Naruto ingin mencicipinya saja.

Buru-buru Naruto menghilangkan pemikiran terakhirnya tadi, dia mendudukkan dirinya di sofa "katanya kau tidak sibuk ?, aku jadi merasa bersalah datang kesini dan mengganggumu".

Rias mendengar itu langsung tertawa pelan. "Tenang saja, hari ini aku memang sedang tidak sibuk hanya barusan ada email masuk tentang detail pembuatan pohon natal kami nanti".

Dia segera melepaskan kacamata bacanya dan berjalan menghampiri Naruto.

"Oh soal pohon natal itu, tapi kau serius mau membuat yang setinggi itu ?" Naruto menyodorkan kopi panas pada Rias yang dia beli bersama beberapa makanan tadi.

"Tentu saja, dan itu juga bisa sebagai daya tarik dari mall kami" Rias menerima kopi itu dan langsung meminumnya pelan. Rasa hangat langsung mengalir begitu cairan itu melewati tenggorokannya, ditambah dengan kandungan kafein yang terdapat pada kopi membuat Rias semakin menikmatinya.

"Tapi tumben kau berkunjung di jam kerja begini, biasanya kau akan datang di sore hari jika bukan karena urusan pekerjaan" tanya Rias.

"Aku hati ini tidak ada pekerjaan karena lusa kan acara launching tapi jujur Rias, aku rasa kita harus berterima kasih kepada kakakmu" ujar Naruto yang juga langsung meminum kopinya.

"Kenapa ?".

"Tentu saja karena dia yang memintamu untuk mengurus kerja sama itu jadinya kita bisa berhubungan baik lagi" jelas Naruto.

"Aishh tidak usah, nanti dia akan besar kepala" Rias mengibaskan tangan di depan wajah. Jujur saja sebenarnya Rias juga ingin berterima kasih kepada kakaknya itu namun jika dilihat-lihat sepertinya itu ide yang buruk, bisa-bisa kakaknya akan sangat besar kepala dan mengungkit hal itu di masa yang akan datang huh membayangkannya saja membuat Rias merinding.

"Ngomong-ngomong Akeno kemana ?, Aku tidak melihatnya" dia melihat ke sekeliling biasanya wanita berambut hitam itu tidak akan berada jauh dari sahabatnya Rias.

"Dia sedang pergi untuk membeli semua yang akan dipasang ke pohon natal kami nantinya" balas Rias yang sedang membuka camilan bawaan Naruto.

"Rias... Untuk acara lusa apa kau akan datang ?" Naruto melirik Rias yang sedang sibuk memakan keripik kentang.

"Entahlah soalnya hari itu aku rasa ada pekerjaan, tapi kita lihat saja nanti kalau aku senggang pasti akan ke sana bersama Akeno". Jelas Rias.

Naruto tidak menjawab lagi tapi langsung merebahkan dirinya kearah samping, Rias hanya diam melihat Naruto dan lebih memilih melanjutkan acara makannya.

.

.

.

"Hahaha kali ini aku yang menang" terdengar suara tawa yang sepertinya dari seorang pria.

"Kau hanya beruntung saja kali ini".

"Jika itu memang beruntung maka ini sudah kesekian kalinya Zekram, Hahaha akui saja kekalahanmu" ucap seorang pria kepada lawannya.

"Ayo kita tanding ulang Jiraya, dan akan aku pastikan kali ini kau yang akan kalah". Yup kedua orang itu adalah Zekram Bael dan Jiraiya.

Keduanya berteman cukup dekat yang dimana Jiraiya adalah ayah dari Minato dan Zekram adalah ayah dari Venellana yang merupakan ibu dari Rias.

"Ah sudahlah, aku cape terus meladeni permainan konyolmu ini" eluh Jiraiya.

"Baiklah kita sudahi ini, tapi di lain kesempatan aku akan mengalahkanmu". deklarasi dari Zekram yang bertekad mengalahkan Jiraiya.

Mereka berduapun mengakhiri pertandingan Shogi yang tadi mereka mainkan. Zekram memanggil salah satu pelayan yang ada di rumahnya itu untuk membawakan minuman lagi bagi mereka berdua.

"Tumben sekali kau berkunjung ke kediamanku ini Jiraiya" tanya Zekram yang memang sejak sampai di sini Jiraiya langsung menemaninya bermain Shogi jadi dia belum berbincang banyak.

"Hanya sedang bosan saja, orang tua seperti kita ini gampang sekali bosan apalagi karena kita sudah pensiun jadi sangat susah untuk menemukan hal menarik" Jiraiya memberikan alasan kunjungannya yang hanya karena bosan.

"Heh begitukah ?... Bukannya sekarang kau juga menulis novel ya" lalu sang pelayan masuk dan menyajikan minuman untuk mereka berdua, setelah selesai dia langsung pergi meninggalkan tuannya itu.

Jiraiya mengangkat gelas dan langsung menenggak minuman yang di sajikan oleh pelayan tadi. "Memang aku menjadi penulis tapi itu hanya mengisi waktu saja, dan karena saat ini aku tidak bisa riset jadinya lebih baik aku berkunjung kerumah sahabat lama".

Zekram memutar gelasnya pelan sebelum menenggaknya, "memangnya riset seperti apa yang kau lakukan untuk menulis novel porno hah ?".

"Tentu saja seperti mengintip wanita di Onsen atau aku pergi ke pantai hahahaha" Jiraiya tertawa lepas, Zekram hanya menghela nafas atas apa yang dibilang temannya ini. Dia heran kenapa manusia seperti Jiraiya bisa berumur panjang padahal dia mempunyai istri yang galak minta ampun terus apa dirinya tidak pernah dihajar saat ketahuan mengintip ?, Memang hanya Tuhan yang tau umur seseorang.

.

"Jiraiya ngomong-ngomong sepertinya perusahaan mu semakin maju saja" Zekram kembali menenggak minumannya.

"Begitulah... Pekerjaan Minato sangat bagus bahkan sekarang cucuku juga sudah menunjukkan taringnya".

"Cucumu ?" Zekram nampak mencoba mengingat siapa yang dimaksud.

"Iya, cucu pertamaku Naruto" Jiraiya memberi tahu nama yang dia maksud.

"Ohhh maksudmu bocah laki-laki nakal yang sangat mirip dengan Minato ?" Zekram mulai mengingat yang di maksud Jiraiya. Maklum sudah tua jadi dia agak lupa.

"Ya itu dia, bocah itu membuatku bangga dan dia memang orang yang tepat untuk meneruskan perusahaan setelah Minato memutuskan pensiun nanti, atas gagasan dan idenya kami bisa memulai memperluas ekspansi ke dunia kecantikan juga" Jiraiya menuangkan minuman kedalam gelasnya.

"Aku tidak menyangka bocah nakal itu bisa jadi seperti sekarang, apalagi dengan bayang-bayang nama besar kau dan ayahnya itu malah bisa jadi beban bagi dia tapi sepertinya itu tidak berpengaruh" Zekram memberikan tanggapannya tentang Naruto.

"Yah begitulah, sepertinya dia mengalami banyak perubahan saat diluar negeri dan kau tau apa yang lebih menarik dari dia ?" ucapan Jiraiya barusan sedikit membuat Zekram tertarik, "Apa yang menarik ?".

"Aku mendapatkan kabar kalau cucuku itu sedang dekat dengan putri dari menantumu Zeoticus" Jiraiya sedikit berbisik.

"Apa maksudmu ?" tanya Zekram.

"Aish kau ini, kalau mereka dekat terus menikah kita bisa menjadi besan dasar bodoh" Jiraiya sedikit menghardik sementara Zeoticus hanya mengangguk saja.

"Ahhhh sudahlah, ternyata menjadi tua juga membuatmu lemot akan hal percintaan anak muda" Jiraiya tampak kesal.

.

.

.

Dengan Akeno.

.

Wanita cantik itu sekarang sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan keperluan untuk dekorasi dari pohon natal raksasa mereka nanti.

Dia berjalan pelan menuju kearah tempat dimana mobilnya terparkir, tanpa memedulikan sekeliling sebelum ada sebuah suara yang mengalihkan perhatiannya.

Tampak terlihat seorang pria dewasa berperawakan tinggi dengan menggunakan mantel berwarna coklat dan kepalanya tertutup oleh sebuah topi hitam.

"wah wah wah... lihat siapa ini ?" orang itu berbicara dengan nada mengejek kepada Akeno.

"Ternyata seorang wanita yang menjadi sahabat dari mantan tunangan ku dulu" dia mengitari tubuh Akeno.

Akeno tampak risih dengan perlakuan pria yang berhadapan dengannya saat ini "Apa yang kau mau hah ?".

Yang bersangkutan hanya tertawa "tidak ada... hanya ingin menyapa saja".

"Maaf saja, namun aku tidak sudi disapa oleh orang sepertimu" Akeno sama sekali tidak ingin ramah kepada orang ini.

Lelaki itu melangkah mendekati kearah Akeno dan saat ini sudah berada tepat disampingnya, "Jangan galak-galak, aku penasaran bagaimana kabar dari wanita itu... apakah dia bahagia setelah berhasil membatalkan pertunangan kami" dia berbisik di telinga Akeno.

Akeno menghela nafas berat sebelum menjawab, "Tentu saja dia sangat bahagia setelah membatalkan pertunangannya dengan lelaki brengsek sepertimu".

"Hoooo... Begitukah ? Tapi aku dengar juga kalau dia tidak pernah terlihat dekat dengan lelaki manapun setelah memutuskan kekasihnya".

"Dari mana kau tau itu ?" Akeno membulatkan matanya.

"Itu semua tidak penting, jadi aku mohon undur diri Himejima-san" lelaki itu langsung pergi meninggalkan Akeno yang terdiam diparkiran. "Sialan, kenapa aku harus bertemu si brengsek itu".

Akeno langsung masuk kedalam mobil dan pergi dari sana untuk kembali ke mall Starlight.

.

.

.

Sesudahnya dia sampai langsung saja Akeno menuju ruangan dia dan Rias.

Saat di depan pintu dia dikagetkan dengan suara Rias yang sedang berteriak, Akeno membuka pintu dan apa yang dia lihat, sebuah adegan tidak senonoh sedang dilakukan oleh Rias dan seorang pria yang adalah Naruto.

Nampak Naruto berada diatas tubuh Rias yang terbaring di sofa.

"Cepat masukan kedalam mulutmu" Naruto tampak memaksa Rias dengan terus mengoleskan itu di bibir Rias.

"Tidak mau..." Rias terus memberontak untuk melepaskan diri dari Naruto.

"Bukankah kau yang mengajaku melakukannya duluan hah ? Jadi terima saja ini" Naruto masih tetap memaksa tapi dia tidak sepenuhnya menggunakan tenaga karena bisa saja dia menyakiti wanita dibawahnya.

"Tapi aku tidak mau melakukannya" kaki Rias tidak bisa berhenti menendang udara kosong.

.

Akeno diam mematung melihat kelakuan kedua orang itu.

"Apa yang sedang kalian lakukan ?" Akeno melihat keduanya datar.

Sontak Rias dan Naruto melirik kearah Akeno.

"Oh hai Akeno-chan, ano... Aku sedang memaksa Rias untuk memakan lemon ini" Naruto menyapa Akeno sekaligus menjawab pertanyaan tadi, dan dia masih belum beranjak dari atas tubuh Rias.

Rias yang mengetahui Naruto sedikit lengah langsung mendorong Naruto dari atas tubuhnya menyebabkan pria itu terjungkal.

"Kalian itu sudah dewasa tapi kenapa masih kekanak-kanakan" dia menghampiri keduanya dan duduk di hadapan Rias.

"Salahkan si pirang itu Akeno" Rias menunjuk Naruto yang baru bangkit dari jatuhnya.

"Hey... Kenapa kau malah menyalahkanku ? Padahal yang mengajak bermain games dan memakan lemon sebagai hukuman adalah idemu" Naruto mendudukan diri di samping Rias. Sementara yang disebut namanya hanya menatap balik dengan ekspresi marah yang menurut Naruto lucu.

Akeno sudah semakin tidak tahan dengan kelakuan mereka berdua. "Sudah cukup hentikan kalian berdua, apa kalian tidak malu dengan umur dan jabatan kalian hah ?".

Kedua orang yang sedang dimarahi itu hanya bisa berlutut di depan Akeno.

Wanita berambut hitam itu memijit pelipisnya, entah kenapa hari inij sangat menyebalkan. Setelah tadi bertemu dengan orang yang dia cukup benci ditambah sekarang disuguhkan dengan kelakuan absurd dua orang mantan kekasih itu.

.

Akeno mendudukkan dirinya dengan kasar di sofa dan membuat Naruto serta Rias cukup heran, pasalnya selama ini ketika Naruto dan Rias berulah yang pasti ujungnya akan dimarahi Akeno tapi itu tidak pernah membuat wanita tersebut sampai benar-benar kesal.

Mereka berdua menghampirinya, "Akeno maafkan kami jika membuatmu kesal, sungguh yang memulainya beneran si kuning itu".

Naruto hanya mengerutkan keningnya, bagaimana bisa dalam posisi seperti ini Rias masih sempat-sempatnya menyalahkan dia.

"Ahhhh sudahlah, Naruto-kun sebagai permintaan maaf karena sudah membuatku kesal belikan aku kopi !" Akeno menatap Naruto.

"Aku sudah membelikannya ini, walaupun sudah dingin tapi bisa dihangatkan" Naruto sebuah cup kopi yang belum tersentuh sama sekali karena saat kemari dia membawa 3 cup kopi.

"Tidak mau... Pokonya belikan sekarang karena aku tau itu pasti Americano, dan yang inginkan sekarang adalah ekspresso" Akeno langsung mengalihkan perhatiannya pada satu orang lain.

"Dan untukmu Tomat, sekarang pijit pundaku" titah Akeno pada tersangka kedua yaitu Rias.

Kedua makhluk tadi hanya bisa menurut tanpa bisa membantah Akeno, Naruto saat ini sedang ke luar membeli pesanan kopinya sedangkan Rias langsung memijat pundak Akeno.

.

Setelah kepergian Naruto beberapa saat yang lalu kali ini tinggal Rias dan Akeno berdua di ruangan itu.

"Hey Akeno, kau sebenarnya kenapa ?" tanya Rias sambil memijat Akeno.

Wanita itu menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya. "ini semua karena aku tak sengaja bertemu dengan mantan tunanganmu tadi".

"Hah ? Kau bertemu dengannya dimana ?" Rias menghentikan pijatannya.

"Aku bertemu dengannya di parkiran tempat kita memesan hiasan pohon natal" jelas Akeno.

Rias memeluk kepala sahabatnya itu, "kau pasti sangat kesal bertemu si brengsek itu".

"Tentu saja... Jika boleh aku sangat ingin menamparnya" ujar Akeno bersungguh-sungguh.

"Uhhhh sahabatku ini sudahlah jangan marah, lagipula aku juga sudah terbebas dari orang itu" Rias menggesekan pipinya dan Akeno.

"Memang... Jadi, kapan kau dan Naruto-kun akan menjadi kekasih kembali ?" pertanyaan barusan menbuat Rias kaget.

"A-apa maksudmu ?" dia menjauhkan diri dari Akeno.

"Ayolah... Aku tau kau masih mencintainya, apa kau mau hah nanti keduluan Shion ?" Akeno sedikit memanasi Rias.

"Ah kau ini ada-ada saja Akeno, lagipula aku dan Naruto hanya berteman saja" Rias mencoba mengelak.

"Tapi dari dalam hatimu pasti kau mengharapkan lebih iyakan ?, dan dari penilaianku Naruto-kun juga sepertinya masih menyukaimu terlebih demgan interaksi kalian berdua justru menunjukkan lebih dari sekedar teman kalo tidak percaya tanya saja karyawan kita pasti mereka mengira kalian pacaran" Rias terdiam dengan wajah memerah.

"A-Aku ke kamar mandi dulu" dia langsung menyelonong pergi dari hadapan Akeno.

"Fufufu... Ekspresi malu-malunya itu aku suka, pantas saja Naruto sangat tergila-gila padanya dulu" Akeno tertawa ringan.

.

.

.

.

TBC