Chapter 14

.

.

Naruto saat ini sedang dalam perjalanan kembali setelah selesai membeli permintaan Akeno, tapi ponselnya tiba-tiba berbunyi.

Saat di lihat ternyata itu adalah panggilan dari sahabatnya Sasuke.

"Hoy dobe kau di mana ?" Sasuke langsung bertanya.

"Aku habis dari coffe shop, memangnya kenapa ?" Naruto menjawab telfon sambil berjalan.

"Aku hanya ingin mengajakmu ke club tempat biasa nanti malam, dan teman-teman yang lain juga akan datang" ajak Sasuke.

"Baikah, aku akan datang" Naruto saat ini sedang menaiki eskalator.

"datanglah jam 7 nanti, aku akan mengajak Sakura dan hanya itu saja yang ingin aku beritahu jadi aku tutup sambungannya" Sasuke langsung mematikan panggilan itu tanpa menunggu Naruto berbicara.

"Hehhh... Dasar teme sialan, kenapa dia selalu menyebalkan sih padahal aku belum berbicara lagi tapi sudah main matikan saja" Naruto tampak jengkel sambil menatap layar ponselnya.

Dia melanjutkan perjalanannya menuju tempat Akeno dan Rias.

.

.

Kembali ke Akeno dan Rias.

.

"Wahhhh pijatanmu memang sangat nikmat" Akeno menikmati pijatan Rias pada bahunya setelah dia kembali dari kamar mandi.

"Tolong agak kebawah sedikit" dia memberikan komando pada wanita itu untuk memijat area hang dia maksud.

Rias memijat Akeno dengan tulus, bagaimanapun Akeno sudah sangat membantunya selama ini bahkan dia harus rela bekerja 2x lebih berat sejak Rias ditugaskan untuk mengurus kerja sama dengan Namikaze belum lagi ditambah musim dingin dan tahun baru sebentar lagi itu membuat pekerjaan mereka semakin menumpuk saja.

"Akeno... bagaimana kalau kita berlibur setelah semua tugas kita beres ?" mendengar itu Akeno melirik kearah sahabat merahnya.

"Itu ide yang bagus, tapi sebelum itu saat ini aku ingin langsung pulang dan merebahkan tubuhku di kasur yang hangat" Akeno memejamkan mata menikmati pijatan Rias.

Rias tersenyum kecil atas jawaban Akeno. "Aku berjanji akan membawamu berlibur ke tempat yang bagus nanti".

"Baiklah-baiklah aku menantikan itu"

Tok tok tok

Terdengar suara pintu diketuk dan tak perlu menunggu jawaban dari mereka orang itu langsung membuka pintu dan masuk.

"Ini pesanan kopinya Akeno-sama" Naruto berjalan mendekat dan menaruh kopi pesanan Akeno.

Rias menyudahi pijatannya dan duduk di samping Naruto.

"Apa kau tidak membelikan apapun untuku ?" Rias bertanya pada Naruto.

"Hah ? Bukankah kau tidak minta dibelikan apapun ?" Naruto menatap Rias dengan wajah heran.

"Lelaki macam apa kau ?, kau ini tidak peka atau memang pelit ?" Rias menyipitkan matanya.

Akeno menaruh kopinya yang baru dia minun, "kalian berdua diamlah, kenapa kalian tidak akur dan kompak seperti saat kalian bermain di Timezone waktu itu".

"Hey bagaimana kau bisa tau Akeno ?" Rias memelototi gadis berambut gelap tersebut.

"Bagaimana aku bisa tau ?, Tentu saja aku bisa tau ketika seorang manajer Mall sedang bermain bersama dengan pria pirang dan jangan lupakan kalian itu sangat mencolok apa tidak sadar hah ?" Mendengar jawaban dari Akeno membuat Rias menganga tak percaya sementara Naruto dia memalingkan wajahnya yang sudah memerah malu.

"Sudahlah-sudahlah... Aku tidak ingin mendengar perdebatan konyol kalian untuk sisa hari ini" Akeno kembali meminum kopinya.

Setelah itu tidak terdengar lagi perdebatan antara Rias dan Naruto.

.

.

Saat ini sudah memasuki sekitar pukul 18:00 dan itu artinya sudah lewat dari jam pulang Rias dan Akeno begitu juga Naruto.

"Akeno-chan, Rias... Apa kalian mau pergi bersamaku malam ini ?" tanya Naruto kepada dua sahabat itu.

"Maaf Naruto-kun lain kali saja, aku sudah sangat lelah hari ini dan ingin langsung pulang, sebagai gantinya kau bisa membawa si merah itu" tunjuk Akeno pada Rias yang sedang membereskan tasnya.

"Hey..." Rias menatap Akeno nyalang setelah menyebut dia merah.

"Yah sayang sekali, tapi janji ya lain kali kau akan mau jika aku ajak untuk keluar bersama" ajak Naruto lagi dan hanya dibalas anggukan oleh Akeno.

"Baikah kalau begitu aku pulang duluan, dan Rias mobil aku bawa jadi kau bersama Naruto-kun saja" Akeno sudah akan pergi tapi tiba-tiba dia berbalik "nanti tolong antarkan Rias pulang Naruto-kun, dan jika nanti semisal kalian memutuskan tidak pulang dan menginap di hotel aku minta dibuatkan keponakan oleh kalian berdua" Akeno mencoba menggoda mereka.

Dengan gerakan cepat dia langsung pergi dan menutup pintu demi menghindari lemparan sepatu dari Rias.

"Yang tadi jangan di dengar Naruto, wanita itu sudah gila" Rias berjalan mengambil sepatunya.

"Baiklah, tapi sejujurnya aku tidak keberatan dengan perkataan Akeno-chan barusan" jawab Naruto sambil menghindari tatapan Rias.

Sebelum Rias bereaksi dan memukulnya, Naruto langsung menarik Rias pergi dari sana.

.

.

.

Saat ini Naruto dan Rias sedang dalam perjalanan dengan mengendarai mobil.

"Kita mau langsung kesana ?" tanya Rias.

"Tidak, kita akan pulang ke rumahku dulu" jawab Naruto tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

"Huh ?... Kenapa ?" Rias menanyakan alasannya.

"Ada sesuatu yang harus aku ambil di rumah" jawab Naruto dengan tersenyum kecil.

Setelah mendapat jawaban Rias tidak lagi bertanya dan lebih menikmati waktu berdua bersama Naruto.

Sesampainya di kediaman Namikaze, Naruto langsung mengajak Rias untuk masuk ke rumahnya itu walaupun Rias agak sedikit malu-malu.

.

"Tadaima..." Naruto masuk kedalam rumah dengan diikuti Rias.

"Okaerinasai" sambut Naruko yang kebetulan ada di ruang tengah.

"Kaa-chan dimana Naruko ?" Naruto menanyai adik bungsunya.

"Kaa-chan ada di dapur"

"Ah baiklah, Oh iya Naruko perkenalkan ini teman Nii-chan namanya Rias" Naruto memperkenalkan wanita yang bersamanya.

Rias melangkah maju sampai berada di samping Naruto.

"Hai... Perkenalkan namaku Rias Gremory, jadi kau yah yang bernama Naruko... salam kenal" Rias tersenyum manis kepada bungsu Namikaze itu.

Naruko masih mengamati Rias dari bawah keatas, "Wah Cantik dan Gede !" tiba-tiba saja kata tersebut terlontar dari mulut Naruko yang masih mengamati Rias dengan raut wajah polos.

"Hah ?" ucap Rias dan Naruto berbarengan atas yang dibilang Naruko barusan.

"Hey Naruko, perkenalkan juga dirimu" tegur Naruto pelan.

Naruko yang baru baru sadar saat mendapat teguran dari kakaknya itu langsung memperkenalkan diri "Perkenalkan namaku Naruko Namikaze, salam kenal Rias onee-chan".

Setelah perkenalan singkat tadi Naruto mengajak Rias untuk duduk dulu di sofa.

Disana hanya ada mereka berdua karena Naruko setelah perkenalan tadi langsung pergi ke arah dapur katanya mau ke kamar mandi.

.

.

"Kau mau minum apa Rias ?" tawar Naruto.

"Tidak usah repot-repot Naruto, lagian kau bilang juga hanya akan mengambil barang saja kan..." Rias menolak halus.

"Aku memaksa dan tidak ada penolakan ok, jadi mau minum apa ?" Naruto kembali bertanya.

"Baiklah jika kau memaksa, kau boleh membawakan minuman apa saja".

"Nahhh ok, akan aku bawakan dan tunggu di sini sebentar" Naruto langsung pergi ke arah dapur.

.

Sepeninggal Naruto yang pergi untuk mengambil minuman kini Rias hanya sendirian saja di ruang tengah rumah megah tersebut.

Pandangannya mengitari beberapa sudut ruangan yang diisi oleh ornamen dan hiasan yang pastinya mahal itu membuat Rias semakin takjub, dia mengalihkan pandangannya ke sisi yang lain dan matanya tertuju pada sebuah foto yang cukup besar menampilkan seluruh anggota rumah ini.

Sepertinya itu foto yang diambil cukup lama pasalnya terlihat dari potret gadis kecil yang baru Rias temui masih bayi, tapi walaupun begitu ada beberapa foto dari Naruko yang memperlihatkan pertumbuhannya saat masih bayi samapi sekarang.

Dari yang Rias tahu dan ingat ternyata rumah mantan kekasihnya ini tidak banyak mengalami perubahan walaupun memang ada beberapa furnitur baru contohnya seperti sofa yang dia duduki sekarang.

Berada di rumah ini membuat Rias jadi mengingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan ibu dari Naruto. Dia dulu sangat malu ketika mereka bertemu bahkan Rias selalu memegang baju Naruto supaya tidak ditinggal berdua dengan Kushina tapi untungnya karena sifat Kushina yang humble dan gampang akrab membuat Rias bisa cepat nyaman dan akhirnya mereka malah tampak akrab dan dekat dalam waktu singkat.

Rias jadi malu sendiri dan dia tertawa pelan, tapi tawanya terhenti kala sorot matanya menangkap sebuah figura kecil berisi sebuah foto keluarga namun yang ada yang membuatnya penasaran. Diambilnya foto itu dan saat dilihat ternyata disana menampilkan foto keluarga Namikaze yang terlihat sedang piknik, ada kedua orang tua Naruto dimana Kushina memeluk lengan suaminya, lalu adik laki-laki Naruto yang seperti sedang memamerkan hasil lukisannya, dan yang paling mencuri perhatian Rias adalah foto Naruto yang duduk di samping gadis berambut hitam yang Rias ketahui adalah Akeno yang sedang memeluk Naruko.

"Kenapa ada Akeno ?, Wah jangan-jangan dia mencoba mencuri start" pikir Rias. Dia cepat mengeluarkan ponselnya dan memotret foto itu, setelah selesai langsung saja Rias menaruh kembali fotonya ke tempat asal.

.

.

"Wah wah wah coba lihat siapa yang berkunjung ?, Rias-chan akhirnya setelah sekian lama kau berkunjung juga" ujar Kushina dari arah dapur dan berjalan cepat kearah Rias dengan wajah yang terlihat gembira, diikuti oleh Naruko dibelakangnya.

Rias yang melihat Kushina hanya tersenyum saja menanggapi rasa antusias dari ibu mantan kekasihnya tersebut.

Setelah dekat Kushina dengan cepat langsung membawa Rias kedalam pelukannya.

"Aku merindukanmu bibi Kushina" Rias berbicara pelan disamping telinga Kushina dan membalas pelukan wanita itu.

Tanpa menjawab apapun Kushina juga sangat merindukan gadis ini, apalagi dulu dia sering berkunjung kemari jadi dia sudah menganggap Rias sebagai putrinya sendiri. Dia melepas pelukannya dan mengajak Rias untuk duduk kembali.

Mereka berdua duduk berdampingan namun sepertinya Rias belum mau melepaskan pelukannya dari Kushina, itu terlihat dengan tangannya yamg masih bertengger di pinggang Kushina.

"Kaa-chan apa kau sudah mengenal kakak ini ?" tanya Naruko penasaran dengan kedekatan ibunya dengan wanita yang dibawa oleh kakaknya itu, apalagi setelah dia memberi tahu Kushina bahwa kakaknya membawa seorang wanita bernama Rias di saat dirinya sedang ke kamar mandi tadi.

Mendapatkan pertanyaan dari adik bungsu Naruto membuat Kushina dan Rias menatap kearah Naruko.

"Kaa-chan sudah mengenal Rias-chan sejak dia masih sekolah, dan dia juga sering bermain kemari juga".

"oh iya dan hampir lupa, apa kau tahu Naruko kalau boneka beruang berwarna putih di kamarmu adalah hadiah dari Rias ini saat dulu kau masih bayi" tambah Kushina.

"Wahhh benarkah ?, Jadi yang memberi boneka itu adalah Rias onee-chan ?" Naruko menatap Rias dengan pandangan berbinar.

"Jadi, apa kau menyukai hadiah boneka itu ? Naruko-chan" tanya Rias sembari tersenyum.

"Ya... Naruko sangat menyukainya" jawab Naruko yang rupanya senang dengan boneka pemberian Rias duku.

"Syukurlah ternyata Naruko-chan menyukainya" balas Rias.

.

Ditengah asiknya trio wanita berbeda umur itu sedang bercengkrama namun sepertinya harus ditunda terlebih dahulu karena kedatangan seorang lelaki berambut pirang dari arah dapur sambil membawa segelas minuman.

"maaf mengganggu kalian bertiga" dia menaruh gelas minuman tersebut diatas meja.

Kushina yang melihat minuman yang dibawa Naruto mengeryit heran.

"Naruto, apa kau tidak salah membawakan Rias-chan ini ?" tanya Kushina sambil menunjuk apa yang dibawa Naruto.

Yang ditanya barusan hanya berkedip beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan Kushina.

"Memangnya kenapa ?... Tadi Rias bilang katanya boleh dibawakan minum apa saja, jadi aku membawakan jus jeruk saja apa itu salah ?" seolah belum faham dia malah bertanya balik kepada sang ibunda.

Kushina menepuk jidatnya sendiri atas ketidak pekaan putra sulungnya tersebut.

"Begini Naruto, apa kau serius memberikan minuman dingin pada seseorang disaat udara sedang dingin ?, Apa kau lupa kalau sekarang sudah mulai memasuki musim dingin hah ?" jelas Kushina.

Kadang Kushina heran walaupun putra pertamanya ini memiliki paras yang tampan namun sepertinya itu berbanding terbalik dengan kepekaan anaknya itu.

.

"Sudahlah tidak apa-apa bibi Kushina, dan bukannya kau mau mengambil sesuatu ?" Rias mencoba mengalihkan Naruto dari perdebatan dengan ibunya.

Naruto yang diingatkan oleh Rias akhirnya izin pergi ke kamarnya sebentar.

Setelah selesai dengan urusannya Naruto kembali keruang tamu dimana Rias berada.

"Ayo kita pergi sekarang, katanya yang lain sudah ada di sana" ajak Naruto dan dia sudah berganti baju juga sebelumnya dia mengenakan pakaian kantor kini tampak penampilannya lebih santai dengan balutan kaos putih dipadukan dengan jaket berwarna biru navy.

"Baiklah kami pergi dulu Bibi, Naruko-chan" pamit Rias.

"Hati-hati di jalan, dan jika Naruto berbuat macam-macam kau bisa bilang pada Bibi dan menghajar anak itu" Kushina menunjuk pada Naruto yang merinding dengan ancaman ibunya.

.

Setelah selesai berpamitan mereka segera pergi dari kediaman Namikaze menuju tempat janjian temannya.

Tak banyak perbincangan dari mereka berdua, hanya beberapa pertanyaan dari Rias saja tentang siapa saja yang akan mereka temui.

Setelah sekian menit berlalu akhirnya mereka sampai ditempat yang dituju.

Tampak sebuah club yang cukup besar, Naruto langsung menggandeng Rias menuju kedalam.

Dia menggandeng tangan itu dengan erat ditengah ramainya orang berlalu lalang di dalam, dia tidak mau jika gadis merah ini terpisah darinya dan malah diculik orang lain.

Rias hanya mengikuti arah jalan Naruto dan menikmati hangatnya genggaman tangan pemuda itu.

Mereka sampai di depan sebuah pintu, Naruto mengetuknya dan tanpa meunggu jawaban dia membukanya dan membawa Rias masuk.

.

.

Terlihat di dalam sudah ada beberapa temannya seperti Shikamaru, Kiba, Gaara, lalu Sai dan Neji.

Sementara untuk wanita ada Ino, Tenten, Hinata dan Sakura.

"apa Sasuke belum sampai ?" tanya Naruto setelah melihat ketidak hadiran couple tersebut.

"Dia akan datang sebentar lagi, dan aku tidak menyangka rupanya kau membawa pasangan kemari" ujar Kiba atas kedatangan Naruto dengan Rias.

.

Naruto hanya mengangkat bahu dan menggandeng Rias menuju sofa yang tersedia di sana.

Mereka langsung saja berbaur dengan orang disana karena Rias juga mengenal orang-orang ini mereka jadi tak perlu lagi merasa canggung.

Para wanita duduk di sofa yang terpisah dari lara pria.

.

.

.

"Apa kabar ?, Sudah lama tidak melihatmu" sapa Sakura pada Rias yang baru bergabung.

"Kabarku baik... Dan aku harap kalian semua juga begitu" jawab Rias dengan masih agak sedikit canggung, karena bagaimanapun juga setelah sekian lama mereka tidak berjumpa dan saling menyapa pastinya ada sedikit kehati-hatian dalam berkata.

Ino yang melihat Rias begitu langsung merangkul pundak wanita berambut merah tersebut.

"Ayolah... rileks saja dan lagipula kita sudah saling mengenal semasa si SMA jadi tenang ok !" perkataan Ino itu membuat Rias cukup lega pasalnya kehadirannya disambut baik.

"Itu benar, kami tidak akan menggigit mu jadi tenang saja tapi kalau Hinata mungkin saja dia akan menggigit" canda Sakura yang membuat mereka tertawa.

.

Setelah itu suasana antara Rias dan para wanita semakin mencair begitu dengan para pria.

Beberapa kali mereka saling meleparkan candaan yang membuat mereka tertawa lepas. Bagi Rias dia sangat menikmati malam ini karena bagaimanapun dia sudah jarang berkumpul atau menjalin komunikasi dengan teman-teman lamanya, karena biasanya selain sibuk karena masalah pekerjaan dia juga lebih sering keluar berdua bersama Akeno.

.

Mereka melanjutkan obrolan ditemani dengan makanan dan minuman yang sudah di pesan, apalagi para wanita sudah sangat heboh dengan obrolannya ditambah dengan minuman alkohol yang mereka konsumsi membuat semakin blak-blakan dalam mengutarakan isi kepala.

"Dari sejak kapan kau kembali dekat dengan Naruto ?" Sakura bertanya penasaran, sepertinya yang lain juga sama penasarannya.

"Yah belum lama ini lah dia mengajakku untuk kembali berteman" jawab Rias sekenanya lalu kembali melanjutkan makannya.

.

"Lalu apa kalian juga memutuskan kembali berpacaran ?" kali ini Ino yang bertanya dengan semangat apalagi jika itu menyangkut hal-hal yang bisa berpotensi menjadi gosip panas maka dia harus tau paling awal dan itu diamini oleh Sakura yang ber pemikiran sama dengannya.

Rias yang di todong dengan pertanyaan barusan sedikit kaget sehingga membuatnya tersedak, dia mencoba mengambil air dan meneguknya cepat.

"Hey kalian berdua, kenapa bertanya itu secara tiba-tiba ?" Tenten memarahi duo Sakura dan Ino.

Rias masih terbatuk pelan dengan punggungnya yang dielus-elus oleh Hinata.

"Ayolah Tenten apa kau tidak penasaran dengan hubungan si pirang dan nona merah di depan kita ini ?" Sakura mencoba melego kekesalan Tenten.

"Jadi bagaimana ?... Kalian kembali berpacaran bukan ?" lagi-lagi Ino langsung bertanya begitu melihat Rias yang sudah tidak terbatuk.

"Hey ka..!"

Dengan cepat supaya suara Tenten tidak membuat para pria melihat ke arah mereka sakura langsung membekap mulut si wanita berambut cepol dua itu.

"Dari yang aku lihat saat kedatangan kalian kemari tadi sambil bergandengan tangan, aku simpulkan sepertinya tidak mungkin kalau hanya berteman saja iyakan ?"

"Hah ?... Ah tidak-tidak, kami tidak menjalin hubungan apapun dan yah pada kenyataannya memang tak ada apapun diantara kami" Rias menggelengkan kepala.

"Hehhhhh benarkah ?, padahal kalian berpegangan tangan dan tampak serasi loh bukan begitu Sakura ?" Ino mencoba mencari dukungan dari sahabat merah mudanya.

"Itu benar, ayolah pasti ada sesuatu diantara kalian berdua".

"Tapi pada kenyataannya tidak begitu, kalau masih penasaran bisa ditanyakan langsung pada yang bersangkutan" Rias menunjuk kearah Naruto menggunakan dagunya.

Baik Ino dan Sakura yang tidak mendapatkan bahan untuk gosip terbaru akhirnya menyerah juga dan mengalihkan obrolan mencari topik yang lain.

.

.

Pindah ke barisan para Pria.

.

Seperti dalam acara atau perkumpulan mereka sebelumnya terlihat Kiba memang orang yang paling banyak bicara begitupun dengan saat ini.

Dia adalah orang yang paling lihai dalam mencairkan suasana diantara barisan kawannya yang lebih irit bicara.

"Aku baru tahu ternyata dia kembali ke pelukanmu" bisik Kiba yang bisa di dengar oleh beberapa dari mereka walaupun samar. "Jadi apa yang membuat dia kembali padamu atau sebaliknya ?"

"Aku tidak ada apapun dengannya" jawab Naruto singkat.

"Tidak ada hubungan atau belum ada hubungan ?, Aku hanya mengingatkan jika memang kalian tidak bisa bersama janganlah seperti dulu lagi" kali ini Shikamaru ikut nimbrung.

"Nah benar apa yang dikatakan Shikamaru, kami masih ingat bagaimana dulu saat kalian putus dan kau tahu waktu itu kau menjadi sangat menyebalkan".

Ucapan Kiba barusan membuat yang lain juga mengingat hari dimana Naruto menjadi menyebalkan tapi di sisi lain mereka tidak menyangka bahwa hanya karena patah hati bisa berdampak signifikan pada Namikaze muda itu.

Dan karena hal itulah mereka gagal dalam kejuaraan nasional di tahun terakhirnya bahkan Sasuke yang sudah berteman sejak kecil saja sampai menghajar Naruto setelah pertandingan itu karena rasa kecewanya kepada sang sahabat, dan sebagai puncak dari kekesalan mereka atas Naruto adalah dengan menjauhi si pirang itu dan ternyata sukses membuatnya sadar atas segala kesalahannya.

.

.

.

Saat ini malam sudah semakin larut dan ada beberapa dari mereka yang sudah mabuk karena terlalu banyak minum.

Dan yang paling terlihat mabuk adalah Rias dan Ino itu dikarenakan mereka yang bersaing siapa yang paling kuat minum diantara mereka.

Kini Naruto sedang membopong Rias diarea parkiran menuju lokasi mobilnya terparkir diikuti oleh Hinata karena katanya dia juga harus pulang jadi dia ikut menumpang.

Karena saat akan pulang sendirian Neji melarangnya karena sudah larut malam dan dikarenakan Kiba yang juga mabuk makanya dia tidak bisa menyetir untuk mengantar Hinata pulang dan kebetulan Naruto juga izin pamit pulang makanya Neji meminta Naruto agar Hinata bisa ikut karena kebetulan satu arah dengan tujuan Naruto.

Sebenarnya bukan Naruto saja yang sudah pulang tapi Sai Ino juga sudah pulang duluan begitupun dengan Gaara, Jadi yang masih berada di dalam club hanya tinggal SasuSaku, Shikamaru, Kiba dan Neji, Tenten.

.

.

Hinata yang berjalan di belakang Naruto melihat punggung lebar pemuda yang dulu pernah dia sukai tersebut.

Andai saja dulu dia berani mengungkapkan perasaannya pada pemuda pirang di depannya tapi apa daya keberaniannya tidak sebesar itu, dia hanya bisa mengamatinya dari jauh karena bagi Hinata itu saja sudah cukup.

.

.

"chan ?"

"nata-chan ?"

"Hinata-chan ?"

Hinata yang sudah sadar dari lamunannya barusan langsung melihat ke arah Naruto yang sudah menatapnya.

"A-ahh iya ?"

"Hinata-chan maaf apa kau bisa membantuku membuka pintu mobilnya" Naruto meminta bantuan Hinata karena saat ini kedua tangannya sedang membawa Rias.

Dengan cepat Hinata langsung membukakan pintu depan mobil Naruto supaya dia bisa mendudukkan Rias disana.

Setelah meletakan Rias dan memasangkan sabuk pengaman Naruto langsung pergi kearah kursi kemudi dan Hinata juga sudah berada di kursi belakang.

Langsung saja setelah memastikan Hinata memakai sabuk pengaman Naruto menginjak pedal gas mobilnya meninggalkan area parkir club.

.

.

.

Perjalanan malam ini terasa sangat sunyi selain dari tidak banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang namun dikarenakan tidak adanya obrolan antara Naruto dan Hinata.

Karena Hinata yang orangnya memang pendiam ditambah Naruto yang sedang fokus menyetir karena bagaimanapun dia harus berhati-hati dalam berkendara.

Walaupun dia tidak dalam kondisi mabuk karena hanya meminum 2 seloki Cocktail saja namun tetap saja dia harus waspada dan fokus kejalan.

Naruto menghentikan mobilnya disebuah perempatan jalan karena lampu lalulintas berwarna merah, disaat sedang menunggu lampu berubah warna dia menoleh kearah Rias yang sedang tidak sadarkan diri. Terlihat wajah tenang Rias yang justru membuatnya semakin terlihat menawan bagi Naruto walaupun dalam keadaan mabuk.

Secara tak sadar bibirnya kurva bibirnya tertarik keatas membentuk sebuah senyum yang tidak sengaja terlihat jelas oleh Hinata yang duduk di kursi belakang.

.

"Naruto-kun memang sangat mencintai Rias-san terlepas dari apa yang pernah terjadi pada mereka namun itu tidak merubah fakta bahwa mereka masih saling mencintai bahkan sampai saat ini" Hinata yang masih memperhatikan ekspresi wajah Naruto yang tengah menatap Rias.

Dulu memang Hinata dan Rias bisa dibilang saingan secara tidak langsung karena bagaimanapun juga Hinata pernah menyukai Naruto walaupun tidak pernah mengungkapkannya secara langsung tapi teman-teman terdekatnya juga mengetahui itu.

Tapi setelah mengetahui kalau Naruto menyukai Rias dia semakin mengubur rasa cintanya itu dan mencoba merubahnya menjadi rasa kagum saja tak lebih.

Karena bagi Hinata mencintai Naruto bukan berarti harus memilikinya juga, cukup dengan melihatnya bahagia saja bagi Hinata sudah cukup, apalagi setelah melihat bagaimana kacaunya pria pujaan hatinya saat putus dari Rias itu sudah membuktikan rasa cintanya pada Rias begitu dalam bahkan untuk menyadarkannya saja teman-teman Naruto harus terpaksa menjauhinya.

.

.

"Kau masih mencintai Rias-san ya Naruto-kun ?" Hinata buka suara dan membuat Naruto menoleh kearahnya.

"Apakah terlihat jelas ya ?" tanya Naruto sekaligus mengonfirmasi pertanyaan Hinata barusan.

"Hmm... mungkin dalam beberapa kesempatan kau bisa menyembunyikan perasaanmu leat raut wajah tapi pancaran matamu tak bisa berbohong Naruto-kun"

"Yahhh seperti yang kau katakan tapi aku sendiri sedang bingung" Naruto menghembuskan nafas berat dan kembali menatap kearah Rias.

"Apa ada yang menggangumu Naruto-kun ?"

"Ada beberapa hal yang mengganjal, mulai dari alasannya memutuskan hubungan kami dulu dan apakah kami bisa bersama lagi, juga ada beberapa hal lainnya" jawab Naruto yang saat ini sedang memainkan poni rambut wanita merah disampingnya.

"Aku rasa apapun alasannya dia memutuskan hubungan kalian pasti itu karena terpaksa dan aku yakin itu"

"Bagaimana kau bisa yakin Hinata-chan ?, Apakah Rias pernah berbicara sesuatu kepadamu" Naruto penasaran atas apa yang menjadi keyakinan Hinata.

Wanita berambut indigo itu menggelengkan kepala pelan.

"Rias-san tidak pernah membicarakan apapun padaku dan kami juga tidak banyak mengobrol dulu tapi aku pernah memergoki Rias-san menangis ditemani Akeno-san dan saat itu dia menyebutkan namamu Naruto-kun" Hinata mencoba mengingat hari itu.

"Ehhhh benarkah ?, Kau melihatnya dimana Hinata-chan ?"

"Kalau tidak salah itu di halaman belakang sekolah"

Naruto kembali mengalihkan pandangannya kearah depan sekaligus memikirkan perkataan Hinata tadi.

Ditengah pemikirannya tentang alasan Rias yang jika benar terpaksa memutuskan hubungan mereka tiba-tiba dia dipaksa keluar dari lamunannya karena mendengar Rias yang mengigaukan hal yang terkesan kekanakan membuat dia dan Hinata tertawa.

Lampu kini telah berubah warna menjadi hijau dan Naruto langsung melajukan kendaraannya.

.

.

.

Mereka sudah sampai di depan mansion Hyuuga.

.

Hinata melepas sabuk pengaman dan langsung keluar dari mobil Naruto.

"Terima kasih sudah mengizinkanku menumpang sekaligus mengantarku pulang Naruto-kun" Hinata berterima kasih sambil membungkukkan badan.

"Ahhhh tidak apa-apa Hinata-chan" Naruto juga ikut turun dari mobil.

"Oh iya ngomong-ngomong apa kau yakin kalau Rias masih menyukaiku ?"

Hinata tersenyum tipis dan menjawab pertanyaan Naruto.

"Aku yakin Rias-san masih menyukaimu dan untuk alasan dia memutuskan mu dulu nanti jika saatnya tiba pasti Rias-san akan memberitahumu cuma kau harus bisa bersabar" saran Hinata untuk Naruto.

Naruto mengangguk paham atas saran dari Hinata.

"Baiklah kalau begitu aku pamit masuk dulu, sekali lagi terima kasih Naruto-kun"

"Sama-sama, sudah cepatlah masuk aku juga akan segera mengantar Rias pulang"

Hinata meninggalkan Naruto yang masih tetap berdiri disana memastikan Hinata masuk kedalam kediamannya.

Setelah memastikan Hinata masuk Naruto segera pergi dari sana untuk mengantar Rias.

.

.

.

Ditengah perjalanan Naruto baru sadar dia tidak tahu pasti alamat apartemen Rias.

Karena dia hanya tau dari Akeno kalau Rias tinggal tidak jauh dari alamat Akeno, dia bisa saja menghubungi Akeno tapi takutnya dia mengganggu Akeno jika wanita itu sudah istirahat.

"Apa aku hubungi Sirzechs saja ya ?, tapi nanti dia bertanya dan curiga" Naruto terus berfikir.

"Ahhhh peduli amat aku hubungi saja dia".

Naruto langsung membuka ponsel dan mencari kontak Sirzechs lalu dengan cepat menghubunginya.

Tak butuh waktu lama panggilannya sudah diangkat namun ternyata bukan Sirzechs yang menjawab melainkan istrinya yaitu Grayfia.

"Sirzechs-sama sedang di kamar mandi Naruto-kun, apa ada hal yang bisa aku sampaikan atau kau ingin langsung berbicara dengannya ?"

"Ahhh tidak ada hal yang mendesak kok Grayfia-san, hanya saja aku ingin bertanya alamat apartemen Rias, aku ingin mengantarkan barangnya yang terbawa olehku" Jawab Naruto terpaksa berbohong walaupun tidak sepenuhnya karena memang dia mengantarkan sesuatu ke apartemen Rias hanya saja mungkin bareng dengan orangnya sekalian.

Setelah diberitahu oleh Grayfia, Naruto langsung menuju alamat tersebut.

.

.

.

Naruto langsung membawa Rias menuju lantai apartemen nya berada di lantai 11. Dia kini sampai di depan pintu apartemen bernomor 102.

"Maafkan aku yang membuka tas punyamu tanpa izin tapi ini terpaksa".

Naruto merogoh tas kecil milik Rias untuk mencari kartu akses masuk apartemen.

Setelah menemukannya Naruto langsung menggesek kartu itu dan membuka pintunya.

Setelah di dalam Naruto membawa Rias ke sofa dan membaringkannya di sana.

"Kau lumayan berat juga, tapi tidak heran sih"

Naruto bangkit dari sofa dan menuju kearah dapur, "dimana dia menyimpan air putih ? Apa ada di dalam kulkas ?". Dia membukanya dan memang ada sebuah teko berisi air di sana.

Naruto membawanya menuju Rias berada, dia mendudukkan wanita itu dan menuangkan air ke gelas.

"Rias buka matamu sebentar ayo minum ini" Naruto menepuk-nepuk pelan pipi gembil gadis itu dan rupanya cara itu sukses membuat Rias membuka matanya.

Naruto memegang gelas dan membuat Rias meminumnya sampai habis sekitar 4-5 gelas, dan itu dilakukan Naruto agar saat bangun besok Rias tidak mengalami dehidrasi.

Karena Rias yang memang tidak sadar jadi dia tidak bisa minum dengan benar dan mengakibatkan bajunya basah terkena air yang tadi dia minum dengan tidak benar.

.

.

.

"Sekarang tinggal kita cuci wajahmu itu". Naruto kembali membopong Rias kali ini dia menuju kearah kamar mandi.

Disana Naruto meletakkan Rias di bathtub yang tidak terisi air, dia mengambil handuk dan membasahinya, lalu dengan telaten melap wajah itu.

"Hahhh sepertinya aku juga harus mengganti bajumu nanti, YaTuhan semoga aku tidak lepas kendali" Naruto meratapi dirinya, apakah ini sebuah berkah atau justru sebaliknya ini adalah sebuah cobaan.

Setelah selesai dia kembali memangku wanita itu untuk meletakkannya di kamar tidur. Naruto membuka lemari pakaian dan mengambil sebuah baju untuk ganti Rias.

"Baiklah Naruto kau bisa melakukan ini, lagipula ini agar Rias tidak masuk angin gara-gara tertidur dengan baju yang basah" dia menghembuskan nafas kasar dan dengan hati-hati membuka kancing baju Rias satu-persatu.

Ditengah kegiatannya itu Naruto tidak hentinya terus berdoa dan meminta maaf ketika tidak sengaja menyenggol bagian tubuh Rias. Akhirnya kegiatan Naruto itu berhasil walaupun dengan menyiksa batin Naruto.

.

.

.

Kini Naruto sedang terduduk disofa ruang tengah apartemen tadi tentunya setelah menyelimuti Rias. Dia melihat kearah jam dinding yang terletak disana.

"Pasti penghuni rumah sudah tidur jika apu pulang jam segini, dan aku juga sudah ngantuk jadi akan berbahaya jika aku mengendarai saat ini". Naruto merebahkan dirinya di sofa, dia sudah memutuskan untuk tidur saja di apartemen Rias ini.

Tak butuh waktu lama akhirnya dia pun terlelap dan segera menuju alam mimpi.

.

.

.

.

.

.

TBC