Chapter 15

.

.

.

Pagi ini di kediaman Namikaze tampak berjalan seperti biasa.

Semua anggota keluarga sudah bangun untuk memulai hari, Kushina sedang memasaka dengan berdendang riang. Sedangkan sang kepala keluarga yaitu Minato hanya melihat istrinya yang sudah riang saja walaupun ini masih pagi.

"Selamat pagi" sapa anak kedua mereka yaitu Menma, dia langsung duduk di kursi tempat biasa dia duduk.

Kali ini giliran Naruko yang datang dari arah kamar, dia langsung saja duduk. "Naruko-chan apa kakakmu sudah bangun ?" tanya Minato ada si kecil.

"Aku akan membangunkannya" Naruko beranjak pergi menuju kamar dari kakak sulungnya, tak berselang lama dia kembali lagi dari sana.

"Tou-san dia tidak ada di kamar"

"Huh ?" Minato heran pasalnya tidak biasanya anaknya itu keluyuran sampai tidak pulang. Padahal sebelum-sebelumnya mau selarut apapun dia akan pulang ke rumah.

"Ini sarapan paginya" Kushina selesai dengan masakannya dan langsung duduk.

"Naruto tidak pulang ?" tanya Minato pada sang istri.

"Hum ?, Sepertinya memang begitu lagipula tenang saja dia pasti juga dengan teman-temanya" jelas Kushina.

"Kenapa kau malah terlihat senang saat Naruto tidak pulang ?" Tanya Minato penasaran.

"Apa terlihat jelas di wajahku ya ?" tanya Kushina sambil tersipu.

"Naruko-chan apa kau mengetahui sesuatu ?" Minato tiba-tiba bertanya.

Naruko menghentikan sejenak makannya "Kemarin dia mau pergi ke luar bersama kakak berambut merah" jelas Naruko lalu melanjutkan sarapannya.

"Kakak berambut merah ?, Siapa ?" Minato masih penasaran.

"Sudahlah nanti juga tahu sendiri, cepat makan sarapanmu nanti dingin" titah Kushina pada Minato.

Disela makannya Minato masih terus berfikir kira-kira siapa wanita berambut merah yang Naruko maksud.

.

.

.

Apartemen Rias.

.

Naruto sedikit menggeliat menyamankan posisi tidurnya.

Tapi dia sedikit terganggu karena seperti ada yang menggelitik lubang hidungnya, dia mencoba membuka mata dan yang pertama dia lihat adalah sesuatu berwarna merah.

Dia mengerjap beberapa kali tapi tunggu sebentar, seperti ada yang janggal. Bukankah tadi malam dia tidur di sofa ?.

Tangannya meraba-raba dan dia seperti berada dalam selimut lalu tangan sebelah kanannya terasa berat tertindih sesuatu.

Naruto menggeser sedikit selimut kearah bawah dan apa yang dia lihat Rias tengah tertidur menghadap kearahnya sambil menghimpit lengan kanan Naruto.

Jujur saja Naruto terkejut kenapa dia bisa tidur di ranjang tersebut pasalnya seingatnya dia tidur di sofa ruang tengah, dia milirik kearah jam dan rupanya ini sudah pagi.

Dengan gerakan hati-hati Naruto beranjak dari kasur itu dengan sangat pelan supaya tidak membangunkan Rias dan membuatnya salah faham jika mengetahui kalau mereka tidur satu ranjang.

Dia kini berdiri disamping ranjang sambil melihat wajah gadis merah itu yang menurutnya justru semakin cantik saja saat sedang tidur.

Saat tengah akan pergi dari sana tiba-tiba Naruto menghentikan langkah kakinya karena mendengar gumaman Rias, sontak hati Naruto seperti berbunga-bunga mendengarnya. Setelah beberapa saat berdiri diam di sana kini dirinya memutuskan untuk meninggalkan kamar Rias.

Naruto berjalan pelan menuju kamar mandi dan untuk membasuh muka sekalian mungkin menumpang mandi juga.

Kini dia sedang berdiri dibawah guyuran air shower yang dingin, Naruto masih terus mencoba mengingat kenapa dia bisa berada di kamar Rias bukankah dia tidur di sofa.

"Apa jangan-jangan karena udara dingin semalam secara tidak sadar aku masuk ke kamar Rias ?" Naruto masih berfikir keras dan mencoba menebak beberapa kemungkinan dirinya bisa ada di sana.

.

.

.

.

Selesai dari kamar mandi kini Naruto sedang melihat-lihat dapur Rias dan mencoba mencari apakah ada sesuatu yang bisa dia makan.

Membuka lemari satu persatu namun yang bisa dia temukan hanya makan ringan dan berbagai camilan saja, dia juga membuka kulkas yang ternyata isinya hanya ada beberapa butir telur, buah-buahan kalengan dan ada tuna kalengan juga.

"Apa dia tidak pernah membuat sarapan pagi ?, Tapi aku tak heran juga sih kalau tubuhnya cukup berat apalagi makan siangnya juga banyak walaupun tidak sarapan pagi".

.

Karena tidak ada banyak bahan yang bisa Naruto pakai untuk membuat sarapan dia memutuskan untuk membelinya dulu di mini market terdekat.

.

.

.

'Hmmm...' Rias membuka matanya.

Kepalanya sedikit pening dan berat karena terlalu banyak minum semalam. Dirinya melirik jam yang menunjukan pukul 6:48.

Dia berjalan menuju kamar mandi setelah sadar sepenuhnya walaupun kepalanya sangat pusing.

Dirinya mengambil sebotol air minum dari kulkas untuk membasahi tenggorokannya yang kering karena efek dari alkohol yang dia minum semalam. Setelah menghabiskan satu botol dia langsung masuk kedalam kamar mandi.

Rias mengguyur dirinya dengan air dingin demi bisa meredakan rasa pusingnya.

.

.

.

Sekembalinya Naruto dari minimarket setelah membeli beberapa bahan makanan untuk dia masak kini dia langsung menuju ke dapur dan membuat sarapan pagi bagi mereka berdua.

Sepertinya Rias juga sedang mandi di dalam sana, Naruto melanjutkan acara memasaknya.

Dia memutuskan membuat french toast dengan salmon karena selain gampang dibuat rasanya juga enak.

Ditengah acara memasaknya Naruto mendengar suara pintu dibukan dan itu Rias yang baru selesai mandi, dan kini dia mengenakan jubah mandi.

Rias sedikit terkejut dengan keberadaan Naruto di dapurnya.

"Kenapa kau ada di sini ?" Tanya Rias terkejut.

Naruto berbalik menatapnya namun tiba-tiba wajahnya memerah dan diam mematung.

Rias yang tidak mendapat jawaban dari pria pirang itu karena dirinya malah diam mematung menatap kelarahnya namun tunggu sebentar, dia melirik kearah bawah dan wajah Rias juga tiba-tiba memerah dan dengan cepat dia langsung menyilangkan tangan di depan dadanya.

"Kau melihatnya ?" tanya Rias dengan wajah yang sudah sangat merah.

Naruto memalingkan wajahnya kearah kiri. "Aku tidak melihat apapun".

"Kau berbohong pasti kau melihatnya kan ?" Rias saat ini sedang malu setengah mati.

"Iya aku melihatnya, dan ngomong-ngomong itumu besar juga" jawab Naruto yang membuat Rias kian malu.

Rias bergerak cepat saat akan menampar Naruto karena sudah tidak kuat menahan malu namun dengan secepat kilat Naruto langsung menangkap pergelangan tangan wanita itu dan langsung menarik pinggangnya mendekat.

Kini wajah mereka behadapan dan tubuh Rias menempel pada Naruto.

"Kau tahu Rias, aku sudah menahan ini dari semalam agar tidak lepas kendali dan memakanmu, dan jangan lupa kalau aku ini adalah pria muda yang sehat jadi kapan saja aku bisa lepas kendali maka dari itu cepat ganti baju sana kalau tidak kau akan merasakannya sendiri di tempat ini sekarang" bisik Naruto tepat ditelinga Rias.

Rias melepaskan diri dari kungkungan Naruto langsung gibrit lari dan masuk kedalam kamar.

Dia kini berdiri bersandar di pintu mencoba meredakan rasa malunya karena hal barusan. Setelah dirasa degup jantungnya sudah kembali normal dia langsung beranjak mencari pakaian dan memakannya.

Rias menggunakan turtleneck berwarna coklat dan dipadukan dengan blazer berwarna biru navy dengan celana bahan berwarna senda dengan blazernya, untuk riasan wajah dia hanya menggunakan make up tipis yang ikut menunjang penampilan.

.

.

.

Setelah selesai berpakaian dan menggunakan makeup kini Rias keluar dari kamar dan berjalan menuju kearah Naruto yang sudah menunggu di meja makan.

Dia tampak ragu-ragu untuk duduk di sana mengingat hal yang memalukan tadi dan itu disadari oleh Naruto.

Naruto bangkit dari duduknya dan menghampiri Rias, dia menggenggam kedua tangan gadis merah tersebut namun Rias masih belum berani menatap langsung kearah Naruto dan hanya menundukkan kepalanya menatap kakinya sendiri.

Dia meraih dagu gadis tersebut dan membuat dia bisa menatap matanya. "Ok aku minta maaf untuk hal tadi, jadi sekarang kita makan bersama ya" ajak Naruto yang masih menatap mata Rias dan dijawab dengan anggukan oleh wanita itu.

Lalu Naruto mendudukan Rias di kursi yang berhadapan dengannya.

"Ini, silahkan" Naruto memberikan sepiring makanan pada Rias.

"Ini makanan apa ?" tanya Rias melihat makanan buatan Naruto.

"French toast dengan isian telur dan pan seared salmon" jelas Naruto memberitahu masakan yang dia buat.

Rias mencoba French toast itu, satu gigitan kecil lalu kemudia gigitan kedua dan ketiga. Rupanya rasanya enak juga dan Naruto yang melihat Rias nampak lahap menikmati makanan buatannya tidak bisa membendung senyum.

Melihat itu sudah habis Naruto memberikan Rias satu porsi lagi dan langsung dilahap oleh Rias.

"Ini minumnya" Naruto memberikan jus pada Rias.

Rias menyenderkan tubuhnya di kursi karena mungkin kekenyangan.

"Apa rasanya enak ?" tanya Naruto yang Rias jawab dengan anggukan.

"Sejak kapan kau pandai memasak ?, setahuku dulu kau sangat payah dan dulu saat kita dirumahmu malah menyeduh ramen instan" Rias mencondongkan tubuhnya kearah depan, dia tahu kalau Naruto dulu sangat payah dalam memasak karena selalu saja dia lebih memilih memakan ramen instan.

"Aku banyak belajar saat di Amerika, karena Kaa-chan membatas pengeluaranku jadi aku harus pintar mengelola uang makanya aku bekerja sambilan di sebuah restoran" jelas Naruto.

"Ini sudah siang ayo kita berangkat, aku akan mengantarmu".

Setelah selesai membereskan peralatan makan mereka kini keduanya sudah akan pergi bekerja.

Mereka berjalan menuju kearah parkiran dan tak lupa Naruto menggenggam tangan Rias, sepertinya kebiasaan lama kembali muncul setelah tadi malam.

Keduanya kini sudah di parkiran lalu masuk kedalam mobil.

.

Tak banyak percakapan antara mereka berdua saat diperjalanan, tak lama kemudian mereka sudah sampai di mall Starlight.

Setelah Rias turun dan mengucapkan terimakasih tentunya, namun saat akan menjauh Naruto tiba-tiba memanggilnya dan membuat Rias kembali berjalan mendekat.

"Ada apa ?" tanya Rias.

Naruto menginstruksikan agar Rias mendekat dengan tangannya.

Rias membungkuk sejajar dengan jendela mobil Naruto dan tanpa ada aba-aba apapun Naruto langsung menempelkan bibirnya di pipi sebelah kana Rias.

Naruto mengecupnya singkat, sebelum Rias sempat merespon Naruto dengan cepat menginjak pedal gas mobilnya dan pergi meninggalkan Rias yang tengah berdiri mematung.

Dia menyentuh bagian yang tadi dicium lelaki pirang itu, Rias tersenyum bahagia lalu dia pergi dari parkiran itu, namun tanpa dia sadari ada sosok yang memperhatikannya dari tadi.

.

"Fufufu ini semakin menarik" lalu si orang itu beranjak pergi dari tempatnya.

.

.

Jantung Naruto kini berdetak kencang, karena entah dari mana keberaniannya tadi yang tiba-tiba mencium Rias.

Namun keberanian itu di dasari dengan gumaman Rias tadi pagi saat dia masih tertidur.

Dia mempercepat laju mobilnya untuk segera lulang ke rumah dan mengganti baju untuk bekerja. Apalagi besok adalah launching produk make-up dari Namikaze Corp tentunya hari ini dia akan sangat sibuk demi kelancaran acara besok.

.

.

.

Rias mendudukkan dirinya di kursi kerjanya, dia melepaskan blazer yang dia pakai dan menggantungnya di kursi.

Menghidupkan komputer dan membaca beberapa kertas yang ada di mejanya, sepertinya Akeno belum datang karena begitu dia masuk kesini Akeno belum terlihat begitupun dengan mejanya yang masih tampak rapi.

Tak berselang lama pintu lun terbuka dan itu adalah Akeno yang baru datang.

"Tumben sampai duluan ?, Biasanya kalau kau minum-minum itu akan susah dibangunkan pas pagi" tanya Akeno.

"Aku memasang alarm, makanya aku bisa bangun pagi". Jawab Rias yang jelas diketahui oleh Akeno jika Rias sedikit berbohong, pasalnya saat di rumahnya saja si merah ini sangat sukit dibangunkan sudah seperti orang yang latihan mati.

"Begitukah ?" Akeno tersenyum penuh arti.

"Ngomong-ngomong semalam bagaimana ?"

"Yah semalam cukup seru, banyak kenalan saat kita masih sekolah juga" jawab Rias tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor.

"Terus pulang kau bagaimana ?" tanya Akeno lagi.

"Diantar Naruto".

"Apakah dia juga menginap di apartemenmu ?" tanya Akeno cepat.

"Ya" jawab Rias sebelum dia sadar dari pertanyaan Akeno.

"Jangan membayangkan apapun hey otak mesum, lagipula kurasa kami tidak tidur seranjang" Rias mencoba memberi alasan.

"Darimana kau tahu kalau kalian tidak tidur di tempat yang sama ?" pertanyaan Akeno itu sukses membuat Rias terdiam, karena bagaimanapun dia sudah tertidur bahkan di mobil Naruto seingatnya, dia akan bertanya pada lelaki pirang itu nanti.

"Tentu saja aku yakin, dia bukan orang yang akan mencuri-curi kesempatan, dan cepat mulai kerjakan kerajaanmu hoyyy kita ini sudah sangat sibuk" titah Rias pada Akeno yang membuat wanita berambut hitam itu cemberut.

.

.

.

.

Naruto sampai di kediamannya.

Nampak kondisi rumah sudah sepi karena adik-adik dan ayahnya sudah berangkat, sedangkan sang ibu juga tidak kelihatan.

Seusai berganti pakaian menggunakan pakaian kerja kini dia akan berangkat lagi namun dia berhenti saat mendengar suara deheman dari arah belakang.

Rupanya yang berdehem tadi adalah sang ibu, Kushina.

"Habis menginap dari mana ?" tanya Kushina berjalan mendekati sang putra.

"Aku menginap di apartemen Rias" jawab Naruto.

"Wahhhh benarkah ?, apakah kalian juga tidur bersama ?" tanya Kushina dengan antusias.

"Tidak, Kami tidur terpisah" ujar Naruto yang yah tidak sepenuhnya berbohong juga karena awalnya dia memang tidur di sofa tapi entah kenapa dia malah terbangun di kasur bersama Rias.

"Aish... Kenapa kalian tidak tidur di ranjang yang sama" Kushina terdengar kecewa.

"Hah ?, Kenapa Kaa-chan malah kecewa ? bukankah bagus kalau aku tidak tidur satu ranjang bersama wanita yang belum menikah denganku ?" heran Naruto karena bisa-bisa sang ibu malah kecewa.

"Itu memang benar, tapi untuk Rias-chan dan Akeno-chan itu pengecualian".

"Hah ?" Naruto hanya bengong mendengar penuturan ibunya barusan.

"Lagipula kau dan Rias-chan itu sangat cocok, lagipula bukankah kau menyukai dia ? ditambah dia juga tipe idealmu kan ? Wanita berdada besar" Kushina tertawa renyah.

"Aku berangkat, jika lama di sini yang ada pikiranku akan terkontaminasi oleh Kaa-chan" Naruto langsung bergegas pergi.

"Hati-hati di jalan Naruto, dan jangan lupa lain kali menginaplah lagi di apartemen Rias-chan" teriak Kushina.

.

.

Kini dia sedang berjalan keluar dari rumah.

"Ada-ada saja Kaa-chan, tapi berarti dia mendukung jika aku berhubungan lagi dengan Rias" Naruto memasuki mobilnya dan pergi dari kediaman Namikaze.

.

Tak butuh waktu lama bagi Naruto untuk sampai di kantor.

Karena hari ini cukup sibuk untuk persiapan acara launching besok jadi dia tidak bisa keluyuran seperti biasanya.

Mulai dari pagi sampai dengan menjelang malam Naruto masih terus bergelut dengan semua pekerjaannya.

.

.

Jam menunjukkan pukul 18:25 dan dirinya masih ada sedikit pekerjaan padahal biasanya dia selalu bisa pulang tepat waktu bahkan lebih cepat namun hari ini pekerjaannya memang sangat banyak lebih dari biasanya.

"Hahhhh..." Naruto beranjak dari kursinya dan berjalan-jalan sebentar untuk menghilangkan suntuk, cukup banyak karyawan yang lembur hati ini sepertinya itu terlihat dari masih cukup banyaknya orang yang berlalu lalang di koridor.

Naruto menuju sebuah vending machine dan membeli sekaleng bir.

Dia duduk di kursi dekat vending machine sembari menikmati minumannya.

"Kira-kira Rias sedang apa ya ?" Naruto penasaran dengan kegiatan Rias, namun sekelebat kejadian tiba-tiba terlintas di otaknya.

Kejadian yang membuat dirinya bisa berada di kasur yang sama dengan Rias.

.

Flashback On.

.

.

Pukul 03:10 dini hari.

.

Naruto yang tengah tertidur namun tidak bisa nyenyak karena udara dingin yang berhembus.

Dengan setengah sadar dirinya bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar Rias untuk meminjam selimut, namun karena rasa kantuk yang menyerang membuatnya merebahkan diri disamping Rias sebentar.

Tapi tiba-tiba saja Rias memeluknya karena mungkin mengira kalau dia adalah guling.

Namun karena rasa nyaman dan hangat kasur itu membuat Naruto lupa akan tujuan utamanya untuk mengambil selimut di lemari dan malah menyibakan selimut lalu ikut bergelung dibawahnya.

Sampai dia tersadar di pagi hari masih tidur dengan Rias.

.

Flashback off.

.

.

.

"Aku ceroboh sekali" Naruto menepuk jidatnya karena cukup ceroboh, bagaimana jadinya kalau Rias bangun terlebih dahulu.

Dia mengacak rambut pirangnya dan membuat rambut itu semakin kusut saja. "Lebih baik aku cepat selesaikan pekerjaan ini supaya bisa langsung pulang".

Naruto meneguk minumannya sampai habis lalu membuang kalengnya kedalam tong sampah.

.

.

.

Kurang lebih setengah jam Naruto terus berjibaku menyelesaikan semuanya, kini selesai sudah pekerjaan dia hari ini.

Dia bergegas membereskan mejanya lalu bersiap untuk pulang ke rumah dan menikmati makan malam buatan mama Kushina.

.

.

.

.

TBC