Chapter 17

.

.

.

Rias bangkit dari tempat tidurnya setelah mendengar suara bising dari alarm. Sesudah selesai membersihkan diri kini dia telah berpakaian lengkap untuk pergi bekerja seperti biasanya.

Dia kini tengah menikmati makanan yang sebelumnya sudah dia panaskan di microwave, sendok demi sendok dia masukan makanan itu ke mulut sambil tangan yang satunya men-scroll halaman media sosial miliknya namun dia sedikit tertarik dengan sebuah artikel dari akun gosip yang membahas nama seorang artis yang dia tahu.

Kata demi kata dia baca yang rupanya artikel tersebut membahas mengenai kedekatan sang artis dengan seseorang yang tidak di kenal, tapi begitu dia membuka gambar yang menunjukkan bukti dari artikel tersebut Rias langsung memasang wajah jengkel. Dia akhirnya melemparkan ponsel yang tidak bersalah tersebut di atas meja.

Rias meniup poni rambutnya tanda sedang kesal.

"Sialan, aku jadi tak berselera makan" Rias menyudahi sarapannya lalu memutuskan untuk pergi dari apartemennya.

.

.

Dia membawa mobil dengan perasaan kesal dan jengkel yang masih hinggap di hatinya dan ditambah lalu lintas yang cukup ramai.

Sesampainya di Mall, dia banyak menerima sapaan dari bawahannya namun karena sedang dalam suasana hati yang buruk dia jadi tak menggubris sapaan tersebut. Kekanakan sekali.

Langsung saja dirinya menyibukkan diri dengan semua kertas yang ada di meja supaya tidak terus memikirkan berita yang dia baca tadi.

.

Kurang lebih setengah jam sesudah kedatangan Rias, Akeno pun sampai. Namun matanya langsung tertuju pada wanita berambut merah tersebut yang sedang sibuk dengan berbagai kertas di mejanya.

"Tumben sekali kau langsung bekerja, biasanya tak begitu" ujar Akeno. Namun Rias tak menyahut dan hanya melirik singkat saja lalu kembali memfokuskan diri.

Yah melihat kelakuan Rias yang seperti itu Akeno tidak ambil pusing karena bukan pertama kalinya namun apa yang membuat dia seperti itu ?.

Tak mau ikut campur dia juga langsung mendudukkan diri dan mengerjakan bagiannya.

.

.

Sepertinya artikel yang tadi di lihat oleh Rias memang membuatnya bad mood bukan main, itu terbukti dari dia yang tampak sering kesal tak jelas ditambah bibirnya tak berhenti bergumam. Akeno menggelengkan kepala melihat sahabatnya itu, sungguh dia sangat penasaran apalagi Rias yang sedang bad mood akan menjadi sangat menyebalkan.

Akeno memutuskan untuk bertanya langsung, dia mendekati si rambut merah. "Aku tahu kau sedang bad mood dan kalau dibiarkan maka kau akan semakin menyebalkan. Jadi hal apa yang mengganggu mu ?".

Rias melihat Akeno yang berdiri di depan mejanya, setelah itu dia menghela nafas kasar. "Coba kau lihat saja berita tentang wanita yang kemarin syuting di Mall ini" sungut Rias lalu wanita cantik berambut merah itu.

"Aku mau jalan-jalan sebentar" Rias meninggalkan ruangan itu sehingga menyisakan Akeno sendiri di sana yang masih belum mendapatkan jawaban pasti.

Karena penasaran dengan yang dibilang Rias, Akeno membuka ponselnya dan mengetik nama seseorang di mesin pencari. Lalu langsung banyak berita dan artikel mengenai orang itu yang rupanya sedang tranding di timeline semua media.

Akeno memilih salah satu artikel, dia membacanya lalu setelah beberapa saat membaca dia menyunggingkan senyum tanda mengerti kenapa Rias jadi bad mood. "Ternyata Rias Gremory sudah dewasa sekarang fufufu" Akeno tertawa geli.

Setelah itu dia kembali duduk di mejanya dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda, Akeno tidak habis pikir ternyata Rias bisa cemburu juga memang malu-malu tapi mau.

.

.

Rias kini sedang berjalan-jalan tak tentu tujuan dengan mengitari lantai atas lalu turun ke bawah dan kembali mengitarinya. Banyak para karyawan maupun karyawati yang menyapa namun semua seolah tak digubris sama sekali.

"Aish... Sialan, kenapa aku jadi kesal sendiri si dari tadi" Rias mengusap wajah kesal. Lalu dia pergi lagi ke lantai bawah dimana area permainan berada, Rias ingin menghilangkan rasa kesal dengan bermain games.

Setelah beberapa menit bermain namun emosinya tak kunjung mereda tapi malah semakin naik karena dia beberapa kali harus kalah.

"Kenapa aku banyak menelan kekalahan, kujual juga nih mesin semua" Rias mencak-mencak di depan sebuah mesin arcade. Saat berbalik dari sana dia melihat sebuah Punch machine di sudut sana.

Sepertinya melampiaskan emosi dengan mesin itu boleh juga.

Kini dia sudah di depan mesin tersebut dan hendak melakukan pukulan, saat sedang memukul dia membayangkan kalau mesin tersebut adalah seorang pria berambut pirang, dengan gerakan yang cepat Rias memukulnya sangat keras sehingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Bahkan beberapa pengunjung sedikit terkejut dengan pukulan Rias yang bisa dibilang tidak pelan.

Meniup poninya sebelum melakukan pukulan ke dua, kini dia membayangkan sosok seorang wanita yang berdiri di sana dan lagi-lagi pukulan Rias sangat kencang bahkan lebih kencang dari sebelumnya.

"Hah... Akhirnya cukup lega juga". Rias meninggalkan mesin tersebut dan pergi menuju lokasi lain. Saat sedang berjalan telinganya mendengar sayup-sayup suara orang yang memanggilnya.

Melirik ke kanan dan kiri tak ada yang dia kenal lalu melihat ke arah belakang rupanya ada seseorang pria berambut pirang yang memanggil dan berjalan mendekat ke arahnya.

Karena masih menyimpan rasa kesal Rias memilih pergi untuk menghindari pria itu. Rupanya si pria berjalan lebih cepat untuk menyusulnya namun Rias tidak mau kalah dan ikut mempercepat langkah kakinya, setelah di area yang banyak rak-rak tinggi dia bisa bersembunyi di sana.

Rias berdiam di balik sebuah rak di bagian dalam, dimana dia bisa mengintip orang yang mengejarnya. Rupanya orang tersebut menyerah untuk mencari Rias. Begitu orang tadi menjauh Rias keluar dari tempat persembunyiannya dengan masih mengintip.

"Dasar pria sialan" cibirnya.

.

.

.

Naruto masih tak mengerti kenapa Rias tiba-tiba menghindarinya.

"Apa aku melakukan kesalahan ?... tapi apa itu ? Bahkan dari kemarin aku tak berhubungan dengannya" Naruto berbicara sendiri sambil kakinya terus berjalan menuju ruangan tempat Akeno dan Rias.

Namun tiba-tiba dia teringat suatu hal yang mungkin bisa saja membuat Rias menghindar. "Jangan bilang kalau dia tahu bahwa aku tidur dengannya ?" Naruto sedikit berkeringat dingin.

"Tapi aku rasa kemungkinan itu kecil... Ahhh nanti aku tanyakan saja pada Akeno-chan" Naruto mempercepat jalannya.

.

Sesampainya di sana Naruto membuka pintu tersebut.

"Hai Akeno-chan" pria pirang itu mendekati meja Akeno dan duduk di depan meja Akeno setelah menarik kursi kosong milik Rias.

"Oh Naruto-kun, tumben sekali kau menggunakan pakaian santai apa tidak bekerja ?" tanya Akeno mengalihkan perhatiannya dari tugasnya.

"Aku mendapat libur, karena kemarin malam pulang cukup malam dan melelahkan juga".

"Ah begitu rupanya" Akeno mengangguk.

"Oh iya Akeno-chan, ada yang ingin aku tanyakan" Naruto menegakan posisi duduknya.

"Ada apa ?".

"Apa hari ini ada yang aneh dengan Rias-chan ?" Naruto langsung bertanya to the point.

"Ara... Memangnya kenapa ?" Akeno balik bertanya

"Aku merasa dia berusaha menghindar dariku, tadi saja ketika aku memanggilnya dia malah kabur" Naruto menjelaskan perilaku Rias.

"Kau yakin tidak berbuat sesuatu yang jadi penyebab itu semua ?" tanya Akeno lagi.

"Kurasa tidak, dari kemarin bahkan kami tidak bertemu ataupun bertukan pesan sama sekali" Naruto mencoba mengingat apakah memang dirinya yang membuat Rias marah.

"Sepertinya kau memang tidak tahu, sepertinya Rias melihat sesuatu tentang kedekatanmu dengan wanita lain" Akeno berbicara setengah berbisik.

"Hah ?... Itu konyol, bukankah kau tahu sendiri kalau aku lebih sering menghabiskan waktu dengan Rias bahkan itu lebih sering kulakukan daripada berkumpul dengan teman-teman yang lain".

"Tapi menurutku si merah itu memang terganggu dengan kedekatanmu dengan wanita lain".

"Gosip dari mana itu ?" Naruto penasaran dengan yang di hilang Akeno. Wanita berambut hitam itu membuka ponselnya dan memperlihatkan sebuah artikel pada Naruto.

Naruto menerima ponsel tersebut, dia membaca artikel itu yang ternyata berisi kabar kedekatan seorang penyanyi berinisial S dan seorang pria berambut pirang, tunggu dulu Naruto menyadari sesuatu.

' Kenapa ini mirip seperti foto Shion yang memelukku di belang panggung ?' ujar Naruto dalam hati.

"Coba lihat halaman berikutnya Naruto-kun".

Naruto pun membuka halaman berikutnya dan dia tambah terkejut melihat foto dirinya yang sedang bersama Shion di parkiran dekat apartemen Shion, walaupun wajahnya di blur namun Naruto tahu bahwa itu adalah foto dia dan Shion ditambah mobil Mercedes miliknya juga terfoto.

"Jadi itu memang dirimu ya ?". Akeno mengambil kembali ponselnya dari tangan Naruto.

"Itu memang aku dan Shion, tapi untuk foto yang pertama aku juga tidak menyangka itu akan terjadi..." Naruto mencoba memberi tahu kronologi insiden itu.

"Aku mengerti itu apalagi jika menyangkut Shion, namun si merah kesayanganmu sepertinya tidak berpikir ke arah sana jadi lebih baik kau cari dia dan jelaskan semuanya belum lagi bagaimana kalau Kushina-san melihat berita ini" saran Akeno.

"Aish semoga saja Kaa-chan tidak melihat beritanya, kalau tidak dia akan memaksaku membawanya ke rumah" Naruto memijit pelipisnya.

"Aku akan mencari Rias dulu, terima kasih sudah memberi tahu hal ini Akeno-chan..." Naruto tersenyum lebar dan di balas dengan senyum juga oleh Akeno.

"Berjuanglah untuk menaklukkan si wanita merah" Akeno menyemangati Naruto yang saat ini tengah berada di pintu keluar.

Naruto mengangkat ibu jarinya membalas ucapan semangat dari Akeno.

.

.

.

Berjalan dengan cepat namun tidak terlihat tergesa-gesa Naruto mencari keberadaan wanita yang dia cari.

Dengan mencoba menghubungi ponsel milik si wanita Naruto masih mencoba mencari di beberapa tempat yang mungkin di datangi oleh Rias. Berkali-kali Naruto mencoba menghubungi nomor Rias namun tak ada jawaban, sepertinya wanita itu men-silent ponsel miliknya.

"Kemana perginya dia si... Susah sekali di cari padahal penampilannya cukup mencolok" Naruto berkacak pinggang karena belum menemukan tanda-tanda keberadaan si wanita merah.

.

Setelah berkeliling cukup lama dan Naruto masih belum bisa menemukan keberadaan Rias.

Ketika Naruto mulai pusing dan ingin menyerah mencari Rias, dia kembali menuju lantai atas setelah sebelumnya berada di lantai paling bawah.

Namun saat melewati bagian yang menjual makanan dia melihat seseorang berambut merah panjang sedang duduk membelakangi dirinya yang Naruto asumsikan bahwa orang tersebut tengah menikmati makanan.

Berjalan mendekat dan semakin jelas saja sosok tersebut, "Perasaan tadi aku lewat sini tidak ada, kenapa sekarang dia justru ada di sana". Tak banyak omong Naruto menghampiri wanita itu dari arah belakang mencoba membuat kejutan, setelah semakin dekat Naruto langsung menutup mata si wanita.

Sementara untuk wanita yang Naruto tutup matanya itu tak bergeming sama sekali dan malah melanjutkan mengunyah makanannya

Tidak mendapat respon seperti yang Naruto bayangkan karena Rias malah cuek saja walaupun Naruto mengejutkan dia dari belakang. Dia melepas tangannya dari si wanita dan mendudukkan diri di tempat kosong berhadapan dengan Rias.

"Kau tak asik, kenapa si ?" tanya Naruto begitu duduk di kursi.

Rias masih mengunyah makanan lalu menelannya, "maaf kalau tidak asik, jadi silahkan pergi" usir Rias.

Naruto menghela nafas, rupanya Rias memang sedang marah padanya. Bisa dibilang Rias yang sedang ngambek itu memang menyebalkan dan dia juga sudah pernah menghadapi wanita ini ketika ngambek dulu namun berbeda dengan sekarang.

"Ok aku tahu kau marah padaku, tapi dengarkan penjelasan dariku dulu" Naruto menatap wajah Rias yang memang seolah tak peduli kepala lelaki pirang tersebut dan malah lebih tertarik dengan makanan yang dia punya.

"Marah padamu ?, Untuk apa memangnya ?... Lagian juga itu hakmu" Rias mengangkat bahu.

"Tentu saja kau marah padaku karena berita itu, iyakan ?".

"Tapi yang terjadi bukanlah seperti yang kau kira" lanjut Naruto.

"Lalu apa ?, Bukankah enak bisa dipeluk wanita secantik Shion ? Apalagi kau juga berkunjung ke apartemennya di tengah malam wah... Pasti kalian bersenang-senang berdua sampai pagi" Rias mulai terpancing untuk mengeluarkan unek-uneknya dari tadi.

Naruto hanya facepalm mendengar penuturan Rias, dan apa maksudnya dari bersenang-senang sampai pagi padahal sehabis mengantarkan Shion dia langsung pulang.

Tapi jujur Naruto senang mengetahui kalau Rias cemburu tapi di lain sisi juga menyebalkan rasanya melihat kelakuan Rias yang sudah menyimpulkan sesuatu dengan tergiring oleh opini dari berita gosip murahan seperti itu.

"Baiklah akan kuberi tahu hal yang sebenarnya terjadi..." Naruto menceritakan semua hal yang terjadi kemarin tanpa berniat mengurangi atau melebih-lebihkan ceritanya dan walaupun Rias seperti tanpa minat mendengarkan cerita dari Naruto namun telinganya tetap mendengarkan yang pria tersebut jelaskan.

"... Sungguh aku tidak berbohong, kalau masih tidak percaya nanti kau bisa tanyakan pada Kaa-chan kalau aku pulang tepat setelah mengantar Shion, oh iya aku juga rela kalau kau memukulku supaya kau percaya" Naruto mengakhiri ceritanya.

Rias memasukan gigitan terakhir makanannya ke mulut dan masih belum menimpali Naruto, setelah selesai menelan dan menyedot minuman bersoda miliknya dia mulai buka suara.

"Baiklah-baiklah aku percaya padamu, apa kau puas" walaupun berbicara begitu namun wajah Rias seperti mengatakan sebaliknya, akan tetapi di dalam hati dia merasa senang ternyata yang dia bayangkan tidak terjadi.

"Syukurlah kau percaya" Naruto bernafas lega.

"Tapi aku belum memaafkanmu" anggah Rias cepat yang membuat jidat Naruto mengkerut.

"Apa yang harus aku lakukan supaya kau memaafkanku ?".

"Bukankah kau bilang sendiri kalau kau rela aku pukul siapa mau dimaafkan ?" Rias mengingatkan atas perkataan Naruto tadi.

"Aku memang mengatakan itu... Jadi kau beneran mau memukulku supaya aku bisa dimaafkan ?".

"Begitulah... Jadi kapan kau mau aku pukul ?" Rias bertanya balik.

"Hari ini kau sedang sibuk atau tidak ?, Kalau iya aku mau membawamu ke suatu tempat".

"Tidak, soalnya pekerjaanku sebagian besar sudah selesai dan itupun gara-gara dirimu Naru" ucap Rias dengan nada jengkel.

"Kita pergi saja sekarang, dan nanti kau bisa memukulku di parkiran... bagaimana ?".

"Deal" Rias cepat menyetujui ajakan Naruto.

.

.

.

Setelah membayar makanan yang Rias beli kini keduanya sedang menuju parkiran. Sesampainya di sana lebih tepatnya di depan mobil milik Naruto. "Nah kalau kau mau memukulku sekarang kau bisa melakukannya". Naruto langsung merentangkan kedua tangannya.

"Baiklah kalau begitu, bisa tutup matamu Naru" pinta Rias.

Naruto mendengarnya hanya tersenyum lebar dan langsung memejamkan mata sesuai permintaan Rias, apakah Rias memang benar-benar akan memukulnya ?, Naruto tidak yakin akan hal itu karena dia sudah membayangkan mendapatkan pelukan erat dari Rias saat dia menutup mata.

Karena belum ada tanda-tanda dari Rias yang memeluknya Naruto kembali berujar "Ayolah...".

"Ok ini dia" lalu dengan gerakan cepat.

.

Duakhhh

.

Pukulan tangan kanan Rias bersarang nyaman di perut Naruto yang sukses membuat pemuda itu membuka matanya begitu rasa nyeri merambat dari perut menuju sekujur tubuhnya. Matanya memerah tanda menahan rasa sakit lalu lututnya mulai lemas dan kini dia terduduk di depan mobilnya.

Rias menepuk kedua tangannya sambil melihat Naruto yang sedang merasakan rasa sakit dari hasil pukulannya. Dia berjongkok di depan pria tersebut dan mengangkat wajah Naruto, tanpa ada perlawanan dari si pria Rias mendekatkan wajahnya dan 'cup' dia mencium singkat bibir pria pirang yang terkejut sambil menahan rasa sakit itu.

"Sekarang aku sudah memaafkanmu" Rias berdiri dari jongkoknya dan memasuki mobil Naruto lebih dulu tanpa membantu si pirang untuk bangkit.

Naruto kini tersenyum kecil setelah dicium oleh Rias, dirinya cukup senang mendapat ciuman barusan namun rasa sakit di perutnya bukan main juga. Karena mengira Rias tidak akan memukulnya makanya Naruto sedikit mengendurkan otot-otot tubuhnya namun di luar dugaan ternyata wanita itu tetap memukulnya apalagi dengan tenaga yang sangat besar.

"Akan ku balas pukulannya nanti... Tapi balasan apa yang bagus, hm mungkin membuatnya jadi ibu dari Namikaze kecil bagus juga" ide absurd terlintas di kepala Naruto.

Dia mencoba bangkit walaupun sedikit terhuyung karena rasa sakitnya masih membekas di perutnya, lalu dia mengikuti jejak Rias yang sudah lebih dulu masuk ke mobilnya.

Mereka berdua pergi dari area parkiran untuk menuju suatu tempat.

.

.

.

Di dalam perjalanan Naruto beberapa kali mengelus perutnya yang dihantam dengan pukulan maut Rias.

Sementara si pelaku dengan tampang tanpa dosa tengah sibuk memperhatikan jalan, sebenarnya dia cukup malu dengan tadi tiba-tiba mengecup Naruto.

Naruto membawa mobilnya dengan kecepatan sedang saja karena toh dia tidak buru-buru dan bisa sekaligus menikmati perjalanan dengan Rias.

"Pukulanmu keras sekali, dulu tidak sekeras itu perasaan" Naruto menyampaikan pendapatnya mengenai pukulan Rias tadi.

Wanita cantik itu menoleh kearah Naruto yang masih mengelus perutnya, dia merasa sudah agak berlebihan memukul Naruto.

"Setelah kita berpisah dulu aku sempat ikut berlatih tinju, dan yah... Seperti yang kau ketahui begitulah" Rias tak menjelaskan lebih lanjut karena Naruto pasti mengerti.

Naruto berkeringat dingin, pantas saja pukulan Rias bisa membuatnya roboh padahal memiliki tubuh lebih besar ditambah badannya juga cukup cukup kekar walaupun tidak seperti binaraga namun tetap saja dia punya otot-otot yang menonjol di beberapa bagian.

Begitu mobilnya terhenti karena sedang lampu merah Naruto sedikit menaikan bajunya untuk mengintip apakah pukulan Rias tadi meninggalkan bekas, dan benar saja di sana tercetak jelas bekas pukulan Rias berwarna merah di perut Naruto.

Rias semakin merasa bersalah karena terlalu kencang tadi namun dia cukup takjub melihat otot perut Naruto yang lumayan menggoda, wajahnya memerah dan dengan cepat Rias mengalihkan perhatian menuju luar kaca mobil.

"Wah..." Naruto malah takjub melihat tanda tersebut.

"Sudahlah hentikan... Apa kau tidak malu dilihat oleh perempuan" papar Rias kepada pria pirang itu.

"Heh ?, Kenapa harus malu padamu ? bukankah dulu kau pernah melihat aku tidak pakai baju ?" goda Naruto.

Rias memalingkan wajah ke arah Naruto, "Itu hanya sekali ketika kau sedang bermain basket dan itupun aku tidak sengaja melihatnya" sanggah Rias.

"Benarkah ?, bukankah kau sengaja ingin melihat otot seksi dari pacarmu itu" Naruto semakin menggoda Rias.

"Tau ahhhh" Rias semaki malu terlihat wajahnya kian memerah.

Naruto tertawa melihat sifat Rias yang seperti itu, dia kembali melanjutkan perjalanan.

.

Tak terasa kini mereka sudah sampai di tempat yang di tuju.

"Akhirnga sampai juga, Ayo kita turun !" ajak Naruto sambil melepaskan sabuk pengaman.

Rias mengikuti Naruto lalu keluar dari mobil.

Begitu keluar dari mobil Rias bisa mendengar suara dari burung camar dan desiran ombak yang menghantam pasir.

"Tempat ini kan ?..." Rias melihat sekeliling.

"Yup, ini pantai tempat kita sering bolos sekolah dulu" Naruto menggenggam tangan Rias dan mengajaknya untuk berjalan-jalan.

"Memang agak aneh sih membawamu kemari karena sedang bukan musim panas" ujar Naruto.

"Tak apa, walaupun bukan musim panas tapi aku tetap merasa hangat" Rias mengeratkan genggaman tangan mereka.

Naruto juga merasakan hal sama dan dia mendekatkan diri dengan Rias. Mereka berjalan bersebelahan, menginjak pasir laut yang memang tidak berwarna terang seperti biasanya namun lebih gelap.

Keduanya mengayunkan tangan mereka tanda cukup menikmati waktu berharga bagi mereka berdua, padahal beberapa saat lalu Rias sedang marah pada Naruto tapi kini berbeda 180 dari yang tadinya menyebalkan jadi sangat manis.

Setelah berjalan beberapa puluh meter di bibir pantai Naruto dan Rias memutuskan untuk duduk sebentar di pasir pantai.

Rias juga sudah melepaskan sepatunya supaya bisa langsung bersentuhan dengan pasir pantai, begitupun dengan Naruto dia melakukan hal yang sama dengan Rias.

Keduanya duduk bersebelahan menikmati semilir angin yang berhembus menerpa keduanya, bau dari air laut yang tercium ditambah sayup-sayup suara burung camar dan desiran ombak bagaikan sebuah melodi yang dapat menenangkan.

.

Naruto menatap Rias dari tempatnya, tak pelak dia harus terpesona dengan penampilan wanita berambut merah tersebut dengan wajah yang cantik, pipi sedikit gembil ditopang dengan leher cukup jenjang dan jangan lupakan bola mata berwarna bluegreen miliknya menambah semua nilai plus dari Rias, namun yang paling membuat Naruto tidak bisa berpaling dari perempuan tersebut adalah rambut merah yang mirip dengan sang ibu membuat Naruto rela memberikan segalanya demi bisa terus bersamanya, helaian rambut merah tersebut tertiup angin dan ada beberapa yang menggelitik ke arah wajah Naruto.

Sadar sedang diperhatikan oleh orang disampingnya Rias balik menoleh ke arah Naruto, sama seperti Naruto yang terpesona padanya Rias juga merasa demikian.

Secara tak sadar wajah keduanya saling mendekat satu sama lain, tangan Naruto mulai beranjak menuju pundak Rias sementara yang satunya lagi menarik pinggang wanita tersebut, setelah jarak semakin terpangkas keduanya mulai memejamkan mata masing-masing.

Di detik berikutnya kedua bibir sudah bersentuhan, awalnya hanya saling menempel namun Naruto mencoba memperdalam ciumannya dengan melumat bibir bawah Rias.

Naruto semakin erat membawa Rias agar semakin menempel padanya dan Rias juga sudah mengalungkan kedua tangannya di leher Naruto supaya bisa memperdalam ciuman keduanya.

Tak ada gelora nafsu diantara keduanya hanya rasa rindu yang keduanya coba lampiaskan. Setelah beberapa menit saling lumat kini mereka mencoba menghirup udara sebanyak mungkin, melihat Rias yang sedikit terengah membuat Naruto gemas lalu kembali mengecup bibir Rias namun kali ini hanya kecupan singkat.

Rias menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria tersebut dan mengangkat kaki Rias lalu membuatnya duduk di pangkuan Namikaze muda itu.

Dia beberapa kali mencium pucuk kepala Rias dan membuat wanita yang tengah dalam pelukannya itu semakin nyaman.

.

.

.

TBC