Chapter 19

.

Disclaimer

Naruto : Masashi Kishimoto

HighSchoolDxD : Ichie Ishibumi

Pair : Naruto x Rias..

Rate : M ( biar aman )

Warning : Typo bertebaran

.

.

Setelah selesai sarapan di kamar kini Naruto dan Rias sudah turun dan berada di lobby untuk melakukan check-out. Begitu selesai Naruto meminta Rias untuk menunggu sebentar di depan hotel karena pria pirang tersebut pergi untuk mengambil mobilnya.

Saat sedang menunggu tiba-tiba Rias di datangi oleh dua orang pria muda dengan rentang usia 30an awal.

"Hai cantik, sendirian saja ?" ucap salah satu dari mereka yang berperawakan cukup tinggi, berpakaian jaket tebal berwarna hijau lumut dan berkulit tan eksotis khas penduduk yang tinggal di dekat laut.

Rias tidak menanggapi pria tersebut dan malah memalingkan wajahnya. Tak kehabisan akan kini pria yang satu lagi beralih ke sisi lain karena Rias mengalihkan pandangannya tadi.

"Wah wah wah jutek sekali... kami hanya ingin berkenalan saja denganmu" dia berkacak pinggang di hadapan Rias, menghembuskan nafas dengan kasar lalu perempuan muda keturunan Gremory tersebut menatap tajam pria di hadapannya yang dari tinggi badan tidak jauh berbeda dengan Rias.

"Lebih baik kalian enyah saja dari hadapanku, aku sama sekali tidak berminat untuk berkenalan dengan kalian" Rias mulai jengkel.

"Jangan galak-galak begitu, baiklah jika tidak mau berkenalan bagaimana kalau kau ikut kami untuk bersenang-senang" si pria jangkung tadi menarik bahu Rias sehingga membuatnya berpaling dari sisi tadi.

"Lepaskan tanganmu dari bahuku sialan" Rias kian kesal.

"Ups... maafkan aku sayang, apakah itu menyakitimu ?" pria itu kini mencondongkan tubuhnya ke arah Rias sehingga wajahnya tepat di depan wanita cantik tersebut dan tak lupa tangannya sekarang bertengger di kedua bahu Rias.

Melihat pria itu mendekat dan memasuki jarak jangkauannya, Rias dengan cepat membenturkan dahinya ke arah hidung pria yang ada di hadapannya. Sontak saja pria itu langsung jatuh tersungkur di atas trotoar yang dilapisi salju tipis, lalu terlihat juga beberapa tetes berwarna merah mulai jatuh di atas salju yang berwarna putih.

Melihat temannya yang tersungkur juga terluka pria yang agak pendek itu menghampirinya dan mencoba membantu temannya.

Usai melakukan hal tadi Rias meniup poninya pelan dan merapikan rambut merahnya yang sempat menutupi wajah.

"Apa kau baik-baik saja ?" teman pria tadi sepertinya cukup khawatir nelihat darah yang mengucur dari hidung pria yang menggoda Rias.

"Apa yang kau lakukan kepada temanku wanita jalang ?".

"Hah ?, Apa kau tidak punya mata ?... bukankah kau juga melihat dengan jelas apa yang aku perbuat pada si berengsek itu ?" Rias sedikit tersulut emosi.

"Aishhhh jalang satu ini benar-benar" pria itu melakukan pose seperti akan menampar Rias yang rupanya sebagai tindakan intimidasi, namun itu tak membuat Rias merasa takut ataupun ciut malah sebaliknya.

"Apa yang mau kau lakukan hah ?, kau mau menamparku ?, ayo silahkan kalau berani" dia mencoba memprovokasi pria itu.

"Jalang ini memang harus diberi pelajaran" setelah termakan provokasi dari Rias pria itu kini benar-benar dalam posisi mengayunkan tangan untuk menampar Rias.

.

Saat tangan sedang berayun Rias sudah mempersiapkan dirinya untuk mengelak dan melakukan serangan balik namun belum sempat mengenai Rias tangan pria itu sudah terhenti karena ada orang lain yang menggenggam pergelangan tangannya.

.

.

Melihat tangan si penyerang yang terhenti Rias hanya tersenyum mengejek ke arah pria yang mencoba menamparnya.

Merasakan genggaman pada tangannya yang kian menguat pria itu meringis pelan, "pria macam apa yang berani memukul wanita ?" suara bernada dingin dan berat terdengar dari sosok yang menahan pergelangan tangannya.

Pria itu menarik tangannya dan melihat hasil remasan pada pergelangan tangannya sedikit meninggalkan bekas berwarna merah.

"Siapa kau hah ? berani ikut campur dalam urusan orang lain" dia makin kesal karena serangannya berhasil digagalkan oleh orang lain.

"Aku pria dari wanita yang kalian goda dan kau coba pukul".

Mendengar hal tersebut membuat pria itu mundur satu langkah dan sejajar dengan temannya yang masih tertunduk sambil memegangi hidungnya yang masih mengeluarkan darah.

"Ternyata kau memang hanya berani kepada perempuan, bukankah kau mau menamparku hah ?, giliran berhadapan sesama pria malah ciut. lelaki macam apa kau ?" Rias kian gencar untuk mengejek dan memprovokasi.

Naruto yang melihat kelakuan Rias cukup geli juga, pasalnya dia baru tau kalau kekasih cantiknya itu cukup provokatif.

"Sudahlah... daripada kau mencoba melawanku lebih baik kau bawa temanmu itu untuk diobati" saran Naruto yang melihat salah satu orang yang menggoda Rias masih tersungkur.

Setelah diingatkan oleh Naruto tentang kondisi temannya lalu pria itu mengalihkan perhatiannya dan mencoba membantunya berdiri.

.

.

Begitu berhasil membantu temannya bangkit dan berdiri pria itu mengalungkan tangan temannya, dia kembali berhadapan dengan Naruto dan Rias.

"Uhhhhh pasti rasanya sakit sekali, lebih baik kau segera bawa dia untuk diobati" Naruto cukup ngilu melihat darah yang mengucur dari hidung pria itu, pasalnya jangankan sampai berdarah, hidungnya menabrak pintu saja sudah sangat sakit. Naruto tidak heran sih jika Rias yang melakukannya karena Naruto juga sudah merasakan bagaimana rasanya tenaga monster yang dimiliki Rias.

"Sudah pergi sana, mungkin saja jika kalian pergi sekarang hidungnya masih bisa diperbaiki" walaupun tampak seperti perhatian pada lawannya namun sebenarnya Rias hanya mengejek mereka saja.

Merasa sia-sia saja jika masih di sana kini pria berbadan pendek tersebut membopong temannya untuk pergi dan segera diobati.

Melihat kepergian dia orang lelaki barusan Naruto langsung meraih tangan Rias.

"Ayo kita pulang !" ajak Naruto dan membawa Rias untuk menaiki mobil mewah berlogo silver arrow miliknya yang terletak di dekat mereka.

"Naru... bolehkah aku mencoba mengemudikan mobilmu ?" pintanya.

"Boleh saja, ini kuncinya" Naruto menyerahkan kunci mobil ke tangan Rias, rupanya Rias cukup antusias untuk bisa memacu mobil Naruto.

.

.

Rias menjalankan mobil dengan kecepatan biasa saja karena jalanan yang cukup licin bersalju. Naruto menikmati laju mobil karena menurutnya cara Rias mengendarai mobilnya begitu halus.

"Oh iya Rias, apa yang kau lakukan pada lelaki tadi sampai hidungnya bisa berdarah seperti itu ?" tanya Naruto yang penasaran dengan apa yang diperbuat Rias tadi.

"Aku hanya menanduknya dengan kencang, habisnya dia mengganggu dan berani memegangi bagian tubuhku ?" jawab Rias yang masih berfokus melihat jalan.

"Wah... Kalau begitu seharusnya aku juga memberi mereka pelajaran, sepertinya lain kali aku tidak akan meninggalkan dirimu sendiri seperti tadi" sesal Naruto.

Rias tersenyum senang setelah mendengar ucapan Naruto itu, kini mobil yang mereka tumpangi mulai memasuki jalan tol.

.

"Naru, mobil ini seberapa kencang ?" tanya Rias tiba-tiba begitu mereka sedang berada di jalan tol.

"Hm... Sekitar 335km/h, dan untuk sampai 100km/h saja Cuma butuh sekitar 3,6 detik kalau tidak salah" Naruto mencoba mengingat spesifikasi dan peforma mobilnya.

"Dimengerti, kalau begitu kita lihat apakah monster ini bisa dipacu dalam keadaan jalanan yang licin jadi berpeganganlah Naru" Rias mempererat pegangannya pada setir mobil dan seperti mengumpulkan konsentrasi.

"Hah ?" Naruto mencoba memproses apa yang baru diucapkan Rias namun begitu dia mengerti itu semua sudah terlambat pasalnya Rias sudah menginjak pedal gas lebih dalam dan membuat kecepatan mobil itu langsung melesat lebih cepat dari mobil lainnya.

Naruto kini sedang dalam keadaan tegang, pasalnya Rias memacu mobil Naruto lebih dari 100km/h.

"Rias-chan tolong turunkan kecepatannya" Naruto memegangi sabuk pengamannya cukup kencang.

Seolah menulikan pendengarannya, Rias sama sekali tidak menurunkan kecepatan mobil tersebut dan justru malah kian meliuk melewati kendaraan yang berada di depannya.

Naruto mencoba melirik ke arah Rias dan tak sengaja wanita berambut merah tersebut juga melirik ke arah Naruto lalu tersenyum yang jika dalam kondisi biasa mungkin akan disukai oleh si pirang tersebut namun baginya saat ini senyuman tersebut tak lebih dari tanda bahwa hal yang Naruto minta tidak akan terjadi.

.

Laju mobil tersebut belum terlihat menurun dan malah stabil diatas 100 dan saat Naruto melihat speedometer hampir menunjukkan angka 120, Naruto kian erat memegangi sabuk pengaman dan di dalam hati terus berkomat kamit berdoa kepada Kami-sama agar mereka baik-baik saja.

Berbeda dengan Naruto justru Rias begitu senang bisa mengendarai mobil itu dengan kecepatan tinggi, apalagi mobil Naruto mendukung untuk Rias melakukan hal tersebut.

Dengan mesin berkonfigurasi V8 dan bisa menghasilkan lebih dari 600 tenaga kuda, jelas sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan mobil miliknya yang selalu dia dan Akeno gunakan. Rias bukan tidak mampu untuk membeli mobil sport dengan jenis super car namun dia harus memikirkannya berulang kali karena walaupun keluarganya kaya tapi uang pribadi yang Rias miliki tidak sebanyak itu untuk bisa membeli super car layaknya Naruto.

.

Laju mobil begitu konstan dan stabil, Naruto juga tidak berhenti terus berdoa dari tadi bahkan kadang dirinya meracau kala Rias bermanuver untuk menyalip.

"Kaa-chan, maafkan aku jika nanti tidak memberimu keturunan" yup, kira-kira seperti itulah salah satu racauan tidak jelas Naruto.

Begitu mendekati gerbang keluar tol Rias menurunkan kecepatan mobilnya dan membuat Naruto lega.

.

"Kamu berisik sekali Naru, seperti wanita saja" imbuh Rias.

"Aku tidak takut jika aku yang dibalik kemudi tapi ternyata jika yang mengemudi orang lain terasa berbeda" tukas Naruto menjelaskan kehisterisannya tadi.

"Kau berani juga memacu mobil seperti tadi apalagi kondisi jalan yang licin".

"Anggap saja tadi sebagai pelampiasan rasa kesalku atas orang-orang tadi dan sayang saja jika mobil ini dipacu dengan kecepatan seperti siput" Rias terkekeh pelan.

.

.

#Skip

.

Naruto dan Rias kini sudah sampai, lebih tepatnya di dekat apartemen Rias.

"Mau masuk dulu ?".

"Lain kali saja sekarang lebih baik kau istirahat dulu, karena pasti melelahkan setelah kita jalan-jalan dari kemarin".

Rias mengangguk mengiyakan, lalu akhirnya wanita cantik itu pergi dari tempat tersebut menuju ke kediamannya yang nyaman, apalagi jika berada terlalu lama di luar dirinya bisa kedinginan.

.

Setelah dari tempat Rias kini Naruto sedang menuju ke kediamannya.

Sesampainya di rumah Naruto tidak melihat siapapun, itu wajar saja karena pasti kedua adiknya sedang bersekolah yang memang masih belum memasuki waktu libur musim dingin.

Tapi yang jadi pertanyaan adalah dimana keberadaan Kushina sang ibu.

.

Karena belum melihat keberadaan ibunya tersebut Naruto berjalan ke arah dapur dengan asumsi Kushina berada di sana namun tetap saja di sanapun tidak ada sama sekali.

Akhirnya alih-alih mencari Kushina, Naruto sekarang mencoba untuk mencari sesuatu di lemari dapur. Rupanya yang dia cari tersebut adalah cokelat bubuk yang sudah berupa kemasan.

Naruto lalu menuangkan bubuk cokelat tersebut dan menyeduhnya dengan air panas, memang saat sedang musim dingin seperti ini paling nikmat adalah menikmati cokelat panas sambil menghangatkan diri di depan perapian. Tapi untuk kasus Naruto sepertinya poin perapian harus dicoret karena dia sedang tidak mau menyalakan perapian yang ada di rumahnya.

Begitu selesai menyeduh Naruto mulai menikmati coklatnya dengan terduduk di meja dapur sambil memainkan ponsel dan melihat-lihat isi galeri yang rupanya banyak terisi dengan foto-foto mereka kemarin di pantai, bahkan Naruto juga mempunyai foto dimana Rias sedang tertidur pulas kemarin.

Melihat foto-foto Rias yang sedang bermain air membuat Naruto secara tidak sadar senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Dan sialnya kelakuan Naruto tersebut sedang diperhatikan oleh seseorang dari arah lain.

.

.

Naruto menyeruput cokelatnya pelan dan secara bersamaan dari arah lain seseorang sedang melangkah ke arahnya dengan mengendap-endap, dengan maksud supaya tidak disadari oleh si rambut pirang.

Karena terlalu asik ataupun memang orangnya yang terlalu tidak peka kini sosok yang tadi mendekat ke arahnya sudah tepat berada di belakang tubuh Naruto. Bola mata violetnya mencoba mengintip apa yang tengah Naruto lihat di galeri ponselnya sehingga membuat pemuda tersebut senyam senyum layaknya orang tidak waras.

.

.

Setelah berhasil mengetahui hal yang Naruto lihat lalu dengan pelan dia mencondongkan kepalanya mendekati belakang telinga Naruto.

"Naru... bangun, ini ada telpon" bisik orang tersebut mengikuti nada seseorang.

"Ini ada telpon masuk, aku mau lanjut tidur" lagi-lagi dia berbicara dengan nada dibuat semirip mungkin dengan seseorang.

Naruto menegang langsung, dirinya dengan perlahan memutar kepala ke arah sumber suara dan dia sedikit terkaget begitu melihat jarak Kushina yang terlalu dekat.

"Kaa-chan ?, kenapa kau mengagetkanku ?" ucap Naruto yang baru saja terkaget.

"Hehe... putra sulung Kaa-chan sudah dewasa rupanya" Kushina cengengesan dengan mata yang terpejam.

"Apa yang Kaa-chan maksud ?" Naruto tidak mengerti maksud dari Kushina.

.

Plak...

.

"Jangan pura-pura tidak tau sochi... tenang saja hal itu wajar untuk kau lakukan" Kushina mencoba menggoda anaknya itu setelah menggeplak lengannya lebih dulu secara tidak sengaja.

"Hah ?" Naruto yang kelewat bloon masih belum mengerti.

"Kau habis dari mana ?" Kushina mencoba menginterogasi Naruto dan mendudukkan diri di samping si pirang.

"Aku baru Enoshima dengan Rias, memangnya ada apa ?" dia menjawab dengan jujur pertanyaan dari ibunya, memang kalau sudah berhadapan dengan Kushina tidak ada yang bisa Naruto sembunyikan.

"Oh, dari Enoshima dengan Rias ya hm..." Kushina mengangguk sambil tersenyum penuh arti.

"Apa kalian menikmati suasana pantai dan berduaan saja selama di sana ?" tanya Kushina lagi.

"Ya kami cukup bersenang-senang di sana, walaupun pantainya agak sepi karena memang di musim dingin". Mendengar semua penjelasan Naruto membuat senyuman Kushina kian lebar lalu, "Kami-sama... Semoga kau segera memberikan aku cucu" doa Kushina.

"Eh ?" Naruto bengong melihat ibunya yang tiba-tiba berdoa seperti itu.

"Bailah kaa-chan mau ke minimarket di depan komplek, apa kau mau titip sesuatu ?" ucap Kushina sambil berdiri.

"Tidak usah Kaa-chan, aku mau ke kamar saja dan beristirahat" balas Naruto dan diangguki oleh Kushina.

.

.

#Skip

.

.

Baik Naruto dan Rias tidak keluar dari rumah sama sekali sekembalinya mereka dari pantai Enoshima, karena selain cuaca yang dingin juga karena tak ada keperluan berarti bagi mereka untuk keluar.

.

Saat ini di apartemen Rias.

Wanita cantik tersebut sedang menonton drama di televisi sambil menikmati beberapa camilan dan minuman panas. Tak lupa dia bergelung menggunakan selimut supaya merasa lebih hangat.

Tiba-tiba bel apartemennya berbunyi.

"Aish... siapa yang berkunjung sekarang ?". Rias bukannya bangun dan membukakan pintu namun malah semakin menyamankan dirinya di atas sofa dan tak ada niatan untuk bangun karena dia terlalu malas untuk itu.

Akhirnya setelah beberapa kali memencet tombol dan tanpa ada jawaban dari Rias orang tersebut menghentikan aksinya namun terdengar suara seperti seseorang tengah memasukan pin kombinasi dari pintu apartemen Rias dan berhasil terbuka.

Wanita Gremory itu mencoba mengintip siapa yang masuk karena setahunya yang mengetahui sandi apartemennya itu hanya dia, Akeno dan kakaknya Sirzechs.

Rupanya benar saja yang datang adalah salah satu dari dua orang yang namanya disebutkan di atas.

"Hey tomat, kenapa kau tidak membuka pintu dan malah bergelung di sana seperti ulat bulu saja" Akeno mencak-mencak di depan Rias.

Sebagai respon wanita merah tersebut hanya melirik sekilas lalu pura-pura tidak mendengar kekesalan Akeno.

.

.

Akeno mendudukkan diri di sofa setelah menggeser kaki Rias.

"Kau membuatku bekerja sendirian hari ini" Akeno mendengus kasar lalu mengambil minuman Rias dan meneguknya sampai tandas.

"Aku tidak mau tahu, pokonya hari ini aku mau dibayar dengan satu minggu gaji" tegas Akeno.

"Baiklah iya..." Rias tidak punya pilihan lain selain menurut.

"Hari ini pohon natal besarmu sudah selesai berdiri, tinggal kita pasang hiasan saja". Akeno memberi tahu apa yang terjadi di mall hari ini dan Rias mendengarkan semua karena mau bagaimana itu adalah tugasnya sebagai manajer untuk memastikan semua berjalan sesuai keinginannya.

"Karena pernah pernik juga sudah kita siapkan jadi besok tinggal di pasang saja kan..." Rias menjelaskan pekerjaan utama untuk besok.

.

"Kau dari mana saja hari ini ?" tanya Akeno.

"Kau kepo" balas Rias dengan wajah nampak jahil.

"Cepat beritahu, dari mana saja kau ?" paksa Akeno.

"Aku habis dari Enoshima dengan Naruto, kau puas kan ?".

"Wah... Kalian ternyata benar-benar berniat membuatkanku keponakan ya ?".

Rias memutar mata dengan pemikiran bar-bar sahabatnya.

"Jadi, sekarang bagaimana progres hubunganmu dengan Naruto-kun ?."

Mendapat pertanyaan itu dari Akeno, Rias baru sadar kalau dia dan Naruto sama sekali belum ada perbincangan tentang hubungan mereka apakah mereka berpacaran atau apa, tapi karena tak mau ambil pusing Rias akan menanyakan itu nanti lada pemuda pirang itu.

Kemudian sisa malam itu dihabiskan dengan perbincangan Akeno dan Rias, dengan sesekali Akeno menggoda Rias.

.

.

.

TBC

.

.

I'm Back !!!

chapter kali ini mungkin tidak terlalu panjang seperti chapter kemarin.

.

Selamat Hari Raya Idul Adha bagi teman-teman muslim yang menjalankan.

.

Jangan sungkan untuk review bagi yang mau.

.

Ok sekian saja yang bisa saya sampaikan dan bye bye.

Adios...