Chapter 20

.

Disclaimer

Naruto : Masashi Kishimoto

HighSchoolDxD : Ichie Ishibumi

Pair : Naruto x Rias

Rate : M ( biar aman )

Warning : Typo bertebaran

.

.

Keesokan harinya di gedung Namikaze Corp.

Naruto baru saja memasuki gedung dan dengan disambut oleh sapaan para karyawan baik pria maupun wanita, dan jangan lupakan juga ada beberapa staf ataupun karyawan wanita yang menatap genit ke arahnya ataupun mencoba menarik perhatian si bujang Namikaze. (Mungkin sudah gak cocok lagi disebut bujangan).

.

Disaat sudah mendekati pintu ruangannya dia melihat ada seseorang yang sepertinya tengah berdiri bersandar di dekat pintu masuk.

Setelah jarak kian dekat maka sosok tersebut semakin jelas dan Naruto mengenal sosok tersebut. "Kakashi-nii ?, sedang apa di dekat pintu?" tanya Naruto kepada pria berambut silver seperti uban dengan gaya rambutnya yang melawan gravitasi.

Mendengar suara yang menyebutkan namanya Kakashi menoleh, rupanya orang yang dia tunggu sedari tadi akhirnya menunjukkan batang hidungnya.

"Aku ditugaskan untuk membawamu ke ruangan Minato-sama" jawab Kakashi yang kini sudah tidak bersandar ke tembok dan berhadapan langsung dengan si pirang kloningan dari atasannya.

"Untuk urusan apa tou-san menyuruhku menghadap ?" Naruto penuh tanya.

"Entahlah, jadi ayo ikuti aku" Kakashi langsung pergi dari dana untuk ke ruangan atasannya sementara Naruto hanya mengekor di belakang manusia silver itu.

.

.

Disaat berjalan Naruto mencoba menebak alasan dari dirinya yang disuruh menghadap pada sang tou-san namun tak banyak yang bisa dia tebak namun tiba-tiba dia terpikirkan suatu alasan.

"Apa jangan-jangan ini karena kemarin aku tidak masuk kerja ?, sialan... mana dari kemarin aku belum bertemu tou-san" memang dari kemarin Naruto belum bertemu Minato karena selain Minato yang pulang terlambat dan di pagi harinya giliran Naruto yang bangun sedikit terlambat, makanya ketika dia turun Minato sudah berangkat kerja.

Kakashi yang melihat Naruto mencoba menerka-nerka alasan pemanggilannya hanya menggeleng pelan, jujur saja jika melihat seperti ini maka dia tidak akan percaya bahwa Naruto adalah orang di balik suksesnya beberapa produk yang mereka kembangkan dan di tambah dengan invasi Namikaze Corp ke bidang kosmetik juga ada campur tangan Naruto, sungguh Kakashi tidak habis pikir ko bisa semua itu terjadi.

.

.

Akhirnya Naruto dan Kakashi sudah tiba di depan pintu besar yang terbuat dari kayu jati. Pria berambut silver itu mengetuk sebelum akhirnya terdengar suara yang mengizinkan mereka untuk masuk.

.

"Aku berhasil membawakan terdakwa ke hadapan anda Minato-sama" ucap Kakashi sambil membungkuk.

Naruto hanya celingukan, well kenapa barusan Kakashi menyebutnya terdakwa ?, apakah dia sudah melakukan kejahatan ?.

"Terima kasih Kakashi sudah membawakan terdakwa, sekarang saatnya dia diadili dan silahkan kau untuk melanjutkan kerjamu" balas Minato yang kian membuat Naruto melongo saja, dia semakin yakin kalau sudah melakukan kejahatan dan itu berarti Naruto harus segera meminta maaf.

Lalu setelah Kakashi undur diri dan pergi kini hanya tinggal Minato dan putra sulungnya saja di ruangan itu. Saat Minato akan buka suara namun harus dia urungkan karena keduluan oleh Naruto yang sudah membungkukkan badan 90.

.

"Maafkan aku tou-san, aku telah melakukan kejahatan tapi kumohon jangan coret namaku dari daftar ahli waris karena kalau itu terjadi aku tidak bisa menikahi Rias-chan" Naruto berbicara dengan cepat.

Kini justru giliran Minato yang dibuat melongo dengan kelakuan anaknya, "apa maksudnya dengan kejahatan ?".

"Heh ?" Naruto mengangkat wajahnya sehingga kini bertatapan dengan Minato.

"Bukankah tadi kalian bilang kalau aku terdakwa dan akan diadili ?, itu berarti aku baru saja melakukan kejahatan kan ?" wajah Naruto penuh tanya.

"Pppfffttt... kau menganggap serius omongan dari Kakashi ?" Minato mencoba menahan tawa.

"Hah ?, jadi tadi kalian hanya main-main ?".

"Tentu saja, lagipula hal apa yang membuatmu menjadi terdakwa ? dan ditambah apa maksudnya dengan tidak bisa menikahi orang bernama Rias ?" kini Minato mencoba menginterogasi omongan yang secara tidak sengaja Naruto ucapkan.

Naruto seperti gelagapan ingin menjawab pertanyaan Minato, memang mulutnya yang kadang cuplas ceplos seperti tadi tidak bisa dia tahan.

"Sudahlah kita lupakan dulu hal barusan, mendekat lah !" perintah Minato dan membuat Naruto berjalan mendekat sampai dirinya tepat berada di depan meja tou-sannya.

Minato lalu menyodorkan tablet android yang ada di atas meja. Naruto menerimanya lalu melihat layar tablet yang menunjukkan sebuah artikel.

"Wah... aku tidak tahu kalau tou-san suka dengan berita dan gosip dari selebriti" Naruto menggeleng tak percaya.

"Bukan hal itu yang ingin kutunjukkan, tapi coba kau lihat berita tersebut".

.

Lalu Naruto membaca artikel itu secara keseluruhan, karena ini bukan pertama kali dia membacanya maka tidak membuat dia terkejut sama sekali.

"Dari ekspresi wajahmu sepertinya kau sudah tahu" ucap Minato yang tidak melihat raut terkejut dari sang putra.

"Memang, aku sudah melihat hal ini kemarin dan ya... itu memang diriku, tapi tidak ada apapun diantara aku dan Shion, kami hanya berteman dan saling kenal sewaktu di SMA itu saja" jelas Naruto.

"Itulah yang ingin tou-san dengar, walaupun sekarang belum ketahuan kalau lelaki tersebut adalah kau tapi nanti pasti akan terbongkar juga. Mungkin kau juga tahu tapi lain kali berhati-hatilah apalagi jika kau tertangkap kamera sedang melakukan sesuatu dengan selebriti seperti dirinya, itu bisa menjadi skandal. Tapi karena sudah tahu status kalian maka ketika nanti kita harus menerbitkan artikel bantahan kita sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi" Minato berpanjang lebar.

"Tapi Kaa-chan tidak tahu gossip itu kan ?" Naruto baru teringat dengan sang Kaa-chan.

"Untung saja Ibumu itu bukan penggemar atau pembaca gossip jadi dia tidak tahu tapi bisa saja kan dia mendengar sesuatu dari teman-temannya tentang hal ini".

Naruto mengangguk mengerti sekaligus lega kalau Kushina tidak tahu, karena akan sangat merepotkan kalau dia tahu bisa-bisa bakalan heboh nanti.

Setelah berbincang beberapa hal lainnya dengan Minato kini dia sudah dipersilahkan untuk kembali ke ruangannya.

.

.

.

Berpindah dari Naruto yang sedang berkutat dengan semua urusannya kini kita ke Rias dan Akeno.

Kedua wanita cantik itu baru tiba diparkiran Mall.

Setelah memarkirkan mobil keduanya lalu masuk lewat pintu utama dan begitu berjalan masuk yang paling pertama mereka lihat adalah sebuah pohon natal yang begitu tinggi menjulang di tengah mall itu dan menembus sampai beberapa lantai ke atas.

Memang pohon tersebut belumlah dihias dan masih berupa pohon biasa namun tetap saja tingginya yang menjulang bisa membuat pengunjung mengalihkan perhatian mereka.

"Akhirnya pohon itu berdiri juga di sini" ucap Rias yang kini berada tepat di depan pohon tersebut ditemani dengan Akeno di belakangnya.

"Yah dan karena obsesi mu tentang ingin membuat pohon natal yang besar itu menguras banyak anggaran kita" Akeno menyipit dan menatap tajam Rias.

Orang yang ditatap begitu hanya cengengesan, "Ayolah Akeno tidak perlu marah begitu, bukankah bagus ketika kau mempunyai pohon natal yang tingginya lebih dari 10 meter dan jangan lupakan juga kalau mall kita ini akan kedatangan boy grup yang terkenal itu kan ?, kita pasti akan mendapat uang yang banyak dan bisa menutupi pengeluaran untuk pohon ini dan pastinya akan untung banyak" Rias menjelaskan panjang lebar supaya Akeno tidak terlalu memikirkan pengeluaran mereka yang bahkan sudah sangat besar di awal musim dingin ini.

"Baiklah aku percaya padamu" ucap Akeno setengah hati.

"Ok... Sekarang mari kita hias saja" ajak Rias.

.

Setelah menyimpan tas dan menunggu tim serta peralatan yang akan mereka gunakan akhirnya proses menghiaspun dilakukan, dan lagi-lagi Akeno cukup pusing karena banyaknya ornamen yang akan dipasangkan untuk keseluruhan pohonnya dan itu menelan biaya yang sangat besar belum lagi ada beberapa pohon ukuran yang lebih kecil juga.

Selain menjadi wakil Rias rupanya Akeno juga bertanggung jawab atas semua pengelolaan keuangan baik itu income ataupun pengeluaran mereka, sementara itu yang punya gagasan atas semua ini terlihat santai dan biasa-biasa saja ingin rasanya Akeno menjitak kepala merah tersebut.

.

Kini tibalah jam makan siang, semua orang yang terlibat bersama Rias itu pun bisa beristirahat sebentar sebelum nanti melanjutkan kinerja mereka dan begitupun dengan Rias dan Akeno yang sudah kelaparan saat ini.

"Rias... ayo makan sesuatu yang panas, hari ini dingin sekali" ajak Akeno sambil dirinya yang menggosokkan kedua telapak tangannya.

"Mau makan apa ?, sup miso ?, ramen ?" tanya Rias sambil menaruh sebuah kardus yang entah apa isinya.

"Apa saja boleh, yang penting itu sesuatu yang panas" Akeno masih meunggu Rias.

"Kalu mau yang panas makan saja uang rakyat" celetuk Rias asal sambil berjalan mendekati Akeno, tapi tiba-tiba ponselnya berdering. Dia mengambilnya dari saku dan terlihat di layar siapa yang menghubunginya.

"Halo... ada apa Kaa-sama ?" Rias berbicara dengan orang itu yang rupanya adalah ibunya.

"Baiklah, aku akan kesana sekarang" setelah menjawab telpon dari sang ibu Rias kembali menaruh ponselnya di saku celana.

.

"Venelana-sama memanggilmu ?" tanya Akeno.

"Begitulah... ayo kita susul katanya Kaa-sama sedang berada di lantai atas dan kebetulan dia berada di outlet penjual makanan" jelas Rias.

"Kalau begitu tunggu apa lagi ?, ayo kita temui Venelana-sama siapa tau dia memberimu uang jajan" Akeno langsung mengajak Rias pergi.

.

.

Tak butuh waktu lama bagi mereka menemukan Venelana.

Rias dan Akeno berjalan mendekat menuju sosok wanita cantik berambut cokelat yang tengah duduk disebuah meja.

Melihat kedatangan dari putrinya beserta sang teman, Venelana melambai tangan pada mereka berdua. "Kenapa Kaa-sama tidak bilang kalau mau kemari dan hanya sendirian saja ?" tanya Rias begitu duduk berhadapan dengan ibunya.

"Kaa-sama tadi bersama Ayahmu hanya saja dia ada pertemuan dengan seseorang di sekitar sini makanya daripada bosan menunggu lebih baik untuk menemui putri kecilku" ucap Venelana lalu mencubit pipi gembil Rias.

"Huh ?, aku kira Kaa-sama kemari menemuiku ingin mengenalkan pria lagi padaku" Rias merasa berdosa sempat berpikir begitu tentang ibunya.

"Nahhhh justru kedatangan Kaa-sama kemari salah satunya adalah mengenai hal tersebut" Venelana langsung membuka tas kecilnya dan mencari sesuatu dari sana.

Padahal baru saja Rias bernapas lega tapi ternyata tujuan utama Ibunya masih belum berubah.

"Akeno, bagaimana kalau kau beli makanan untuk kita" pinta Rias dan Akeno yang mengerti tujuan di balik dirinya yang diminta untuk membeli makanan hanya mengangguk tanpa suara lalu pergi dari sana.

.

Kini Rias hanya berduaan saja bersama sang Ibu.

Venelana menaruh 3 buah foto yang tadi dia ambil dari dalam tas ke atas meja.

"Siapa mereka ?" tanya Rias yang sama sekali tidak antusias ataupun tertarik.

"Mereka adalah putra dari teman Kaa-sama dan salah satunya adalah anak walikota, mereka juga tertarik padamu" jelas Venelana.

"Tapi ini semua untuk apa ?, dan dari yang aku lihat sepertinya yang ini terlalu muda ish ini sudah seperti aku menjadi sugar mommy saja dan yang itu bertampang om-om astaga" Rias menunjuk dua foto yang sebelah kiri dan kanan.

"Kalau begitu kau tertarik dengan yang ini ?, dia anak walikota loh" Venelana menunjuk foto yang ditengah.

"Apa Kaa-sama tidak tahu semua rumor tentangnya ?, dari wajahnya saja sudah terlihat kalau dia orang yang cabul dan nafsuan hiiiii bisa-bisa diriku dijadikan pabrik pembuat anak" kritik Rias pedas.

"Terus kau mau yang seperti apa hm ?" Venelana bersidekap di meja.

"Aku hanya mau menikah dengan orang yang kusuka Kaa-sama" rengek Rias.

"Tapi siapa orang itu sayang ?, umurmu sudah lebih dari cukup untuk menikah" Venelana meraih tangan Rias dan mengelusnya pelan, "Kaa-sama tidak mau kalau kau menikah di usia lebih dari 30 tahun, apalagi kau juga tidak pernah terlihat dekat dengan laki-laki manapun" tambah Venelana.

"Kalau aku bilang sudah punya pacar apakah Kaa-sama akan percaya lalu berhenti mencarikan pria untukku ?" ucap Rias serius.

"Siapa pria yang dekat denganmu itu ?" Venelana penasaran dengan yang dikatakan putrinya.

"Siapapun pria yang dekat denganku itu tidak penting karena selama aku mencintainya bukankah itu tidak masalah ?, dan kalau aku bilang bahwa pacarku itu lebih hebat dan lebih tampan dari semua yang Kaa-sama kenalkan padaku, bukan begitu Akeno ?" Rias sedikit menyombongkan diri dan meminta persetujuan dari sang sahabat yang baru saja kembali sambil membawa dua porsi makanan.

"Apakah yang dikatakan oleh Rias itu benar, Akeno-chan ?" kini Venelana mencoba mendapatkan jawaban dari sahabat putrinya.

"Haik, itu benar Venelana-sama" Akeno mengangguk meyakinkan Akeno.

"Memangnya siapa dia ?, apakah Kaa-sama mengenal orang tuanya atau sejak kapan kalian berpacaran?" Venelana mulai menghujani Rias dengan pertanyaan.

Sementara yang ditanyai hanya tersenyum penuh kemenangan pasalnya dia bisa mengalihkan perhatian sang Ibu sehingga penasaran dengan ceritanya.

"Kami pertama mengenal saat masih di bangku sekolah dan dia adalah ace tim basket sekolah kami," Rias menjeda ceritanya dengan mulai memakan sesendok makan ke dalam mulut supaya sang Ibu kian penasaran dengan ceritanya.

"Setelah itu kami mulai menjalin sebuah hubungan seperti bagaimana murid SMA pada umumnya tapi sayang begitu lulus sekolah kami terpaksa haru terpisah" Rias mengubah nada suaranya seakan sedih dan Akeno yang memperhatikan Rias hanya berdecak kagum dengan akting wanita merah di sampingnya, mungkin jika menjadi aktris Rias bisa sangat sukses.

"Kenapa kalian berpisah ?, dan tunggu dulu jika kalian saat itu sedang berpacaran itu artinya dia juga tahu kau bertunangan dengan orang lain kan ?" tampaknya Venelana menemukan kejanggalan dari cerita Rias.

.

"Emmmm dia tidak tahu, karena saat itu dia sudah tidak ada di sini saat aku ditunangkan" Rias sedikit tergagap menjawabnya.

"Tidak ada di sini ?, memangnya kemana dia ?".

"Saat itu dia harus kuliah di luar negeri kemudian di bekerja di sana dan baru beberapa bulan yang lalu dia kembali ya begitulah" Rias menyudahi cerita sebelum Venelana bisa menemukan kebohongan walaupun itu adalah cerita yang terjadi tapi poin dimana dia memutuskan hubungannya dengan Naruto dan mereka merenggang tidak dia ceritakan.

"Jadi kalau begitu kapan kau akan membawanya dan mengenalkan dia pada Kaa-sama ?" Venelana berucap sambil menyilangkan tangan dibawah dada.

"Hmmmm itu... Ah !, saat ini mungkin aku belum bisa mengenalkan sosoknya karena dia sedang banyak pekerjaan tapi nanti saat waktunya tiba aku akan membawanya ke hadapan Kaa-sama" Rias berjanji.

"Baiklah tapi kalau ternyata memang orang yang kau ceritakan tidak kunjung ada maka Kaa-sama akan kembali mengenalkan dirimu pada teman-teman Kaa-sama dan tak ada penolakan paham ?, sepupumu Sairaorg saja sudah menikah" ancam Venelana.

"Iya iya, nanti akan aku kenalkan jadi jangan mengancamku" Rias berwajah lelah dengan ancaman ibunya tercinta.

"Akan Kaa-sama tunggu".

Setelah mendengar ucapan dari ibunya Rias mungkin dapat bernafas lega untuk sementara waktu, saat dia melirik ke arah Akeno rupanya wanita berambut hitam panjang itu juga tengah menatapnya namun dengan ekspresi yang seakan menertawakan Rias.

.

Setelah makanan habis dan sempat mengobrol ringan dengan Akeno dan Rias kini Venelana terpaksa harus berpisah dengan putrinya karena Zeoticus sang suami sudah berada di parkiran. Dan alasan kenapa dia tidak turun lebih dahulu dan menemui Rias itu karena dia dan Venelana harus segera pergi mengejar penerbangan mereka yang akan pergi ke luar kota.

.

.

.

Sebelumnya di Namikaze Corp

.

Beralih kembali ke Naruto yang saat ini sedang mengadakan pertemuan dengan mitra dari Namikaze Corp, yup kini Naruto tengah satu ruangan bersama Minato dan juga seorang pria yang seumuran dengan ayahnya atau mungkin lebih tua sedikit berambut merah panjang.

"Naruto kenalkan ini adalah Zeoticus Gremory presdir utama sekaligus Ayah dari Sirzechs" mendengar nama orang yang dikenalkan oleh Minato itu membuat Naruto langsung bangkit dari duduknya dan menunduk memberi hormat. Setelah salamnya diterima Naruto kembali mendudukkan dirinya.

"Anakmu sama hebatnya seperti dirimu Minato-dono, masih muda tapi sudah mulai menjadi pionir dalam dunia bisnis ini wahhh sepertinya kau mendapat penerus yang mengerikan" puji Zeoticus pada Naruto.

"Saya tidak sehebat itu Zeoticus-sama, jika dibandingkan dengan tou-san ataupun anda maka saya masih sangatlah hijau dan masih harus banyak belajar" jawab Naruto dengan mantap.

Zeoticus tersenyum penuh arti, dia akhirnya bisa mengenal secara langsung pria yang Sirzechs katakan disukai oleh Rias. Rupanya selera anak perempuannya tersebut sangat tinggi dan untungnya saja Zeoticus tidak membawa Venelana kemari karena bisa dipastikan dia akan langsung mengenalkan Rias pada pria yang sudah jelas pernah menjadi kekasih anaknya juga itu berarti niatan Zeoticus untuk mencoba mengenal dan mengobservasi Naruto akan menjadi sia-sia.

Lalu perbincangan mereka bertiga berlanjut membahas beberapa kemungkinan kerjasama ataupun hal lain menyangkut kedua perusahaan dan itu juga dimanfaatkan oleh Zeoticus untuk melihat sifat dari Naruto yang sesungguhnya lewat semua pemikirannya.

.

Perbincangan mereka tak berlangsung terlalu lama karena memang itu bukanlah sesuatu yang harus mereka diskusikan dengan waktu lama dan lebih banyak ke obrolan biasa saja.

Kemudian mereka menyudahi dan Zeoticus saat ini harus menjemput istrinya yang berada di mall Rias. Naruto diperintahkan untuk mengantar Zeoticus sampai area luar.

Kini Zeoticus sedang menunggu mobilnya diambil oleh sang supir, dia melirik ke arah Naruto yang berada satu langkah di belakangnya. Dia berbalik sehingga bisa berhadapan dengan Namikaze muda itu.

"Aku dengar dari seseorang katanya kau menyukai putriku betul ?" pria berambut merah lanjang itu buka suara.

"Haik, saya menyukai putri anda Zeoticus-sama" jawab Naruto dengan nada tegas dan membuat Zeoticus tersenyum, sepertinya dia kian yakin dengan pemuda Namikaze di hadapannya. Dia lalu menepuk bahu Naruto dengan sebelah tangan "kalau begitu aku merestui dan mendukung hubungan kalian kedepannya, oh iya dan mulai sekarang jangan berbicara formal padaku jadi santai saja".

Mendengar ucapan Zeoticus yang memberinya restu dan seolah memberikan jalan baginya untuk bisa bersanding dengan Rias membuat Naruto tersenyum lebar.

"Terima kasih atas restunya Zeoticus-sama, aku berjanji akan menjaga putrimu dan membahagiakannya" Naruto kian bersungguh-sungguh.

"Hm, aku pegang dan percaya omonganmu Naruto-kun".

Lalu tibalah mobil yang ditunggu oleh Zeoticus.

"Aku pamit dulu Naruto-kun, sampai jumpa" lambai Zeoticus saat sudah berada dalam mobil.

"Hati-hari di jalan, terima kasih banyak atas semuanya" Naruto sekali lagi membungkuk melihat kepergian mobil tersebut.

Setelah mobil tersebut tak terlihat lagi oleh matanya Naruto lalu kembali masuk ke dalam gedung dengan hati yang berbunga-bunga tentunya, dia jadi tidak sabar untuk segera menemui sang wanita merah tercinta.

Naruto menghabiskan sisa jam kerjanya dengan serius dan entah bagaimana semua pekerjaannya jadi lebih cepat selesai bahkan lebih dari setengah pekerjaan untuk besok juga dia selesaikan hari itu juga.

Jam kerja Naruto akhirnya selesai dan tanpa menunggu waktu lebih lama dia segera pergi dari kantor setelah sebelumnya sempat mengirim Rias pesan kalau Naruto akan kesana.

.

Saat tengah dalam perjalanan Naruto saat ini harus menghentikan laju kendaraannya karena lampu merah namun matanya tertuju pada sebuah toko perhiasan di pinggir jalan, dia sedikit tertarik dengan apa yang terdapat di sana yaitu sebuah kalung yang sedang di jual dengan bertuliskan diskon 15%.

Namun bukan tulisan diskon yang membuat Naruto tertarik tapi bentuk dari perhiasan yang dijual tersebut, yaitu sebuah kalung dan berbandulkan batu mulia berwarna merah. Saat tengah fokus melihat bentuknya Naruto mendengar suara klakson yang menyuruhnya untuk jalan karena lampu sudah berwarna hijau.

Narutopun kembali melanjutkan perjalanannya.

.

.

.

Kembali ke Mall Starlight.

.

Kini Rias terlihat sendirian saja di kursi ruangannya sambil menikmati sebuah kopi kaleng. Alasan kenapa saat ini dia sendiri karena Akeno sudah pulang lebih dulu dengan membawa mobil Rias.

Memang awalnya Rias juga akan pulang tapi dia mendapat pesan dari Naruto kalau dia akan kemari jadi Rias memutuskan menunggu sedikit lebih lama di sana.

Karena merasa bosan menunggu akhirnya Rias memutuskan untuk membereskan ruangan kerjanya dan Akeno.

Saat dirinya sedang merapikan meja dengan sedikit membungkuk tiba-tiba terasa ada sebuah lengan kekar yang melingkar di pinggangnya dan membuat Rias sedikit tertarik ke belakang untuk semakin merapat. Karena tahu siapa yang memeluknya Rias tidak terlihat kaget ataupun panik namun justru dia menyandarkan punggungnya lalu menutup mata mencoba menikmati kehangatan dari sosok dibelakangnya.

.

.

Setelah beberapa menit saling berbagi kehangatan namun terpaksa harus diakhiri oleh Naruto.

"Apa aku membuatmu menunggu lama ?" tanya Naruto yang mendapat gelengan kepala dari Rias.

"Syukurlah, kukira aku terlambat" dia menghembuskan nafas.

"Kau bisa duduk dulu Naru, aku mau membereskan ini lebih terlebih dahulu" linta Rias namun Naruto tak menurut dan masih berdiri di sana.

"Bagaimana aku bisa duduk sementara kau masih harus membereskan ini ?, justru akan lebih baik kalau kita selesaikan bersama-sama" usul Naruto.

"Tapi-.." "Ssstttt... tidak ada tapi-tapian, ayo kita selesaikan bersama dan tak ada bantahan" dia menempelkan telunjuk di bibir Rias.

Tak banyak perlawanan dari wanita muda keturunan Gremory itu dan hanya bisa menurut saja mendapat bantuan dari Naruto.

Karena mendapat bantuan dari Naruto, yang tadinya Rias hanya ingin membereskan sedikit malah jadi membereskan satu ruangan saking tidak terasanya waktu dan rasa lelah ketika mereka bersama.

.

.

"Fiuhhhh... Akhirnya selesai juga" Naruto menjatuhkan badan di sofa dan mengelap keringat di lehernya.

"Minumlah..." Rias datang dari arah belakang Naruto dan memberikan satu botol minuman rasa jeruk pada pria itu. Langsung saja dia membukanya dan menghabiskan semuanya sampai tak tersisa.

Rias melihatnya hanya terkekeh pelan lalu mendudukkan diri tepat di samping Naruto, sekaligus dia juga menikmati minuman miliknya. Naruto yang memperhatikan Rias dari samping hanya menatapnya takjub, memang wanita ini diciptakan terlalu sempurna baginya, apalagi dengan tenggorokan yang sedang meneguk minuman membuat Naruto seperti berdesir. Karena tak mau terus tergoda Naruto memalingkan pandangan dari sana dan menggelengkan wajahnya.

"Kenapa memalingkan wajah ?" tanya Rias setelah selesai minum.

"Kau terlalu cantik apalagi ketika minum barusan, jadi kalau aku melihat terus nanti tergoda" ucap jujur Naruto yang masih memalingkan wajah.

"Haha... ada-ada saja" Rias tertawa pelan lalu dengan lembut dia meraih pipi pria itu dan membuat mereka bisa saling menatap, lalu dengan gerakan pelan Rias mendekat dan menempelkan singkat bibirnya dengan bibir Naruto.

Mendapat perlakuan itu dari Rias membuat pipi Naruto menghangat dan memerah.

Melihat ekspresi Naruto yang menurutnya lucu sontak membuat Rias kembali tertawa lepas, memang dengan berada di samping pria muda Namikaze itu bisa membuat Rias seakan-akan selalu menikmati waktunya dan bisa lepas begitu saja.

"Anggap saja itu sebagai imbalan kau membantuku" ucap Rias yang sudah berhenti tertawa dan mengelus sebelah pipi Naruto lembut.

"Kau membuatku selalu ingin berada disampinmu, aku tidak mengerti kenapa bisa begitu tergila-gila padamu ?" Naruto masih menatap Rias.

Wanita Gremory itu menopang dagunya dengan sebelah tangan, "bukankah itu bagus ?, itu artinya hatimu hanya milikku !" dia menempelkan telunjuk di dada sebelah kiri Naruto.

"Wah... aku jatuh dalam pesonamu semakin dalam" Naruto meraih tangan Rias yang berada di dadanya lalu mencium tangan tersebut.

.

.

Setelah usai dengan momen saling terkagum dan terpikat kini keduanya sedang duduk diam tak bersuara dengan Rias yang menyandarkan kepala di dada bidang Naruto. Beberapa menit tak bersuara tiba-tiba terdengar suara perut yang terdengar diantara keduanya.

Rias dan Naruto saling berpandangan, "apa kau lapar Naru ?" tanya Rias dan mendapat respon kekehan dari yang bersangkutan.

"Kenapa tidak bilang kalau kau lapar ?".

"Aku hanya merasa momen seperti tadi sangat indah dan jadi tidak ingin mengganggunya dengan rasa lapar" Naruto menggaruk kepalanya.

"Ish..." Rias meninju pelatih lengan pria itu.

"Kita pergi saja yuk, aku juga sudah lapar" ajak Rias.

"Ok baiklah, kau mau makan apa ?" Naruto berdiri dan merapikan bajunya.

"Hmmm... Aku sedang ingin makan sesuatu yang kenyal-kenyal, terus rasa kuah kaldu yang kuat dan gurih dan ada rasa pedasnya juga... jangan lupakan bahwa makanan itu harus panas soalnya diluar sangat dingin" dia memberikan clue pada Naruto, pria itu berpikir sebentar sebelum akhirnya terpikirkan sesuatu yang mungkin tidak beda jauh dengan apa yang Rias inginkan.

"Aku tahu, ayo kita ke sana" Naruto meraih tangan Rias dan membawanya ke tempat dimana orang menjajakan apa yang Rias inginkan.

.

.

#Skip

.

Sesampainya di sana atau lebih tepat di sebuah jalanan yang Rias asumsikan terletak tidak jauh dari SMA nya dulu.

"Ayo kita turun" Naruto mematikan mesin mobilnya dan diikuti oleh Rias.

"Untuk apa kita kemari ?" tanya Rias yang sedang berjalan di samping Naruto dengan berpegangan tangan pada si pirang.

"Bukankah kau ingin makan sesuatu yang kenyal, berkuah dan pedas ?" Naruto menjawab pertanyaan dengan masih berjalan.

"Memang, tapi kenapa ke sini?" tanya Rias lagi.

"Nanti kau akan tahu dan ingat tempat ini, akan kupastikan kau tidak akan menyesal" Naruto tersenyum manis

"Oh itu sudah dekat, Ayo !" mereka berjalan semakin cepat.

Mereka sampai di sebuah bangunan yang rupanya sebuah kedai ramen, tampak walaupun tidak terlalu besar tapi tempatnya sangat bersih dan rapih, juga pengunjungnya cukup ramai.

Setelah melihat-lihat apakah ada tempat yang kosong Naruto menemukan dua buah kursi yang baru saja orang lain gunakan dan mereka sudah pergi.

"Ayo, kursi di sana kosong". Naruto menunjuk kursi yang terletak di dekat jendela.

.

"Aku pesan miso ramen ukuran jumbo dengan ekstra toping, kau mau apa Rias-chan ?" pesan Naruto.

"Samakan saja denganmu" Rias masih melihat-lihat tempat ini, dia ingat sekarang karena dulu waktu masih sekolah Naruto juga sering mengajaknya kemari tapi dulu tempatnya tidak seperti sekarang makanya dia tidak terlalu familiar.

Tak butuh menunggu waktu lama akhirnya pesanan mereka dihidangkan oleh seorang perempuan cantik berusia di awal 30an.

"Silahkan ramen anda tuan" saat selesai memberikan ramen dan melihat siapa yang memesan wanita itu sedikit terkejut.

"Kau Naruto ?" tanyanya dengan cepat.

"Haik, rupanya Ayame-nee masih mengingatku" Naruto tersenyum.

"Wah... Sudah lama sekali tidak melihatmu, sepertinya kau sudah makin mapan sekarang dan apakah dia calon istrimu ?" tanya Ayame pelan.

Naruto lalu berbisik di telinga wanita itu dan membuat matanya membulat, "wah benarkah ?, kalau begitu aku ucapkan selamat".

"Terima kasih, oh iya ngomong-ngomong Teuchi jii-san kemana ?" Naruto celingak celinguk seperti mencari keberadaan seseorang.

"Ah, tou-san sudah pensiun. Soalnya penyakit punggungnya kian parah dan selalu kambuh" jelas Ayame dan Naruto mengerti.

"Ok sudah ya, aku harus melayani yang lain jadi silahkan dimakan ramennya" Ayame lalu pamit dari hadapan mereka.

.

.

"Tadi siapa ?" Rias penasaran dengan sosok wanita yang terlihat dekat dengan Naruto.

"Dia adalah anak dari Teuchi jii-san, pemilik kedai ini, memangnya kau tak ingat ?". Rias menggeleng karena memang dia tidak mengingatnya.

Sesudah itu tak banyak yang Rias dan Naruto obrolkan, keduanya berfokus menikmati sensasi mie yang kenyal dengan kuah ramen yang gurih dan pedas dimana berhasil membangun sebuah harmoni yang dapat memuaskan indera perasa mereka.

Saking enaknya Naruto menghabiskan 3 mangkuk dan Rias habis 2. Tapi itu selain rasanya yang enak juga dipengaruhi dua orang tersebut cukup kelaparan atau mungkin rakus.

"Aku kenyang" Naruto menepuk perutnya yang terasa penuh, sedangkan untuk Rias dia sedang menikmati teh oolong panas yang dipesan

Naruto yang melihat warna bibir Rias yang berwarna merah karena kepedasan hanya meneguk air liurnya.

"Rupanya ucapanmu tentang tidak akan membuatku kecewa itu terbukti, aku juga kekenyangan".

"Di sekitar sini ada sebuah taman, apa kau mau ke sana sebentar ?" tawar Naruto.

"Itu ide yang bagus, ayo kita ke sana" Rias setuju dan mereka pun pergi ke taman setelah sebelumnya membayar makanan dan mimuman yang dipesan.

.

.

Setelah dari kedai kini Naruto dan Rias sudah sampai di taman yang lokasinya tepat di belakang sekolah mereka.

Naruto menggenggam tangan Rias mencoba memberi kehangatan pada sang wanita, mereka lalu duduk di sebuah kursi panjang yang tepat berada di bawah lampu penerangan.

"Sudah lama sekali aku tidak kemari" ucap Rias yang melihat-lihat taman tersebut, tak banyak perbedaan sepengetahuannya tentang taman tersebut.

"Kau rupanya masih ingat, dan apakah kau juga ingat tentang suatu hal yang terjadi di taman ini ?" Naruto menatap wajah Rias.

Rias tersenyum lalu menjawab pertanyaan Naruto, "Ya... aku mengingatnya dan di taman ini lah kau menyatakan cinta padaku dan memintaku menjadi pacarmu".

Melihat wajah Rias yang tersenyum dan rambutnya juga melambai-lambai tertiup angin membuat Naruto ingat akan sesuatu.

"Rias-chan, bisakah kau pejamkan matamu ?".

"Untuk apa ?" Rias mempertanyakan permintaan Naruto.

"Lakukan saja, ya ?" pinta Naruto lagi tanpa memberi alasannya.

"Baiklah, tapi jangan macam-macam" lalu Rias memejamkan matanya seperti permintaan Naruto tadi.

.

.

Pemuda Namikaze itu merogoh saku miliknya untuk mengambil sebuah benda yang tersimpan disana, dia menarik nafas sebentar sebelum mencoba memasangkannya pada Rias.

Kedua tangannya saat ini tengah memasangkan sebuah kalung di leher wanita berambut merah itu, setelah selesai Naruto meminta Rias membuka mata.

Penasaran dengan apa yang dipasangkan Naruto tadi Rias langsung melirik kalung yang dipasangkan ke lehernya, sebuah kalung emas berbandul batu ruby berwarna merah yang sangat cantik.

"Aku melihatnya saat tadi di perjalan, batunya yang berwarna merah mengingatkan ku padamu... apa kau menyukainya ?".

"Ya ini indah dan aku menyukainya, terima kasih Naru" Rias menampilkan wajah senang dan menambah nilai dari kecantikannya.

Melihat hal itu membuat Naruto jadi ingin mengatakan sesuatu, dia meraih kedua tangan Rias dan menggenggamnya.

"Takdir mempertemukan kita, kamu memahamiku begitupun aku yang bisa berterus terang padamu tentang semua perasaanku, aku menyadari kalau tidak ingin kembali kehilanganmu, aku mencintaimu" Naruto berbicara dengan tenang namun penuh dengan kesungguhan di tiap katanya, Rias tidak bersuara seakan menunggu kata apa yang selanjutnya akan dikeluarkan oleh Naruto.

"Untuk seumur hidupku, aku Namikaze Naruto, berjanji hanya akan hidup untukmu dan jika aku berbohong ataupun ingkar maka jika harus kehilangan nyawa aku tidak takut. Maka dari itu Rias Gremory... maukah kamu mengatakan bahwa pria yang ada dihadapanmu adalah orang yang kamu cintai ?" Naruto berkata dengan raut wajah yang sangat serius dan tangannya meremas pelan telapak tangan Rias.

Masih belum ada jawaban dari wanita cantik tersebut, dia masih menatap mata Naruto mencoba mencari satu titik keraguan di sana namun tak ada kergauan sama sekali dan yang terlihat seperti rasa mendamba dan bersungguh-sungguh. Mata Rias sedikit berkaca-kaca sebelum akhirnya dia akan buka suara.

"Apa kamu mencintaiku ?" Naruto buka suara lebih dulu.

"Ya" jawab Rias dengan tegas dan mantap tak ada keraguan dihatinya tentang pemuda Namikaze tersebut.

Setelah itu Naruto langsung membawa Rias masuk kedalam pelukannya, dia mencurahkan semua rasa hangat untuk sang wanita, bibirnya tidak berhenti berkata terima kasih dan begitupun dengan Rias dia kembali ke pelukan pria yang sangat dia cintai bahkan sudah banyak yang mencoba mendekatinya namun tak ada satupun dari mereka yang bisa membuatnya nyaman seperti yang diberikan si Namikaze muda.

.

Secara bersamaan juga butiran salju turun di wilayah tersebut seolah memberikan selamat setelah Naruto dan Rias mengatakan ikrar mereka.

Di tempat yang sama beberapa tahun yang lalu keduanya pertama kali menyatakan perasaan masing-masing dan kini di tempat tersebut pula mereka kembali menyatakan rasa cinta mereka.

Naruto menundukkan kepala sementara Rias mendongak ke arah Naruto sehingga membuat keduanya dapat saling menyatukan bibir dan melimpahkan semua rasa rindu, bahagia, senang. Keduanya saling mengecap dengan ditemani butiran salju yang turun diantara mereka.

.

.

.

End or Tbc ??

Tbc aja lah ya

.

.

Akankah semua bahagia begitu saja ? Hm...

Chap depan ? Mungkin saja lemon atau hal yang lain wkwk jadi tunggu saja OK!.

.

Ciao !!!