Disclaimer
Naruto : Masashi Kishimoto
HighSchoolDxD : Ichie Ishibumi
Warning : Typo bertebaran (seperti biasa)
.
Di dalam sebuah mobil bertipe SUV.
"Kau mau membawaku ke mana hah ?" tanya seorang pria tua pada orang disampingnya yang sedang menulis sesuatu.
"Astaga... Kau ini rewel sekali seperti seorang gadis perawan saja" balas pria berambut putih seperti penuh akan uban yang secara umur tidak jauh berbeda dari pria satunya.
"Ini hanya untuk menegaskan kalau kau tidak akan membawaku ke tempat yang aneh-aneh".
"Kita hanya akan pergi ke kediaman besanku, aku kasihan melihatmu lebih sering berada di rumah jadi berterima kasihlah padaku yang mengajakmu jalan-jalan dan asal kau tahu saja Zekram, di kediaman besanku itu banyak staf wanita yang cantik dan seksi" ujarnya dengan ekspresi wajah mesum.
Hanya helaan nafas saja yang terdengar dari orang yang bernama Zekram tersebut menanggapi ucapan si pria berambut putih.
.
Setelah beberapa saat kemudian mereka akhirnya sampai di tempat yang dimaksud. Kedua orang itu keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju sebuah rumah bertema jepang klasik tersebut namun jangan salah walaupun bentuknya tidak modern tapi itulah yang menjadi nilai tambah kediaman tersebut juga dari segi ukuran cukup luas itu menunjukkan status pemilik rumah tersebut bukan orang biasa.
"Halo besan" teriak si rambut putih begitu melihat seorang pria yang sedang duduk di teras sambil menikmati teh atau mungkin minuman lain.
"Ohhh kau datang juga, Jiraiya" si rambut merah mengangkat tangan membalas salam Jiraiya.
Akhirnya baik Jiraiya maupun Zekram ikut duduk bersama pria itu.
"Wah sudah lama aku tidak main ke sini, maaf jika aku memberitahu secara mendadak kalau akan kemari soalnya aku kasian melihat pria tua ini jarang pergi ke luar" ucap Jiraiya sambil menunjuk ke arah Zekram yang dengan sukses membuat pria itu menatap tajam Jiraiya.
"Ah tidak apa-apa, oh iya apa kabar Zekram-dono ? sudah lama tidak melihat anda" sapa pria itu.
"Kabarku baik Arashi-dono, dan tolong lupakan perkataan si bodoh itu tadi" sapa hormat balik dari Zekram pada Arashi.
.
Kemudian setelah berbincang dan saling menanyakan kabar satu sama lain mereka dihampiri oleh beberapa pelayan yang membawakan minuman bagi Jiraiya dan Zekram.
"Kau lihat... sudah kubilang kalau pelayan di sini cantik-cantik" ujar Jiraiya sambil memperhatikan bokong pelayan wanita yang berjalan meninggalkan mereka bertiga.
"Semakin tua malah semakin tidak berwibawa" Zekram menepuk jidatnya atas kelakuan Jiraiya.
"Titu sudah tidak mengherankan Zekram-dono, justru kalau tidak seperti itu bukan dia namanya" kini giliran Arashi yang menimpali omongan Zekram.
"Aku heran kenapa orang cabul seperti dia bisa memiliki umur panjang apalagi dengan fakta bahwa istrinya itu sangat galak" Zekram mengeluarkan unek-uneknya atas kehidupan si uban.
"Heh tentu saja ada alasan kenapa aku bisa berumur panjang dan tetap awet muda, kalau kau mau aku akan memberikan rahasia ini kepadamu" Jiraiya berbisik dengan ekspresi wajah serius, dan sialnya Zekram sedikit tertarik dengan apa yang dibilang Jiraiya, sementara Arashi yang sudah tau tentang sesuatu yang akan disampaikan Jiraiya hanya bisa menggelengkan kepala.
"Memangnya apa rahasia berumur panjang dan awet muda ?".
"Jangan beritahu siapapun tentang ini, soalnya ini adalah rahasia antara para pria terutama aku dan Arashi" sial, Jiraiya memang pandai dalam berekspresi untuk membuat orang penasaran.
"Cepat katakan saja bodoh, jangan berbelit-belit !" Zekram lumayan jengah.
"Ok baiklah... yang pertama kau harus banyak menghirup udara segar seperti yang dilakukan Arashi lalu yang kedua banyak minum air putih dan yang terakhir ini wajib kau lakukan adalah..." dia menjeda ucapannya untuk membuat Zekram kian penasaran.
"Kau harus tidur dengan wanita berpayudara besar !" tegas Jiraiya yang langsung digeplak kepalanya oleh Zekram.
"Dasar tua bangka bejat !, sekarang aku jadi yakin kalau umur panjangmu bukanlah anugerah melainkan sebuah kutukan karena Shinigami-sama terlalu malas untuk mencabut nyawamu" pria itu tak habis pikir lagi dengan otak si pirang uban.
"Yang aku bicarakan ini serius bodoh, kau lihat umur kita hampir sama tapi wajahku terlihat lebih muda dan Arashi juga terlihat demikian itu karena pola hidup kami hampir sama cuma bedanya kalau aku sering mengintip wanita muda sedangkan Arashi dikelilingi pelayan muda nan cantik" tutur Jiraiya yang sukses membuat Zekram diam seribu bahasa.
Lalu mencoba mencari jawaban lain Zekram beralih memandang Arashi yang sedari tadi diam, "apa yang dibicarakan manusia bejat itu benar ?".
Sebelum menjawab Arashi terkekeh pelan sambil matanya terpejam, "kalau dibilang benar ya tidak juga, tapi bisa jadi begitu mungkin".
Mendengar jawaban tak pasti dari Arashi membuat Zekram makin diam, tapi jika dilihat-lihat ucapan Jiraiya ada benarnya juga karena baik Jiraiya maupun Arashi terlihat lebih muda daripada dirinya.
"Apa aku ikuti saja saran si bajingan itu ?" nampaknya Zekram sudah terhasut omongan Jiraiya.
.
.
"Oh iya besan, ngomong-ngomong ada yang ingin aku tanyakan padamu" kali ini giliran Arashi yang membuka obrolan pada besannya, sementara untuk kakek tua Zekram dia seperti tengah berpikir tentang omongan Jiraiya tadi.
"Perihal apa ?" Jiraiya meminum tehnya perlahan.
"Kemarin pimpinan dari Mizu menanyakan padaku apakah cucu kita sudah punya pasangan atau belum, mungkin dia sedikit tertarik pada anak itu" ujar Arashi.
"Wahhh aku sudah tidak habis pikir dengan anak itu, kenapa banyak sekali yang mengincarnya untuk dijadikan pasangan ataupun menantu. Tapi wajar saja si kalau dia banyak di incar" Jiraiya menggeleng pelan.
"Aku semakin iri padanya, wanita seperti Mei sampai ikut mengincarnya bahkan saat dia masih sekolah, tapi anak itu sekarang sudah punya pacar" jelas si ubanan pada Arashi.
"Benarkah ?" wajah besan si ubanan itu nampaknya tertarik.
"Huum, dia menyukai cucunya Zekram" tunjuk Jiraiya pada Zekram yang sepertinya tersadar namanya di sebut.
"Kenapa kau membawa-bawa namaku ?" tanya Zekram yang tak tahu apa yang di bahas.
"Diamlah, kau tidak di ajak. Lebih baik pertimbangkan saranku supaya berumur panjang dan awet muda" mendapatkan perkataan dari temannya membuat pak tua Zekram kembali diam.
Lalu setelah itu Jiraiya dan Arashi melanjutkan acara gosip mengenai cucu mereka membiarkan pak tua Zekram yang berhasil terhasut saran dari pak tua ubanan.
.
.
Beralih ke ruangan Rias di mall Starlight.
.
Setelah Naruto berpamitan kini Rias hanya sendirian di ruangannya tersebut, karena Akeno juga belum datang sehingga wanita cantik berambut merah itu memutuskan untuk membuat kopi panas sebagai teman mengerjakan semua pekerjaannya nanti.
Begitu selesai dia kembali ke mejanya dan segera menghidupkan komputer untuk memeriksa pekerjannya hari ini.
Setelah beberapa saat menyibukkan diri tiba-tiba pintu dibuka dan terlihatlah dua orang wanita berbeda warna rambut, yang satu berwarna hitam sedangkan yang satu lagi berwarna coklat.
"Wahhhh ternyata Rias-chan sudah ada di sini" ucap si rambut coklat yang melihat Rias.
"Tumben Kaa-sama pagi-pagi kemari" sambut Rias yang mengandung pertanyaan.
Rias menghampiri ibunya yang duduk di sofa, lalu Akeno datang dari arah lain sambil membawa secangkir teh untuk diberikan pada ibu sahabatnya itu.
"Silahkan di minum, Venelana-sama" Akeno menaruh gelas tersebut di depan Venelana.
"Terima kasih Akeno-chan".
Akeno ikut mendudukkan diri di samping Rias yang secara posisi duduk bersebrangan dengan ibunya, "jadi ada urusan apa Kaa-sama kemari ?" tanya Rias lagi.
"Ish... tidak sabaran sekali, Kaa-sama kemari hanya ingin memberitahu kalau besok lusa adalah acara ulang tahun perusahaan Ayahmu, jadi Kaa-sama ingin kau bisa mengajak pacarmu" Venelana berbicara secara gamblang pada putri bungsunya.
"Hah ?" Rias hanya bengong menanggapi ucapan Venelana barusan.
"Bukankah kau bilang pada Kaa-sama kalau kau sudah punya pacar ?, jadi kau harus mengajaknya ke sana sebagai bukti kalau ucapanmu bukanlah omong kosong juga sekalian bisa dikenalkan pada seluruh anggota keluarga" selesai memberi penjelasan panjang lebar pada putrinya Venelana lalu menyilangkan tangan sambil menatap tajam wajah sang putri.
"Apa Kaa-sama tidak percaya padaku sehingga harus membawanya nanti ?, lagipula bagaimana kalau semisal dia sedang ada urusan ?" Rias mencoba mencari keringanan.
"Oh begitu ya... berarti cerita tentang pacarmu itu adalah omong kosong saja karena tidak ada bukti, dan nanti akan banyak anak pengusaha kolega Ayahmu akan datang mungkin Kaa-sama bisa carikan satu untukmu" Venelana meneguk pelan tehnya setelah selesai berbicara.
"Jangan lakukan itu !" ancam Rias.
"Kalau tidak mau makanya seret pacarmu itu pada Kaa-sama, dan jangan lakukan hal konyol seperti dulu saat kau menyuruh tukang parkir berpura-pura menjadi pacarmu !" serunya sambil menambahkan penekanan di kalimat terakhir.
"Iya iya aku berjanji membawanya, jadi jangan jadikan acara nanti sebagai ajang mencari menantu !" rupanya baik anak dan ibu itu saling mengancam satu sama lain sedangkan satu orang yang dati tadi berada diantara pasangan ibu dan anak tersebut hanya bisa menahan tawa.
"Oh iya Rias-chan, tadi saat kemari hak sepatu Kaa-sama patah tapi untungnya ada yang membantu dan dia sangat tampan terus badannya juga tinggi, jika dibandingkan dengan pria yang selalu Kaa-sama coba jodohkan dengamu mungkin dia berada di level yang berbeda dari mereka semua" cerita Venelana atas apa yang dia alami.
"Kalau begitu bukankah harusnya Kaa-sama meminta nomornya ataupun menanyakan nama dari orang itu ?" Rias bersidekap mencoba menginterogasi ibunya sendiri.
"Justru itu masalahnya, Kaa-sama lupa".
"Umur memang tidak bisa bohong" Rias menggelengkan kepala tapi tiba-tiba saja wajahnya dilempar oleh bantal kecil.
"Dasar anak durhaka" ujar Venelana sambil memelototi anak perempuannya.
Kemudian mereka melanjutkan obrolan tersebut dan menyepakati akan acara nanti, mereka mulai mengobrol pasal lain dengan Rias dan Akeno yang sudah kembali ke meja masing-masing, sedangkan Venelana hanya memperhatikan kedua wanita muda tersebut sambil sesekali mengajak ngobrol mereka dan selalu disahuti oleh kedua wanita tersebut.
.
.
Skip Time.
.
Sekarang sudah memasuki waktu pulang kerja.
Kini terlihat seorang pria tampan berambut pirang sedang berjalan ke luar dari gedung tinggi tersebut dengan posisi tangan sedang menempelkan ponsel pada telinganya.
"Baiklah, malam ini aku akan ke sana".
Setelah mengucapkan itu dia mengakhiri sambungan telpon tersebut dan memasukannya ke kantong celana. Lalu dia memasuki mobilnya dan segera meninggalkan gedung tersebut.
.
Beberapa saat berkendara akhirnya dia sampai di sebuah rumah yang berukuran besar tersebut.
"Tadaima..." ucapnya pelan dan disambut oleh seorang gadis kecil dan remaja laki-laki yang kebetulan berada di ruang tengah, bercengkrama sebentar dengan gadis kecil tersebut dia langsung saja pergi ke arah kamarnya untuk mandi dan membersihkan diri.
Kemudian setelah selesai dia menuju ke arah dapur untuk menemui seorang wanita yang menjadi ibunya.
"Sudah pulang Naru, apa sudah lapar ?" tanya ibunya.
"Belum lapar, tapi sepertinya aku akan pergi lagi dan tidak bisa makan di rumah Kaa-chan" ucapnya sambil mencoba mengambil sebuah gelas dan mengisinya dengan air minum.
"Mau ke mana ?" Kushina menanyakan pada putranya sambil melanjutkan kegiatannya yang sempat terjeda.
"Kakek tua mesum saat ini sedang ada di kediaman Arashi-jiji dan katanya beliau memintaku untuk berkunjung ke sana" jelas si sulung Namikaze.
"Hmmm begitu, oh iya bisa tolong berikan ini pada kakekmu ?, dia meminta Kaa-chan untuk membuatnya minuman herbal tapi Kaa-chan belum sempat mengirimnya" Kushina mengambil dua botol besar cairan herbal yang di maksud dari dalam lemari.
"Dan tolong sampaikan salam dari Tou-chan dan Kaa-chan pada kakekmu Arashi" tambah Kushina.
"Baiklah, kalau begitu aku berangkat sekarang" pamit Naruto sambil berlalu meninggalkan Kushina.
"Hati-hati di jalan Naru-chan".
.
.
Naruto langsung saja berangkat menuju kediaman kakeknya, tapi sebelum itu dia ingin mengunjungi seseorang lebih dahulu atau lebih tepatnya dia ingin mengunjungi pujaan hatinya.
Tak butuh waktu lama bagi dia untuk sampai di tempat kerja wanita tersebut.
Begitu sampai Naruto langsung masuk ke pusat perbelanjaan yang dikelola oleh Rias, kenapa dia bisa tahu Rias masih ada di situ karena sebelumnya dia sudah menanyakan keberadaan wanita itu melalui pesan jadi dia berniat mengajaknya pergi ke kediaman Uzumaki adapun semisal Rias tidak bisa ya dia akan mengantarkan wanitanya itu pulang.
Di tengah perjalanan pucuk dicinta ulam pun tiba, dia tidak perlu berjalan lebih jauh lagi karena wanita tersebut sedang berjalan ke arahnya, Naruto langsung memasang senyum lebar melihat Rias yang sedang berjalan begitupun Rias tampak wajahnya sumringah melihat si pirang.
Jalan Rias kian cepat mendekati prianya tersebut, saat jarak sudah lumayan dekat Naruto merentangkan kedua tangannya pertanda tahu apa yang ingin Rias lakukan, wanita berambut merah itu langsung menubruk Naruto dan memeluknya dengan erat sambil menghirup aroma dari si pirang.
Naruto membalas pelukan Rias, namun tetap saja karena saat ini sedang di area umum dan terlebih di mall maka pastinya akan banyak orang yang melihat mereka jadi Naruto terus melirik ke arah kiri dan kanan.
Setelah sekitar 10 detik saling berpelukan Naruto melepaskan dekapannya pada Rias karena orang-orang mulai melihat kearah mereka, "apa sudah makan ?" tanya pemuda itu yang dijawab dengan anggukan dari sang kekasih.
Mereka pun berjalan bersebelahan tak lupa tangan keduanya saling terkait satu sama lain, sepanjang perjalanan dari lantai atas sampai dengan lantai bawah senyum terus terpatri di wajah wanita merah tersebut. Orang-orang pasti tidak akan menyangka kalau sifat sesungguhnya dari Rias cukup galak.
.
Namun tanpa mereka berdua sadari ada seseorang yang sedang melihat keduanya dari jarak cukup jauh namun masih bisa melihat dengan jelas, "Oh jadi keturunan Namikaze itu yang memacari Rias... khukhukhu menarik" usai memperhatikan kedua pasangan itu dia segera pergi dan hilang dalam lalu lalang orang ramai.
.
.
"Mau langsung pulang atau mau ikut bersamaku ?" tanya Naruto pada Rias saat mereka kini sudah berada di dalam mobil.
"Kemana ?" timpal Rias yang tengah memakai sabuk pengaman.
"Ke rumah kakekku, mansion Uzumaki" jawab Naruto sambil menghadapkan wajahnya ke arah Rias.
"Boleh... tapi apakah lokasinya jauh ?".
"Tidak terlalu jauh, lokasinya di perbatasan Kyoto" terang Naruto atas pertanyaan Rias.
"Hm aku ikut" Rias mengangguk dan dibalas dengan senyuman oleh Naruto. Setelah itu si pirang langsung memacu mobilnya membelah jalanan dengan kecepatan cukup tinggi supaya tidak terlalu malam sampai di sana.
.
.
Mansion Uzumaki.
.
Terlihat tiga orang pria tua sedang berkumpul atau lebih tepatnya dua orang sedang bermain catur yaitu Jiraiya dan Arashi sedangkan Zekram sedang duduk di samping Jiraiya sambil tangannya memegang sebuah buku berwarna hijau.
"Checkmate !" ucap Arashi sambil menatap Jiraiya dengan pandangan meremehkan.
"Kita tanding ulang, skor kita 2-3 jadi aku masih bisa mengejar" Jiraiya mencoba mengatur ulang susunan bidak caturnya begitupula dengan Arashi.
"Apa kalian tidak bosan ?, sudah memainkan itu 5x dan sekarang yang ke 6" Zekram mengalihkan perhatiannya dari buku yang dia baca.
"Kau tidak akan paham, jadi jangan banyak bicara dan fokus pada bacaanmu itu" hardik si rambut ubanan pada pak tua Zekram.
Lalu pertandingan catur antara besan tersebut kembali di mulai, saking berkosentrasinya mereka sampai-sampai suara angin yang menerpa daun bisa terdengar jelas, ketika pertandingan sedang berjalan seru-serunya karena baik bisak Jiraiya maupun Arashi sudah banyak yang berguguran dan tinggal menyisakan beberapa saja tiba-tiba seorang maid datang menghampiri mereka bertiga.
"Maaf mengganggu kegiatan anda Arashi-sama, cucu anda Uzumaki Naruto-sama sudah tiba dan saat ini ada di ruangan depan" ucap maid tersebut memberitahu atas kedatangan Naruto.
"Akhirnya sampai juga bocah itu, ayo kita temui dia besan !" ajak Jiraiya sambil bangkit dari posisi duduknya.
Mereka berdua sudah berdiri, tapi ketika Jiraiya melirik ke arah Zekram pria tua itu seperti sibuk dengan dunianya sendiri sambil membaca buku.
"Cepat ikuti aku" Jiraiya mengambil buku tersebut yang sudah akan di protes oleh Zekram tapi harus diurungkan karena si pria ubanan sudah meninggalkan dirinya.
.
.
Dengan Rias dan Naruto.
.
"Naru-kun apa tidak apa-apa aku menemuimu kakekmu menggunakan pakaian seperti ini ?" tanya Rias yang mencoba melihat penampilannya saat ini.
"Kenapa memangnya ?, bagiku kau sangat cantik" Naruto tidak berbohong dengan mengatakan Rias dan penampilannya saat ini.
"Aku merasa seperti saat ini pakaianku kurang sopan" Rias lagi-lagi mengkhawatirkan pakaiannya apalagi saat ini dia akan bertemu dengan kakek dari Naruto.
Naruto menangkup kedua pipi gembil Rias, "kenapa kau merasa kurang sopan ?, pakaianmu saat ini sangat tertutup jadi jangan khawatirkan apapun".
Mendapat dukungan Naruto membuat Rias lebih percaya diri sekarang, dia memegang kedua telapak tangan Naruto yang saat ini ada di pipinya.
"Ekhemmm" suara deheman seseorang membuat Naruto dan Rias yang yang barusan sedang saling berpegangan langsung memisahkan tangan mereka.
"Arashi-jiji apa kabar ?" sapa Naruto dengan nada kikuk.
"Kabarku baik" lalu dia mendudukkan diri di depan Naruto dan Rias.
Rupanya walaupun dengan kakeknya sendiri Naruto bisa segugup itu apalagi barusan kepergok bermesraan sehingga dirinya ragu untuk memulai obrolan dengan kakeknya itu tapi dia tiba-tiba teringat dengan sesuatu yang dititipkan sang Ibu.
Dia mengambil botol yang dilapisi kain berwarna hitam pemberian Kushina tadi.
"Jiji ini minuman herbal dari Kaa-chan" dia menyodorkannya pada Arashi.
Tampak raut wajah senang tergambar di wajah kakek Uzumaki tersebut. "Akhirnya minuman ini jadi juga".
Saat ingin kembali buka suara untuk mengobrol dengan sang kakek tiba-tiba terdengar suara gaduh mendekati mereka, "kembalikan bukunya uban sialan" umpat seseorang hingga akhirnya dua orang lain yang barusan berseteru menampakkan batang hidungnya.
"Wah lihat !, itu cucuku Naruto dan sepertinya dia mengajak pacarnya juga" ucapan Jiraiya cukup untuk mengalihkan Zekram dari keinginannya untuk kembali mengambil buku bersampul hijau yang saat ini berada di tangan Jiraiya.
"Ehhhhh... Rias ?" Zekram terpaku melihat seorang wanita berambut merah panjang yang duduk di samping cucu sahabatnya.
"Jii-sama ?..." Rias balik keheranan melihat keberadaan pria tua itu pasalnya sepengetahuan dirinya Zekram Bael bukalah orang yang suka bepergian.
"Lihat Arashi, bukankah sudah kubilang kalau bocah itu berpacaran dengan cucunya Zekram !" Jiraiya menepuk pundak besannya dengan sedikit nada sombong karena ucapannya benar dan terbukti.
"Apa maksudmu kakek genit ?" tunjuk Naruto pada Jiraiya.
"Hoooo... jadi bocah yang dulu menempelkan permen karet pada rambutku sekarang sudah berani berpacaran dengan cucuku" kali ini Zekram ikut nimbrung sambil mengingat perlakuan si sulung Namikaze.
"Sialan... sepertinya pak tua itu masih mengingatnya" bisik pelan Naruto yang memungkinkan bagi 3 orang pria tua itu mendengarnya namun bagi Rias yang berada si sampingnya dia masih dengan jelas mendengar bisikan kekasihnya itu.
Sungguh dia penasaran dengan hubungan antara Naruto dan kakeknya itu apalagi tadi di bilang kalau Naruto menempelkan permen karet ke rambut kakeknya, harus diakui kalau si pirang kesayangannya itu memang jahil tapi mendengar dia menjahili seorang Zekram Bael itu berada di tingkatan berbeda.
Karena tak mau ketiga orang yang lebih tepat dua pria tua dan satu pria muda itu lebih ricuh, Arashi memutuskan membuat mereka bertiga diam dan sukses dilakukan oleh pimpinan Uzumaki itu.
.
.
Setelah mengobrol beberapa saat sekaligus momen perkenalan Rias pada kakek Uzumaki dan juga momen Naruto yang dimaafkan Zekram atas insiden permen karet. Untungnya semua hal tersebut bisa berjalan lancar tanpa kendala dan keributan kini Rias dan Naruto sedang berkeliling pekarangan luas rumah Uzumaki.
"Ternyata Arashi jii-san sangat baik, tapi di sisi lain dia memiliki wibawa yang berbeda bahkan melebihi Jii-sama" ujar Rias, dan alasan kenapa dia memanggil Arashi dengan sebutan jii-san adalah permintaan dari kakek Naruto itu sendiri mungkin sebagai tanda restu.
"Ya begitulah, itulah alasan kenapa aku sangat menghormatinya berbeda daripada kakek tua mesum, tapi bagiku mereka punya poin plus masing-masing jadi tak bisa dibandingkan satu sama lain untuk menemukan siapa yang terbaik" balas Naruto.
Setelah itu tak ada obrolan lagi dari mereka berdua, dan keduanya saat ini berada di sebuah bukit yang langsung menghadap ke arah kota Kyoto di mana kelap kelip lampu terlihat sepanjang mata memandang.
Naruto melirik si wanita merah, lalu dia melepaskan jaket yang kini dia kenakan untuk digunakan sebagai penghangat bagi Rias.
"Kau sepertinya kedinginan jadi pakai ini" dia memakaikan jaket itu lalu memeluk Rias dari arah belakang sebagai tambahan rasa hangat bagi wanita itu. Untuk Naruto dia tidak terlalu merasa kedinginan karena mengenakan baju lengan panjang dan dengan memeluk Rias juga sudah menambah kehangatan bagi dirinya sendiri.
.
.
Sudah cukup lama memeluk wanitanya tersebut Naruto, lama kelamaan merasakan sesuatu yang mendesak dari dalam dirinya, tubuhnya terasa panas padahal udara saat itu lumayan dingin dan perlahan sesuatu yang berada di bawah sana mulai berdiri tegak, mengetahui hal tersebut Naruto terus mengumpat dirinya sendiri.
"Sialan... kenapa di saat seperti ini 'itu' malah bangun ?" Naruto meringis dalam hati.
Makin lama tubuhnya kian merasa gerah dan gelisah, Rias yang menyadari Naruto seperti kurang nyaman dan menahan sesuatu mendongakkan wajahnya melihat si Namikaze pirang, raut wajahnya seperti orang yang gelisah dan tidak bisa diam.
"Kau kenapa Naru-kun ?" tanya Rias sedikit khawatir.
"Ah tidak apa-apa, mungkin sebaiknya kita segera masuk karena hari sudah cukup larut dan udara juga makin dingin. Tidak baik bagi kita berlama-lama" Naruto langsung membawa Rias kembali kedalam rumah, Rias yang saat ini tangannya digenggam oleh Naruto merasakan kalau tangan pria itu agak bergetar dan cukup basah akan keringat.
Sesampainya di dalam rumah Naruto langsung menanyakan pada sang kakek yang masih duduk di tempat tadi bersama Jiraiya dan Zekram, rupanya mereka sedang minum dan sudah cukup teler juga mungkin sebentar lagi mereka akan pergi tidur.
"Jiji... Apa ada kamar kosong ?, Ria-chan ingin beristirahat" tanya Naruto pada kakeknya.
Arashi lalu memanggil salah satu maid dan memintanya mengantar Naruto dan Rias, kemudian kedua muda mudi itu mengikuti langkah sang maid.
Mengetahui Naruto yang sedang mati-matian menahan sesuatu salah satu dari ketiga pria tersebut menyeringai, sepertinya rencananya berhasil.
.
.
"Kita sampai Uzumaki-sama, ini kamar Gremory-sama dan yang ini kamar untuk anda" maid itu menunjukkan dua kamar yang saling berhadapan, bagaimanapun Rias dan Naruto belum menikah jadi kamar mereka terpisah.
"Terima kasih" ucap Naruto cepat lalu sang maid meninggalkan mereka berdua.
"Beristirahatlah... jangan begadangan Ok !" Naruto membuka pintu dan mendorong Rias lembut memasuki kamar tersebut, saat akan berbalik dan ingin memberikan Naruto kecupan selamat malam pria itu justru sudah menutup pintu dan pergi.
.
Sama halnya seperti Rias, Naruto juga memasuki kamar yang dipersiapkan untuknya. Dia langsung membuka baju dan celana panjang yang dia kenakan sehingga saat ini dirinya bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek saja.
"Sialan... kenapa aku tiba-tiba terangsang seperti ini ?" keringat bercucuran dari tubuh Naruto.
Dia beranjak menuju kamar mandi dan mengguyur kepalanya dengan air dingin untuk meredakan nafsunya yang menggebu saat ini tapi itu percuma saja, Naruto terus berpikir alasan kenapa dia bisa seperti itu. Tiba-tiba dia teringat sesuatu saat tadi Jiraiya memberikannya minuman, "sialan ini pasti ulah kakek tua mesum !" geram Naruto yang langsung mematikan keran shower dan segera meninggalkan kamar mandi untuk mengenakan pakaiannya kembali.
.
.
Sementara itu di tempat lain.
.
Jiraiya saat ini tengah berada di teras depan sambil bibirnya menghisap sebatang cerutu, "pasti saat ini dia sedang melakukannya dengan cucu Zekram hehehe, aku jadi penasaran".
Dia kembali berimajinasi bagaimana cucunya itu menggarap kekasihnya, dia berhasil memasukkan obat perangsang pada minuman yang tadi diminum Naruto dan untungnya Zekram juga Arashi saat ini sudah pasti tertidur karena terlalu banyak minum alkohol.
"Maafkan aku Minato, sepertinya tak lama lagi kau akan menjadi seorang kakek" lagi-lagi Jiraiya tertawa mesum.
.
Brak !!!
.
Suara gebrakan tersebut cukup membuat Jiraiya kaget.
"Dasar kakek tua mesum, apa yang kau berikan padaku tadi hah ?" Naruto datang dengan wajah kesal.
"Kau di sini ?, aku kira saat ini kau sedang menggarap cucu Zekram" heran Jiraiya pada sosok Naruto.
"Jadi benar dugaanku, kau pasti memasukkan sesuatu pada minumanku" wajah si sulung Namikaze kian kesal.
"Hehe... seperti yang kau kira, aku hanya memasukkan dua dosis obat perangsang pada minumanmu" jawab enteng Jiraiya dan Naruto hanya melongo saja atas ucapan Jiraiya barusan, apa kakeknya itu sudah gila ?, dia bilang memasukkan dua dosis obat perangsang pada dirinya.
"Kau sudah benar-benar gila, bagaimana mungkin kau memasukan dua dosis obat perangsang pada cucumu sendiri ?. Kau berniat membunuhku dengan keadaan penis berdiri hah ?" Naruto makin kesal saja.
"Harusnya kau berterima kasih, aku sudah membuatmu bisa bercinta dengan pacarmu sampai besok pagi" bukannya meminta maaf Jiraiya malah beralasan makin ngawur.
"Sepertinya otakmu sudah geser, aku menyesal memujimu di depan Ria-chan tadi" sesal Naruto yang masih menahan gejolak nafsunya yang menggelora.
"Ayolah ini kesempatanmu untuk bisa bercinta sepuasnya dengan pacarmu, dan sebagai ucapan terima kasih bisa nanti ceritakan pengalamanmu itu padaku untuk menjadi referensi novel terbaruku" Jiraiya malah bersemangat.
"Otakmu benar-benar sudah tidak beres, setelah memberikan obat yang bisa membuat penis cucumu berdiri sampai pagi tapi kau juga berniat membuatnya menjadi bahan novel cabulmu. Akan kuadukan pada Tsunade-baachan" Naruto langsung meninggalkan Jiraiya sendirian di sana.
"Dasar pria muda, dia mengingatkanku pada Minato dulu hehehe".
Jiraiya menyedot cerutunya lagi dan menghembuskan asap cukup banyak dari mulutnya.
.
.
.
.
TBC
