Disclaimer

Naruto : Masashi Kishimoto

HighSchoolDxD : Ichie Ishibumi

Warning : Typo bertebaran

.

.

Mendengar jawaban dari Kushina kalau Naruto sedang pergi ke Amerika cukup membuat si bungsu Gremory menghela nafas pelan, berarti si pirang itu tidak bertemu dengannya bukan karena marah padanya. "Kenapa dia tidak memberitahu ku kalau dia pergi ?" tanya Rias dalam hati.

Tanpa Rias sadari Kushina sedang memperhatikan raut wajahnya saat memikirkan hal tersebut, "apa kau sedih ditinggal Naruto ?" celetuknya dengan jahil.

Rias yang tersadar langsung menjadi gugup, "em-ituuu... ti-tidak juga" elaknya dengan bahasa tubuh yang justru menunjukkan kebalikannya. Kushina dengan gemas langsung menagkup kedua pipi Rias dan agak menekannya namun tak sampai menimbulkan rasa sakit bagi perempuan itu, "bersabarlah, lagian dia juga tidak akan lama di sana hanya 12-15 hari" jelas Kushina.

"Tapi itu berarti dia akan merayakan natal dan tahun baru disana" jawab Rias sambil sedikit cemberut yang justru membuat Kushina makin gemas saja.

"Oh jadi kau ingin menghabiskan natal dan tahun baru bersamanya ya ?" Kushina tersenyum senang, Rias mengangguk pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Kushina itu.

"Kalau mau kenapa tidak susul saja ke sana ?" ia memberikan ide pada Rias.

"Selama akhir tahun sampai dengan pertengahan Januari aku tidak bisa kemana-mana karena sibuk" Rias malah terlihat sedih setelah mengatakannya.

"Yah sayang sekali, bersabarlah Rias-chan nanti dia pulang kau bisa memilikinya sepuasmu" canda Kushina dengan seringai jahil lagi, "oh iya, bagaimana kalau kau makan malam di sini ?".

Mendengar ajakan ibu dari Naruto sebenarnya ingin Rias tolak karena takut merepotkan namun begitu melihat binar mata dari wanita cantik tersebut membuat Rias tidak punya alasan untuk menolak.

.

Saat tengah asik mengobrol tiba-tiba pintu depan di buka dan masuklah tiga orang makhluk hidup yaitu dua orang laki-laki dan satu orang perempuan.

"Oh kalian sudah kembali," sambut Kushina atas kedatangan mereka bertiga.

"Wahhh ada Rias-nee" ujar Naruko begitu melihat Rias.

Si wanita Gremory itu menyapa dengan melambaikan tangan dan tersenyum.

Kushina yang melihat rambut suaminya seperti ada sesuatu yang putih menempel di sana akhirnya bertanya, "Anata kenapa rambutmu berwarna putih ?, apa jangan-jangan kau beruban ?".

Minato yang ditanyai meraba rambutnya dan terasa rasa dingin begitu bersentuhan dengan benda yang Kushina bilang, "oh ini, diluar sedang turun salju dan untung saja tadi kami bisa cepat pulang kalau tidak akan sulit berkendara di jalan licin" jawabnya enteng.

"Oh begitu" ucap Kushina singkat.

Mendengarkan percakapan suami istri Namikaze tersebut mengingatkan Rias kalau dia juga harus segera pulang jika memang salju turun. Tapi sepertinya hal tersebut disadari oleh Kushina, dia langsung menggenggam tangan Rias dan berujar "jangan berpikiran untuk pulang sekarang, nanti saja jika hujan saljunya sudah berhenti dan jalanan dibersihkan".

Kemudian sang penguasa rumah tersebut melihat ke arah ketiga orang yang baru datang barusan, "karena kalian sudah tiba mari kita ke meja makan !" ajak Kushina pada semuanya sambil menggandeng tanagn Rias.

Akhirnya mereka mengikuti instruksi dan ajakan Kushina.

.

Begitu sampai di dapur Rias langsung terpesona melihat berbagai makanan tersaji di sana, semuanya tampak lezat dan menggugah selera.

"Ayo kita duduk," ajak Kushina yang langsung mendudukkan Rias di kursi samping dirinya diikuti oleh anggota keluarga yang lain.

.

Karena semua makanan tersebut terlihat enak Rias malah bingung sendiri untuk mengambil yang mana.

"Ayo jangan malu-malu, pilih saja apa yang kau suka" ucap Kushina, tapi karena Rias yang masih kebingungan memilih akhirnya Kushina berinisiatif mengambilkan sesuatu untuk Rias.

Mendapat sodoran piring dari Kushina Rias berterima kasih dan langsung mencobanya, begitu merasakannya di mulut dan menelannya langsung terasa masakan tersebut bukan hanya tampilannya yang menggugah selera tapi rasanya juga tak main-main.

"Bagaimana rasanya ?" tanya Kushina begitu Rias menelan makanannya.

"Ini sangat enak" Rias tampak berbinar menjawab pertanyaan tersebut.

"Benarkah ?, aku yang memasak semuanya".

Mengetahui itu masakan Kushina membuat Rias kian kagum saja pada sosok ibu Naruto tersebut, sudah cantik, baik, dan pandai memasak wah apa lagi yang kurang dari sosoknya, nampaknya Rias harus banyak belajar dari sosok Kushina.

"Ayo makan lagi, jangan ragu-ragu jika mau nambah," acara makan keluarga Namikaze plus satu orang Gremory itu terus berlanjut dengan sesekali diselingi obrolan santai, walaupun Rias tidak banyak buka suara dan lebih menanggapi saja namun dia merasakan kehangatan keluarga Namikaze itu.

Memang ada perbedaan jika dibandingkan dengan keluarganya saat di meja makan dimana keluarga Namikaze lebih santai dan fleksibel jika dibandingkan dengan Gremory yang cukup riggid di meja makan tapi dia menyukai keduanya.

.

Beralih ke Naruto.

.

Dia segera memasuki sasana tembak tersebut.

Matanya menelusuri seluruh ruangan dan menemukan seorang pria berambut oren sedang mengelap senapan laras panjang berwarna coklat.

Naruto berjalan mendekati orang tersebut, karena cukup sibuk mengelap senjatanya dia tak menyadari kalau dihadapannya sudah berdiri seorang pria berambut pirang.

"Halooooo Yahiko" Naruto mengagetkan orang tersebut sambil menggebrak meja.

Karena kaget dengan kelakuan Naruto si pria yang sedang mengelap senjata itu sedikit gelagapan dan hampir menjatuhkan senjatanya sebelum akhirnya dia bisa menguasai diri dan langsung menodongkan senapan itu ke arah Naruto.

"Hoh hoy hoy... tenanglah ini aku Naruto" si pirang mengangkat kedua tangannya dengan ekspresi panik.

"Cih... makanya jangan mengagetkan orang sembarangan, bagaimana kalau semisal aku kalap dan menembakmu ?" ucap orang bernama Yahiko tersebut dengan perasaan gondok karena dikagetkan Naruto. "Oh dan kenapa kau bisa ada disini ?, bukankah kau sudah pulang ke Jepang ?".

Naruto memasukan tangannya ke dalam saku jaket sebelum menjawab, "aku sedang ditugaskan kembali di sini".

"Padahal baru beberapa bulan lalu kau pulang dan sekarang sudah kembali ke sini, bukankah kau seharusnya pergi ke kantor kalau begitu ?, kenapa malah datang kemari pagi-pagi begini" cecarnya pada si pirang.

"Aku akan datang nanti siang, jadi selama masih ada waktu aku ingin menemui temanku ini" ujarnya sambil menepuk pundak Yahiko.

"Aku tidak percaya kau kemari hanya untuk bertemu denganku," cibir Yahiko yang rupanya mengetahui niatan asli kedatangan si pirang.

"Sepertinya aku memang tidak bisa berbohong padamu, memang kedatanganku ke sini hanya ingin berlatih menembak" Naruto lalu membentuk pose tangan seperti sebuah pistol. "Memangnya apa yang ingin kau tembak hah ?, jangan bilang kau akan menembak seseorang?" pria itu langsung menatap tajam Naruto.

Si Namikaze muda itu hanya cengengesan, "yah entahlah, mungkin aku hanya akan menembak seekor burung kecil nanti saat kembali ke sana".

"Yasudah kalau begitu cepat masuk saja ke sana dan berlatih sesukamu selama kau membayar".

Tanpa berlama-lama si pirang langsung memasuki ruangan khusus menembak yang terpisah dengan tempat Yahiko.

.

Yahiko bisa dibilang cukup dekat dengan Naruto karena mereka sempat satu fakultas saat kuliah dan Yahiko adalah senior dari si sulung Namikaze. Umur mereka juga tak terlalu terpaut jauh yaitu hanya sekitar 4 tahun saja.

Untuk penampilan Yahiko adalah seorang pria berumur 20an akhir, berbadan tinggi besar dan memiliki wajah cukup tampan dengan rambut berwarna oren ditambah dia memiliki beberapa piercing yang terletak di kedua telinga, hidung dan bagian sudut bibir menjadikan kesan bad boy padanya cukup kental.

Dia menjalankan sasana tembak ini sekitar tiga tahun yang lalu setelah sebelumnya pernah bekerja di sebuah perusahaan besar namun karena bosan dia akhirnya keluar dari perusahaan tersebut dan membangun gedung sasana tembak ini menggunakan semua tabungan miliknya. Dan untuk status dia sudah menikah dengan seorang wanita keturunan Jepang bernama Konan, bahkan mereka sekarang sudah dikaruniai seorang anak perempuan yang kini sudah berusia sekitar 7 bulan.

.

Kediaman Namikaze.

.

Rias saat ini sudah berada di dalam kamar milik Naruto dan berbaring di atas tempat tidur milik pemuda tersebut

Alasan dia bisa berada di sana adalah atas permintaan dari Kushina.

.

Beberapa saat sebelumnya.

.

Usai ikut makan malam bersama keluarga Namikaze dan mengobrol bersama dengan orang tua dari Naruto hingga akhirnya dia meminta izin untuk pamit pulang. Namun tampaknya niatan tersebut harus urung terlaksana karena hujan salju yang masih terus turun.

"Bagaimana caranya pulang kalau hujan salju begini ?" Rias melihat bagaimana lebatnya salju turun bahkan sampai menutupi jalanan.

Kushina yang berada di belakang si Gremory menyeringai senang, "sepertinya cukup mustahil untuk berkendara menembus jalanan bersalju, jadi menginap saja ya?!" pinta Kushina pada Rias.

"Em-tapi...".

"Ssshhhh, tidak ada tapi-tapian. Ayo menginap saja" dia menarik tamgan Rias dan mengajaknya naik menuju lantai dua.

.

Wanita cantik yang memiliki warna rambut serupa dengan Rias itu membawanya menuju ke sebuah kamar yang pintunya berwarna putih.

"Tidur di kamar ini saja ya, soalnya kamar tamu belum dibersihkan" jelas Kushina lalu membuka pintu tersebut dan 'menyeret' Rias masuk ke dalam.

.

"Anggap saja kamar sendiri Rias-chan, oh iya jika nanti butuh sesuatu jangan sungkan untuk panggil saja ya" ucap Kushina lalu meninggalkan kamar tersebut hingga Rias kini sendirian.

.

Begitu Kushina sudah keluar ia memperhatikan dengan seksama interior fan berbagai macam fasilitas di kamar tersebut namun yang mencuri perhatiannya adalah beberapa figura yang terletak di atas laci samping tempat tidur.

Rias mengambilnya dan begitu melihat foto tersebut dia tak kuasa untuk menyunggingkan senyumnya.

"Ternyata dia langsung mencetak fotonya" gumam Rias sambil melihat foto tersebut, foto itu adalah saat mereka pergi ke pantai.

"Untuk ukuran seorang pria kamarnya cukup nyaman dan rapih" tambahnya lalu menghempaskan tubuh untuk tiduran di kasur, ia merogoh saku celananya dan mengambil ponsel.

Jari jemarinya dengan cekatan membuka aplikasi pesan namun dia harus menghela nafas kecewa karena tak ada satupun pesan masuk dari orang yang dia tunggu-tunggu. Tak kunjung mendapat pesan akhirnya Rias memutuskan untuk mengirim pesan lebih dulu namun lagi dan lagi tak langsung dijawab.

Karena kesal Rias membanting ponselnya di kasur, ia langsung berguling-guling ditempat tersebut dan kemudian menyembunyikan wajahnya ke dalam bantal. "Kenapa dia menyebalkan sekali, tapi aroma bantal ini sama seperti aroma tubuhnya" kini ia malah menghirup dalam-dalam aroma bantal tersebut.

Saat sedang asik menghirup aroma bantal tersebut tiba-tiba ponselnya berbunyi karena ada pesan masuk, dengan buru-buru Rias membuka pesan tersebut siapa tau itu dari Naruto yang dia tunggu-tunggu namun sepertinya dia harus kecewa karena itu adalah pesan dari Akeno, Rias membalas pesan dari Akeno tersebut yang memberitahu bahwa besok adalah hari-H acara fansign sekaligus mengingatkan Rias jangan sampai terlambat.

Setelah mengiyakan peringatan Akeno lalu Rias pun kembali melemparkan ponselnya dan memeluk bantal Naruto, karena malam kian larut dan udara yang dingin membuat Rias cukup mengantuk hingga tak berselang lama dia sudah masuk ke alam mimpi.

.

Sasana Tembak.

.

Keasikan dengan kegiatannya berlatih tembak membuat Naruto tak sadar kalau dia sudah menghabiskan waktu sekitar beberapa jam.

"Ini tembakan terakhir" ucapnya sambil berkonsentrasi dan menatap tajam sasaran yang berada beberapa meter di depannya, dia mengeker titik yang berada di tengah hingga akhirnya menarik pelatuk pistol itu dan menembakkan peluru terakhirnya yang langsung melesat menuju target.

"Apakah kena ?" tanyanya sambil menunggu kertas target yang secara otomatis akan bergerak kearahnya.

Setelah kertas tersebut tepat didepannya dia melihat ternyata tembakan terakhir tadi hanya meleset beberapa mili meter saja dari target yang sudah dia tentukan, "bukan hasil yang buruk hanya meleset sedikit".

Setelah puas dia meletakkan pistol tersebut sekaligus melepas penutup telinga yang dia gunakan dan segera menuju ke tempat Yahiko di depan sana.

.

Begitu keluar dari ruangan tersebut Naruto langsung melihat ke arah Yahiko yang kini sedang bersama seorang pria di sana, ia berjalan menghampiri mereka.

"Oh kau sudah selesai, bagaimana? Apa kau sudah percaya diri bisa menembak burung kecil yang kau maksud ?" tanya Yahiko begitu Naruto keluar.

"Ya lumayan, aku bahkan sekarang yakin bisa mengenainya hanya dengan sebuah ketapel".

"Baguslah, Deidara tolong jaga sebentar tempat ini. Aku mau pergi dulu" pinta Yahiko pada pria yang bersamanya, orang yang disebut Deidara itu hanya mengacungkan jempol tanda setuju.

"Hoy pirang, kau ikut aku sekarang !" tunjuk si rambut oren pada Naruto.

"Mau ke mana ?" tanya si pirang penasaran.

"Ah jangan banyak tanya dan ikut saja ayo !" Yahiko berjalan pergi yang diikuti oleh Naruto dengan mengekor di belakangnya.

.

.

Yahiko diikuti oleh Naruto saat ini sedang berjalan menyusuri trotoar, hingga sekitar tiga ratus meter kemudian si pria berambut oren yang memiliki beberapa piercing tersebut menghentikan langkahnya di depan sebuah rumah, "ayo kita masuk !".

Naruto mengekor saja di belakang tanpa bertanya itu rumah siapa karena dia sudah tahu bahwa rumah tersebut adalah tempat tinggal Yahiko dan istrinya.

.

"Aku pulang" ucap si rambut oren sambil membuka pintu.

"Selamat datang" balas seorang perempuan berambut biru yang sedang menyuapi seorang bayi kecil dengan buah yang sudah dihaluskan.

"Wahhhh sepertinya putri kecilku sedang makan" ia berjalan kearah Konan dan bayinya tersebut yang bahkan begitu melihat Yahiko datang dia tertawa.

Sementara si pirang yang melihat Yahiko berkelakuan seperti itu dihadapan bayinya hanya mengeryit keheranan, kesan bad boy pada Yahiko lamgsung menghilang saat itu juga.

Konan yang menyadari ada orang lain di belakang suaminya hanya melihat dan mencoba mengingat-ingat sosok tersebut karena seingatnya dia kenal dengan pria itu, setelah beberapa saat akhirnya dia bisa mengingatnya "sepertinya kau kembali ke negara ini Naruto".

"Ya seperti itulah, aku ada pekerjaan di sini sekitar dua minggu" balas Naruto atas perkataan Konan.

Saat Konan dan Naruto mengobrol justru Yahiko malah sedang asik sendiri dengan putri kecilnya.

.

"Naruto apa kau menggendong anakku ?" tanya Yahiko pada si pirang sambil mengangkat putrinya dari tempat duduk bayi.

"Boleh kah ?" rupanya Naruto cukup penasaran juga untuk bisa menggendong bayi Yahiko, seingatnya dia terakhir menggendong bayi itu adalah Naruko saat masih kecil.

"Tentu saja, kemarilah".

Naruto mendekat ke arah Yahiko dan tangannya sudah siap untuk menerima sodoran bayi dari tangan si rambut oren.

Begitu bayi perempuan itu berpindah Naruto akhirnya menggendong bayi perempuan tersebut, dan bagusnya lagi adalah bayinya tidak menangis saat digendong oleh orang tidak dikenal.

Melihat bayi mereka sedang berada di gendongan Naruto membuat pasangan suami istri Yahiko Konan tak kuasa menahan senyum apalagi ditambah bayinya malah tertawa melihat wajah Naruto.

.

Si pirang menatap bayi yang ada di gendongannya itu, jika dilihat-lihat wajahnya mirip dengan Konan namun rambut dan warna mata diturunkan dari Yahiko. Saat bayi cantik tersebut tertawa Naruto seperti merasakan ada getaran hangat dihatinya, dia mencium pipi bulat bayi Yahiko yang malah sukses membuat bayi tersebut makin tertawa.

"Yahiko apa anakmu boleh aku bawa pulang ?" celetuk si pirang dengan konyolnya.

"Sepertinya aku sudah salah memintamu menggendong putriku, kemarikan dia" timpal Yahiko dengan menggerakan tangan seperti orang yang sedang menagih sesuatu.

"Dasar pelit" Naruto menyodorkan bayi perempuan tersebut untuk dikembalikan pada Yahiko, Konan yang melihat kekonyolan Naruto dan suaminya hanya tertawa.

"Ini salahmu, sekarang aku jadi ingin punya bayi".

"Kalau kau ingin punya bayi makanya buat sendiri, lagipula kenapa kau tidak pernah punya pacar si ?, kau itu tampan dan kaya pasti wanita juga tidak akan menolak jika kau mendekati mereka atau jangan-jangan kau ini lebih menyukai batang ya ?" selidik Yahiko dengan kembali mendudukkan bayinya di tempat sebelumnya.

"Sembarangan, aku ini seratus persen pria normal dan sehat serta tidak memiliki penyimpangan seksual" timpal Naruto dengan ketus.

"Kalau begitu cari perempuan sana, dan buatlah bayi seperti yang kau mau".

"Cih, lihat saja nanti saat pulang nanti aku akan membuat bayi yang banyak dengan Rias-chan ku dan mengalahkanmu" deklarasi si pirang.

"Ohhh jadi kau mengajakku bertanding, hey sayang bagaimana tanggapanmu atas tantangan si pirang ini ?, ayo kita juga biat bayi yang banyak" seru Yahiko tak mau kalah dan bertanya pada istrinya.

Konan yang dimintai pendapat oleh Yahiko hanya menoyor pria yang sudah menjadi suaminya itu.

"Oh ya tadi kau bilang Rias-chan, siapa dia ?" dia cukup penasaran dengan nama yang tadi Naruto sebut.

"Dia pacarku dan sekaligus akan menjadi ibu dari Namikaze kecil nanti" jawabnya enteng.

"Aku tidak percaya kau punya pacar, tak ada bukti foto berarti hoax".

"Kalau tidak percaya lihat saja ini," Naruto merasa diremehkan langsung merogoh sakunya dan untuk mengambil ponsel dan mencari foto Rias di sana, "lihat ini !, dia pacarku sekaligus alasan kenapa aku tidak berpacaran dengan wanita lain".

Penasaran, Yahiko mengambil ponsel Naruto untuk melihat dengan jelas yang ditunjukan oleh si Namikaze. "seriusan dia pacarmu ?" ia tampaknya belum percaya dengan bukti nyata yang Naruto perlihatkan.

"Hey sayang, lihat ini pacar si pirang" ia menyodorkan ponsel itu pada Konan istrinya.

Konan yang melihat foto yang dimaksud oleh Yahiko hanya terpana begitu melihat foto sosok perempuan yang sangat cantik memiliki rambut merah tersebut, "dia cantik sekali Naruto" pujinya pada sosok Rias.

"Kau pasti melakukan guna-guna padanya sehingga dia mau berpacaran denganmu" Yahiko sepertinya sangat susah mempercayainya.

"Dasar gila, bukankah kau tadi aku ini tampan sehingga perempuan tidak akan menolakku", dia mengambil kembali ponselnya yang sudah berada di tangan si rambut oren.

"Memangnya aku pernah bilang begitu ?" Yahiko mencoba mengelak.

"Au ahhhh" namun tanpa diduga ponselnya tiba-tiba bergetar karena ada panggilan masuk.

Naruto sempat meminta izin untuk mengangkat telfon tersebut sebelum akhirnya menjawab panggilannya, setelah berbincang beberapa daat akhirnya panggilan itu diakhiri

"Ano Yahiko, Konan mohon maaf sepertinya aku harus segera pergi ke kantor karena ada urusan mendesak".

"Ehhhh kenapa buru-buru, tadinya aku ingin mengajakmu makan siang di sini" Yahiko tampak agak kecewa karena Naruto harus segera pergi.

"Mungkin lain kali saja, ini mendadak soalnya".

"Tidak apa-apa kalau memang tidak bisa hari ini, kan masih ada hari lain" kini Konan yang buka suara.

"Terima kasih atas pengertian, kalau begitu aku pergi dulu" Naruto berpamitan dan segera keluar dari rumah tersebut untuk menuju ke kantor. Saat sedang berjalan dan memeriksa ponselnya dia melihat ada pesan masuk dari Rias.

"Arrrggghhh aku bahkan juga belum mendengar suara Rias, tapi kalau aku telfon sekarang pasti dia sudah tidur" dia malah jadi kesal sendiri.

.

Paginya di kediaman Namikaze.

.

Tampak belum ada tanda-tanda dari Rias untuk segera bangun. Tak berselang lama kemudian pintu kamarnya dibuka oleh seorang gadis kecil berambut pirang.

"Rias-nee, ini sudah siang" Naruko naik ke kasur dan mengguncang Rias untuk membangunkannya.

"Sebentar lagi Naruuuuuhhhh" Rias menggeliat karena merasa terganggu.

"Ini sudah jam 7 lebih Rias-nee" Naruko masih berupaya membangunkan Rias tapi tanpa diduga Rias bukannya bangun dia malah memeluk Naruko yang berarti membuatnya ikut rebahan di kasur.

"Sebentar lagi Naruuu, tapi ngomong-ngomong kenapa tubuhmu seperti kecil ?" akhirnya mau tak mau dia membuka mata untuk melihat anomali ukuran tubuh Naruto.

Saat membuka matanya yang pertama dia lihat adalah rambut berwarna pirang panjang, tunggu sebentar... sejak kapan pacarnya itu punya rambut panjang ?.

Berkedip beberapa kali sebelum akhirnya dia menyadari bahwa yang dia peluk bukanlah Naruto melainkan seorang anak perempuan, "Naruko-chan ???".

"Kaa-chan memintaku untuk membangunkan nee-chan katanya takut telat" terang Naruko yang sudah lepas dari Rias.

"Ah iya terima kasih Naruko-chan".

Lalu Naruko meninggalkan kamar itu karena saat ini dia harus segera pergi bersama Minato.

Rias bangun dari tempat tidur dan merapikan ranjang tersebut sebelum memasuki kamar mandi.

.

Usai membersihkan dan merapihkan penampilannya ia segera menuju lantai bawah dan mencari keberadaan Kushina untuk pamit.

Kebetulan wanita Uzumaki tersebut sedang di ruang tengah untuk beres-beres sehingga Rias tak perlu mencarinya lagi.

"Oh sudah bangun, bagaimana tidurnya ?, nyenyak ?" tanya Kushina yang melihat Rias berjalan menuruni tangga.

"Ya tidurku nyenyak, kalau begitu aku pamit dulu karena harus segera ke Mall" timpalnya dihadapan Kushina.

"Tidak mau sarapan di sini ?".

"Terima kasih sebelumnya, tapi aku sudah harus buru-buru ke sana" tolak Rias halus.

"Baiklah kalau begitu".

Lalu Rias yang diikuti Kushina berjalan keluar rumah besar tersebut menuju garasi. Ia memasuki mobilnya dan mencoba menghidupkannya namun setelah beberapa kali mesin mobilnya tidak kunjung menyala.

"Ehhh kenapa dengan mobil ini ?" tanya Rias yang masih berusa menghidupkan mobilnya namun masih belum mau menyala juga.

"Apa ada yang salah Rias-chan ?" tanya Kushina setengah merunduk untuk mensejajarkan dirinya dengan jendela mobil.

"Mesinnya tidak mau menyala padahal semalam baik-baik saja, atau jangan-jangan aku lupa menservisnya ?" Rias mencubit dagunya mencoba mengingat kapan terakhir mobilnya itu di servis.

.

"Tunggu sebentar di sini" pinta Kushina sambil berlari kecil memasuki rumah, hingga selang beberapa saat kemudian dia kembali dikala Rias masih mencoba menghidupkan mobil bahkan sudah membuka kap depan mobilnya.

"Bagaimana kalau pakai saja mobil Naruto ?" Kushina berujar sambil menunjukkan dua buah kunci mobil.

"Ah ti-tidak usah, aku naik angkutan umum saja" tolak Rias karena malu kalau terus merepotkan Kushina.

"Tidak apa-apa, anggap saja kau sedang membantu Naruto memanaskan mobilnya karena dia sedang pergi dan lagipula sayang juga kalau selama dua minggu mobilnya tidak dipanaskan" Kushina mencoba merayu Rias.

Rias nampak dilema kali ini, satu sisi dia malu karena terus merepotkan dan menyusahkan dari kemarin tapi di sisi lain sensasi berkendara menggunakan super car tidak bisa dikesampingkan begitu saja apalagi di sana selain ada mobil yang biasa Naruto gunakan tapi ada juga mobil berlogo kuda jingkrak berwarna hitam yang membuatnya penasaran.

"Ayo pilih mana yang ingin kau kendarai ?," Kushina menjulurkan dua buah kunci.

Dengan ragu-ragu Rias mengambil kunci dari mobil berwarna hitam itu.

"Pilihan yang bagus," ucap Kushina saat Rias mengambil kunci yang tadi di tangannya. "Jadi yang ada di garasi itu semuanya milik Naruto ?" tanya Rias penasaran, soalnya dia tidak pernah melihat Naruto membawa mobil lain selain Mercedes miliknya bahkan kini dia juga baru menyadari kalau di sana ada satu unit motor.

"Begitulah, entah apa tujuannya tapi yang sering dia pakai hanya mobil itu saja sementara dua mobil lainnya dan motor itu jarang dia gunakan" Kushina mengakhiri ucapannya dengan sedikit mendesah lelah.

"Dua ?".

"Huum, dia punya tiga mobil tapi yang satu lagi entah dia simpan di mana. Untuk mobilmu biar nanti tukang bengkel datang ke sini untuk menderkanya dan juga pakai saja mobil itu sampai mobilmu selesai diperbaiki".

Rias yang mendengar semua penuturan Kushina tak henti-hentinya berterima kasih karena dia sudah banyak merepotkan ibu dari kekasihnya itu. Setelah meminta izin Kushina untuk mengendarai mobil itu dia masuk dan menghidupkan mobilnya.

Langsung saja terdengar bunyi knalpot yang cukup berat khas mobil sport. Memanaskan mobilnya sebentar sebelum akhirnya berpamitan pada Kushina dan meninggalkan kediaman Namikaze.

.

Saat sedang berkendara membelah jalanan yang masih sedikit bersalju Rias tak henti-hentinya terus tersenyum lebar, alasannya tersenyum seperti itu karena dipinjami mobil hitam tersebut apalagi dengan kapasitas mesin yang besar membuatnya makin bersemangat namun harus dia perhatikan saat ini ia tidak bisa terlalu memacu mobil tersebut karena sedang berada di jalan perkotaan dan licin akan salju.

Setelah hampir setengah jam diperjalanan ia akhirnya sampai di Mall, namun belum memasuki Mall saja dia sudah bisa melihat kalau hari ini akan menjadi hari yang melelahkan itu terbukti dari sudah ramainya orang-orang yang masuk ke dalam pusat perbelanjaan yang dia kelola itu.

"Haei ini tidak akan mudah Rias Gremory" ucapnya pada diri sendiri saat melewati jalan di dekat mall.

.

Sesudah diparkiran dia harus menepuk jidat karena disana sudah penuh oleh kendaraan pengunjung namun untungnya dia punya tempat tersendiri bagi dirinya memarkirkan mobil.

.

Matanya lagi-lagi harus dibuat takjub dengan kerumunan orang yang sudah berada di dalam sana.

"Jika ada acara seperti ini selama satu bulan sekali aku bisa kaya".

Saat sedang memperhatikan semuanya tiba-tiba dia merasakan pundaknya ditepuk dari belakang.

"Kau terlambat" ucap orang dibelakangnya.

"Mobilku mogok makanya aku terlambat" timpal Rias sambil membalikkan badannya.

"Ayo kita segera ke ruangan kerja, banyak yang harus kita kerjakan" Akeno menarik Rias menjauh dari area sana.

.

Begitu memasuki ruangannya Rias yang tadinya bersemangat langsung mendadak drop begitu melihat tumpukan kertas di meja kerjanya.

"Apa-apaan itu !, kenapa kertasnya banyak sekali Akeno ?!" tanya Rias yang sudah memucat, selama dia menjabat di mall itu baru kali itu dia melihat tumpukan kertas di mejanya.

"Aku juga tidak mengerti, jadi ayo segera duduk dan kerjakan semua pekerjaan yang menunggumu Rias Gremory-sama" Akeno tersenyum dengan mata terpejam yang menurut Rias senyumannya itu mengerikan.

Si rambut merah di tuntun oleh Akeno untuk duduk di kursi siksaannya dan harus menyelesaikan semua kertas di hari itu juga, dengan perasaan lesu dan penuh keterpaksaan dia mencoba mengerjakan semuanya. Mungkin jika nanti tidak sanggup dan pingsan dia bisa masuk kedalam berita di koran.

Melihat Rias yang sudah mulai bekerja Akeno pun tak mau diam saja, dia juga harus menyelesaikan bagiannya karena itu adalah bentuk bantuannya pada Rias.

.

Waktu terus berlalu hingga sudah mendekati jam makan siang dan Rias juga sudah menyelesaikan lebih dari setengah kertas yang menumpuk tadi, walaupun diawal nampak ogah-ogahan dan lesu tapi ketika sudah serius dia mampu dengan cepat mengerjakan semuanya.

Hingga akhirnya tingkat konsentrasi dan fokusnya menurun, dia meletakkan pulpen dengan kasar sampai-sampai sedikit mengagetkan Akeno.

"Aku sudah tidak kuat lagi, aku akan minta resign dari pekerjaan ini" eluh Rias yang lucunya langsung berlari meninggalkan ruangan tersebut membuat Akeno melongo.

Setelah tersadar dengan kelakuan absurd Rias barusan Akeno menggebrak mejanya dengan wajah kesal, "kembali kemari kau Gremory, tugasmu masih banyak" Akeno berteriak dan pergi mengejar Rias.

.

Akeno berjalan cepat mencoba mencari keberadaan atasan merahnya, diantara banyaknya orang saat ini akan sangat sulit mencari Rias walaupun wanita itu gampang dikenali karena warna rambutnya yang mencolok tapi itu sama sekali tak membantu Akeno.

Dia bingung harus mulai dari mana untuk menemukan Rias dan menyeretnya kembali ke ruang kerja, "kemana perginya ?, cepat sekali dia menghilang" Akeno berkacak pinggang tapi sesuatu terlintas dibenaknya.

"Tidak mungkin dia pergi jauh dengan keadaan seperti ini, pasti dia ada di sana".

Bagai mendapatkan ilham Akeno segera menuju ke tempat yang ia prediksikan Rias pasti ada di sana. Dan begitu sampai ternyata tebakannya tepat sekali, di sana ada seorang perempuan berambut merah sedang makan dengan lahap.

.

"Kenapa kau kabur ?" Akeno duduk di depan Rias, wanita cantik itu tak menjawab dan malah asik makan seperti menghiraukan Akeno.

"Pekerjaanmu masih banyak, jadi jangan berkelakuan konyol seperti tadi dan segera kembali ke sana" tegas Akeno.

"Akeno berisik, aku harus mengisi perutku supaya otak ini bisa bekerja jadi biarkan aku makan dulu dan nanti akan ke sana lagi" timpalnya.

"Iya, tapi ngomong-ngomong acara fansignnya baru dimulai ternyata. Apa mau melihat-lihat sebentar ke bawah ?".

"Aku tidak tertarik, lagipula aku tidak mengerti kenapa mereka rela datang kemari pagi-pagi dan berdesak-desakan hanya untuk bertemu artis idolanya".

"Entahlah, jika dengan itu mereka sudah bahagia ya biarkan saja" Akeno sepertinya tak penasaran dan kini malah mencubit makanan Rias untuk mencicipinya.

Tahu makanannya dicicipi Akeno membuat Rias menyipitkan mata, dan menatap tajam si rambut hitam namun bukannya takut dia malah berekspresi seperti orang tanpa dosa.

Saat melanjutkan makannya Rias dan Akeno mendengar suara jeritan dan teriakan di lantai bawah kian kencang, rupanya idol yang melakukan fansign akan bernyanyi secara langsung.

Musik pun diputar dan mulailah para idol itu bernyanyi tapi justru suara yang terdengar dominan adalah suara dari fans mereka sendiri.

.

.

TBC