CHAPTER 1

Hilir-mudik penduduk di sepanjang jalan Distrik Jung mewarnai kesibukan kota Seoul yang selalu padat. Ini merupakan tontonan menarik bagi pemuda dengan balutan jas dan celana dasar berwarna hitam ala petinggi penting perusahaan besar. Melalui jendela ruang kerjanya yang berada di lantai teratas salah satu gedung pencakar langit, ia memusatkan seluruh perhatiannya pada figuran yang melakoni kesibukan kota.

Kim Joonmyeon.

Itulah nama pemuda itu.

Pemuda yang selalu menampakkan aura arogan nan dingin. Ekspresi wajah yang selalu tercetak datar tanpa emosi. Kata yang dikeluarkan dari bibirnya tidak pernah lebih dari tujuh kalimat.

Di balik semua itu.

Kim Joonmyeon memiliki kecerdasan yang istimewa. Hal itu yang membuatnya menghabiskan waktunya untuk meneliti bahkan merancang terobosan teknologi terbaru. Hal itulah yang membuatnya berhasil menemukan terobosan teknologi terbaru dan memperbarui sistem kehidupan menjadi lebih canggih.

Sang penguasa teknologi dunia.

Itulah orang-orang menyebutnya sekarang.

Di umur yang baru menginjak 26 tahun, ia sudah mendirikan perusahaan besar yang bernama Eljente Agentio. Perusahaan itu telah memiliki cabang di tiap belahan dunia.

Sungguh luar biasa bukan?

Eljente Agentio merupakan perusahaan besar yang berbasis teknologi dengan Kim Joonmyeon sebagai Executive CEO-nya. Perusahaan ini telah meluncurkan suatu teknologi yang berhasil merubah perkembangan dunia. Teknologi itu disebut dengan android.

Mungkin kalian berpikir android itu semacam handphone, bukan?

Bukan. Bukan android yang seperti itu. Android yang dimaksud kali ini adalah robot pintar. Robot pintar yang didedikasikan untuk membantu pekerjaan keseharian atau bisa disebut robot pembantu. Desain pada android -robot pembantu ini memiliki bentuk yang sama persis seperti logo android pada umumnya. Produk android ini sangat terbatas. Bahkan, jumlah produksinya sangat sedikit sekali.

Kenapa seperti itu? Kenapa tidak dibuat dengan desain manusia? Kenapa jumlah produksinya terbatas tapi produk android itu mampu mengubah kehidupan teknologi dunia?

Alasan Joonmyeon untuk itu sangatlah simple. Pertama, ia tidak ingin membuat orang kewalahan membedakan mana yang manusia asli dan mana yang android. Kedua, ia tidak ingin manusia berleha-leha karena itu bisa membuat umat manusia menjadi lemah dan bodoh. Ketiga, jika perusahaannya memproduksi banyak android maka ia takut, android-android itu akan kehilangan kendali dan menguasai dunia manusia.

Abaikan alasan yang terakhir.

Selain android, Eljente Agentio memproduksi berbagai jenis mesin yang memudahkan pekerjaan manusia. Tepatnya, untuk manusia yang memiliki jam kerja yang tinggi. Salah satunya IFC atau bisa disebut Instant Food Cooker. Sejenis microwave namun ukurannya lebih besar. Mesin instan ini bisa membuat makanan yang ingin dibuat hanya dengan memasukkan bahan baku ke mesin. Misalkan kalian ingin membuat ramen, kalian hanya perlu memasukkan bahan baku pembuatan ramen ke wadah khusus di dalam mesin dan menunggu sekitar lima sampai sepuluh menit. Kalian juga bisa memilih varian rasa di layar touch screen di samping mesin.

Ah, perusahaan ini benar-benar mendominasi perkembangan teknologi dunia. Wajar saja, jika sang Executive CEO disebut sebagai 'Penguasa Teknologi Dunia'.

Ini benar-benar luar biasa, bukan?

Perusahaan besar yang mendominasi belahan dunia sudah pasti memiliki rival, bukan? Tentu. Ya, walaupun tidak ada satupun yang mampu mengalahkan perusahaan yang didirikan Joonmyeon, tapi tetap saja ada yang ingin menghancurkan perusahaan Joonmyeon menjadi debu.

Semua ancaman itu bisa dihadapi oleh Joonmyeon sendiri.

Namun.

Ancaman kali ini berbeda.

Seseorang yang tidak diketahui identitasnya berhasil meretas pusat pengelola informasi perusahaan Joonmyeon.

Seseorang itu mengirimkan bug* pada semua server koneksi program di ruang pusat pengelola informasi perusahaan Joonmyeon.

Joonmyeon memberikan sedikit apresiasi pada seseorang itu. Dari sejuta rival yang ingin menghancurkan perusahaannya, hanya seseorang itulah yang berhasil menerobos bagian kulit perusahaan besarnya. Menurutnya, seseorang itu pasti sudah bekerja sangat keras sekali.

Tetapi.

Ancaman, tetaplah ancaman.

Ancaman itu harus dimusnahkan sesegera mungkin sebelum hal yang buruk terjadi.

Joonmyeon menggertakkan giginya marah. Seseorang itu makin menerobos masuk ke wilayah pertahanannya. Bahkan, seseorang itu mengetahui seluk-beluk kehidupannya.

Sialan.

"Joonmyeon."

Joonmyeon sedikit terhentak. Ia pun memejamkan kedua matanya lalu menghela nafasnya perlahan. Ia mencoba menenangkan dirinya setenang mungkin.

"Ada apa ayah?" ucap Joonmyeon tanpa melihat sedikitpun pada sang ayah.

"Ah, sepertinya kau lupa kalau ayah datang kesini untuk apa." ucap ayah Joonmyeon yang bernama Siwon.

Joonmyeon diam tanpa menanggapi ucapan sang ayah. Ia membuka kedua mata yang tadinya tertutup lalu menatap kembali kesibukan kota.

"Bagaimana? Apa kau menerima penawaran ayah untuk meminta salah satu agen KIA menjadi pengawal pribadimu?"

Joonmyeon masih diam tanpa menggubris ucapan Siwon -sang ayah.

Siwon tersenyum maklum melihat kelakuan putra semata wayangnya yang istimewa ini. Ia pun berjalan mendekati Joonmyeon. Sesampainya, ia menepuk pelan pundak Joonmyeon lalu mengusapnya lembut.

"Ini juga untuk keselamatanmu, Joon. Tikus kecil itu mengincar nyawamu kemudian perusahaanmu. Dia tidak akan berhenti merusak apapun sebelum dia berhasil mendapatkan nyawamu." ucap Siwon.

Joonmyeon menghela nafasnya berat. "Ya, aku tau itu ayah. Hanya saja.." Ia menoleh ke Siwon yang berada di samping kirinya.

"Nyawa ayah dan ibu juga menjadi incaran pengacau itu." ucap Joonmyeon.

Joonmyeon menatap ayahnya yang sedikit kaget. "Jika menyewa agen KIA untuk menjadi pengawal pribadiku, aku tidak akan setuju."

"Kecuali, agen KIA itu menjadi pengawal pribadi keluarga kita."

Siwon menatap lekat Joonmyeon yang sekarang sedang menundukkan kepalanya. Ia pun tersenyum lembut lalu memeluk Joonmyeon erat. Ia mengusap lembut punggung Joonmyeon. Ia tahu, putranya sekarang sedang tertekan.

"Tidak apa Joonmyeon. Kau tidak perlu menghawatirkan ayah dan ibu." ucap Siwon.

"Kenapa?" tanya Joonmyeon.

Siwon melepaskan pelukannya.

"Karena ayah, sudah punya pengawal sendiri." ucap Siwon.

Joonmyeon menatap lekat sang ayah. "Berhentilah untuk berbohong padaku ayah."

Siwon pun tertawa kikuk sebagai tanggapan. Sangat susah baginya untuk menyembunyikan sesuatu di depan putranya ini. Kecerdasan istimewa putranya inilah yang sukses membuatnya selalu bungkam ketika berbohong. Lagipula, menyembunyikan sesuatu dan berbohong pada anak sendiri bukanlah sesuatu yang baik, bukan?

"Joonmyeon, dengarkan ayah." ucap Siwon lembut tapi tegas.

"Melindungimu adalah tugas utama ayah. Kau yang ayah prioritaskan. Mungkin kau tidak mengerti karena kau masih belum memiliki peran sebagai ayah. Kau tidak perlu khawatir, ayah akan baik-baik saja. Begitu juga dengan ibumu. Turutilah perkataan ayah yang satu ini, Joonmyeon. Ini demi kehidupanmu dan perusahaan yang telah kau bangun dengan susah payah." ucap Siwon.

Joonmyeon diam mencerna petuah ayahnya. "Apa aku bisa mempercayaimu, ayah?"

Siwon memberikan remasan kecil pada bahu Joonmyeon. "Tentu. Kau bisa percaya pada ayah."

Joonmyeon langsung memeluk ayahnya erat. Entah apa yang dirasakannya sekarang ini. Seperti ada suatu realita kejam yang akan menamparnya kuat dalam waktu dekat dan ia tidak tahu kapan pastinya.

Perasaan gundah ini sangatlah kuat.

Sungguh.

Ia tidak tahu bagaimana menghadapi perasaan gundah ini.

...


Seorang pemuda manis menatap beberapa tas dan koper yang bergerak pelan di tempat pengambilan bagasi. Setelah sekian menit menunggu, akhirnya koper miliknya datang. Dengan sigap, ia langsung mengambil kopernya lalu pergi menuju pintu keluar bandara.

Pemuda itu telah berada di luar bandara. Ia pun menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari seseorang yang akan menjemputnya.

"Permisi."

Pemuda manis itu berhenti lalu langsung menoleh ke arah pemuda berkulit tan dengan balutan kasual.

"Apa kau yang bernama Zhang Yixing?" tanya pemuda berkulit tan.

Pemuda manis itu tersenyum menampakkan cacat otot yang menawan di pipi kanannya. "Ya, namaku Zhang Yixing." ucapnya.

Pemuda berkulit tan yang postur tubuhnya lebih tinggi dari pemuda manis itu menghela nafasnya lega. "Syukurlah. Akhirnya aku tidak salah memanggil orang lagi. Banyak sekali Chinesse yang berkunjung ke sini dan menurutku wajah mereka mirip semua. Ah, ini juga kesalahanku karena lupa membawa kertas yang bertuliskan namamu. Jadinya, aku harus mencarimu dengan ingatan minimku sebagai bekal."

Yixing -si pemuda manis itu tertawa pelan sebagai tanggapan.

"Namaku Kim Jongin. Senang bertemu denganmu." ucap pemuda berkulit tan yang menjulurkan telapak tangannya ke arah Yixing mengajak untuk berjabat tangan.

Yixing membalas uluran tangan Jongin. Mereka pun berjabat tangan sebagai tanda kalau mereka sudah saling kenal.

"Baiklah. Ayo ke mobil." ucap Jongin semangat.

Yixing tersenyum sebagai tanggapan. Ketika ia baru saja hendak mengenggam genggaman kopernya, Jongin langsung menghentikannya.

"Biar aku saja." ucap Jongin. Ia pun mengenggam genggaman koper Yixing. "Kau adalah tamuku, jadi aku harus memperlakukanmu secara istimewa."

Yixing mengerjapkan matanya bingung kemudian langsung memamerkan senyuman manis di wajahnya.

"Terima kasih banyak, Jongin. Maaf merepotkan." ucap Yixing.

"Tidak apa, jangan sungkan" ucap Jongin.

Jongin dan Yixing pun langsung berjalan menuju mobil Jongin yang berada di parkiran khusus kendaraan roda empat. Yixing mendongakkan kepalanya menatap langit kota Seoul sesekali. Ada rasa sedikit canggung ketika berada di negara orang. Ia akan berusaha untuk beradaptasi di negara ini. Ya, walaupun itu membutuhkan waktu yang lama karena ia bukanlah tipikal orang yang mudah menyesuaikan diri.

Yixing pun mengambil tempat di samping kemudi setelah Jongin membukakan pintu mobil. Jangan lupakan senyuman ramah yang menawan di wajahnya.

"Terima kasih." ucap Yixing.

"Terima kasih kembali." ucap Jongin sambil tersenyum. Ia pun menutup pintu mobil lalu berjalan cepat menuju tempatnya.

Jongin menutup pintu mobil lalu menghidupkan mesin kendaraan roda empat itu. Ia menancapkan gas lalu mulai meninggalkan bandara Gimpo.

Yixing mengarahkan pandangannya ke luar jendela mobil. Ia menatap beberapa gedung yang silih berganti. Jongin yang berada di sebelah Yixing memusatkan seluruh perhatiannya pada kemudi sesekali menoleh ke Yixing. Tidak ada satupun percakapan yang mendominasi di mobil ini. Mereka sibuk dengan urusan dan pikirannya masing-masing.

Setelah sekian lama saling diam. Jongin memberanikan diri untuk membuka suara.

"Selamat datang di Seoul, jantungnya Korea Selatan. Saat pertama kali kau menginjakkan kaki disini kau akan merasakan suasana sibuk yang mencekam." ucap Jongin.

"Apakah suasana kota Seoul sangat berbeda dengan kota Shanghai?"

Yixing menoleh ke Jongin yang berada di sampingnya sebentar lalu menatap jalanan kota melalui jendela mobil di depannya.

"Tidak terlalu" jawab Yixing. "Seoul memiliki banyak sekali gedung pencakar langit. Tidak seperti Shanghai yang hanya memiliki beberapa."

Jongin bergumam sebagai tanggapan. "Ngomong-ngomong, bahasa Korea-mu lumayan bagus bagi ukuran pendatang sepertimu. Bukannya kau sama sekali tidak memiliki catatan kunjungan ke Seoul atau kota lainnya di Korea Selatan?"

Yixing pun diam.

Inilah hal aneh yang sedari tadi Yixing rasakan.

Ia memang tidak pernah berkunjung ke negeri ginseng ini.

Tapi.

Mengapa saat ia pertama kali menghirup udara kota Seoul ini, ia merasakan rasa rindu yang kuat?

Ya, ia merasakan rindu yang kuat seolah-olah ia pernah menetap di kota ini dengan jangka waktu yang lama.

Soal berbahasa Korea.

Ia tidak tahu mengapa ia mengerti bahasa Korea dan bisa mengucapkannya dengan lancar. Biasanya pendatang akan kesusahan untuk mengucapkan beberapa kosakata bahasa Korea dan membutuhkan beberapa waktu untuk mencerna kata-kata yang diucapkan oleh warga Korea asli.

Lagipula, ia merupakan pendatang awam. Ia sama sekali tidak pernah ke Korea Selatan.

Tapi kenapa bisa?

"Yixing, kau baik-baik saja?" ucap Jongin sambil menoleh sesekali ke arah Yixing. Raut cemas terpatri dengan jelas di wajahnya ketika melihat Yixing memegang kuat rambutnya sambil memejamkan kedua matanya rapat.

"Aku baik-baik saja, Jongin." jawab Yixing. Ia masih memejamkan matanya rapat sambil menautkan kedua alisnya.

"Aku tidak yakin kau baik-baik saja." ucap Jongin. "Aku akan membawamu ke apartemen yang akan kau tempati."

"Tidak." ucap Yixing pelan.

Jongin mengernyitkan dahinya bingung. "Kenapa?"

"Bukannya aku harus mengurus keterangan pindah tugas di kantor KIA?" tanya Yixing.

"Itu bisa diurus nanti." ucap Jongin. "Kesehatan adalah yang utama. Kau harus beristirahat."

Yixing memilih untuk mengalah. Ah, ia tidak tahu mengapa kepalanya terasa sangat pusing sekali. Menurutnya, Jongin benar. Kesehatan adalah hal yang utama dan ia harus beristirahat. Mungkin dengan beristirahat, rasa pusing yang menyebalkan ini bisa hilang.

"Kau bisa tidur dulu. Nanti aku akan membangunkanmu kalau sudah sampai." ucap Jongin. Ia pun menghidupkan pemutar lagu di mobilnya dan memilih playlist lagu klasik.

Yixing menuruti perkataan Jongin. Ia menyandarkan punggung dan kepalanya. Ia mulai merilekskan diri dengan bantuan lagu klasik yang terputar kemudian mencoba untuk menyapa dunia mimpi.

Jongin menoleh ke Yixing yang sekarang sudah tertidur. Ia pun menjalankan mobilnya menuju apartemen yang akan ditempati Yixing.

...


"Bagaimana? Apa kau suka?"

Yixing yang mengedarkan pandangannya menelusuri apartemen yang akan ditempatinya. "Aku suka desain interiornya."

"Aku sudah menduga kalau kau pasti menyukainya." ucap Jongin. Ia pun membawa koper Yixing ke salah satu kamar.

Yixing pun langsung mengikuti Jongin. Sesampainya, ia menatap kamar yang berisi kasur ukuran large beserta meja nakas di sampingnya, meja kerja yang menghadap jendela besar di sisi kanan kamar, lemari baju beserta kaca besar di sisi kiri kamar. Ini sungguh lumayan baginya.

"Kau yang menyewa apartemen ini?" tanya Yixing.

"Bukan." jawab Jongin. "Presdir perusahaan besar Eljente Agentio yang menyewa apartemen ini."

Yixing mengernyitkan dahinya bingung.

"Ah, nanti kau akan mengetahuinya sendiri." ucap Jongin.

Jongin menatap Yixing dengan ekspresi bingung yang terpampang jelas di wajahnya. Menurutnya, ekspresi bingung Yixing sangat menggemaskan.

"Aku beritahu sedikit. Kau dipindahkan tugas dari SIA ke KIA ada sangkut pautnya dengan perusahaan besar Eljente." ucap Jongin.

"Apa?" tanya Yixing bingung.

Jongin tertawa pelan. "Besok kau akan tahu sendiri. Ini rahasia."

Yixing menghela nafasnya singkat. "Terserah."

Jongin dan Yixing pun diam sejenak.

"Semua fasilitas sudah tersedia disini, termasuk bahan makanan. Jika ada perlu, kau bisa menelponku. Kau masih menyimpan nomorku, kan?" ucap Jongin.

Yixing mengangguk sebagai tanggapan.

"Kau harus beristirahat sekarang. Besok sekitar jam 10 pagi aku akan menjemputmu. Kita akan pergi ke kantor untuk mengurus keterangan pindah tugas." ucap Jongin.

"Baiklah." ucap Yixing sambil tersenyum.

"Kalau begitu, aku pulang dulu." ucap Jongin sambil tersenyum. Ia pun berjalan menuju pintu keluar diikuti oleh Yixing di belakangnya.

"Terima kasih banyak, Jongin. Maaf telah merepotkanmu." ucap Yixing sambil membungkukkan badannya beberapa kali.

"Sama-sama. Jangan sungkan." ucap Jongin sambil tertawa kecil.

Yixing tertawa pelan. "Hati-hati di jalan."

Jongin mengangkat ibu jarinya ke udara sebagai tanggapan. "Kalau ada perlu telpon saja." ucapnya.

"Baik. Terima kasih banyak." ucap Yixing sambil melambaikan tangannya pada Jongin.

Jongin pun menghilang dari pandangan Yixing. Ia pun menutup pintu apartemen lalu berjalan menuju kamarnya. Sesampainya, ia langsung merebahkan tubuhnya kuat di atas kasur. Ia pun menatap langit-langit kamar apartemennya. Entah apa yang dipikirkannya sekarang ini. Setelah sekian menit menatap, ia pun memejamkan matanya untuk memasuki dunia mimpi.

...


"Kau akan terus mencarinya?"

Joonmyeon menatap kakak sepupunya -Kim Minseok sedang merapikan peralatan yang telah digunakan untuk penelitian. Tidak ada kata-kata yang terlontar dari bibirnya.

Melihat raut sendu sang adik sepupu, Minseok pun menghampiri Joonmyeon yang tengah duduk di sofa khusus tamu dekat pintu keluar ruangannya. Sesampainya, ia pun mengusap lembut pipi Joonmyeon.

Joonmyeon memejamkan matanya merasakan usapan lembut sang kakak sepupu yang telah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri.

"Semua informasi tentangnya sudah tidak ada lagi. Kau tidak akan bisa mencarinya tanpa informasi, Joon." ucap Minseok.

Joonmyeon menghela nafasnya berat. Ia pun membuka kedua matanya lalu menatap Minseok yang tersenyum lembut ke arahnya.

"Tapi aku harus mencarinya, hyung." ucap Joonmyeon. "Paman Zhoumi sudah menitipkan dia padaku dan aku telah berjanji pada paman untuk melindunginya. Kejadian mengenaskan yang terjadi pada paman Zhoumi dan bibi Qian membuatku terus menghawatirkannya."

Joonmyeon diam sejenak.

"Sudah delapan tahun semenjak kejadian itu, dia menghilang tanpa jejak. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya." lanjut Joonmyeon.

Minseok mengerti. Ia sangat mengerti apa yang dirasakan adik sepupunya ini.

"Aku sangat merindukannya. Kalau dihitung sejak dia pindah ke Shanghai, sudah 17 tahun dia tidak berada di sisiku." ucap Joonmyeon.

Minseok tersenyum lembut. Ia pun membawa Joonmyeon ke dalam pelukannya.

"Aku sangat mencintainya dan aku tidak ingin melanggar janjiku." ucap Joonmyeon.

"Aku mengerti." ucap Minseok. Ia pun mengusap pelan pundak Joonmyeon.

"Aku dan Jongdae akan selalu membantumu untuk mencarinya." lanjut Minseok.

Joonmyeon diam sejenak.

"Terima kasih banyak, hyung."

...


Yixing membuka pintu apartemen lalu terlihatlah Jongin disana, lengkap dengan senyum menawan andalannya.

"Kau datang di saat aku baru selesai memasak." ucap Yixing.

"Benarkah?" tanya Jongin. "Wah bagus kalau begitu." lanjutnya sambil terkekeh pelan.

Yixing tersenyum lalu mempersilahkan Jongin untuk masuk. "Masuklah."

Jongin pun memasuki apartemen. Ia melihat Yixing yang menutup pintu lalu berjalan menuju dapur. Tanpa basa-basi, ia berjalan menyusul Yixing. Sesampainya, ia melihat Yixing yang meletakkan beberapa masakan di atas meja makan. Ia pun mengambil tempat di seberang Yixing.

"Mau makan bersama?" ucap Yixing.

"Untuk kali ini tidak. Aku tadi sudah makan." ucap Jongin.

"Kalau begitu aku makan dulu. Tidak apa, kan?" tanya Yixing.

"Tidak apa." jawab Jongin.

Jongin menatap Yixing yang menyantap santapannya. Pusat perhatiannya terletak pada kedua bola mata Yixing. Kedua bola mata Yixing memiliki warna yang berbeda. Warna hitam di mata kiri dan warna cokelat di mata kanan. Sangat indah.

"Aku tidak suka jika ada seseorang yang memperhatikanku ketika makan. Itu akan membuatku kehilangan nafsu makanku." ucap Yixing.

Jongin terhentak. Ia pun tertawa kikuk sambil menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal.

"Maaf." ucap Jongin tak enak hati. "Aku hanya penasaran pada warna matamu yang bisa berbeda seperti itu."

Yixing diam sejenak. Ia menatap santapannya yang hampir habis. Ia meletakkan sumpit yang dipegangnya di atas piring lalu mengarahkan telapak tangannya ke mata kanannya.

"Yixing, ada apa? Kau baik-baik saja, kan?" tanya Jongin. Terdapat nada panik di sana.

Yixing membentuk senyuman getir di wajahnya perlahan. Ia pun menatap lekat Jongin yang berada di seberangnya dengan mata kirinya.

Jongin tertegun. Mata kiri Yixing sangat indah sekali. Mungkin, ia telah jatuh cinta. Tidak mungkin, ia sudah mempunyai pacar. Ia tidak mungkin jatuh cinta pada seseorang tapi ia sendiri sudah memiliki pujaan hati.

Yixing menutup kelopak mata kirinya. Perlahan, setitik air mata jatuh menuruni pipinya. "Aku baik-baik saja, Jongin." ucapnya. Ia pun menjauhkan telapak tangannya dari mata kanannya lalu tersenyum ke arah Jongin.

Jongin menatap Yixing untuk memastikan. Ia tidak tahu apapun tentang Yixing. Tapi menurutnya, banyak sekali rahasia dan misteri yang disembunyikan oleh Yixing. Ia ingin tahu, namun ia tidak mungkin mengetahui rahasia Yixing mengingat ia baru kenal Yixing kemarin.

"Dulu aku pernah kecelakaan." ucap Yixing sambil memasukkan santapannya ke mulutnya.

"Kecelakaan?" ucap Jongin memastikan.

Yixing bergumam sebagai tanggapan. "Kecelakaan itu membuatku kehilangan mata kananku."

Yixing tersenyum.

"Mata kananku ini adalah mata buatan. Seseorang membuat dan mengimplantasikan mata buatan ini." ucap Yixing.

"Oh, begitu ya." ucap Jongin.

"Aku sangat berterima kasih kepada seseorang itu karena aku dulu sempat kehilangan harapanku." ucap Yixing. "Sekarang mataku kembali normal. Banyak yang memuji mataku. Kata mereka, mataku sangat indah."

Jongin mengangguk semangat. "Apa yang mereka katakan itu benar. Matamu sangat indah. Aku sendiri terperangah ketika menatap matamu."

Yixing tertawa pelan. "Terima kasih."

Jongin tersenyum sebagai tanggapan. Ia melihat Yixing yang memindahkan piring dan gelas ke wastafel. Menurutnya, Yixing sangat unik dan menarik. Namun, di balik semua itu. Ia merasakan suatu kerapuhan yang dalam pada diri Yixing. Ia tidak tahu itu benar atau tidak.

"Ayo berangkat." ucap Yixing.

Jongin tersenyum menatap Yixing.

"Ayo."

...


Yixing menatap beberapa bangunan yang silih berganti. Jauh di dalam dirinya. Ia merasakan rasa rindunya terobati ketika ia berada di negeri ginseng ini. Sungguh, ia sama sekali tidak pernah ke negeri ini dan menetap dalam waktu yang lama.

Ia berusaha mengingat masa lalunya, mungkin ada suatu kenangan yang terlupakan.

Namun.

Jika ia hampir berhasil menemukan kenangannya yang terlupakan, ia akan merasakan pusing yang luar biasa.

Mengapa?

"Sudah sampai." ucap Jongin.

Yixing mengerjapkan matanya beberapa kali. Tiba-tiba pintu mobil terbuka dan terlihatlah Jongin disana. Ia pun tersenyum lalu menuruni mobil. Ia melihat Jongin menutup pintu mobil lalu menekan tombol untuk mengaktifkan keamanan pada mobil itu.

Jongin diikuti oleh Yixing berjalan meninggalkan parkiran lalu memasuki gedung markas KIA.

KIA atau Korea Intelligence Agent merupakan sebuah organisasi mata-mata di bawah naungan FBI. Organisasi mata-mata ini baru memiliki tiga cabang. Kanada dengan nama CIA atau Canada Intelligence Agent, Korea Selatan, dan Shanghai yang baru sepuluh tahun berdiri dengan nama SIA atau Shanghai Intelligence Agent.

Yixing dan Jongin telah sampai di pintu suatu ruangan. Jongin membuka pintu itu lalu terlihatlah sebuah ruangan yang luas dengan meja bundar dan beberapa kursi di tengahnya. Mereka pun memasuki ruangan lalu duduk di kursi yang tersedia. Yixing melihat-lihat ruangan yang menurutnya ruang rapat ini. Terdapat jendela besar yang memperlihatkan langit pagi di beberapa meter sebelah kiri Yixing dan juga monitor 41 inchi di beberapa meter sebelah kanan Yixing.

Jongin dan Yixing pun langsung berdiri ketika mendengar suara pintu terbuka. Mereka pun membungkukkan tubuhnya hormat ketika seseorang yang memiliki pangkat tertinggi di organisasi KIA memasuki ruangan. Mereka baru duduk ketika seseorang yang terhormat itu sudah mendudukkan tubuhnya di tempat paling ujung.

"Lama tidak bertemu denganmu, Kim Jongin. Bagaimana kabarmu?"

"Kabarku baik, Jenderal Kang." jawab Jongin sopan.

Jenderal Kang pun menaruh perhatiannya pada Yixing yang berada di samping Jongin.

Menyadari perubahan objek tatapan sang jenderal, Jongin pun langsung memperkenalkan Yixing kepada sang jenderal.

"Ini Zhang Yixing. Agen dari SIA yang dipindah-tugaskan ke sini." ucap Jongin.

Yixing pun membungkukkan badannya lalu membangkitkannya kembali. "Nama saya Zhang Yixing. Agen dari SIA."

Jenderal Kang mulai menatap lekat Yixing. Ia pun tersenyum.

"Baiklah Zhang Yixing. Selamat datang di KIA. Semoga kau bisa menyesuaikan diri di markas besar ini" ucap Jenderal Kang In.

"Kebetulan sekali, presdir dari Eljente Agentia meminta bantuan pada kita untuk menjadi pengawal pribadi putranya yang menjabat sebagai Executive CEO di sana. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan Eljente bukanlah masalah biasa. Satu oknum telah berhasil meretas pusat pelayanan informasi perusahaan dan melakukan tindakan yang mengancam keselamatan sang Executive CEO." lanjut Jenderal Kang.

"Jadi, Zhang Yixing. Saya akan memberikanmu sebuah tugas untuk menjadi pengawal pribadi Executive CEO Eltenje Corporation, Kim Joonmyeon. Kau harus melindunginya dan melacak siapa oknum yang menjadi ancaman perusahaan besar tersebut."

Sontak, Yixing pun kaget tidak percaya.

Ia tak habis pikir kenapa atasannya rela memindahkannya ke markas KIA hanya untuk menjadi pengawal pribadi CEO Kim Joonmyeon.

Menjadi pengawal pribadi CEO arogan itu sama sekali bukanlah harapannya.

Ngomong-ngomong, ia sudah tahu siapa Kim Joonmyeon. Berita tentangnya selalu dimuat di berbagai jenis media penyiaran. Website berita online dan televisi selalu menampilkan berita tentang Kim Joonmyeon yang disebut-sebut 'Orang Berpengaruh Di Dunia'.

Apa yang perlu dibanggakan dari CEO arogan itu? Apa hebatnya terobosan teknologi bodohnya itu?

Baginya.

Ini adalah mimpi buruk.

"Bagaimana? Apa kau bersedia mengembani tugas ini?" tanya Jenderal Kang yang sukses membuat Yixing sedikit terhentak.

Ingin sekali Yixing menjawab dengan lantang kalau dia tidak ingin menjadi pengawal pribadi CEO arogan itu.

Tapi, jika ia mengatakannya. Bisa-bisa, ia langsung dikembalikan ke markas SIA dan atasannya pasti langsung memanggangnya hidup-hidup.

"Aku sudah membaca informasi tentangmu yang telah dikirimkan Jenderal Han. Kau memiliki banyak prestasi di markasmu dan telah dijadikan panutan disana. Menurutku, kau sangat cocok mengembani tugas ini karena profesionalitasmu yang sangat bagus." ucap Jenderal Kang.

Sungguh, Yixing akan bersedia dengan senang hati untuk menjadi pengawal pribadi presiden atau artis terkenal ketimbang menjadi pengawal pribadi Kim 'arogan' Joonmyeon itu.

Menyadari Yixing yang sedari tadi tidak menjawab, Jongin pun menyenggol pelan lengan Yixing. "Ayo dijawab. Jangan sampai membuat jenderal mengamuk." bisiknya.

"Baiklah, kalau kau tidak bersedia-"

"Saya bersedia." ucap Yixing cepat.

Jenderal Kang pun terhentak kaget.

"M-Maaf, saya telah menyela ucapan anda." ucap Yixing canggung.

"Tidak apa." ucap Jenderal Kang. Ia menatap Yixing yang sedang menundukkan kepalanya.

"Besok tugasmu dimulai. Aku harap semoga kau bisa menjalankan tugasmu dengan baik. Kau juga harus mencari dan melacak oknum yang mengancam Kim Joonmyeon itu." ucap Jenderal Kang.

"Baik." ucap Yixing.

Mimpi apa ia kemarin malam?

"Kim Jongin, besok kau antarkan Zhang Yixing ke gedung perusahaan Eljente." perintah Jenderal Kang.

"Baik." ucap Jongin.

Jenderal Kang pun meninggalkan ruangan. Jongin dan Yixing pun berdiri lalu membungkukkan badannya memberi hormat.

"Wah, selamat ya. Baru pindah, kau langsung diberikan tugas istimewa seperti itu. Aku bangga padamu." ucap Jongin.

'Bagian mana yang perlu dibanggakan?' batin Yixing kesal.

Melihat raut wajah Yixing, Jongin pun tertawa terbahak-bahak.

"Aku sudah menduga kalau kau pasti menolak tugas itu. Lagipula, siapa yang mau menjadi pengawal pribadi? Pengawal pribadi CEO sombong sialan itu pula." ucap Jongin.

"Berhentilah tertawa Jongin." ucap Yixing.

"Sekali ini saja. Izinkan aku tertawa sepuas mungkin."

'Ini semua demi keselamatanku dari terkaman harimau ganas.' batin Yixing nelangsa.

Jongin pun menghentikan tawanya. Ia menyeka air di sudut matanya karena terlalu seru tertawa lalu menghela nafasnya pelan.

"Sudah puas tertawanya?" tanya Yixing singkat.

"Sudah." jawab Jongin sambil terkekeh pelan.

"Oh, apa kau ingin jalan-jalan? Sayang sekali kalau pendatang sepertimu tidak jalan-jalan. Lagipula, aku bersedia menjadi pemandu wisatamu." ucap Jongin.

"Terserah kau saja, Jong." ucap Yixing.

"Oh iya aku lupa." ucap Jongin.

Yixing pun menatap datar Jongin sebagai tanggapan.

"Kemarin, sebelum aku menjemputmu. Aku sudah membaca informasi tentangmu." ucap Jongin.

Yixing mengangkat sebelah alisnya sebagai tanggapan.

"Aku lupa kalau kau lebih tua dariku tiga tahun dan aku tidak memanggilmu dengan embel hyung di belakang namamu." lanjut Jongin.

"Tidak apa, asalkan kau tidak menggunakan tata bahasa banmal. Kebetulan sekali aku masih belum mengerti penggunaan tata bahasa tersebut." ucap Yixing.

Sontak, Jongin terdiam. Ia pun terkekeh pelan. "Maaf ya, hyung."

Yixing memutar bola matanya malas sebagai tanggapan.

...


Seseorang yang tengah duduk sambil menyandarkan kakinya di meja, menatap beberapa monitor di depannya lekat. Ia pun menyeringai lalu tertawa jahat.

"Bagus. Dengan ini, rahasiamu akan kudapatkan dan kau akan hancur berkeping-keping."

"Ah, aku tidak sabar untuk ini."

"Lakukan tugasmu dengan baik, agen."

- To be Continued -


*bug : Perusak sistem komputer


Author's note:

Q: Kenapa fict ini ujung-ujungnya cuma satu saja?

A: Hmm.. untuk alasannya, apakah ig liuxingson memberitahu kalian? akun ig liuxingson menandai ig saya dalam kiriman story, dia menanyakan hal yang sama dan saya pun menjelaskannya lewat direct massenger. Jadi, apa dia memberitahu kalian? Jika tidak, saya akan menjelaskannya. Yah, author's note kali ini panjang jadinya -,-)

Karena saya tidak aktif menulis lagi lantaran sibuk. Fict ini terbengkalai jadinya, dan kebetulan sekali fict ini berada di fase alur datar. Jadi, jika saya me-publish satu chapter baru tidak ada kesan serunya dan meninggalkan kesan boring di fict ini. Karena alasan itu, saya memutuskan untuk merehatkan fict ini dengan menghapusnya. Sudah lama lo, fict ini dihapus. Dan baru-baru ini saya me-publishnya ulang. Kenapa di publish ulang? Karena dengan kembali mengudaranya fict ini di ffn, ini adalah tanda bahwa fict ini akan berlanjut hingga tamat.

Sekian.

Oh, maafkan kelabilan saya pada saat itu. I have no idea what happen with me in that time, I just felt a little bit (maybe) pressure -,-)v

Q: Apa fict ini diremake?

A: Tidak. Tidak sama sekali. Saya nge-remake, mengubah-ubah dikit tata bahasa, menambahkan, dan mengurangi di saat mau publish alias di Doc Manager. File-nya di Doc Manager saja sudah menghilang, hehe. Jadi ini benar-benar draft-nya fanfic Eljente Agentio.

Please keep forward to this fanfic, dan mohon bersabar untuk ke chapter yang baru ya ^^ saya janji akan menuntaskan fict ini sampai selesai tapi dalam rentang waktu yang lama ya. Ini semua karena kesibukan yang menjerat saya dalam dekade ini.

Love Sign,

AqueousXback