Secret

By: Honsuka Sara

Detective Conan belongs to Aoyama Gosho

Chapter 7: How It All Ended

.

.

.

.

.

"Shiho, kau yakin aku bisa duduk di sini?" bisik Mary di telinga Shiho. Matanya yang awas mengerjap panik sejak duduk di meja yang biasa mereka duduki di kantin saat makan siang hari ini. Masalahnya adalah, kali ini, mereka duduk dengan orang yang tak biasa, menyebabkan seluruh isi kantin yang dipenuhi oleh orang-orang paling observan sedunia melirik dan berbisik. "Aku bisa duduk di tempat lain kalau kau mau. Sungguh, aku tidak apa-apa duduk sendirian di pojok sana," lanjut Mary, kali ini dengan nada sedikit memohon. Ayolah, meskipun juga anggota FBI yang terlatih, Mary hanyalah seorang dokter. Wanita itu tidak tahan jika harus dihadapkan dengan orang-orang berbahaya yang dapat memaksa jawaban keluar dari mulutnya.

Sayangnya, Shiho sedang tidak mood bicara siang itu, menyebabkan orang yang duduk di sebelahnya harus menjawab pertanyaan Mary, setidaknya demi kesopanan.

"Ah, dr. Anderson, maaf jika kau merasa tidak nyaman karena kehadiranku." Lalu dengan gestur berbisik, namun jelas-jelas masih dapat didengar oleh Shiho yang sedang mengunyah salad, Shinichi Kudo melanjutkan kalimatnya kepada Mary, "Namun demi kebaikan dan keselamatanku, maukah kau berbaik hati dan tetap menemaniku di sini?"

Mary mendesah. Shiho salah satu teman baiknya. Ia rasa setidaknya sekali, wanita itu memang seharusnya membantu suami dokter muda jenius itu. "Baiklah, Kudo. Demi Shiho, oke?" Shinichi mengangguk bahagia dengan latar Shiho yang mendengus tak percaya. "Omong-omong, aku sebenarnya tak percaya kalau rumor Shiho sudah bersuami ternyata benar adanya. Kukira Shiho hanya tak suka berkencan. Bagaimanapun, pekerjaan yang kita jalankan bukan pekerjaan ideal untuk orang yang ingin berkeluarga. Bagaimana kalian bisa menikah pada usia yang begitu muda?"

"Ah…" Shinichi menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sudah diduganya, namun tak urung membuatnya bingung. Pria itu takut salah bicara, tapi ia juga yakin Shiho tak akan mau menjawab. Anggota terbaru FBI tersebut juga bukannya tidak sadar ada berapa banyak penyadap yang ditempelkan pada pakaiannya juga meja yang biasa Shiho tempati ini. "Bisa dibilang kalau aku adalah kelinci percobaan favorit Shiho dan tidak boleh jauh-jauh darinya seumur hidupku?" Shinichi mencoba bercanda, namun suara tawanya terdengar hambar begitu berpasang-pasang mata di ruangan tersebut memicing ke arahnya.

Berbeda dengan Shinichi yang begitu ketakutan, Mary malah memekik bahagia. "How romantic! Dan bagaimana caramu melamarnya?"

Lagi-lagi, Shinichi tertawa hambar. Pria itu benar-benar tidak punya jawaban untuk pertanyaan yang satu itu. Mana mungkin Shinichi bilang bahwa ia melamar Shiho dengan pencabutan hukuman mati, kan? Untungnya, dehaman dari Shiho datang sebagai penyelamat.

"Dia melamarku di rumah sakit saat aku sedang koma," ucap Shiho singkat. Matanya tidak beradu dengan Mary, melainkan pada sisa salad yang masih setengah di piringnya. "Pria ini menyelamatkanku dari kematian dan ingin melakukannya lagi seumur hidup karena percaya nyawanya lebih banyak dari seekor kucing."

Mary tertawa. "Astaga, tak kusangka kau bisa melucu, Shiho. Shinichi, kau benar-benar suami Shiho, ya? Wanita ini tak pernah begini sebelumnya. Dia begitu dingin. Namun tiba-tiba kau muncul dan, boom, dr. Shiho Miyano tiba-tiba mengenal apa itu humor."

"Aku hanya begitu senang karena kelinci percobaanku kembali." Shiho mengangkat bahu. Kemudian, wanita itu melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ah, aku rasa sudah waktunya kita kembali. Ayo, Mary."

"Bye, Kudo. Sampai ketemu lagi," ucap Mary, melambai pada Shinichi yang masih tertegun dengan jawaban Shiho.

Shiho tak mengucapkan salam perpisahan padanya. Tapi apalah artinya salam jika ia bisa bertemu Shiho setiap hari saat pulang ke rumah. Shinichi rasa, ia adalah pria paling bahagia di muka bumi saat ini dan tak ada satu hal pun yang bisa membuatnya takut lagi.

Sayangnya, begitu Shiho sudah keluar dari kantin, rasa takut baru menyergapnya begitu cepat. Deretan pria-pria tangguh FBI berjejer di hadapannya dengan tampang yang tak bersahabat, dipimpin oleh Arthur di barisan paling depan. "Jadi, Greenie, bisa ceritakan kisahmu pada kami dengan lebih detail?"

Uh oh, kini Shinichi merasa benar-benar takut.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

AN: Hehe hehe. Not a lovey dovey story but here we go!